Anda di halaman 1dari 16

PENETAPAN HARGA

Diajukan untuk memenuhi tugas


Matakuliah Studi Hadis Ekonomi
Semester V
Dosen pengampu : Dr. Muzdalifah Muhammadun, M.Ag.

Oleh
Kelompok 6 :
Ilda Resti Ningsi (18.2300.108)
Nur Afni( )
Nur Cahya Usman ( 18.2300.064 )
Safira wardani ( 18.2300.046)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

IAIN PAREPARE

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Penulis panjatkan puji syukur dengan berkat rahmat Allah


SWT, yang telah memudahkan Penulis dalam menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, Rasulullah terakhir yang diutus dengan membawa syari’ah yang mudah, penuh
rahmat, dan membawa keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Makalah berjudul “penetapan harga” ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah STUDI HADIS EKONOMI. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan yang ada agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan.
Sesuai dengan fitrahnya, manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang tak luput
dari kesalahan dan kekhilafan, maka dalam makalah yang Penulis susun ini belum
mencapai tahap kesempurnaan. Kerja keras dan sumbangsih dari berbagai pihak
dalam penulisan makalah ini semoga bernilai ibadah disisi Allah SWT, semoga
makalah ini dapat bermanfaat dengan baik.

Penulis

Parepare, 7 desember 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................................4
2.1 Konsepsi pasar.........................................................................................................4
2.2 Harga yang Adil.......................................................................................................4
2.3 Mekanisme Pasar.....................................................................................................8
BAB III..................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan............................................................................................................10
3.2 Saran......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ekonomi yang menjelaskan segala fenomena
tentang perilaku pilihan dan pengambilan keputusan dalam setiap unit kegiatan atau
aktivitas ekonomi dengan mendasarkan pada tata aturan moral dan etika syariah.
Tujuan akhir ekonomi Islam adalah sebagaimana tujuan dari syariah Islam itu sendiri
(maqâshid al-syarî‘ah), yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (falâh)
melalui tata kehidupan yang baik dan terhormat. Mewujudkan kesejahteraan hakiki
bagi manusia merupakan dasar sekaligus tujuan utama dari syariah Islam (mashlahah
al-‘ibâd).
Berbeda dengan sistem konvensional, konsep Ekonomi Islam menegaskan bahwa
mekanisme pasar dan penetapan harga perlu diatur untuk menegakkan keseimbangan
pasar dan keadilan ekonomi dengan mempertimbangkan kepentingan para pihak yang
terlibat di pasar. Harga wajar dan adil (fair price) adalah harga yang diperoleh
berdasarkan kekuatan penawaran (supply) dan permintaan (demand). Manakala
terjadi tindakan-tindakan yang bersifat zhulm sehingga terjadi distorsi pasar atau
harga tidak berada pada titik keseimbangannya, pemerintah sangat berperan untuk
mengambil kebijakan berupa penetapan harga dengan melihat faktor-faktor penyebab
terjadinya distorsi tersebut dan mengembalikan harga pada titik keseimbangannya
semula.
Untuk itu, dalam ekonomi Islam pilar utama adalah aspek etika dan moral Islam
itu sendiri. Setiap Muslim perlu berperilaku sesuai dengan ajaran Islam dan memiliki
perilaku homo islamicus. Yang artinya, moral (akhlâq) Islam menjadi pegangan
pokok dari perilaku ekonomi yang menjadi panduan mereka untuk menentukan suatu
kegiatan adalah baik atau buruk sehingga perlu dilaksanakan atau tidak.

