Anda di halaman 1dari 7

Aris Rauf, Maqasyid Syari’ah dan Pengembangan Hukum ...

| 24

MAQASID SYARI’AH DAN PENGEMBANGAN HUKUM


(Analisis Terhadap Beberapa Dalil Hukum)

Aris Rauf

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare


Email: aris_stainpare@yahoo.co.id

Abstract: This paper studies regarding one aspect of the discussion about the science of
usul Fiqhi Maqasid Shariah law and development. The issue is how maqasid role in the
development of Shariah law. In the discussion of its principles Fiqhi, one method of
extracting law is Shariah maqasid approach. Through Shariah maqasid verses and
hadiths law quantitatively very limited amount can be developed to address the problems
that arise. Legal development is done by using the method of determination of the law
such as qiyas, maslahah mursalah and istihsan. Methods of determination is through
maqasid Shariah law.

Kata Kunci: Maqasid Syari’ah, Pengembangan Hukum

I. PENDAHULUAN dengan masa, mampu menjawab berbagai


tuntutan masa kini, sehingga ia dapat
Perkembangan dunia yang semakin
sejalan dengan peristiwa yang dihadapi-
maju disertai dengan era globalisasi yang
nya.
kian meningkat dan perkembangan ilmu
Persoalan-persoalan baru yang sta-
pengetahuan dan teknologi yang begitu
tus hukumya sudah jelas dan tegas yang
pesat dalam beberapa bidang kehidupan
dinyatakan dalam Alquran dan hadis tidak
masyarakat telah membawa pengaruh
akan menimbulkan pro dan kontra di
yang besar yang dapat menimbulkan
kalangan umat Islam. Akan tetapi, banyak
berbagai persoalan-persoalan hukum.1
persoalan baru yang tidak ditemukan
Masyarakat Islam, sebagai suatu bagian
pemecahannya dalam Alquran maupun
yang tak dapat melepaskan diri dari
dalam hadis secara tekstual. Dalam
persoalan persoalan baru yang berkem-
mengatasi hal ini, Alquran ataupun hadis
bang dalam masyarakat, terutama jika
sebagai sumber hukum Islam harus
dikaitkan dengan persoalan-persoalan
ditafsirkan secara kontekstual.
yang menyangkut kedudukan hukum
Penafsiran terhadap sumber hukum
suatu persoalan.
Islam tidak cukup dengan pemahaman
Perubahan dan perkembangan dalam
berupa kosa kata dan kalimat yang tertera
kehidupan sosial yang begitu cepat
dalam nas Alquran atau hadis. Akan
dewasa ini mau tidak mau menuntut
tetapi, diperlukan juga upaya pemahaman
adanya penetapan hukum yang ber-
kembang pula, yang mampu berpacu berdasarkan kontekstual nilai-nilai yang
Aris Rauf, Maqasyid Syari’ah dan Pengembangan Hukum ... | 25

