GEO223218 - UTS - Kelompok 2
GEO223218 - UTS - Kelompok 2
Kelompok 2:
Rabi’a (23/525500/PGE/01584)
Rizka Dwi Amalia (23/530806/PGE/01628)
Taufik Budi Waskita (23/530803/PGE/01627)
Zellinia Ristanti (23/512479/PGE/01563)
2. ID_BLD ada yang tidak terisi sebanyak 9 data, keidakteraturan (terdiri dari 101 , 512,521,
522,532,571,811,831)
3. RT ada data yang kosong sebanyak 2 data. RT terdiri dari RT 1 sampai dengan RT 7
4. RW Terdapat RW sebanyak 289 data yang kosong sisanya RW 14, 16, 18, 27, 29, 30
5. BLD_OWNER ada 9 data yang kosong yang tidak terisi oleh subjek atau responden
6. Village ada 1 data kosong sisanya berada pada dusun Bakungan, Bogem, Bregan, Jombang,
Lumutan, Ngambah, Plumutan, dan Tulasan
7. Sub_Distrik Surveyoran ini dilaksanakan di desa Mulyodadi
8. Distrik data distrik ini sudah lengkap dilaksanakan di Desa Bambanglipuro
9. BLD_FUNC, terdapat dua data kosong. Fungsi bangunnan pada studi kasus ini diantara nya
Cemetery (kuburan), Education (Bangunan Sekolah), House (Permukiman), Place Of
Worship (Tempat Ibadah)
10. No_Floor sebanyak 84 data kosong, sisanya 1 dan 2
11. BLD_Struck rumah terdiri dari 3 jenis tipe bahan pertama ada 1. Batubata 2. Beton 3.
bangunan bertulang
12. BLD_Roof, concrete roof tile (Genteng Beton Datar), Concrete Roof (Genteng Beton)
Brick Toof Tile (Genteng Bata)
13. Damage, dampak kerusakan Rendah, sedang, Tinggi.
14. Input_Data, ada satu data kosong. Surveyoran ini dilaksanakan selama 3 hari, 14 Juni, 15
Juni, 17 Juni 2006.
I. Dari citra tersebut, dapatkah Anda mengidentifikasi rumah-rumah yang rusak? Seperti
apa kenampakannya?
Jawaban:
Jika dilakukan identifikasi secara visual dengan melihat gambar, tidak terlihat rumah-rumah yang
rusak. Namun, jika dilihat dari data hasil survei lapangan, maka akan ditemukan data tingkat
kerusakan pada masing-masing titik bangunan.
J. Apa interpretasi utama yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bangunan yang
rusak?
Jawaban:
Interpretasi utama untuk mengidentifikasi bangunan yang rusak yakni dengan dua cara pertama
dengan interpretasi vertikal melalui foto udara dan melihat informasi dari data attribute table
shapefile point_shp_rapid.
K. Apakah Anda menemukan bangunan pada citra yang tidak terwakili oleh data GIS?
Jawaban:
Terdapat beberapa bangunan yang tidak memiliki atribut tertentu karena surveyor tidak melakukan
observasi pada bangunan-bangunan tersebut. Dengan demikian, data yang dihasilkan dari
observasi lapangan menjadi kurang lengkap. Berdasarkan hal tersebut, kami berasumsi bahwa
teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh surveyor menggunakan teknik sampling (bukan
sensus).
L. Apa keuntungan penggunaan data penginderaan jauh untuk penilaian kerusakan akibat
gempa bumi dengan cepat?
Jawaban:
Data pengindraan jauh untuk penilaian kerusakan dapat mempermudah serta mempercepat proses
evaluasi dan respons petugas/pemangku kepentingan terhadap kejadian gempabumi karena:
B. Kunci utama apa yang akan Anda gunakan sebagai koneksi antara dua data?
Jawaban:
1. Di data Excel : ID Lap, BLD Func, No Floor, Bld Struct, Bld Roof, Damage, Input
Data.
2. Di shp Point Rapid : ID lap, Sheet, ID BLD, RT, RW, BLD Owner, Village, SUB_Dist,
Distrik.
3. Kami menggabungkan berdasarkan data ID_LAP yang terdiri atas 765 Responden.
4. Lokasi dan koordinat yang sama
C. Sekali lagi, apakah ada data yang buruk dari keseluruhan data?
Jawaban:
Selain data-data yang disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa data yang buruk:
1. ID_Lapangan tidak urut dimulai dari nomor 3 dan ada data yang hilang dimulai dari
nomor 7
2. ID_BLD ada yang tidak terisi sebanyak 9 data, keidakteraturan (terdiri dari 101 ,
512,521, 522,532,571,811,831)
3. RT ada data yang kosong sebanyak 2 data. RT terdiri dari RT 1 sampai dengan RT 7.
4. RW Terdapat RW sebanyak 289 data yang kosong sisanya RW 14, 16, 18, 27, 29, 30.
5. BLD_OWNER ada 9 data yang kosong yang tidak terisi oleh subjek atau responden.
D. Apa masalah dengan data buruk tersebut? Bagaimana kesalahan ini bisa terjadi?
Jawaban:
Data buruk ada karena terdapat ketidak lengkapan data di setiap kolom attribute pada sel
excel tertentu dan tidak semua bangunan di desa tersebut dilakukan pendataan di lapangan
dan tidak dilakukan ploting oleh surveyor. Kemeudian kesalahan seperti ini bisa terjadi
karena tidak dilakukan pengecekan kembali oleh surveyor saat selesai survey di lapangan.