1
Masalahnya, saat ini kondisi aktual pasar global sudah bebas di mana
perdagangan antarnegara menjadi sesuatu yang niscaya sehingga diperlukan kearifan
tersendiri dalam menyikapinya. Termasuk Indonesia, negara dengan penduduk
Muslim terbesar di dunia ini secara resmi masuk dalam pelaksanaan kesepakatan
ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) pada 1 Januari 2010. Banyak kalangan
dalam negeri khawatir dengan diberlakukannya ACFTA ini karena melihat kondisi
perekonomian Indonesia, baik dalam tataran makro maupun mikro yang tidak
sebanding dengan dominasi ekonomi Cina.
Terlepas dari pro dan kontra soal ACFTA yang merupakan warisan pemerintahan
Presiden Megawati Soekarnoputri—dan tidak pernah diratifikasi melalui lembaga
perwakilan rakyat, tetapi hanya melalui Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 2004—
sedikit banyak mendatangkan kerugian dibandingkan dengan manfaatnya, khususnya
terhadap industri manufaktur dan tenaga kerja jika tidak segera diantisipasi
pemerintah. ACFTA lebih mengarah pada implementasi zona baru prinsip liberalisme
perdagangan yang akan mengganggu pasar domestik dan mengancam konsumsi
barang-barang yang diproduksi di dalam negeri.
Pasar bebas yang terjadi saat ini telah menjadi segala-galanya. Ia seperti ‚tuhan‛
sekaligus ‚hantu‛ karena makanisme pasar yang ada sangat dipengaruhi oleh adanya
kekuatan superpower yang berwajah kapitalisme dengan konsep ‚neo liberalisme.
Pemahaman in tentu sangat bertentangan dengan keadilan pasar yang dikonsepkan
oleh para pemikir Muslim. Pemikiran yang dikembangkan tentu diambil dari para
tokoh Muslim dalam hal ini antara lain adalah Ibn Taymiyyah , tokoh utama yang
layak dijadikan rujukan mengingat konsepnya sangat mendalam dan rasional tentang
harga yang wajar dan peran pemerintah dalam pengaturannya.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa itu pasar ?
2) Apa yang dimaksud Tsaman Al-Mitsl dan Iwadh Al-Mitsl.
3) Bagaimanakah definisi harga adil menurut ibnu taimiyah ?

2
4) Bagaimanakah pendapat ibnu taimiyah tentang mekanisme pasar ?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai harga yang
adil menurut Ibnu Taimiyah. Memberikan gambaran dikalangan mahasiswa
tentang pentingnya mengetahui dan memahami tentang mekanisme pasar dan
harga yang adil itu, yang nantinya akan membantu memahami keadaan pasar
disekitar mahasiswa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsepsi pasar


Pasar dalam pengertian ilmu ekonomi adalah pertemuan antara permintaan dan
penawaran. Dalam pengertian ini, pasar bersifat interaktif, bukan fisik. Adapun
mekanisme pasar adalah proses penentuan tingkat harga berdasarkan kekuatan
permintaan dan penawaran . Pertemuan antara permintaan (demand) dan penawaran
(supply) dinamakan equilibrium price (harga keseimbangan).

Pasar sangat penting bagi perekonomian di dunia, begitu pula islam


memandangnya. Pada zaman Rasullulah Saw. maupun Khulafaur Rasyidin, pasar
sudah terjadi dan menjadi sunatullah seperti yang telah terjadi sebelum-sebelumnya.

Islam bukan hanya mengatur tentang peribadahan saja, akan tetapi juga mengatur
masalah ekonomi. Ekonomi islam bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits. Dalam
islam, pasar sangatlah penting, Rasulullah menghargai harga yang terbentuk dari
pasar sebagai harga yang setara dan menolak intervensi pasar apabila ada perubahan
pada harga yang terjadi sebab mekanisme pasar yang wajar. Pasar dalam islam harus
mengandung moralitas yang meliputi persaingan yang sehat (fair play), kejujuran
(honesty), keterbukaan (transparancy), serta keadilan (justice). Nilai-nilai inilah yang
menjadi penting dalam pasar isam yang harus ditegakkan.

2.2 Harga yang Adil


Harga yang adil ini dijumpai dalam beberapa terminologi antara lain: si’r a-mithl
dan qimah al-adl. Istilah qimah al-adl (harga yang adil) pernah digunakan oleh
Rasulullah Saw. Harga yang adil adalah harga yang tidak menimbulkan eksploitasi
atau penindasan (kezaliman) sehingga merugikan salah satu pihak dan
menguntungkan pihak yang lain.