terkandung di dalam Alquran maupun tetapi seluruh defenisi tersebut mengan-


hadis itu. dung esensi yang sama. Imam al Ghazali
Pemahaman yang pertama disebut mengemukakan bahwa pada prinsipnya
lafziyah (zahir nas), biasa juga diistilahkan maslahah adalah mengambil manfaat dan
dengan tekstual. Cara kedua lazim di- menolak kemudharatan dalam rangka
istilahkan dengan maknawiyah, yaitu memelihara tujuan-tujuan syara’.3
seorang mujtahid terkadang mengenyam- Suatu kemaslahatan harus sejalan
pingkan bunyi lafaz dalam teks-teks dengan tujuan syara’, sekalipun berten-
syariat dan memberinya pengertian baru tangan dengan tujuan-tujuan manusia,
meskipun asing bagi lafaz itu. karena kemaslahatan manusia tidak
Pendekatan kebahasaan terhadap selamanya didasarkan kepada kehendak
sumber hukum Islam dititikberatkan pada syara’, tetapi sering didasarkan kepada
pendalaman sisi kaidah-kaidah kebaha- hawa nafsu. Misalnya, di zaman jahiliyah
saan untuk menemukan suatu makna para wanita tidak mendapatkan bagian
tertentu dari suatu teks. Maka dalam harta warisan yang menurut mereka hal
kajian pendekatan makna atau maqasid tersebut mengandung kemaslahatan,
syari’ah, kajian lebih dititkberatkan sesuai dengan adat istiadat mereka. Akan
dengan melihat nilai-nilai yang yang tetapi, pandangan ini tidak sejalan dengan
berupa kemaslahatan dan keadilan kehendak syara’, karenanya tidak dinama-
manusia dalam setiap taklif yang di- kan maslahah. Oleh karena itu yang
turunkan Allah.2 Melalui maqasid dijadikan patokan dalam menentukan
syari’ah inilah ayat-ayat dan hadis-hadis kemaslahatan itu adalah kehendak dan
hukum yang terbatas jumlahnya dapat tujuan syara’, bukan kehendak dan tujuan
dikembangkan untuk menjawab persoaln- manusia.4
persoalan baru yang yang tidak ter- Dilihat dari segi kualitas dan
selesaikan melalu kajian kebahasaan. kepentingan kemaslahatan itu, para pakar
Berdasarkan uraian tersebut di atas, hukum Islam seperti al Syatibi men-
maka dalam tulisan ini akan membahas jelaskan bahwa kemaslahatan yang akan
tentang bagaimana peranan maqasid diwujudkan itu terbagi kepada tiga
syari’ah dalam pengembangan hukum. tingkatan, yaitu:
1. Al Maslahah al Dharuriyyah ( ‫المصلحة‬
II. PEMBAHASAN
‫)الضرورية‬, yaitu kemaslahatan yang
A. Pengertian dan Ruang lingkup berhubungan dengan kebutuhan pokok
Maqasid Syari’ah manusia yang harus ada atau kebutuhan
Maqasid syari’ah berarti tujuan primer. Apabila kebutuhan ini tidak
Allah dan Rasul-Nya dalam menetapkan terpenuhi, akan terancam keselamatan
hukum, baik yang berkaitan dengan umat manusia di dunia maupun di
perintah maupun yang berkaitan dengan akhirat. Kemaslahatan seperti ini ada
larangan. Secara etimologi, maslahah lima, yaitu memelihara agama,
sama dengan manfaat, baik dari segi lafal memelihara jiwa, memelihara akal dan
maupun makna. Maslahah juga berarti memelihara keturunan dan memelihara
manfaat atau suatu pekerjaan yang harta benda.
mengandung manfaat. Selanjutnya secara 2. Al Maslahah al Hajiyah ( ‫المصلحة‬
terminologi, terdapat beberapa defenisi ‫)الحاجية‬, yaitu kemaslahatan yang
yang dikemukakan ulama ushul fiqhi, dibutuhkan dalam menyempurnakan
kemaslahatan pokok (mendasar) yang
Aris Rauf, Maqasyid Syari’ah dan Pengembangan Hukum ... | 26