selain itu saat penginputan data, surveyor kurang cermat dan teliti saat melukan input data
ke dalam sistem ArcGis pada shapefile point_shp_rapid.
E. Di mana data buruknya? Apa yang akan Anda lakukan dengan data ini?
Jawaban:
Data buruk terjadi ketika hal hal berikut :
1. Surveyor tidak mengisi kolom kuesioner pada saat dilapangan
2. Surveyor tidak atau kurang teliti menginput data ke komputer saat pemindahan data dari
kuesioner.
G. Berapa jumlah bangunan yang tergolong rusak sedang? Di desa manakah mereka
paling banyak ditemukan? Apa fungsi dari sebagian besar bangunan dengan
kerusakan sedang ini?
Jawaban:
Dari data attribute poin shp rapid didapatkan persentase rumah rusak sedang
sebanyak 25 rumah. Rumah yang memiliki persentase kerusakan sedang banyak di desa
Bregan, Ngambah, Bogem, Tulasan, Jombang.
Persentase rumah rusak keseluruhan 702 rumah dengan jumlah rumah yang
memiliki potensi kerusakan tinggi, sebanyak 36 rumah dengan potensi kerusakan rendah
dan sebanyak 25 rumah potensi kerusakannya sedang. Rumah dengan kerusakan tinggi ini
rata-rata bangunan nya berdinding brick wall, atapnya brick roof tile dan hanya terdiri dari
satu lantai kebanyakan rumah jenis ini terletak di sebagian kecil di Bregan, Bakungan,
Ngambah, Tulasan. Lumutan. Rumah yang memiliki persentase kerusakan sedang banyak
di desa Bregan, Ngambah, Bogem, Tulasan, Jombang. Rumah dengan persentase
kerusakan rendah rata-rata kecil di Bregan, Bakungan, Ngambah, Lumutan, Bogem,
Tulasan.
H. Berapa banyak bangunan rusak berat yang strukturnya terbuat dari batu bata?
Jawaban:
Total 765 data rumah yang terdampak kerusakan dan yang mengalami kerusakan berat
khusus yang struktur bangunan nya terbuat dari batu bata sebanyak 688 rumah yang
terdampak.
J. Jenis struktur bangunan apa yang biasanya tergolong rusak berat di lokasi ini?
Jawaban:
Struktur bangunan yang mengalami rusak berat kebanyakan bangunan yang memiliki atap
tanah luat, rumah dengan 1 lantai dan paling banyak mengalami kerusakan bangunan yang
dindingnya disusun dari batu bata.
A. Jenis bangunan apa yang akan Anda gunakan sebagai tempat penampungan darurat
dan mengapa?
Jawaban:
Struktur bangunan harus dengan struktur non bearing wall dengan struktur rangka yang
menjadi satu kesatuan struktur menggunakan rangka kuda-kuda kayu yang saling terkait
dengan struktur bangunan khususnya perkuatan dengan arah gaya vertikal dan horizontal
merupakan solusi bangunan tahan gempa
B. Temukan potensi tempat penampungan darurat sesuai kriteria Anda dan tunjukkan
sebarannya!
Jawaban:
D. Dengan asumsi bahwa rata-rata rumah tangga mempunyai tiga anggota keluarga,
berapakah jumlah penduduk di lokasi tersebut?
Jawaban :
Dari data didapatkan 765 kepala rumah tangga dengan asumsi satu rumah tangga ada tiga anggota
keluarga maka didapatkan jumlah populasi penduduk sebanyak 2.295 orang penduduk.
E. Dengan asumsi rata-rata dimensi luas Shelter Darurat potensial adalah 500m2, berapa
luas kapasitas seluruh Shelter Darurat?
Jawab :
Teknik analisis untuk melihat seberapa besar jumlah korban yang dapat ditampung oleh shelter
Kesimpulannya luas atap bangunan pada satu shelter darurat potensial adalah sebesar 1.750 m2.
Kami merencanakan terdapat 3 lokasi prioritas untuk shlter darurat, dengan demikian jumlah
luas atap bangunan keseluruhan yakni 1.750 m2. X 3bangunan = 5.250 m2
F. Palang Merah nasional menetapkan 3m2 jumlah ruang per penghuni Shelter Darurat;
berapa banyak orang yang dapat ditampung oleh tempat penampungan potensial?