4
Adapun definisi lain dari harga yang adil adalah nilai harga di mana orang-orang
menjual barangnya dapat diterima secara umum sebagai hal yang sepadan dengan
barang yang dijual itu ataupun barang-barang sejenis lainnya ditempat dan waktu
tertentu

Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al-Hisbah fi Al-Islam membedakan dua jenis


harga, yakni harga yang tidak adil dan cacat hukum serta harga yang adil dan sah
menurut hukum

Dan dari sini jelaslah bahwa harga itu diantaranya ada yang zholim dan dia
tidak diperbolehkan, dan ada juga yang adil dan dia diperbolehkan.

Apabila orang-orang memperjual belikan barang dagangannya dengan cara-


cara yang bisa dilakukan tanpa ada pihak yang dizholimi kemudian harga
mengalami kenaikan karena kurangnya persediaan barang ataupun
bertambahnya jumlah penduduk (permintaan) maka itu semata-mata karena
Allah SWT..Dalam hal demikian, memaksa para pedagang untuk menjual
barang dagangannya pada harga tertentu merupakan tindakan pemaksaan yang
tidak dapat dibenarkan.

Dalam membicarakan harga yang adil, Ibnu Taimiyah menggunakan dua istilah,
yaitu: Harga Yang Setara (Tsaman Al-Mitsl) dan Kompensasi Yang Setara (Iwadh
Al-Mitsl).

5
1) Harga yang setara (Tsaman Al-Mitsil)
Konsep Ibnu Taimiyah tentang harga yang setara mempunyai
kesamaan dengan konsep harga yang setara yang disampaikan oleh pemikir
Sekolastis yang bernama Aquinas. Akan tetapi Ibnu Taimiyah memberi
makna yang lebih luas dia menganjurkan dalam menetapkan harga yang setara
itu dengan pertimbangan apabila suatu barang tersebut tidak ada disuatu
tempat. Secara eksplisit dia mengajukan pertimbangan untuk mempertemukan
antara nilai subjektif dari pembeli dan nilai objektif dari penjual. Tujuan
utama dari harga yang setara adalah memelihara keadilan dalam mengadakan
transaksi timbal balik dan hubungan-hubungan lain diantara anggota
masyarakat.
Tujuan utama dari harga yang adil adalah memelihara keadilan dalam
mengadakan transaksi timbal balik dan hubungan-hubungan lain diantara
anggota masyarakat. Pada konsep harga adil ini pihak penjual dan pembeli
sama-sama merasakan keadilan.
Harga yang setara merupakan nilai harga dimana orang-orang menjual
barangnya dapat diterima secara umum sebagai hal yang sepadan dengan
barang yang dijual itu ataupun barang-barang yang sejenis lainnya ditempat
dan waktu tertentu.
2) Kompensasi yang setara (Iwadh Al-Mitsl)
Dalam mendefinisikan “kompensasi yang setara, Ibnu Taimiyah
berkata: “yang dimaksud kesetaraan adalah kuantitas dari objek khusus dalam
penggunaan secara umum (‘urf). Itu juga berkait dengan nilai dasar (rate/si’r)
dan kebiasaan”. Lebih dari itu ia menambahkan: “evaluasi yang benar
terhadap kompensasi yang adil didasarkan atas analogi dan taksiran dari
barang tersebut dengan barang lain yang setara (equivalent)”. Inilah benar-
benar adil dan benar-benar diterima dalam penggunaannya. Menurut Ibnu
Taimiyah yang menjelaskan Permasalahan kompensasi yang setara, muncul
ketika membongkar masalah moral dan kewajiban hukum (berkaitan dengan

6
kepemilikan barang). Menurutnya, prinsip-prinsip ini terkandung dalam
beberapa kasus berikut :
a) ketika seseorang bertanggung jawab menyebabkan terluka atau rusaknya
orang lain (nufus), hak milik (amwal), keperawanan dan keuntungan (manafi)
b) ketika seseorang mempunyai kewajiban membayar kembali barang atau
profit yang setara atau membayar ganti rugi atas terlukanya salah satu bagian
dari anggota tubuhnya
c) ketika seseorang dipertanyakan telah membuat kontrak tidak sah ataupun
kontrak yang sah pada peristiwa yang menyimpang dalam kehidupan maupun
hak milik.