sebelumnya yang berbentuk keringanan metode pengembangan hukum yang


untuk mempertahankan dan memeli- didasarkan atas maqasid syari’ah.5
hara kebutuhan mendasar manusia atau
kebutuhan-kebutuhan sekunder. Apa-
1. Qiyas
bila kebutuhan ini tidak terwujud tidak
sampai mengancam keselamatan, Metode ini memikirkan makna yang
namun mengalami kesulitan. menjadi illat (causa), mengapa sesuatu itu
3. Al Maslahah al Tahsiniyyah ( ‫المصلحة‬ diperintahkan atau dilarang oleh Allah.
‫)التحسنية‬, kemaslahatan yang dapat Qiyas baru bisa dilaksanakan apabila
melengkapi kemaslahatan sebelumnya. sudah ditemukan maqasid syari’ah nya
Kebutuhan al tahsiniyyah ialah tingkat yang merupakan alasan logis (illat) dari
kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi suatu hukum. Salah satu cara memahami
tidak mengancam eksistensi salah satu maqasid syari’ah menurut al-Syatibiy
dari lima pokok di atas dan tidak pula analisah illat perintah dan larangan dalam
menimbulkan kesulitan. Tingkat ke- suatu nash.6 Manusia harus berpedoman
butuhan ini berupa kebutuhan peleng- pada illat tertulis, karena dengan meng-
kap seperti menghindarkan hal-hal ikuti illat tertulis sebagai tujuan hukum,
yang tidak enak dipandang mata dan perintah dan larangan itu dapat tercapai.
berhias dengan keindahan yang sesuai Illat merupakan bagian dari esensi
dengan tuntutan norma dan akhlak. maqasid syari’ah.
Mengenai illat itu, tidak semua
B. Maqasid Syari’ah dalam Pengem- dapat diketahui dengan mudah, bahkan
bangan Hukum ada di antaranya iilat yang sama sekali
Maqasid syari’ah merupakan se- tidak dapat diketahui. Jika illat dari suatu
suatu yang dapat dijadikan sebagai alat perintah atau larangan dapat diketahui,
bantu untuk memahami ayat-ayat dan maka dengan sendirinya maksud syariat
hadis-hadis hukum. Ia juga dapat diper- pun dapat diketahui, sebab illat itu sendiri
gunakan untuk menyelesaikan dalil-dalil adalah identik dengan maksud syariat.
yang bertentangan dan yang sangat pen- Masalah yang timbul kemudian jika illat
ting adalah maqasid syari’ah dapat dari suatu perintah atau larangan sulit
dipergunakan untuk menetapkan hukum diketahui atau tidak dapat diketahui sama
persoalan-persoalan dalam kehidupan sekali. Dalam keadaan seperti ini, kita
manusia yang dari waktu ke waktu dapat menghadapi dua kemungkinan,
mengalami peningkatan yang tidak ter- yakni jika benar-benar illatnya tidak dapat
selesaikan oleh al-Qur’an dan Hadis diketahui, maka sebaiknya untuk semen-
melalui kajian kebahasaan. tara bersikap tawaqquf, yaitu berhenti
Seorang mujtahid dalam melakukan untuk mencari illat kemudian kembali
ijtihad terkadang mengnyampingkan menjadikan perintah atau larangan itu
bunyi lafaz dalam teks al-Qur’an maupun sendiri sebagai illatnya. Dalam hal ini
Hadis dan memberinya pengertian baru. maksud pokok syariat ialah dipatuhinya
Cara ini yang dinamakan metode makna- perintah dan larangan.7
wiyah, yang banyak dipergunakan dalam Pengembangan hukum dengan
metode qiyas, istihsan dan maslahah metode qiyas harus melewati contoh illat
mursalah. Metode penggalian hukum atau yang dizahirkan oleh Tuhan dalam nash
dalil hukum seperti qiyas, istihsan dan guna merealisasikan maqasid syari’ah.
maslahah mursalah adalah metode- Ibnu al Qayyim al Jauziah mengatakan
Aris Rauf, Maqasyid Syari’ah dan Pengembangan Hukum ... | 27

bahwa proses qiyas harus selaras dengan juga haram. Illat hukum dalam suatu ayat
perintah dan larangan syara’, tidak atau hadis bila diketahui maka dapat
menyampaikan sesuatu yang bertentangan dilakukan qiyas. Qiyas hanya bisa
dengan akal sehat dan tidak akan dilakukan apabila ada ayat atau hadis yang
mensyariatkan sesuatu yang bertentangan secara khusus dapat dijadikan tempat
dengan keadilan.8 menqiyaskan
Proses qiyas yang benar sebagai
2. Istihsan
pemikiran akal sehat tidak harus ber-
tentangan dengan maqasid syari’ah itu. Persoalan-persoalan yang telah dike-
Itulah sebabnya, illat yang menjadi fokus tahui dan ditetapkan hukumnya dalam
qiyas merupakan bagian dari maqasid nash atau melalui qiyas, kemudian dalam
syari’ah. suatu kondisi bila ketentuan itu diterapkan
Contoh: ketidakbolehan bersikap akan berbenturan dengan ketentuan atau
kasar dalam bentuk memukul orang tua, kepentingan lain yang lebih umum dan
yang dianalogikan kepada ketidakbolehan lebih layak menurut syara’ untuk diper-
berkata kasar yang menyakitkan sebagai- tahankan, maka ketentuan itu dapat
mana yang ditunjukkan dalam Q.S. al ditinggalkan. Ijtihad seperti ini dikenal
Isra’ (17):23: dengan istihsan.
Istihsan adalah mengecualikan atau
ً‫ُف َوالَ تَنْ َه ْرُُهَا َوقُل هَّلَُما قَ ْوالً َك ِرميا‬
ٍّ ‫فَالَ تَ ُقل هَّلَُما أ‬ memindahkan hukum suatu peristiwa dari
hukum peristiwa-peristiwa lain yang
Terjemahnya:
sejenisnya dan memberikan kepadanya
Maka sekali-kali janganlah kamu hukum yang lain karena ada alasan yang
mengatakan kepada keduanya per- kuat bagi pengucualian tersebut. Dengan
kataan ‘ah’ dan janganlah kamu demikian maka istihsan adalah kebalikan
membentak mereka dan ucapkanlah qiyas, karena qiyas adalah mempersama-
kepada mereka perkataan yang kan hukum suatu peristiwa dengan
mulia.9 peristiwa lain yang sejenisnya.11
Ayat di atas bertujuan membimbing Dari defenisi istihsan di atas, di-
dan memberi arah kepada manusia untuk ketahui bahwa istihsan dimaksudkan
selalu menempatkan orang tua pada posisi sebagai cara untuk menetapkan salah satu
yang terhormat dalam rangka menjaga di antara dua alternatif hukum yang
martabat dan kehormatan sebagai bagian dianggap lebih dekat kepada kebutuhan
dari maqasid syari’ah. manusia (‫)اساس التيسري ورفع احلرج‬, atau mening-
Contoh lain tentang kasus diharam-
galkan kesulitan untuk kemuda-han.
kannya minuman khamar. Dari hasil
Prinsip ini sejalan dengan Q.S al Baqarah
penelitian ulama ditemukan bahwa
(2): 185:
maqasid syari’ah dari diharamkannya
khamar adalah karena sifat memabukkan ‫يد بِ ُك ُم الْعُ ْسَر‬
ُ ‫يد اللّهُ بِ ُك ُم الْيُ ْسَر َوالَ يُِر‬
ُ ‫يُِر‬
yang merusak akal pikiran. Dengan
demikian, yang menjadi illat (alasan logis) Terjemahnya:
dari keharaman khamar adalah sifat Allah menghendaki kemudahan
memabukkannya, sedangkan khamar itu bagimu dan tidak menghendaki
sendiri hanyalah sebagai salah satu contoh kesukaran bagimu.12
dari yang memabukkan.10 Oleh karena itu Untuk memperjelas makna ihtihsan
setiap yang sifatnya memabukkan adalah penulis kemukakan contoh istihsan pada
Aris Rauf, Maqasyid Syari’ah dan Pengembangan Hukum ... | 28

kasus wakaf tanah pertanian. Menurut Pertama, para sahabat Nabi telah
kesimpulan qiyas, hak pengairan pada menerapkan metode maslahah mursalah
tanah pertanian tidak ikut diwakafkan ini. Contohnya adalah sahabat Nabi Abu
kecuali jika disebutkan dalam ikrar wakaf, Bakar atas saran Umar bin Khattab
disamakan dengan jual beli karena sama- mengumpulkan al Qur’an dalam satu
sama menghilangkan hak milik. Akan mushaf, dan dalam hal ini tidak pernah
tetapi, berdasarkan istihsan yang ber- dilakukan pada masa Nabi. Pengumpulan
orientasi kepada kemaslahatan (maqasid al Qur’an ini di dasarkan pada maslahah,
syari’ah), hak pengairan termasuk ke yaitu terpeliharanya al Qur’an dari sifat
dalam wakaf tanah pertanian seaklipun kemutawatirannya yang diakibatkan
tidak disebutkan dalam ikrar wakaf karena banyaknya para sahabat yang
disamakan dengan sewa menyewa dengan menghafal al Qur’an wafat. Umar bin
illat untuk diambil manfaatnya. Per- Khattab tidak memberikan bagian zakat
samaan tanah wakaf ke sewa menyewa kepada para muallaf (orang yang baru
lebih kuat pengaruh hukumnya karena masuk Islam), karena menurut Umar,
sejalan dengan tujuan disyariatkannya kemaslahatan orang banyak menuntut
wakaf, yaitu untuk diambil manfaatnya. untuk hal itu. Usman bin Affan
menuliskan al Qur’an pada satu logat
3. Maslahah Mursalah
bahasa demi memelihara tidak terjadinya
Dalam pembahasan qiyas dijelaskan perbedaan bacaan al Qur’an itu sendiri.
bahwa qiyas bisa dilakukan apabila ada Kedua, maslahah mursalah jika
ayat atau hadis yang secara khusus yang diterapkan dalam hal yang sejalan dengan
dapat dijadikan tempat menqiyaskan. Jika maksud syariat, tentunya metode ini juga
tidak ada ayat atau hadis secara khusus dibenarkan. Ayat-ayat al Qur’an atau
yang akan dijadikan al maqis ‘alaih, tetapi hadis-hadis Rasulullah menujukkan
termasuk ke dalam maqasid syari’ah bahwa setiap hukum mengandung kemas-
secara umum maka dilakukan metode lahatan bagi manusia. Oleh karena itu,
maslahah mursalah. memberlakukan maslahah terhadap
Maslahah mursalah ialah penetapan hukum-hukum lain yang juga mengan-
hukum berdasarkan kepentingan umum dung kemaslahatan adalah legal. Dengan
terhadap suatu persoalan yang tidak ada demikian menolak maslahah mursalah
ketetapan hukumnya dalam syariat yang berarti menolak metode yang sesuai
memerintahkan untuk memperhatikannya dengan maqasid syari’ah( tujuan syariat),
atau mengabaikannya.13 Maksud dari dan hal ini merupakan kebathilan.
pengambilan maslahah tersebut adalah Ketiga, sekiranya maslahah mur-
untuk mewujudkan manfaat, menolak salah yang pada prinsipnya merupakan
kemudaratan dan menghilangkan atau tujuan syariat itu tidak dapat diterima
menghindarkan kesusahan bagi manusia. sama sekali, maka pada suatu saat
Golongan yang paling banyak manusia akan mengalami kesulitan,
mempergunakan metode ini adalah padahal Allah menghendaki kemudahan
golongan malikiyah. Abu Zahrah dalam dan tidak menghendaki kesulitan bagi
Ushul Fiqh mengemukakan bahwa manusia. Kemaslahatan manusia akan
setidaknya ada tiga alasan yang diper- senantiasa dipengaruhi perkembangan
gunakan golongan malikiyah terhadap tempat, zaman dan lingkungan mereka
penggunaan metode atau dalil maslahah sendiri. Apabila syariat Islam hanya
mursalah.14 terbatas pada hukum-hukum yang tertulis
Aris Rauf, Maqasyid Syari’ah dan Pengembangan Hukum ... | 29

dalam ayat-ayat al-Qur’an atau hadis- 8


Lihat Asafri Jaya Bahkri, Konsep Maqasid
hadis Rasulullah yang jumlahnya terbatas syari’ah Menurut al Syatibiy (Jakarta: Raja
itu saja, akan membawa kepada kesulitan Grafindo, 1996), h. 136
dan ketidakmampuan menyelesaikan 9
Departemen Agama RI, al Qur’an dan
permasalahan-permasalahan yang muncul
Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989), h.
III. PENUTUP 427
10
Berdasarkan dari uraian-urain ter- Lihat Satria Efendi, M. Zein, op.cit., h.
sebut di atas, di akhir dari pembahasan 238.
tulisan ini tentang maqasid syari’ah dan 11
Lihat Ahmad Hanafi, Pengantar dan
pengembangan hukum maka penulis
Sejarah Hukum Islam (Cet VI;Jakarta: Bulan
mengemukakan bahwa melalui maqasid
Bintang, 1991), h. 66.
syari’ah ayat-ayat atau hadis-hadis yang
12
secara kuantitatif terbatas jumlahnya dapat Departemen Agama RI, op.cit., h. 45
dikembangkan untuk menjawab berbagai 13
Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman,
macam persoalan hukum yang muncul Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqhi Islam (Cet
yang tidak terselesaikan dengan pen- IV; Bandung: al Ma’arif, 1997), h. 105.
dekatan kebahasaan 14
Lihat Muhammad Abu Zahrah, Ushul al
Pengembangan hukum melalui
Fiqh (Mesir: Dar al Fikr al ‘Araby, t.th.), h 281-
maqasid syari’ah dilakukan dengan
282.
penggunaan metode penggalian hukum
atau dalil hukum seperti qiyas, istihsan
DAFTAR PUSTAKA
dan maslahah mursalah. Metode-metode
penetapan hukum atau dalil hukum ini Abu Zahrah, Muhammad. Ushul al Fiqh.
didasarkan atas maqasid syari’ah. Mesir: Dar al Fikr al Arabiy, t.th.

Catatan Akhir: Ahmad Hanafi. Pengantar dan Sejarah


1
Hukum Islam. Cet VI;Jakarta: Bulan
Umar Syihab, Hukum Islam dan
Bintang, 1991.
Transformasi Pemikiran (Semarang: Dina Utama,
t.th.), h. 3. Asafri Jaya Bahkri. Konsep Maqasid
2
syari’ah Menurut al Syatibiy.
Muhammad Abu Zahrah, Ushul al Fiqh
Jakarta: Raja Grafindo, 1996.
(Mesir: Dar al Fikr al Arabiy, t.th.), 364
3
Departemen Agama RI. al Qur’an dan
Lihat Abu Hamid al Ghazali, al Mustashfa
Terjemahnya. Semarang: Toha
min ‘Ilm al Ushul , jilid I (Beirut: Dar al Kutub al
Putra, 1989.
‘Ilmiyyah, 1983), h. 286.
4
al Ghazali, Abu Hamid. al Mustashfa min
Ibid.
‘Ilm al Ushul. jilid I, Beirut: Dar al
5
Satria Efendi, M. Zein, Ushul Fiqh Kutub al ‘Ilmiyyah, 1983.
(Jakarta: Kencana, 2009), h. 237
Hamka Haq. Falsafat Ushul Fiqhi.
6
Abu Ishaq al Syatiby, al Muwafaqat fi Makassar: Yayasan al Ahkam, 2000.
Ushul al Syari’ah, Juz IV (ed.) Abdullah Darras
Muhammad Abu Zahrah. Ushul al Fiqh.
(Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyyah, 1991), h. 89.
Mesir: Dar al Fikr al ‘Araby, t.th.
7
Lihat Hamka Haq, Falsafat Ushul Fiqhi
Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman.
(Makassar: Yayasan al Ahkam, 2000), h. 234
Dasar-Dasar Pembinaan Hukum
Aris Rauf, Maqasyid Syari’ah dan Pengembangan Hukum ... | 30

Fiqhi Islam. Cet IV; Bandung: al Abdullah Darras, Beirut: Dar al


Ma’arif, 1997. Kutub al Ilmiyyah, 1991.
Satria Efendi, M. Zein. Ushul Fiqh. Umar Syihab. Hukum Islam dan
Jakarta: Kencana, 2009. Transformasi Pemikiran. Semarang:
Dina Utama, t.th.
al Syatiby, Abu Ishaq. al Muwafaqat fi
Ushul al Syari’ah. Juz IV (ed.)

Anda mungkin juga menyukai