Jawaban :
Apabila kita asumsikan bahwa jumlah responden yang tercatat adalah sebanyak 702 Kepala
Rumah Tangga yang diasumsikan memiliki 3 anggota keluarga. Dengan demikian jumlah
penduduk terdampak di Desa Mulyodadi sebanyak 2.106 jiwa.
Sementara, perhitungan menunjukkan daya tampung dari 3 Shelter darurat hanya mencukupi
kebutuhan 1.750 jiwa saja. Oleh karena itu, dapat dilakukan pencarian lokasi shelter ke 4, dan
seterusnya.
Pada saat terjadi gempa ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik pada komponen
non-struktural (dinding retak, genting dan langit-langit jatuh, kaca pecah, dsb) maupun pada
komponen strukturalnya (kolom dan balok retak, pondasi amblas, dsb). Bila terjadi Gempa
Sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non-strukturalnya akan tetapi
komponen struktural tidak boleh rusak (Direktorat Jenderal Pekerjaan Umum, Perencanaan
Rumah Sederhana Tahan Gempa).
Dengan adanya struktur yang berbeda (jumlah tingkat dan bentang) pada suatu bangunan di
wilayah rawan gempa akan menimbulkan beberapa keruntuhan struktur, sehingga menghasilkan
perencanaan struktur yang berbeda pula. Semakin tinggi bangunan, maka nilai perpindahan
semakin besar sesuai dengan distribusi gaya geser yang diberikan dari lantai 1 sampai dengan
lantai atas atau atap (Tambunan, 2015)
Penggunaan bahan atap seng dan konstruksi kayu memiliki kerentanan bencana yang sangat
tinggi, begitu pula penambahan konstruksi antara bangunan dengan atap. Prinsip- prinsip desain
rumah agar tahan bencana termasuk ramah angin antara lain dapat dilakukan dengan pengenalan
kondisi eksisting, struktur bangunan termasuk atap dan sistem konstruksi sambungan,
pengembangan bangunan, dan pemeliharaan bangunan (Maromon, 2019).
Pada rumah tahan gempa, tidak perlu menggunakan material-material yang mahal dan sulit didapat
khususnya bagi struktur atap. Penggunaan kuda-kuda kayu sederhana dengan pengerjaan dan
pemahaman yang tepat dapat dipastikan memperkecil resiko kerusakan total bangunan akibat gaya
lateral yang ditimbulkan oleh gempa bumi.
Struktur bangunan harus merupakan struktur non bearing wall dengan struktur rangka yang
menjadi satu kesatuan struktur - Menggunakan rangka kuda-kuda kayu yang saling terkait dengan
struktur bangunan khususnya perkuatan dengan arah gaya vertikal dan horizontal merupakan
solusi bangunan tahan gempa (Danoe iswanto, 2007)
Danoe Iswanto.2017. Kajian Terhadap Struktur Rangka Atap Kayu Rumah Tahan Gempa Bantuan
P2kp. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman ENCLOSURE Volume 6 No. 1.
Maret 2007
Direktorat Jendral Pekerjaan Umum, Perencanaan Rumah Sederhana Tahan Gempa.hal 1-2.
Jakarta.
Tambunan, Teddy. 2015. Analisis Perpindahan Struktur Beton Bertulang Akibat Gaya Geser
Horizontal Pada Daerah Rawan Gempa. DIMENSI, VOL. 4, NO. 3 : 517-537. ISSN: 2085-
9996.
Maromon, Y.Y. Rifat, Wiras Hardi, I Gusti Ngurah. M,C Tualaka, Theodora. Kajian Rumah Ramah
Angin di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Jurnal Gewang Vol. 1, No. 1, Oktober 2019,
Hal 14 -19
Lili Somantri, 2010. Kemajuan Teknologi Pengindraan Jauh Serta Aplikasinya Dibidang Bencana
Alam. e-ISSN 2549-7529. P-ISSN 1412-0313. https://ejournal.upi.edu/index.
Php/gea/issue/view/225.
Yusrina, dkk. 2019. Perhitungan Luas Atap Untuk Analisis Daya Tampung Pengungsian
Menggunakan SIG di Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar. Jurnal Geografi,
Edukasi, dan Lingkungan (JGEL) Vol.3.nomor 3 Juli 2019 : 622-68. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Zulsfi, Adief. Prima Simanjuntak, Nico Bram. Anita sari, Vivi. Rahmi, faula. 2022. Penerapan
Analisis Geospasial Berbasis Sistem Informasi Geografis untuk pemetaan tingkat ancaman
bencana di kabupaten Padang Pariaman Sumatra Barat. Jurnal Geosains dan Remote
Sensing. Jurnal Geosains dan Remot Sensing (JGRS) Vol 2 No 2(2021) 82-91. ISSN 2722-
3647. ISSN 2722-3639 https://doi.org/10.23960/jgrs.2021.v2i2.50