Dari berbagai pernyataan diatas dapatlah disimpulkan bahwa kompensasi yang


adil muncul karena adanya suatu adat kebiasaan terhadap nilai harga suatu benda.
Sedangkan harga yang adil timbul karena adanya aktivitas permintaan dan penawaran
terhadap nilai harga benda. Adapun persamaannya, sama-sama memakai konsep
keadilan, yang mana harus didasarkan pada kesepakatan atau persetujuan antara
kedua belah pihak, atau dapat juga dikatakan tidak adanya unsur keterpaksaan dan
penzoliman dari salah satu pihak.

Ibnu Taimiyah menjelaskan ketika terjadi ketidakadilan harga maka pemerintah


boleh melakukan intervensi demi menjaga kemaslahatan ummat bahkan pemerintah
boleh memaksa penjual untuk menjual dengan standar harga atau harga yang setara,
ketika terjadi sebuah ketidakadilan yang merajalela sebagaimana diungkapkan oleh
Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al-Hisbah fi AlIslam sebagai berikut:

7
Dan wajib apabila tidak mungkin untuk menghilangkan semua kezaliman
maka menghilangkan yang mungkin saja, maka menetapkan harga yang
setara ini adalah suatu kewajiban artinya memberikan konsekuensi mereka
untuk menjual dan membeli hanya dengan harga yang setara.

Ibnu taimiyah menjelaskan bahwasanya kezoliman yang “sengaja dilakukan”


akan mengakibatkan distorsi pasar. Yang pada akhirnya juga akan mengakibatklan
perubahan harga, ketika perubahan tersebut terjadi karena kesengajaan atau tidak
terjadi secara alamiah maka hal tersebut tidak dapat dibenarkan.

Dalam mekanisme penetapan harga dalam Islam sesuai dengan Maqashid al-
Syariah, yaitu merealisasikan kemaslahatan dan menghindari kerusakan di antara
manusiadengan memerangi distorsi pasar (memerangi mafsadah atau kerusakan yang
terjadi di lapangan). Penetapan harga yang tidak adil akan mengakibatkan timbulnya
kondisi yang bertentangan dengan kondisi yang diharapkan, membuat situasi pasar
memburuk yang akan merugikan konsumen. Tetapi harga pasar yang terlalu tinggi
karena unsur kezaliman juga akan berakibat ketidaksempurnaan dalam mekanisme
pasar. Usaha memproteksi konsumen tidak mungkin dilakukan tanpa melalui
penetapan harga, dan negaralah yang berkompeten untuk melakukannya. Akan tetapi,
penetapan harga tidak boleh dilakukan sewenang-wenang melainkan harus ditetapkan
melalui musyawarah agar tidak terjadi perselisihan dalam menentukan harga jual.

2.3 Mekanisme Pasar


Mekanisme pasar adalah kecenderungan dalam pasar bebas untuk terjadinya
perubahan harga sampai pasar menjadi seimbang(jumlah yang ditawarkan sama
dengan jumlah yang diminta).

Ibn Taymiyyah memiliki pandangan tentang pasar bebas, di mana suatu harga
dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Dia mengatakan bahwa
naik turunnya harga tidak selalu berkait dengan kezaliman (zhulm) yang dilakukan
oleh seseorang.

8
Pernyataan tersebut mengidentifikan bahwa kenaikan harga yang terjadi
disebabkan oleh perbuatan ketidakadilan atau zhulm para penjual. Perbuatan ini
disebut manipulasi yang mendorong terjadinya ketidaksempurnaan pasar. Tetapi
penyataan ini tidak bisa disamakan dalam segala kondisi, karena bisa saja alasan naik
dan turunnya harga disebabkan oleh kekuatan pasar.

Ungkapan Ibn Taymiyyah tersebut juga menggambarkan secara eksplisit bahwa


penawaran bisa datang dari produksi domestik dan impor. Perubahan dalam
penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau penurunan dalam jumlah barang
yang ditawarkan, sedangkan permintaan sangat ditentukan oleh selera dan
pendapatan. Besar kecilnya kenaikan harga tergantung pada besarnya perubahan
penawaran dan/atau permintaan. Bila seluruh transaksi sudah sesuai dengan aturan
maka kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak natural (ilâhiyyah).

Ibnu Taimiyah memberikan penjelasan yang rinci tentang beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaan dan tingkat harga. Adapun faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Permintaan masyarakat (al-ragabah) yang sangat bervariasi (people’s desire)


terhadap barang. Faktor ini tergantung pada jumlah barang yang tersedia (al matlub).
Suatu barang akan semakin disukai jika jumlahnya relatif kecil (scarce) daripada yang
banyak jumlahnya.

2. Tergantung kepada jumlah orang yang membutuhkan barang (demander/consumer/


tullab). Semakin banyak jumlah peminatnya, semakin tinggi nilai suatu barang.

3. Harga juga dipengaruhi oleh kuat lemahnya kebutuhan terhadap suatu barang,
selain juga besar dan kecilnya permintaan. Jika kebutuhan terhadap suatu barang kuat
dan berjumlah besar, maka harga akan naik lebih tinggi jika dibandingkan dengan
jika kebutuhannya lemah dan sedikit.

9
4. Harga juga akan bervariasi menurut kualitas pembeli barang tersebut (al-
mu’awid). Jika pembeli merupakan orang kaya dan terpercaya (kredibel) dalam
membayar kewajibannya, maka kemungkinan ia akan memperoleh tingkat harga yang
lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak kredibel (suka menunda
kewajiban atau mengingkarinya).

5. Tingkat harga juga dipengaruhi oleh jenis uang yang digunakan sebagai alat
pembayaran. Jika menggunakan jenis mata uang yang umum dipakai, maka
kemungkinan harga relatif lebih rendah jika dibandingakan dengan menggunakan
mata uang yang tidak umum atau kurang diterima secara luas.

 Syarah Mufradat
 Takhrij Hadis
 Skema Sanad

Nama Anas bin Malik Tsabit bin Hammad bin Affan bin Utsman bin
binAn nadir bin Aslan Salamah bin Muslim bin Muhammad bin
Dlamdlom bin Dinar Abdullah Ibrahim bin
Zaid bin Haram Utsman

Kalangan sahabat Tabi’in Kalangan Kalangan Kalangan tua


kalangan pertengahan tua
biasa

Kuniyah Abu hamsah Abu Abu Abu Abu Al Hasan


muhammad salamah Ustman

Negeri Bashrah Bashrah Bashrah Baghdad Kufah


Hidup

10
Tahun 91 H 127 H 167 H 219 H 239 H
Wafat

 Fiqhul Hadis
 Kandungan ekonomi
Dari kasus di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Islam tidak
ada patokan yang pasti untuk menentukan harga ideal, selain berdasarkan
kepada hukum penawaran dan permintaan atau suplay and demand. Tidak ada
ketentuan, misalnya harga ideal adalah sekian persen dari harga asli
pembelian, tidak juga dikatakan bahwa harga yang Islami adalah harga yang
murah atau sebaliknya harga yang mahal dianggap sebagai harga yang tidak
Islami. Dalam hal ini Abu Yusuf, seorang ulama klasik terkenal, mengatakan
dalam kitab Al-Kharraj: "Tidak ada batasan tertentu tentang murah atau
mahalnya harga sebuah barang, semua itu tidak dapat dipastikan. Hal tersebut
sudah ada yang mengaturnya, dan prinsipnya tidak bisa diketahui. Murah
belum tentu karena melimpahnya makanan, demikian juga mahal tidak
disebabkan karena kelangkaan makanan. Murah dan mahal merupakan
ketentuan Allah swt."

Hal ini ini juga mengisyaratkan kebebasan ekonomi dalam Islam,


setiap orang bebas melakukan perniagaan dengan fair termasuk kebebasan
untuk mendapatkan harga dan keuntungan yang ideal baginya. Ketika hukum
suplay and demand mengkibatkan harga naik, maka bisa dipahami bahwa
Allah swt. memberikan rizkinya kepada penjual/petani. Demikian sebaliknya
ketika hukum suplay and demand mengakibatkan harga turun, maka bisa
dipahami pula bahwa Allah swt. memberikan riziki-Nya kepada
pembeli/konsumen.
Dari hadist tersebut dapat dipahami bahwa nabi menganjurkan
umatnya untuk memanfaatkan mekanisme pasar dalam penyelesaian masalah
ekonomi dan menghadiri sistem penetapan harga ( ta‟sir) oleh otoritas negara
dilarang mencampuri, memaksa orang menjual barang
pada tingkat harga yang tidak mereka ridhoi. Islam menganjurkan agar
harga diserahkan pada mekanisme pasar sesuai dengan kekutaan permintaan
dan penawaran. Pemerintah tidak boleh memihak pembeli dengan pematokan
harga yang lebih rendah atau memihak penjual dengan
mematok harga tinggi

11
Islam menghargai hak penjual dan pembeli untuk menentukan harga
sekaligus melindungi hak keduanya dalam rangka melindungi hak penjual dan
pembeli islam membolehkan bahkan mewajibkan pemerintah melakukan
penetapan harga bila penaikan harga disebabkan adanya penyimpangan antara
permintaan dan penawaran. Konsep harga yang adil telah dikenal Rosullah,
yang kemudian banyak menjadi pembahasan dari para ulama dimasa
kemudian adanya suatu harga yang adil telah menjadi peganggan yang
mendasar dalam transaksi yang islami secara umum harga yang adil adalah:
harga yang tidak menimbulkan eksploitasi atau penindasan (kezaliman)
sehingga merugikan salah satu pihak dan
menguntungkan pihak yang lain. Penentuan harga dalam islam ditentukan
oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi secara alami.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Pasar dalam pengertian ilmu ekonomi adalah pertemuan antara permintaan
dan penawaran.
2) Harga yang setara merupakan nilai harga dimana orang-orang menjual
barangnya dapat diterima secara umum sebagai hal yang sepadan dengan
barang yang dijual itu ataupun barang-barang yang sejenis lainnya ditempat
dan waktu tertentu sedangkan yang dimaksud kesetaraan adalah kuantitas dari
objek khusus dalam penggunaan secara umum Itu juga berkait dengan nilai
dasar dan kebiasaan”.

12
3) harga yang adil timbul karena adanya aktivitas permintaan dan penawaran
terhadap nilai harga benda.memakai konsep keadilan, yang mana harus
didasarkan pada kesepakatan atau persetujuan antara kedua belah pihak, atau
dapat juga dikatakan tidak adanya unsur keterpaksaan dan penzoliman dari
salah satu pihak.
4) Ibn Taymiyyah memiliki pandangan tentang pasar bebas, di mana suatu harga
dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Dia mengatakan
bahwa naik turunnya harga tidak selalu berkait dengan kezaliman (zhulm)
yang dilakukan oleh seseorang.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini bisa memberikan kemudahan dalam
memahami gambaran besar dari pemikiran ibnu taimiyah tentang harga yang
adil. Demikian makalah yang dapat penulis sajikan, mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan
untuk penyempurnaan penyusunan.

DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai