Anda di halaman 1dari 61

APLIKASI MODEL KONSEPTUAL PENGKAJIAN

KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS


BERDASARKAN TEORI DOROTHY E. JOHNSON : SISTEM
PERILAKU DENGAN PENERAPAN / INTEGRASI NILAI DAN
PRINSIP KEISLAMAN
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Sains Keperawatan

Dosen: Ns. Aric Vranada, PhD

Disusun Oleh: Kelompok 2

34.May Dwi Yuri 42Andy Setiawan 50.Anwar Saifudin 58.Ramlah


35.Joko Suyanto 43.Cecep 51.Subkhan 59.Yosep Agung M
36.Mukhamad Irkham 44.Anto Susfoliyanto 52.Yuni Anggoroningsih 60.Nurhidayah
37.Femy Melia R. 45.Rika Viyanti 53.Sabria 61.Ayu Pratiwi
38.Martin 46.Mariyati Mardjuky 54.Wahyuningsih 62.Megawati
39.Marlinda Ismiati 47.Mujiono 55.Eka Puji Hastuti 63.Hafidz Al Qodri
40.Wahidah 48.Yanah Kuscianah 56.Nida Laila 64.Syafika Puti Aly
41.Didhing Supariti 49.Moh.Ryan YI.Saad 57.Mustaqim 65.Nofrika Dewi

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2018 sebesar 10,9%. Prevalensi DM menurut konsensus
Perkeni 2018 pada penduduk umur ≥ 15 tahun. Pasien DM perlu mengontrol glukosa
darah dengan melakukan diet dengan ketentuan, makan secara teratur (tiga kali
makanan pokok dan tiga kali cemilan /hari dengan waktu yang sama), memakan
makanan dengan jumlah kalori yang adekuat, membatasi asupan lemak, membatasi
asupan gula, meningkatkan asupan serat hingga 25 gram/hari, pertahankan berat
badan ideal, melakukan olahraga 1 jam sebelum makan. Meningkatnya prevalensi
dan terjadinya komplikasi pada orang dengan DM menimbulkan kerugian yang
sangat besar baik secara individual maupun sektor kesehatan secara keseluruhan
(Irawan, 2010).
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul yang disebabkan
oleh peningkatan kadar gula darah akibat penurunan sekresi insulin. Komplikasi yang
dialami penderita DM bervariasi diantaranya komplikasi fisik, psikologis, sosial dan
ekonomi. Komplikasi fisik yang timbul berupa kerusakan mata, kerusakan ginjal,
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke bahkan sampai menyebabkan gangrene
(Barnes, 2009). DM merupakan penyakit yang membutuhkan manajemen diri yang
baik. Terdapat lima pilar manajemen diabetes yaitu melalui edukasi, terapi nutrisi
medis, latihan jasmani, intervensi farmakologis, dan kontrol glukosa darah (Perkeni,
2011).
Dari berbagai model konseptual keperawatan yang ada, yang menarik
perhatian kelompok salah satunya adalah model konseptual dan teori keperawatan
menurut Dorothy E. Johnson yaitu dengan pendekatan sistem perilaku, dimana individu
dipandang sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan
stabilitas, baik di lingkungan internal maupun eksternal, juga memiliki keinginan dalam
mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkannya dengan tujuan
mencapai kesimbangan yang optimal (Alligod, 2017). Teori sistem perilaku Johnson
tumbuh dari keyakinan Nightingale yakni tujuan perawatan adalah membantu individu-
individu untuk mencegah atau mengobati dari penyakit atau cedera.
Intervensi yang digunakan untuk merubah perilaku pasien dalam Behavioral
Sistem Model yaitu regulasi eksternal, misalnya dengan cara membatasi perilaku dan
menghambat respons perilaku yang tidak efektif, merubah elemen structure dengan
tujuan untuk memotivasi pasien dengan cara memberikan pendidikan kesehatan dan
konseling dan memenuhi kebutuhan subsistem dengan cara nurture, protect dan
stimulate (Alligood, 2017). Pemberian motivasi dapat memperbaiki perilaku pasien
terhadap pengobatan karena dalam hal ini kita menanamkan kesadaran individu untuk
mentaati pengobatan didasari adanya keinginan yang timbul dari dirinya sendiri.
Sesuai dengan konsep yang diciptakan oleh Dorothy E. Johnson bahwa untuk
merubah perilaku seseorang dapat dilakukan dengan cara memotivasi drive menjadi
action. Pendekatan dengan konsep model sistem perilaku Dorothy E. Johnson dapat
menggali masalah perilaku klien yang mempengaruhi konsep sehat sakit klien,
dengan pendekatan subsistem sebagai pembentuk sistem perilaku. Perlu pengkajian
mendalam terkait permasalahan klien khususnya psikososial yang mempengaruhi
perilaku klien, sehingga bisa menemukan faktor mendasar yang membuat klien dalam
kondisi sakit dan bisa dilakukan intervensi yang tepat dalam mengatasi permasalahan
klien. Oleh karena itu, kelompok mencoba mengaplikasikan model sistem perilaku
Johnson melalui 7 pendekatan subsistem dalam asuhan keperawatan dengan diabetes
mellitus (DM).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menyusun rencana rancangan aplikasi suatu model atau teori keperawatan
Johnson pada suatu tatanan pelayanan keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguraikan dan menjelaskan teori/model konseptual keperawatan Johnson
pada suatu tatanan pelayanan keperawatan.
b. Mampu menganalisa model atau teori/model konseptual keperawatan Johnson pada
suatu tatanan pelayanan keperawatan.
c. Mampu menyusun rancangan aplikasi model atau teori keperawatan Johnson pada
suatu tatanan pelayanan keperawatan

C. Manfaat
1. Memberikan gambaran bagi penulis untuk penerapan model teori keperawatan
menurut Johnson .
2. Memberikan arahan bagi penulis dalam menerapkan model teori keperawatan
menurut Johnson dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien.

D. Sistematika Penulisan
1. BAB 1: Pendahuluan; yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan serta
sistematika penulisan
2. BAB II: Tinjauan Teori tentang model konseptual Dorothy E Johnson
3. BAB III: Pembahsan
4. BAB IV : Kesimpulan dan Saran
5. Daftar Pustaka
BAB II TINJAUAN
TEORI
Dorothy E. Johnson : Model Sistem Perilaku

A. Biografi
Dorothy E. Johnson lahir di Savannah, Georgia, 21 agustus 1919. Pada tahun
1938, ia anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya adalah pengawas pabrik udang
dan tiram sedang ibunya adalah seorang yang senang membaca. Diawali karena depresi
hebat, ia pernah mengambil cuti setahun dari sekolah untuk menjadi pengasuh,
atau guru, untuk dua anak di Miami, Florida. Di sinilah ia mulai menyadari cintanya
pada anak-anak, keperawatan, dan pendidikan (Gonzalo, 2014). Johnson menerima A.A
dari Amsstrong Junior College di Savannah, Georgia., S1 dari Vanderbilt University
di Nashvillw, Tennese (1942), lalu kemduian mendapatkan gelar M.P.H dari Harvard
University di Boston pada tahun 1948. (Alligood, 2017).
Johnson dalam pengalaman professionalnya, hampir sebagaian besar bergelut
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, meskipun ia adalah seorang staf perawat di
the Chatham-Savannah Helath Council (1943-1944). Johnson adalah seorang seorang
instruktur dan asisten professor dalam bidang keperawatan anak di Vanderbilt
University School of nursing (1948-1978). Dalam track record nya, Johnson
merupakan seorang penasihat perawatan anak yang bekerja di sekolah keperawatan
Christian Medical College di Velore, India Selatan dan pernah menjadi ketua komite
California Nurses Association yang mengembangkan sikap terkait dengan spesifikasi
dari perawat spesialis. Dalam karya publikasi, ia pula banyak melahirkan sederet
publikasi diantaranya, empat buku, lebih dari 30 artkel jurnal, papper, laporan,
prosiding dan monograf (Johnson, 1980). Kemudian, dalam segi prestasi, Johnson
mendapatkan sejumlah penghargaan, dari sekian banyak penghargaan yang
diterimanya, Dorothy E. Johnson bangga dengan Penghargaan Fakultas 1975 dari
mahasiswa pascasarjana, Penghargaan Prestasi Berprestasi Lulu Hassenplug 1977
dari Asosiasi Perawat California, dan Sekolah Perawat Universitas Vanderbilt 1981
untuk Keunggulan dalam Keperawatan. Johnson menutup usia pada Februari 1999
saat berumur 80 tahun. Sebelum dia meninggal, dia merasa senang bahwa teorinya telah
berguna dalam memajukan pengembangan dasar teori untuk keperawatan dan
digunakan sebagai model untuk praktik keperawatan di sebuah institusi-dasar yang
luas, tetapi menurutnya kepuasan terbesarnya berasal dari melihat karir produktif para
siswanya (Gonzalo, 2014).

B. Sumber Teori
Dorothy E. Johnson terkenal karena "Behavioral Sistem Model," yang pertama
kali diusulkan pada tahun 1968. Modelnya sangat dipengaruhi oleh buku Florence
Nightingale, Notes on Nursing. Dimana menganjurkan pembinaan fungsi perilaku yang
efisien dan efektif pada pasien untuk mencegah penyakit dan menekankan pentingnya
pengetahuan berbasis penelitian tentang efek perawatan keperawatan pada
pasien. Dorothy E. Johnson memulai karya nya dari premis bila keperawatan
merupakan suatu profesi yang bisa memberikan kontribusi yang besar bagi
kesejahteraan masyarakat, menurutnya keperawatan memiliki tujuan yang jelas dalam
konteks pemberi asuhan bagi klien. Dorothy Johnson mempresentasikan ide-ide dasar
untuk Sistem Perilaku Model dalam artikel jurnal pada tahun 1959, dengan judul "A
Philosophy of Nursing," dan dalam artikelnya pada tahun 1961, tentang "Signifikansi
Perawatan Perawat." Namun, Johnson tidak menyajikan seluruh model konseptualnya
dalam literatur sampai dia menyiapkan bab untuk edisi kedua bukunya (Gonzalo,
2014) (Alligood, 2017).
Dalam pengembangan teorinya, Dorothy E. Johnson menggunakan berbagai
teori perilaku yang berasal dari disipilin ilmu psikologi, sosiologi dan etnologi untuk
mengembangkan teorinya. Literatur interdisiplin tersebut lalu fokuskan pada perilaku
yang dapat diamati yang kemudian menjadi inspirasi dalam pengembangan model
konseptualnya. Kemudian Johnson juga menggunakan teori sistem dan konsep dan
definisi dari Rapoport, Chin von Bertalanffy, dan Burkley dimana salah satu asumsi
dasarnya adalah menghasilkan konsep yang menyusun teori JBS (Johnson Behavioral
Sistem). Asumsi lainnya adalah suatu rangkaian unit interaksi yang membentuk suatu
keseluruhan sistem untuk menunjukan fungsi-fungsi yang dimilikinya. Johnson
mengkonseptualkan manusia sebgai suatu sistem perilaku dan perilaku individu itu
yang menjadi fokus utamanya. Salah satu kekuatan dari JBS adalah integrasi konsep
yang konsisten untuk menjelaskan sistem perilaku yang diambil dari teori umum.
Beberapa konsep yang masuk didalamnya antar lain, holism,pencaria tujuan (goal
seeking), hubungan saling ketergantungan (interrelationship/interpendency),
stabilitas, instabilitas, subsistem, regularitas, struktur, fungsi, energi, umpan balik
(feedback) serta adaptasi (Johnson, 1980).
Buah dari pemikiran Dorothy E. Johnson yang dituangkan dan model
koseptualnya, diklaim sebagai pemikran asli dari Johnson sepanjang yang ia ketahui,
sebagaimana perkembangan pengetahuan tentang sistem biologis yang mndasari
pengetahuan tentang sistem tersebut. Hasil penemuan secara empiris telah
menunjukan bahwa ide tentang sistem perilaku dan kegunaannya sebagai kerangka
pemecahan masalah dalam konteks penelitian, pendidikan dan praktik keperawatan.
Johnson mempresentasikan filosofis yang mendasari Model Sistem Perilaku dalam
bentuk keyakinan, asumsi, tempat, dan sistem nilai. Pernyataan-pernyataan itu
menghasilkan nilai-nilai mendasar tentang perilaku, keyakinan tentang sifat dan
sistem perilaku, dan kepercayaan tentang keperawatan. Dorothy E. Johnson
menggunakan konsep dari disiplin ilmu yang lain seperti pembelajaran sosial,
motivasi, stimulasi sensori, adaptasi, modifikasi perilaku, proses berubah, tekanna,
dan stress dalam mengembangkan teorinya dalam aplikasi dalam praktik keperawatan
(Wang K, 2010) (Johnson, 1980).

C. Fokus Model Keperawatan Konseptual


Berawal dari premis keperawatan merupakan suatu profesi yang bisa
memberikan kontribusi yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, menjadi awal
mondel konsep keperawatan Dorothy E. Johnson berkembang, menurutnya
keperawatan memiliki tujuan yang jelas dalam konteks pemberi asuhan bagi klien.
Dorothy E. Johnson menggunakan berbagai teori perilaku yang berasal dari disipilin
ilmu psikologi, sosiologi dan etnologi untuk mengembangkan teorinya. Literatur
interdisiplin tersebut lalu fokuskan pada perilaku yang dapat diamati yang kemudian
menjadi inspirasi dalam pengembangan model konseptualnya. Keunikan Model
konseptual Dorothy E. Johnson daripada model konseptual lain adalah ia
menggambarkan konsep metaparadigma dari (Manusia, lingkungan, keperawatan dan
kesehatan). Manusia sebagai suatu sistem perilaku dengan tujuh sub sistem, yaitu :
pencapaian, keterikatan-afiliasi, agresi-protektif, ingestif, eliminatif dan subsistem
seksual. Masing-masing subsistem tersebut, mempunyai keterikatan antara satu dan
yang lain, yang kemudian lingkungan dan elemen struktur yang spesifik membantu
mempertahankan integritas dari sistem perilaku (Alligood, 2017).
Keunikan pengembangan model sistem perilaku Dorothy E. Johnson
berdasarkan pandangan filosofis, menyatakan bahwa keperawatan berkontribusi
dengan memfasilitasi fungsi perilaku yang efektif yang terdapat dalam diri pasien
pada saat selama dan sesudah sakit. Johnson menggunakan konsep dari dispilin ilmu
yang lain seperti pembelajaran sosial, motivasi, stimulasi sensori, adaptasi,
modifikasi perilaku, proses berubah, tekanan dan stress dalam mengembangkan
teorinya untuk diaplikasikan dalam praktek keperawatan (Johnson, 1980). Artinya
"Sistem behavioral“ yang efesien dan efektif dari dalam diri, bila difungsikan dengan
baik dapat membantunya untuk mencegah penyakit, pada saat kondisi sakit dan
setelah penyakitnya sembuh (Johnson, 1977).
Keunikan konsep teori Dorothy E. Johnson juga terlihat jelas saat dia
mengintegrasikan konsep yang konsisten untuk menjelaskan sistem perilaku yang
diambil dari teori sistem umum. Konsep tersebut antara lain holism, goal seeking,
interlelationship/ interdependency, stabilitas, instabilitas, subsitem , regularitas,
struktur, fungsi, adaptasi, energi dan umpan balik.
Keperawatan adalah kekuatan dalam mengendalikan eksternal yang bertindak
dalam mengembalikan stabilitas dan keseimbangan sistem. Hal tersebut dilakukan
dengan cara menghambat, menstimulasi atau memaksa perilaku tertentu melalui
mekanisme kontrol, merubah komponen struktural (pasien, tujuan, pilihan dan
tindakan) serta memenuhi persyaratan fungsi. Kesehatan adalah hasil dari suatu
mekanisme atau sistem perilaku yang mempunyai stabilitas dan keseimbangan
(Johnson, 1980). Sebagai seni dan ilmu, keperawatan memberikan bantuan eksternal
baik sebelum, selama dan sesudah terjadinya gangguan keseimbangan sistem,
memang aktivitas keperawatan tidak bergantung pada kewenangan medis, tetapi
aktivitas keperawatan melengkapi/menyempurnakan pengobatan medis. Dalam
modelnya Johnson tidak menggunakan istilah proses keperawatan (nursing process),
melainkan menggunakan istilah pengkajian, gangguan (disorder), tindakan
(treatment) dan evaluasi (Johnson, 1968).
Tujuan utama yang ingin dicapai Dorothy E. Johnson adalah sistem ini dapat
berkontribusi dalam pengembangan praktik keperawatan, kurikulum untuk
pendidikan perawat dan mengembangkan keilmuan. Johnson menginginkan model
sistem ini bisa berguna untuk menyebarluaskan ilmu keperawatan, intervensi
keperawatan yang sistematis yang bisa direfleksikan secara etis melibatkan multi
perspektif, dan sensitif terhadap nilai-nilai yang berlaku dikalangan masyarakat
(Alligood, 2017).

D. Isi Model Keperawatan Konseptual


Pemikirin konsep Johnson mengintegrasikan konsep yang konsisten untuk
menjelaskan sistem perilaku yang diambil dari teori sistem umum. Johnson
mendefiniskan perilaku seperti suatu keluaran dari struktur intraorganisma dan proses
yang terkordinasi didalamnya serta dimunculkan dan direspons untuk mengubah
stimulasi sensori. Konsep pemikiran Johnson (1980) memandang manusia sebagai
suatu sistem perilaku yang memiliki pola pikir, terjadi secara berulang dan
mempunyai tujuan tertentu yang menghubungkan seseorang dengan lingkungannya,
dengan demikian fokus utama konsep johnson adalah pada manusia yang dipandang
sebagai sistem perilaku yang memiliki tujuh subsistem (keterikatan–afiliasi,
ketergantungan/ dependency, ingestif, eleminatif, sexual, pencapaian / achievement,
agresif-proteksi) yang mempengaruhi respon manusia sebagai pasien mencapai
keseimbangan dalam kondisi sehat, sakit atau proses pemulihannya untuk mencapai
tingkat kesehatannya yang optimal, yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan baik
secara eksternal dan internal baik dalam aspek biologis, psikologis maupun sosial.
Perawat bisa memanipulasi beberpa aspek dari lingkungan sehingga tujuan untuk
mencapai keseimbangan sistem perilaku dapat tercapai bagi seseorang (Brown,2006).
Berikut adalah Johnson didalam mendefinisikan ketujuh subsitem didalam
perilaku manusia : subsistem keterikatan-afiliasi merupakan suatu kondisi yang
paling kritis karena hal tersebut membentuk suatu dasar bagi organisasi sosial; Sistem
ketergantungan (dependency), dalam konteks yang luas subsistem ini meningkatkan
perilaku pemberian pertolongan yang memunculkan adanya suatu respons terhadap
kebutuhan pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien;
Subsistem ingestif adalah “segala sesuatu yang harus dikerjakan kapan, bagaimana, apa
berapa
banyak yang kita makan”; subsistem eliminative membahas tentang “kapan,
bagaimana, dan kondisi tertentu yang memerlukan tindakan eliminasi”; subsistem
seksual mempunyai fungsi ganda yaitu yang berkaitan dengan reproduksi (prokreasi)
dan hal yang menciptakan kesenangan yang didalamnya bukan hanya mencakup
aktivitas seksual dengan pasangan saja, sistem respon ini mulai dengan
perkembangan peran dan identitas gender dan perlaku peran seksual; subsistem
pencapaian adalah subsistem pengendalian atau penguasaan terhdap suatu aspek dari
diri atau lingkungan untuk mencapai suatu prestasi atau keberhasilan yang
diharapkan; subsistem agresif-proteksi adalah subsistem yang yang berfungsi sebagai
perlindungan dan pemeliharaan terkait dirinya.
Manusia sebagai sistem perilaku berupaya untuk mempertahankan
keseimbangan (equilibrium) untuk merespon factor lingkungan dengan cara
menyesuaikan diri dengan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang. Lingkungan juga
merupakan sumber perlindungan, pemeliharaan (nurturance), dan stimulusasi yang
diperlukan sebagai persyaratan untuk memelihara kesehatan (keseimbangan sistem
perilaku) (Grubss, 1980). Ketika ketidakseimbangan sistem perilaku terjadi,
diperlukan perawat sebagai kekuatan pengendali eksternal yang bertindak untuk
mengembalikan keseimbangan dan stabilitas sistem dengan cara menghambat,
menstimulasi atau memaksa perilaku tertentu (mekanisme kontrol), merubah
komponen structural (Pasien, tujuan, pilihan dan tindakan) atau memenuhi perysartan
fungsi. Dengan demikian mengupayakan atau mempertahankan keseimbangan
dengan mengatur lingkungan dan menyediakan segala sesuatu kebutuhan yang
diperlukan oleh pasien agar bisa berfungsi untuk beradaptasi terhadap stress saat
tekanan datang. Oleh karena itu, Kontribusi keperawatan memiliki peranan yang
sangat penting dalam meningkatkan kemampuan manusia untuk mampu beradaptasi
sebagai sistem yang terbuka, peran keperawatan memfasilitasi manusia mencapai
fungsi perilaku yang efektif yang berasal dari dalam dirinya pada saat, selama dan
sesudah sakit. Hal ini didasarkan pada konsep pemikiran Johnson, yang menyatakan
keperawatan memiliki tujuan memelihara dan memperbaiki keseimbangan dan
stabilitas sistem perilaku dalam diri seseorang atau untuk membantu seseorang dalam
mencapai tingkat adaptasi keseimbangan yang optimal. Dengan demikian
keperawatan merupakan suatu kekuatan eksternal yang menjaga keteraturan
(organisasi) dan kesatuan (integrasi) dari perilaku seseorang untuk mencapai tingkat
yang optimal, dengan seni dan ilmu, keperawatan memberikan bantuan eksternal
baik sebelum, selama dan sesudah terjadinya gangguan keseimbangan sistem
sehingga memerlukan rangkaian pengetahuan dalam mengatasi gangguan dan kendali
(Herbert,1989; Johnson, 1980). Kesehatan adalah hasil dari sistem perilaku yang
mempunyai stabilitas dan keseimbangan yang terintegrasi dari pasien, keperawatan dan
lingkungan, (Johnson, 1980). Kesimpulan dari konsep pemikiran Johnson,
mengintegrasikan konsep metaparadigma manusia, keperawatan, lingkungan dan
kesehatan menjadi satu kesatuan yang utuh saling berhubungan dan keterkaitan yang
kuat, yang disebut sebagai hubungan proposisi koherensi.

(Tomey & Alligood, 2006)


E. Bukti Ilmiah pada Implikasi Keperawatan
Johnson telah mempengaruhi praktek keperawatan karena ia memungkinkan
perawat untuk membuat pernyataan tentang hubungan antara input dan hasil
perawatan kesehatan bagi klien. Model ini berguna dalam praktek karena
mengidentifikasi suatu produk akhir (menyeimbangkan sistem perilaku). Salah satu
contoh terbaik dari penggunaan model dalam praktik di University of California, Los
Angeles, Rumah Sakit Neuropsikiatrik (UCLA-NPI). Auger dan Dee (1983)
merancang suatu sistem klasifikasi pasien menggunakan model Johnson. Penggunaan
model memiliki dampak besar pada semua tahapan proses keperawatan, termasuk
proses pengkajian yang lebih sistematis, identifikasi kekuatan pasien sebagai area
masalah, dan kriteria hasil untuk mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan (Dee &
Auger , 1983).
Penelitian lain menunjukkan pentingnya database catatan medis berbasis
model-keperawatan (Poster, Dee, & Randell, 1992) dan efektivitas penggunaan
model untuk mengidentifikasi karakteristik dari sebuah rumah sakit besar dalam
kaitannya dengan keperawatan, tingkat fungsional pasien dalam proses penerimaan
pasien baru serta discharge planning, serta lama dirawat (Dee, Van Servellen, &
Brecht, 1998). Karya Vivien Dee dan rekan-rekannya telah menunjukkan validitas
dan kegunaan dari model sistem perilaku Johnson sebagai dasar untuk praktek klinis
keperawatan dalam setting pelayanan kesehatan. Dari hasil kerja mereka, jelas bahwa
model sistem perilaku Johnson membentuk kerangka kerja yang sistematis untuk
pengkajian pasien dan intervensi keperawatan, memberikan kerangka acuan umum
untuk semua praktisi dalam pengaturan klinis, memberikan kerangka kerja pada staf
tentang perawatan pada klien , dan meningkatkan kontinyuitas layanan keperawatan.
Teori behavior Dorothy E. Johnson telah berkembang luas, salah satunya
contoh penelitian yang telah dituangkan kedalam sebuah jurnal sebagai berikut:

Judul/Peneliti Metode Populas dan Hasil


Penelitian Sampel
Upaya meningkatkan Penelitian Populasi yaitu Pemberian motivasi dan
perilaku pasien dalam eksperimen dengan adala pasien edukasi dapat
tatalaksana diabetes rancangan diabetes mellitus memperbaiki perilaku
mellitus dengan Randomized Control di Poli Diabet pasien dalam tatalaksana
pendekatan teori model Group Pretest Rumkital Dr. diabetes mellitus melalui
behavioral sistem dorothy Posttest Design Ramelan peningkatan pengetahuan,
e. johnson (Changing the Surabaya sikap dan praktik.
Patient’s Behavior in sejumlah 40 orang Selanjutnya apabila
Diabetes Mellitus pada bulan Mei perilaku pasien sudah
Management by 2010. Sampel baik maka gula darah
Application Dorothy E. sebanyak 13 akan stabil.
Johnson’s Behavioral orang untuk
Sistem Model), masing-masing
Aini, Widati kelompok
Fatmaningrum, Ah. Yusuf perlakuan dan
(2011) control diperoleh
melalui teknik
simple random
sampling.
F. Kelemahan Teori
a. Teori Johnson relatif sederhana dalam hubungan beberapa konsep. Manusia
digambarkan sebagai sistem perilaku yang terdiri dari tujuh subsistem. Perawat
merupakan kekuatan pengaturan eksternal. Akan tetapi teori tersebut berpotensi
menjadi komplek karena sejumlah kemungkinan inter relasi antar sistem perilaku dan
diantara sistem perilaku dan subsistem-subsistemnya. Meski demikian pada titik ini
hanya sedikit diantara hubungan potensial tersebut yang tergali.
b. Teori Jhonson relatif tak terbatas saat diterapkan pada individu yang sakit. Tetapi ia
belum banyak dipakai pada individu atau kelompok yang kondisinya baik. Johnson
menganggap manusia sebagai sistem perilaku tersusun atas tujuh subsistem,
kumpulan sistem-sistem perilaku interaktif. Peranan perawat dalam kondisi tidak-
berpenyakit tidak didefinisikan dengan jelas.
c. Kesesuain empiris sulit dicapai ketika suatu teori mengandung konsep terlalu abstrak
dan hanya memiliki potensi keumuman. Kesesuaian empiris dapat diperbaiki jika ia
mengnalakan sub konsep yang terdefinisi dengan baik dan memiliki indikator-
indikator realitas. Unit-unit dan hubungan unit-unit dalam teori Johnson secara konsiten
didefinisikan dan digunakan, akan tetapi teori ini hanya memiliki tingkat kesesuaian
empiris moderat karena konsep-konsepnya yang terlalu abstrak sehingga perlu
didefinisikan lebih baik.
d. Dalam teorinya Johnson menyebut tentang lingkungan eksternal dan internal akan
tetapi ia belum menjelaskan dengan jelas definisi dari kedua komponen tersebut.
e. Informasi tentang peranan klien hanya tersedia sedikit, sehingga sulit untuk menilai
apakah hubungan antara sistem perilaku dan perawatan bersifat interaktif atau reaktif.
f. Penggunaan istilah-istilah dalam tulisan Johnson yang berkaitan dengan teorinya
seperti balance, stabillity dan equilibrium; adjustmen dan adaptation; disturbances,
disequilibrium dan behavioral disorder digunakan berganti-ganti, yang mengaburkan
arti masing-masing.
g. Johnson juga tidak menyebutkan dengan jelas kriteria hasil yang diharapkan jika
salah satu subsistem diintervensi.
h. Adanya suatu ekspektasi bahwa tindakan keperawatan tertentu akan menciptakan
hasil (homeostasis) yang sama untuk penerapan pada kultur yang berbeda.
i. Model Keperawatan Johnson berfokus pada perilaku sehingga perawat akan kesulitan
menerapkan teori ini pada klien dengan gangguan fisik.
Model ini terlalu bersifat individual sehingga jika diterapkan untuk memberi asuhan
pada kelompok perawat akan mengalami kesulitan untuk mengimplementasikannya.
Teori ini orientasi utamanya adalah pasien sehingga keluarga dianggap sebagai
lingkungan. Teori ini kurang fleksibel.
BAB III
APLIKASI PENGKAJIAN BERDASARKAN TEORI
DOROTHY E. JOHNSON: MODEL SISTEM PERILAKU

A. Kasus
Klien Tn. D usia 71 tahun, suku Sunda, alamat kampung Apu Kota Bogor. Klien masuk
rumah sakit M pada tanggal 30-03-2022 jam 03.47 WIB dengan keluhan adanya batuk,
sesak, demam, lemas 2 hari sebelum masuk rumah sakit. 1 hari sebelum masuk
rumah sakit klien berobat di PPK 1 dekat rumah klien dengan keluhan adanya
luka di kaki kanan yang tak kunjung sembuh panjang luka 5 cm lebar
3 cm kedalalam 0,3 cm tidak ada gua, warna dasar luka kuning kehijauan, di PPK 1
klien dilakukan pemeriksaan gula darah dan mendapatkan rujukan untuk kontrol ke
dokter spesialis penyakit dalam. Akan tetapi karena keluhan klien semakin berat
keluarga memutuskan membawa klien ke IGD RS M pada tanggal 30.03.22.

B. Asuhan Keperawatan
1. Ringkasan kasus (fokus asuhan)
a. Pengkajian Perilaku
1) Keterikatan-afiliasi
Keluarga mengatakan klien sudah menderita penyakit diabetes mellitus sejak 3
tahun yang lalu akan tetapi klien tidak berobat rutin dan jarang mengontrol kadar
gula darah dikarenakan ke dua anaknya tinggal di Jakarta dan klien tinggal
sendiri di rumah. Klien mengatakan tidak ingin merepotkan anaknya. Walauapun
kedua anak klien rutin berkunjung satu bulan sekali untuk melihat keadaan klien.
Namun klien jarang menceritakan kondisinya kepada kedua anaknya karena takut
merepotkan. Keluarga klien juga mengatakan di rumah klien merokok sejak 10
tahun lalu dan klien untuk makan selalu membeli makanan di luar. Semenjak istri
klien meninggal klien tidak pernah membuka jendela dengan alasan sering lupa
menutup kembali jendelanya dan klien sering berada di luar rumah. Klien jarang
minum obat DM dikarenakan sering lupa dan tidak ada yang mengingatkan.
Klien dapat makan dan minum sendiri akan tetapi sejak kakinya sakit untuk
mobilisasi seperti berjalan klien butuh bantuan. Klien merasa cemas bahwa
nantinya tidak dapat berjalan normal seperti sebelumnya
2) Ketergantungan-dependency
Selama dirawat klien di temani salah satu anaknya dan melakukan komunikasi
dan interaksi social selain dengan keluarga klien juga melakukan interkasi social
dengan dokter, perawat, apoteker, ahli gizi, petugas penunjang medis. Klien
kooperatif dan berpartisipasi dalam perawatan di rumah sakit, untuk memenuhi
melakukan aktivitas selama di rumah sakit, klien bergantung pada keluarga dan
perawat. Klien mengatakan saat ini sudah menerima keadaan penyakitnya.
Sistem pendukung yang dimiliki klien saat ini hanya anak-anaknya. Klien
mengatakan tidak memiliki dukungan lingkungan sekitar selain dari anak-
anaknya.
3) Ingesti
Klien mengatakan sering merasa lapar dan klien sering makan. Klien makan
sehari bisa sampai 5 -6 kali/hari dengan porsi normal. Klien mengatakan tidak
membatasi jenis makanan yang dikonsumsi karena tidak memasak sendiri
makananya, tetapi membeli makanan siap saji di luar. Dalam tiga tahun terakhir
klien mengalami penurunan berat badan. Berat badan klien sebelum sakit 82 kg
dan saatini 49 kg dengan tinggi badan 182 cm (IMT: 16.56, kategori kurus), tidak
ada mual dan muntah. Klien di rumah sakit diberikan diet DM.
4) Eliminatif
Klien mengatakan sering merasa haus tetapi klien jarang minum air putih karena
klien mangatakan sering BAK terutama pada malam hari jika minum air putih
sehingga klien minum air putih kurang dari 1 liter/hari. Untuk mengatasi rasa
haus klien minum kopi dan teh manis. Klien mengatakan juga saat minum kopi
BAK akan lebih jarang dibandingkan jika bayak minum air putih. Inspeksi mukosa
bibir kering, pasien tampak pucat, palpasi akral dingin pada ekstremitas bawah,
CRT<3 detik, turgor kulit normal, nadi reguler, frekuensi nadi 88 kali/menit,
tekanan darah 110/80 mmHg, dan suhu tubuh 36,2 derajad Celsius. Klien
mengalami polyuria. Frekuensi berkemih lebih dari 15 kali/hari, jumlah urine
sekitar 100-200 ml/satu kali berkemih, warna urine kuning jernih, sebelum sakit
klien mengatakan tidak ada masalah dengan pola eliminasi urin, namun setelah
sakit klien menjadi sering BAK, hasil laboratorium menunjukan ureum pasien
tinggi (346 mg/dL). Klien tidak mengalami kesulitan dalam eleminasi fekal. Klien
defekasi 1x/ hari rutin.
5) Seksual
Klien berstatus duda, klien tinggal sendirian di rumah, tidak ada anak atau pun
keluarga yang tinggal satu rumah dengan klien. Klien merasa kesepian.
6) Pencapaian-Achievement
Klien mengatakan mulai sekarang akan belajar mengenai penyakit DM karena
klien khawatir penyakitnya tidak dapat sembuh, Klien mengatakan sudah
mengerti jika obat DM harus diminum rutin dan tidak boleh putus setelah
dijelaskan oleh perawat dan dokter. Klien merasa sudah 3 tahun sakit tidak ada
perubahan malah semakin memburuk kondisinya, klien merasa lelah menghadapi
penyakitnya
7) Agresif-Proteksi
Selama dirawat, klien terkadang merasa lemah dan cepat lelah sehingga klien lebih
banyak di tempat tidur. Klien mengungkapkan merasa cemas jika penyakitnya
bertambah parah dan tidak dapat berjalan kembali. Klien sangat aktif bertanya
kepada dokter dan perawat tentang hal yang berhubungan dengan perkembangan
kondisi penyakitnya serta pengobatannya.
b. Pengkajian Lingkungan
1) Faktor lingkungan internal ;penurunan motivasi klien, harapan menurun dan
tidak percaya diri, kurangnya memahami kondisi sakit dan penyakitnya, serta
pencegahannya penyakitnya sehingga mempengaruhi kesehatan dan mengancam
klien.
2) Faktor lingkungan eksternal : Faktor pendukung keluarga (anak) yang tidak
selalu bersama klien (tidak tinggal bersama) sebagai kontrol keseimbangan
pasien.
3) Secara fungsional : dikaji pengembangan klien yang kurang maksimal, justru
lebih pada koping, perlindungan dimana klien kurang maksimal melindungi
keseimbangan dirinya, dan stimulus yang kurang kuat dari dalam dirinya
motivasi untuk sembuh dan mampu beradaptasi yang positif untuk mencapai
keseimbangan, oleh karena itu klien memerlukan peranan perawat sebagai
pengendali eksternal.
c. Pengkajian Struktural
1) Niat atau tujuan: pasien tampak kurang motivasi dan harapan dalam proses
penyembuhannya, karena konsep atau presepsi yang kurang terhadap proses
penyakitnya, sehingga hanya berusaha mengatasi sakitnya sendiri dengan cara
konvensional menurut klien.
2) Tatanan (set): hasil pengkajian menunjukkan klien cenderung mengalihkan
permasalahan hidupnya melalui aktifitas bekerja, dan klien tidak tinggal dengan
anak-anaknya, serta tidak ingin merepotkkan anak-anaknya dengan sakitnya.
3) Pilihan: Pada akhirnya pasien memilih dirawat, karena merasa kondisi kesehatan
yang menurun, dan semakin kompleks, sehingga dia me minta anaknya
menggantar ke RS.
4) Tindakan: Klien mengatakan sering merasa lapar dan sering makan. Klien makan
sehari bisa sampai 5 -6 kali/hari dengan porsi normal. Klien mengatakan tidak
membatasi jenis makanan yang dikonsumsi karena tidak memasak sendiri
makananya, tetapi membeli makanan di luar. Dalam tiga tahun terakhir klien
mengalami penurunan berat badan.

2. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran: Compos Mentis GCS 15 (E6M4V5)
Keadaan umum lemah, Tampak Sakit Berat
Keadaan
TD :110/80 mmHg Nadi: 88 x/m
Umum
RR : 20 x/m Suhu: 36,2 C
TB : 182 cm BB : 49 kg
Bentuk simetris, rambut putih pendek , rontok (+), ketombe (+), kebersihan tidak
Kepala
terjaga, lesi (-), benjolan (-), nyeri tekan (-).
Bentuk simetris, pupil isokor, tidak edema periorbita, konjungtiva anemis
Mata (-), skelera anikterik (-), katarak (+) mata kiri.
Hidung Bentuk simetris, bersih, nafas cuping hidung (-), lesi (-), nyeri tekan (-).
Bentuk simetris, warna sesuai warna kulit, lesi (-), nyeri tekan (-), kotor,
Telinga sekresi (-).
Bentuk simetris, mukosa bibir kering, gigi tidak, karies (+), bau mulut (+), mukosa
Mulut
mulut kering.
Leher Bentuk simetris, tidak ada lesi dan pembesaran kelenjar di leher (-)
Bentuk simetris, gerakan dada teratur, retraksi dinsing dada (-), tidak ada penggunaan
Dada otot bantu pernafasan, ronchi (+), wheezing (-/-), tidak terdapat benjolan dan tidak
terdapat jaringan parut pada dada, suara
Jantung BJ I-II Normal, gallop (-), mur-mur (-).
Bentuk simetris, Ascites (-), Bising usus 10x/m, nyeri tekan (-) pada epigastrium, nyeri
Abdomen
pukulan (-) pada kedua sisi area ginjal.

Genitalia Benjolan (-), pembesaran prosat (-), kebersihan tidak terjaga


Lengkap atas dan bawah, tidak terdapat hemiperise dan edema. Terdapat luka pada
Ektremitas kaki kanan panjang luka 5 cm lebar 3 cm kedalalam 0,3 cm
tidak ada gua, warna dasar luka kuning kehijauan
Tampak kering pada ekstremitas bawah, ekimosis (-) warna kulit terdapat
Kulit hiperpigmentasi pada kulit.

3. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 12,6 g/dl 12.0-16.0
Lekosit 9.900 u/l 5000-10.000
Hematrokrit 37 % 36-46
Trombosit 225 ribu/ul 150-400
Kimia darah
Ureum 346 mg/dl 15-45
Kreatinin 1,01 mg/dl 0,7-1,2
SGOT 603 UI/L 15-41
SGPT 380 UI/L 14-54
Tanggal 12/02/2022 Pemeriksaan Foto
Thoraks:
Susp TB paru lama aktif
Atelektasis lobus superior paru kanan

4. Status gula darah harian


Tgl/jam 30.03.20 31.03.20 01.04.20 02.04.20 03.04.20 Satuan Nilai
Normal

05.00 550 171 252 381 265


WIB

11.00 565 221 411 463 375


WIB
17.00 508 338 390 503 385
WIB mg/dl < 200

22.00 318 281 396 365 -


WIB
5. Terapi Farmakologi
Intra Vena Oral Inhalasi

Infus RL 500cc/8 jam Teosal 2x1 Ventolin + pulmicod

Ceftazidim 2x1 gr Parasetamol k/p 3x1 Ventolin

Novorapid 3x 10 ui AC Lesicol 3x1 Ventolin + pulmicod

- Glimepiride 1x2mg Ventolin

6. Masalah keperawatan
a. Koping tidak efektif
b. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
c. Kesiapan peningkatan konsep diri
d. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Resti ketidakstabilan kadar gula darah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
(Tujuan, Metode/Intervensi, Konsekuensi)
Diagnosa Intervensi Konsekuensi
No. Tujuan
Keperawatan Keperawatan Intervensi
1. Koping tidak efektif Status koping membaik setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3.x 24 jam 1. Dukungan Pengambilan 1. Pasien tidak memberikan
berhubungan dengan Kriteria hasil : Keputusan respon yang positif
ketidakdekuatan strategi Meningkat Obseravsi terhadap kondisi yang
koping Cukup Cukup − Identifikasi persepsi dirasakan sebenarnya.
Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat
mengenai masalah dan
DS : klien tidak ingin Kemampuan informasi yang memicu
merepotkan anak-anaknya, memenuhi konflik klien
1 2 3 4 5
sehingga berusaha dengan peran sesuai − Identifikasi hubuingan
menurangi makan, bahkan usia keluarga.
tidak makan agar kadar Perilaku − Identifikasi konsep koping
gula darahnya tidak naik, koping 1 2 3 4 5 klien yang dilakukan sebagai
dengan minum air puti dan adiktif sebagai sistem perilaku.
aktifitas jalan klien yakin Pervalisasi Terapeutik
1 2 3 4 5
dapat mengurangi sakit mengatasi
kemampuan − Fasilitasi mengklarifikasi
gulanya. nilai dan harapan yang
DO : klien tampak tidak masalah membantu membuat pilihan
mampu memenuhi peran Verbalisasi − Diskusikan kelebihan dan
yang diharapkan (sesuai pengakuan 1 2 3 4 5 kekurangan dari setiap solusi
usianya saat ini) masalah − Motivasi mengungkapkan
Menggunakan mekanisme Verbalisasi tujuan perawatan yang
koping yang tidak sesuai. kelemahan 1 2 3 4 5 diharapkan
diri − Fasilitasi pengambilan
Perilaku keputusan secara kolaboratif
1 2 3 4 5
asertif − Hormati hak pasien untuk
Partisipasi menerima atau menolak
1 2 3 4 5
sosial informasi
Tanggung
1 2 3 4 5 − Fasilitasi menjelaskan
jawab diri keputusan kepada orang lain,
Orientasi jika perlu
1 2 3 4 5
realitas − Fasilitasi hubungan antar
Minat 1 2 3 4 5 pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya
Menurun Edukasi
Cukup Cukup − Informasikan alternatif solusi
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat secara jelas
Verbalisasi − Berikan informasi yang
1 2 menyalahkan
3 4 5 diminta pasien
orang lain
Verbalisasi 2. Dukungan Penampilan 2. Ketidakefktifan perawat
1 2 rasional
3 4 5 Peran dalam memfasilitasi
kegagalan Observasi adaptasi peran pasien di
Hipersensitif − Identifikasi peran yang ada dalam keluarga
terhadap kritik dalam keluarga
Perilaku − Identifikasi adanya peran
1 2 penyalahgunaan
3 4 5 yang tidak terpenuhi
zat Terapeutik
Perilaku − Fasilitasi adaptasi peran
1 2 3 4 5
manipulasi keluarga terhadap perubahan
Perilaku peran yang tidak diinginkan
1 2 3 4 5
permusuhan − Fasilitasi diskusi harapan
Perilaku dengan keluarga dalam peran
1 2 3 4 5
superior timbal balik
Edukasi
− Diskusikan perilaku yang
dibutuhkan untuk
pengembangan peran
− Diskusikan perubahan peran
yang diperlukan akibat
penyakit atau
ketidakmampuan
− Diskusikan strategi positif
untuk mengelola perubahan
peran
− Ajarkan perilaku baru yang
dibutuhkan oleh pasien/
orang tua ontuk memenuhi
peran
3. Promosi Koping 3. Resiko kesalahan dalam
Observasi mengidentifikasi
− Identifikasi kegiatan jangka kemampuan ynag
pendek dan panjang sesuai dimiliki pasien
tujuan sehinggga terjadi
− Identifikasi kemampuan yang intoleransi dalam
dimiliki pengambilan keputusan
Terapeutik
− Diskusikan perubahan peran
yang dialami
− Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
− Diskusikan untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
mengervaluasi perilaku
sendiri.
− Diskusikan konsekuensi
tidak menggunakan rasa
bersalah dan rasa malu
− Diskusikan risiko yang
menimbulkan bahaya pada
diri sendiri
− Fasilitasi dalam
memperoleh informasi yang
dibutuhkan
− Motivasi untuk menentukan
harapan yang realistis
− Tinjau kembali kemampuan
dalam pengambilan
keputusan
− Motivasi terlibat dalam
kegiatan sosial
Edukasi
− Anjurkan menjalin
hubungan yang memiliki
kepentingan dan tujuan
sama
− Anjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika perlu
− Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
− Anjurkan keluarga terlibat
− Anjurkan membuat tujuan
yang lebih spesifik

2. Pemeliharaan kesehatan Tujuan : 1. Edukasi kesehatan : 1. Ketidakpahaman pasien


tidak efektif penyebab : Status kesehatan meningkat setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam Obseravsi dalam menerima
− Hambatan kognitif Kriteria hasil : − Identifikasi kesiapan dan informasi yang
− Kestidak mampuan Meningkat : kemampuan menerima diberikan.
membuat penilaian yang Cukup Cukup informasi
Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat
tepat − Identifikasi factor – factor
− Konflik keluarga Menunjukkan yang dapat meningkatkan
perilaku 1 2 3 4 5 dan menurunkan motivasi
DS : adaptif perilaku hidup bersih dan
Klien dan anaknya tidak Menunjukkan sehat
paham benar apa itu pemahaman 1 2 3 4 5 Terapeutik
penyakit gula. Yang perilaku sehat − Sediakan materi dan media
mereka tau hanya tidak Kemampuan pendidikan kesehatan
boleh makan yang manis- menjalankan 1 2 3 4 5 − Jadwalkan pendidikan
manis. perilaku sehat kesehatan sesuai
Perilaku kesepakatan
DO :, Inspeksi mukosa mencari 1 2 3 4 5 − Berikan kesempatan untuk
bibir kering, pasien tampak bantuan bertanya
pucat, palpasi akral dingin menunjukkan Edukasi
pada ekstremitas bawah, minat
1 2 3 4 5 − Jelaskan factor risiko yang
CRT<3 detik, turgor kulit meningkatkan dapat mempengaruhui
normal, nadi reguler, perilaku sehat kesehatan
frekuensi nadi 88 memiliki − Ajarkan perilaku hidup
kali/menit, tekanan darah sistem 1 2 3 4 5 bersih dan sehat
110/80 mmHg, dan suhu pendukung − Ajarkan strategi yang dapat
tubuh 36,2 derajat Celsius. digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

2. Kontrak prilaku positif


2. Krisis kepercayaan
Observasi
pasien dalam
− Identifikasi cara dan sumber menerapkan perilaku
daya terbaik untuk mencapai positif
tujuan
− Identifikasi hambatan dalam
menerapkan perilaku positif
− Monitor pelaksanaan
perilaku ketidak sesuain dan
kurang komitmen untuk
memenuhuib kontrak
Terapeutik
− Ciptakan lingkungan yang
terbuka untuk membuat
kontrak perilaku
− Fasiloitas pembuatan
kontrak tertulis
− Diskusikan perilaku
kesehatan yang ingin di
ubah
− Diskusikan tujuan positif
jangka pendek dan jangka
panjang yang realistis dan
dapat dicapai
− Diskusikan pengembanagan
rencana perilaku positif
− Libatkan keluraga dalam
proses kontrak, jika perlu

3. Resiko ketidakpedulian
3. Promosi perilaku upaya
terhadap kesehatan diri
kesehatan
dan lingkungan.
Observasi :
− Identifikasi perilaku upaya
kesehatan yang dapat
ditingkatkan
Terapeutik :
− Berikan lingkungan yang
mendukung kesehatan
− Orientasi pelayanan
kesehatan yang dapat
dimanfaatkan
Edukasi
− Anjurkan mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun
− Anjurkan makan sayur dan
buah setiap hari
− Anjurkan melakukan
aktivitas fisik setiap hari
− Anjurkan cek GDS secara
berkala 4. Tidak terjadinya kerja
sama yang baik antara
4. Penentuan tujuan bersama : pasien dan perawat,
Observasi : pasien dengan
− Identifikasi tujuan – tujuan lingkungan dan pasien
yang akan dicapai dengan dirimya sendiri
− Identifikasi cara mencapai
tujuan secara konstruktif

Terapeutik
− Nyatakan tujuan dengan
kalimat positif dan jelas
− Tetapkan skala pencapaian
tujuan, jika perlu
− Fasilitasi memecahkan tujuan
kompleks menjadi langkah
kecil yang mdah dilakukan
− Diskusikan sumber daya yang
ada untuk memenuhui tujuan
− Fasilitas dalam
mengidentifikasi hasil yang
diharapkan untuk setiap
tujuan
− Tetapkan batas waktu yang
realitas
− Diskusikan indicator
pengukuran untuk setiap
tujuan ( mis : perilaku)
Edukasi
− Anjurkan mengenal masalah
yang dialami
− Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan dan kemampuan
sendiri
− Anjurkan mengidentifikasi
nilai dan sistim kepercayaan
saat menetapkan tujuan

3. Kesiapan peningkatan Konsep diri membaik setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2.x 24 jam 1. Promosi harga diri 1. Tidak terbentuknya
konsep diri Kriteria hasil : Observasi motivasi yang postitif
Gejala dan Tanda Mayor Meningkat : − Identifikasi budaya, Agama, terhadap diri sendiri
DS : Cukup Cukup ras, jenis kelamin, dan usia sehingga mengganggu
− Mengekspresikan Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat terhadap harga diri kepercayaan terhadap
keinginan untuk Verbalitas − Monitor verbalisasi yang penilaian diri.
meningkatkan konsep diri kepuasan 1 2 3 4 5 merendahkan diri sendiri
dari kondisi saat ini yang terhadap diri − Monitor tingkat harga diri
tampak tak berdaya. Verbalisasi setiap waktu, sesuai
kepuasan kebutuhan
DO : 1 2 3 4 5
terhadap harga
− Klien tampak kurang diri
percaya diri akan Verbalisasi Terapetik
dirinya yang sakit. kepuasan − Motivasi terlibat dalam
terhadap 1 2 3 4 5 verbalisasi positif untuk diri
penampilan sendiri
peran − Motivasi menerima tantangan
Verbalisasi atau hal baru
kepuasan − Diskusikan pernyataan
terhadap citra 1 2 3 4 5
tentang harga diri
tubuh − Diskusikan kepercayaan
Verbalisasi terhadap penilaian diri
kepuasan − Dikusikan pengalaman yang
1 2 3 4 5
terhadp meningkatkan harga diri
identitas diri − Diskusikan bersama keluarga
Verbalisasi untuk menetapkan harapan
keinginan dan batasan yang jelas
1 2 3 4 5
meningkatkan − Berikan umpan balik positif
konsep diri atas peningkatan pencapaian
Verbalisasi tujuan
1 2 3 4 5
rasa percaya
diri Edukasi
Verbalisasi − Jelaskan kepada keluarga
penerimaan pentingnya dukungan dalam
1 2 3 4 5
terhadap perkembangan konsep positif
kelebihan diri diri pasien
Verbalisasi − Anjurkan mengidentifikasi
penerimaan kekuatan yang dimiliki
terhadap 1 2 3 4 5 − Latih pernyataan/kemampuan
keterbatasan positif diri
diri

Membaik :
Cukup Cukup 2. Promosi kesadaran diri 2. Terjadinya kesalahan
Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat dalam mengidentifikasi
Observasi
Tidak sesuai − Identifikasi keadaan tentang perilaku pikiran
1 2 3 4 5 atau respon terhadap
perasaan emosional saat ini
− Identifikasi respons yang kondisi, sehingga tidak
ditunjukan berbagai situasi dapat berkontribusi
Terapetik terhadap pengembangan
− Diskusikan nilai-nilai yang konsep diri.
berkontribusi terhadap
konsep diri
− Diskusikan tentang pikiran,
perilaku atau respons
terhadap kondisi
− Diskusikan dampak penyakit
pada konsep diri
Edukasi
− Anjurkan mengenali pikiran
dan perasaan tentang diri
− Anjurkan meminta bantuan
orang lain, sesuai kebutuhan
− Anjurkan mengubah
pandangan diri sebagai
korban, yang akan
merepotkan
− Latih kemampuan positif diri
yang dimiliki
3. Koping yang efektif
3. Promosi koping dapat membantu
Observasi seseorang untuk
− Identifikasi kegiatan jangka mentoleransi dan
pendek dan panjang sesuai menerima suatu tekanan
tujuan yang tidak merisaukan
− Identifikasi kemampuan yang dan dapat
dimiliki, sub sistem yang menanggulangi situasi
positif yang bisa stress yang menekan
ditingkatkan. akibat masalah yang
− Identifikasi sumber daya dihadapi dengan cara
yang tersedia untuk melakukan perubahan
memenuhi tujuan kognitif/perilaku untu
− Identifikasi pemahaman memperoleh rasa aman
proses penyakit dalam diri individu.
− Identifikasi dampak situasi Sehingga ketika koping
terhadap peran dan hubungan yang tidak efektif sangat
klien dengan suaminya. beresiko terjadinya
− Identifikasi metode penurunan motivasi dan
penyelesaian masalah intoleransi dalam
− Identifikasi kebutuhan dan menerirma suatu tekanan
keinginan terhadap dukungan dalam menghadapi
sosial masalah

Terapetik
− Diskusikan untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku diri
sendiri
− Diskusikan resiko yang
menimbulkan bahaya pada
diri sendiri
− Fasilitasi dalam memperoleh
informasi yang dibutuhkan
− Motivasi untuk menentukan
harapan yang realistis
− Motivasi terlibat dalam
kegiatan social
− Motivasi mengidentifikasi
sistem pendukung yang
tersedia( anak-anaknya)
− Perkenalkan kepada
kelompok atau orang yang
berhasil mengalami
pengalaman yang sama
− Dukung penggunaan
mekanisme pertahanan yang
tepat
− Refleksikan hubungan
dengan suaminya sebelum
saat ini dan pada saat ini, gali
sumber-sumber sub sistem
yang mampu meningkatkan
adaptasi positif dan perbaikan
hubungan dengan suaminya.

Edukasi
− Anjurkan menjalin hubungan
yang memiliki kepentingan
dan tujuan sama
− Anjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika perlu
− Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
− Anjurkan keluarga terlibat,
sebagi support sistem pasien.
− Anjurkan membuat
persetujuan yang spesifik
− Ajarkan cara memecahkan
masalah secara konstruktif
− Latih penggunaan teknik
relaksasi

4. Intervensi Pendukung
− Dukungan kelompok
pendukung klien
− Dukungan keyakinan & nilai
klien
− Dukungan pelaksanaan
ibadah sebagai sumber yang
menguatkan klien.
− Dukungan pengambilan
keputusan yang tepat.
− Dukungan pengungkapan
kebutuhan dan perasaan
− Manajemen stress yang
adaptif.
− Promosi hubungan positif
− Promosi kepercayaan diri
− Promosi perilaku upaya
kesehatan
− Teknik menenangkan

4. Defisit Nutrisi Status nutrisi membaik setelah diberikan asuhan keperawatan 3.x24 jam 1. Manajemen nutrisi 1. Kebutuhan nutrisi pada
berhubungan dengan : Kriteria hasil : Observasi : penederita DM
− Kurangnya asupan Meningkat : − Identifikasi status nutrisi merupakan kebutuahn
makanan Cukup Cukup
Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat − Monitor asupan makanan fisiologis yang
− Faktor psikologis − Identifikasi pola makan dan mendasar. Pola
dimana pasien merasa Porsi makanan diet pasien. pemenuhan nutrisi yang
1 2 3 4 5 tidak baik menyebabkan
takut jika makan gula yang dihabiskan Terapeutik:
darahnya akan naik Kekuatan otot
1 2 3 4 5 − Lakukan oral hygiene kontrol gula darah yang
mengunyah sebelum makan jika perlu tidak stabil.
Ditandai dengan gejala kekuatan otot
1 2 3 4 5 − Fasilitasi diet sesuai kondisi
dan tanda mayor: menelan dan kebutuhan klien
Subjektif: Dalam tiga tahun Serum abumin 1 2 3 4 5 − Sajikan makanan secara
terakhir klien mengalami Verbalisasi 1 2 3 4 5 menarik dan suhu yang sesuai
penurunan berat badan. keinginan untuk − Berikan makanan tinggi serat
Berat badan klien sebelum meningkatkan 1 2 3 4 5 untuk mencegah konstipasi
sakit 82 kg dan saat ini 49 nutrisi − Berikan makanan tinggi
kg dengan tinggi badan 182 Pengetahuan kalori dan tinggi protein
cm (IMT: 16.56, kategori tentang pilihan − Refleksikan kondisi klien saat
kurus), tidak ada mual dan 1 2 3 4 5
makanan yang ini, dia butuh asupan nutrisi
muntah. Klien di rumah sehat untuk pemulihan tubuhnya.
sakit diberikan diet DM.
Pengetahuan Edukasi :
Ditandai dengan gejala tentang standar − Anjurkan posisi duduk saat
1 2 3 4 5
dan tanda minor : asiupan nutrisi makan
Subjektif : yang tepat − Ajarkan diet yang
− Cepat kenyang setelah Penyiapan dan diprogramkan.
makan penyimpanan − Anjurkan pasien mematuhi
1 2 3 4 5
− Nafsu makan menurun minuman yang diet yang telah diajarkan.
aman Kolaborasi :
Objektif : Sikap terhadap − Kolaborasi pemberian
− Bising usus hiperaktif makanan medikasi sebelum makan
1 2 3 4 5
− Membran mukosa
minuman yang − Kolaborasi dengan ahli gizi
aman untuk menentukan jumlah
pucat
Sikap terhadpa kalori dan jenis nutrient
makan dan yang dibutuhkan jika perlu Pada penderita DM terapi
minuman sesuai 1 2 3 4 5 insulin sering digunakan
2. Promosi berat badan
tujuan kesehatan Observasi karena pada penderita
− Identifikasi BB DM kebutuhan insulin
− Monitor adanya factor yang tidak dapat dipenuhi oleh
Menurun: menurunkan nafsu tubuh, ketika hal itu
terjadi maka tubuh
Menurun Sedang Meningkat maknnya.
mencari bahan lain untuk
Menurun Meningkat − Monitor jumlah kalori yang
Perasaan cepat dijadikan energi, yaitu
1 2 3 4 5 dikonsumsi sehari-hari
lemak dan otot. Kenaikan
kenyang − Monitor berat badan BB tanda bahwa insulin
Nyeri
1 2 3 4 5 − Monitor albumin, limfosit berfungsi dimana tubuh
abdomen dan elektrolit serum memanfaatkan gula,
Sariawan 1 2 3 4 5 Terapeutik lemak, dan protein secara
Rambut rontok 1 2 3 4 5 − Berikan perawatan mulut lebih efektif.
diare 1 2 3 4 5 sebelum pemberian makan,
jika perlu
Membaik : − Sediakan makanan yang
Cukup Cukup tepat sesuai kondisi pasien
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat − Hidangkan makanan secara
Berat badan 1 2 3 4 5 menarik
IMT 1 2 3 4 5 − Berikan pujian pada
Frekuensi pasien/keluarga untuk
makan 1 2 3 4 5
peningkatan yang dicapai
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Edukasi
− Jelaskan nama makanan
yang bergizi tinggi, namun
tetap terjangkau
− Jelaskan peningkatan
asupan yang dibutuhkan
− Ajarkan koping yang
efektif, sehingga pasien
memahami pentingnya
asupan nutsisi yang
seimbang.

5. Risiko ketidakstabilan Kestabilan kadar glukosa darah membaik setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Edukasi kesehatan : 1. Manajemen
kadar glukosa darah 3x24 jam Obseravsi hiperglikemia dapat
berhubungan dengan : Kriteria hasil : − Identifikasi kesiapan dan dilakukan dengan
− Kurang terpapar Meningkat : kemampuan menerima merubah gaya hidup
informasi tentang Cukup Cukup informasi seperti aktivitas fisik,
Menurun Sedang Meningkat
manajemen diabetes Menurun Meningkat − Identifikasi factor – factor pengobatan, menjaga
− Ketidak patuhan Koordinasi 1 2 3 4 5 yang dapat meningkatkan pola makan, rajin cek
pemantauan glukosa Tingkat dan menurunkan motivasi gula darah agar
darah 1 2 3 4 5 perilaku hidup bersih dan terkendali. Sehingga,
kesadaran
− Kurang patuh pada sehat ketika tidak terjadi
rencana manajemen Terapeutik kedisiplinan dalam
diabetes Menurun : − Sediakan materi dan media memanajemen gaya
− Manajemen medikasi Cukup Cukup pendidikan kesehatan hidup maka beresiko
tidak terkontrol
Menurun Menurun
Sedang
Meningkat
Meningkat − Jadwalkan pendidikan gula darah tidak
− Stress berlebihan Mengantuk 1 2 3 4 5 kesehatan sesuai terkendali.
kesepakatan
Pusing 1 2 3 4 5
− Berikan kesempatan untuk
Lelah/lesu 1 2 3 4 5
bertanya
Rasa lapar 1 2 3 4 5 Edukasi
Gemetar 1 2 3 4 5 − Jelaskan factor risiko yang
Berkeringat 1 2 3 4 5 dapat mempengaruhui
Mulut kering 1 2 3 4 5 kesehatan
Rasa haus 1 2 3 4 5 − Ajarkan perilaku hidup
Perilaku aneh 1 2 3 4 5 bersih dan sehat
Kesulitan
1 2 3 4 5 − Ajarkan strategi yang dapat
bicara digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

2. Kontrak prilaku positif


Observasi
− Identifikasi cara dan sumber
Membaik : daya terbaik untuk mencapai
Cukup Cukup tujuan
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat − Identifikasi hambatan dalam
Kadar glukosa menerapkan perilaku positif
1 2 3 4 5
dalam darah − Monitor pelaksanaan
Kadar glukosa perilaku ketidak sesuain dan
1 2 3 4 5
dalam urine kurang komitmen untuk
1 2 Palpitasi
3 4 5 memenuhuib kontrak
1 2 Perilaku
3 4 5 Terapeutik
1 2 Jumlah
3 urin 4 5 − Ciptakan lingkungan yang
terbuka untuk membuat
kontrak perilaku
− Fasiloitas pembuatan
kontrak tertulis
− Diskusikan perilaku
kesehatan yang ingin di
ubah
− Diskusikan tujuan positif
jangka pendek dan jangka
panjang yang realistis dan
dapat dicapai
− Diskusikan pengembanagan
rencana perilaku positif
− Libatkan keluraga dalam
proses kontrak, jika perlu

3. Promosi perilaku upaya


kesehatan 2. Manajemen
Observasi : hipoglikemia dibutuhkan
− Identifikasi perilaku upaya karena hipoglikemia
kesehatan yang dapat adalah kendala terbesar
ditingkatkan dalam mengupayakan
Terapeutik :
− Berikan lingkungan yang manajemen kontrol gula
mendukung kesehatan darah yang adekuat.
− Orientasi pelayanan Sehingga, jika
kesehatan yang dapat manajemen gaya hidup
dimanfaatkan tidak terkendali maka
Edukasi control gula darah
− Anjurkan mencuci tangan beresiko tidak adekuat.
dengan air bersih dan sabun
− Anjurkan makan sayur dan
buah setiap hari
− Anjurkan melakukan
aktivitas fisik setiap hari
− Anjurkan cek GDS secara
berkala

4. Penentuan tujuan bersama :


Observasi :
− Identifikasi tujuan – tujuan
yang akan dicapai
− Identifikasi cara mencapai
tujuan secara konstruktif

Terapeutik
− Nyatakan tujuan dengan
kalimat positif dan jelas
− Tetapkan skala pencapaian
tujuan, jika perlu
− Fasilitasi memecahkan tujuan
kompleks menjadi langkah
kecil yang mdah dilakukan
− Diskusikan sumber daya yang
ada untuk memenuhui tujuan
− Fasilitas dalam
mengidentifikasi hasil yang
diharapkan untuk setiap
tujuan
− Tetapkan batas waktu yang
realitas
− Diskusikan indicator
pengukuran untuk setiap
tujuan ( mis : perilaku)
Edukasi
− Anjurkan mengenal masalah
yang dialami
− Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan dan kemampuan
sendiri
− Anjurkan mengidentifikasi
nilai dan sistim kepercayaan
saat menetapkan tujuan
BAB IV
PEMBAHASAN

Diabetes mellitus tipe 2 adalah penyalit gangguan metabolik yang ditandai


oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan
atau gangguan fungsi insuli (resitensi insulin). Diabetes mellitus merupakan
serangkaian gangguan yang ditandai dengan defisiensi insulin absolut maupun relatif
atau resitensi insulin (atau keduanya). Pada gambaran klinis yang telah sepenuhnya
terbentuk, diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia pada saat puasa dan
setelah makan, aterosklerotiuk dan penyakit mikroangiopati pembuluh darah, dan
neuropati (Price, 2014). Diabetes tipe 2 sering terjadi karena sel β gagal
mensekresikan insulin dalam yang cukup hal ini disebapkan oleh lemak-lemak
menumpuk di pancreas sehingga berpotensi untuk menyebabkan terjadinya
penurunan fungsi sel β, inflamasi pulau pulau kecil, dan matinya sel β.
Kadar gula yang tidak terkontrol akan mengakibatkan polyuria, polydipsia
dan polifagia Masalah ini akan berdampak langsung pada kemampuan aktivitas klien
dalam memenuhi kebutahan, sehingga akan menimbulkan tingkat ketergantungan
klien selama masa perawatan. Untuk meningkatkan kan kualitsa perawatan yang
optimal pada pasien diabetes mellitus (DM) maka dipergunakan teori keperawatan
model sistem perilaku Johnson.
Dari hasil pengkajian perilaku (7 sistem), faktor lingkungan eksternal dan
internal yang mempengaruhi klien menghadapi stressor dan mengupayakan
keseimbangan, serta komponen struktural (niat/ tujuan, tatanan, pilihan dan tindakan
dengan menggunakan konsep model sistem perilaku Johnson, sehingga kelompok dapat
merumuskan 5 masalah keperawatan yang terkait dengan ketidakefektifan perilaku-
psikososial yang mempengaruhi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan
dimulai pada saat menemukan tanda tekanan dan sinyal adanya ketidakseimbangan,
sumber data pengkajian data diambil dari riwayat kesehatn klien, keluhan utamasaat
masuk RS serta syarat fungsional apakah mengalami gangguan. Kelompok mencoba
menerapkan model pengkajian dengan model konseptual Johnson, dengan menggali
7 sub sistem dari klien, sungguh menarik dan sangat holistik serta mendalam
proses pengkajiannya, karena kelompok dapat menggali lebih dalam berbagai faktor
perilaku dan konsep klien yang mempengaruhi klien dalam menghadapi dan
beradaptasi terhadap kondisi sakitnya. Menurut konsep Johnson, dia tidak
mendefinisikan gangguan spesifik terkait fisik, tetapi dia menyatakan dua kategori
umum dari gangguan tersebut berdasarkan hubungan dengan sistem biologis,
gangguan merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan secara jelas atau sama
terhadap ganguan sistem biologis.
Pada konsep intervensi keperawatan menurut Johnson, melakukan bentuk
pengelolaan atau intervensi merupakan bagian dari pengembangan (nuturance),
perlindungan (protection) dan stimulasi (Stimulation) (Johnson, 1968, 1980). Konsep
tersebut merupakan keperawatan preventif dan promosi kesehatan dalam pengelolaan
penyakitnya (Brown, 2006).
Rancangan intervensi secara singkat (seperti yang bagian yang dijabarkan
dalam intervensi diatas), antara lain:
1. Pengembangan (Nuturance)
Melakukan konseling dan pengajaran, teknik refleksi sehingga pasien
mengalami perubahan perilaku bukan karena paksaan melainkan karena kesadaran akan
pentingnya kesehatan, dengan demikian pasien mampu beradaptasi dan mencapai
keseimbangan dalam keadaan sakitnya.
Perilaku klien yang tidak membatasi makan tidak ingin jika harus merepotkan
anak-anak, diluruskan perawat dengan cara membantu klien melakukan refleksi diri
yaitu menanyakan kepada klien apa yang dirasakan klien saat pertama dibawa ke RS?
Apakah hal tersebut nyaman buat klien? Apakah klien memikirkan bagaimana
kecemasan yang dirasakan anak-anak klien saat melihat klien sakit? Apakah klien
menginginkan hal tersebut terjadi lagi?. Perawat membantu klien membuat jadwal
kegiatan yang akan klien lakukan untuk menjaga kesehatan klien:
a. Jam 06.00 saat klien berangkat kerja dengan berjalan kaki, perawat menganjurkan
klien membeli kue-kue minimal 2 buah untuk dimakan nanti di rumah keluarga tempat
klien bekerja.
b. Saat sampai di tempat kerja, klien akan membuat teh manis hangat dan memakan 1
buah kue yang tadi dibeli di perjalanan.
c. Jam 09.00/jam 10.00 klien akan makan kue 1 lagi.
d. Jam 12.00 saat klien pulang tiba di rumah, klien akan makan siang.
e. Setelah magrib klien akan makan lagi atau makan kue-kue.
Klien mengatakan kepada perawat akan mencoba melakukan kegiatan yang
sudah disepakati dengan perawat. Perawat meminta anak klien untuk membantu
mengingatkan dan mengawasi perilaku hidup sehat yang akan dijalani oleh klien.
Perawat juga mengingatkan untuk kontrol teratur untuk mengetahui tekanan darah
dan kadar gula darah klien.
2. Stimulasi (Stimulation)
Perawat memperkuat stimulus bagi klien dengan memfasilitasi anak –anak klien
untuk lebih leluasa dan memiliki waktu yang banyak menemani klien, sehingga
menumbuhkan konsep diri postif pasien dan merasa bahwa dia tidak merepotkan
anak-anaknya seperti apa yang dia takutkan, justru melalui relasi yang optimal bersama
anak-anaknya menumbuhkanharapan dan motivasi untuk sembuh, karena merasa
dirinya dicintai dan diperhatikan. Menguatkan klien bahwa walaupun sudah usia,
namun tubuh harus selalu sehat. Apalagi ada anak-anak yang sangat menyayangi klien.
3. Perlindungan (protection)
Perawat memotivasi pasien dalam pembelajaran edukasi dan konseling,
sehingga menumbuhkan kesadaran pasien untuk mengupayakan perlindungan
(kesehatan) bagi dirinya dalam mencapai keseimbangan dan konsep yang tepat dalam
pengaturan diet dan koping yang adaptif. Karena kondisi gula darah yang tidak stabil,
klien perlu perlindungan diri dari anak-anaknya dan peran perawat sebagai
pengendali eksternal yang melindungi, menstimulus dan mengembangkan
pengorganisasian dan integrasi sistem perilaku klien. Keberhasilan intervensi sangat
dipengaruhi komponen fungsional dan struktural serta motivasi, kemampuan belajar
dan beradaptasi.
Rancangan evaluasi, kriteria hasil atau luaran (outcome) yang diharapkan dari
tindakan keperawatan yang telah diberikan diatas adalah tercapainya keseimbangan
sistem perilaku. “keseimbangan secara spesifik dapat dikatakan telah dicapai pada suatu
titik ketika individu menunjukkan konsistensi pola fungsional baik secara internal
maupun intrapersonal (Johnson, 1961), intinya dalam evaluasi akan dinilai sesuai target
tercapainya keseimbangan, yang terlihat dari perubahan perilaku yang bermakna dari
klien:
a. Koping menjadi efektif, yang ditunjukkan dengan kemampuan membuat
keputusan dan cara yang tepat menghadapi stressor secara konstruktif sehingga
mencapai keseimbangan.
b. Peningkatan pengetahuan akan penyakitnya sehingga menimbulkan kesadaran dan
perubahan perilaku dalam mengatasi kondisi sakitnya dengan depat (diet yang
tepat dan minum obat dokter dalam mengendalikan penyakitnya).
c. Meningkatnya motivasi diri (niat dan tujuan) , untuk mengatasi kondisi sakitnya
dan mencapai kesembuhan.
d. Meningkatnya kegiatan aktivitas sehari-hari dan dapat dilakukan secara mandiri.
e. Interaksi sosial meningkat dengan konsep diri yang positif.
Konsep model sistem perilaku Johnson berfokus pada 7 subsistem perilaku
individu yang dipengaruhi sebagian besar aspek psikososial “Manusia sebagai Sistem
perilaku”. Model konsep ini memberikan pedoman bagaimana mengidentifikasi 7
subsistem perilaku manusia, yaitu klien yang bisa meningkatkan atau menurunkan
derajat kesehatannya. Model konsep ini sangat membantu perawat menggali masalah
psikososial klien dan merumuskan rencana intervensinya. Untuk menggunakan
konsep ini, perawat harus :
a. Memahami siklus subsitem perilaku, bagaimana subsistem ini mempengaruhi
perilaku klien terhadap kesehatan baik itu positif maupun negatif yang pada akhirnya
klien mencapai sebuah keseimbangan.
b. Skill tekhnik komunikasi terapeutik sehingga klien mempercayai perawat dan
bersedia mengungkapkan apa yang dirasakannya, apa yang dikhawatirkannya, apa
yang ditakutinya dan apa yang menjadi harapannya. Dengan kemampuan
komunikasi terapeutik perawat juga mampu melakukan intervensi dalam hal
merubah pemahaman klien yang kurang tepat terhadap konsep dirinya, mekanisme
koping yang dipilih, dan edukasi yang tepat tentang penyakit klien.
c. Perawat perlu meluangkan waktu khusus untuk mengidentifikasi masalah sistem
perilaku klien dan melakukan intervensi secara bertahap di waktu yang tepat.
Perawat mengeliminasi perilaku yang tidak efektif dan memberikan penguatan
untuk perilaku sehat yang lebih efektif.
d. Pearawat sebaiknya kemampuan baik dalam pemahaman konsep, skill dan attitude
sehingga mampu menjadi kekuatan pengendali eksternal, yang mampu
mnegembalikan stabilitas dan keseimbangan klien.
e. Perlu pengembangan model pengkajian dengan pengembangan konsep Johnson
berfokus pada pengkajian perilaku (7 subsistem), pengkajian lingkungan, komponen
fungsional dan struktural, yang saling terintegrasi membentuk proses keperawatan
terintegrasi.
BAB V
KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan
Model konseptual keperawatan merupakan konsep dan hubungan antara konsep
yang menunjukan pandangan khusus serta menghasilkan bukti diantara fenomena yang
khusus untuk disiplin ilmu. Dari berbagai model konseptual keperawatan, kelompok
kami tertarik pada model konseptual dan teori keperawatan menurut Johnson yaitu
model sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai sistem perilaku yang selalu
ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal maupun
eksternal, juga memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan diri dari
pengaruh yang ditimbulkannya. Konsep model sistem perilaku Johnson berfokus pada 7
subsistem perilaku individu yang dipengaruhi sebagian besar aspek psikososial
“Manusia sebagai Sistem perilaku”. Model konsep ini memberikan pedoman bagaimana
mengidentifikasi 7 subsistem perilaku manusia, yaitu klien yang bisa meningkatkan atau
menurunkan derajat kesehatannya. Model konsep ini sangat membantu perawat
menggali masalah psikososial klien dan merumuskan rencana intervensinya.
Dari hasil pengkajian perilaku (7 sistem), Faktor lingkungan eksternal dan
internal yang mempengaruhi klien menghadapi stressor dan mengupayakan
keseimbangan, serta komponen struktural (niat/ tujuan, tatanan, pilihandan tindakan
dengan menggunakan Konsep Model Sistem Perilaku Johnson, sehingga kelompok
dapat merumuskan 5 masalah keperawatan yang terkait dengan ketidakefektifan
perilaku-psikososial yang mempengaruhi status kesehatan klien. Menurut konsep Johnson,
tidak didefinisikan gangguan spesifik terkait fisik, tetapi dia menyatakan dua kategori
umum dari gangguan tersebut berdasarkan hubungan dengan sistem biologis, gangguan
merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan secara jelas atau sama terhadap ganguan
sistem biologis. Dalam konsep ini di nilai lebih pada gangguan sistem biologis yang timbul
dari fakta atau gangguan penyakitnya sehingga mengganggu keseimbangan klien. Namun
dalam proses pengakjian ini perlu waktu yang lebih lama dari pengkajian biasanya.
Setelah menyusun rancangan aplikasi model atau teori keperawatan Johnson dan
membandingkannya dengan model atau teori keperawatan yang sudah diterapkan,
kelompok melihat ada beberapa aspek yang sudah digali atau dikaji di pengkajian yang
sudah ada, namun dalam konsep Johnson kita dapat menggali lebih dalam permasalahan
yang mempengaruhi gangguan keseimbangan pasien terhadap kondisi sakitnya. Dalam
penerapan teori Johnson perlu adanya skill komunikasi sebagai cara menggali
permasalahan pasien dan memberikan dukungan perawat sebagai pengendali eksternal
dalam membantu pasien mencapai keseimbangan. Sehingga pasien mampu berdapatasi
secara postif melalui sumber-sumber di dalam dirinya.

B. Saran
a. Perlu meningkatkan pemahaman terhadap konsep pendekatan menurut model
konseptual keperawatan Dorothy E Johnson : Model Sistem Perilaku sehingga mampu
mengaplikasikan dalam praktik keperawatan.
b. Perlu meningkatkan skill komunikasi sebagai cara menggali permasalahan pasien
dan memberikan dukungan perawat sebagai pengendali eksternal dalam membantu
pasien mencapai keseimbangan.
c. Perlu mengembangkan konsep tersebut dengan riset dalam ilmu keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N., Fatmaningrum, W., & Yusuf, A. 2017. Peningkatkan Perilaku Pasien dalam
Tatalaksana Diabetes Melitus Menggunakan Model Behavioral Sistemral Sistem
Model. Jurnal Ners, 6(1), 1-10.
Aligood, MR. 2017. Nursing Theorist and Their Work(8thed).St. Louis: Mosby Elsevier
Mosby.
Auger, J. , & Dee, V. 1983. Patient classification system based on the Behavioral System
Model of Nursing, Part I. Journal of Nursing Administration , 13(4), 38-43. Brown, T.
A. (2006). Confirmatory Factor Analysis for Applied Research. New York:
The Guilford Press.
Dee, V. , & Randell, B. 1992. NPHpatient classification system— a theory-based nursing
practice model for staffing. Los Angeles: University of California, Los
Angeles, Neuropsychiatric Institute and Hospital.
Fawcett, J. 2005. Contemporary Nursing Knowledge.Analysis and Evaluation of Nursing
Models and Theoris.Second Edition. F.A Davis. Philadelpia.
Fitzpatrick, J., Whall, Ann. 1989. Conceptual Models of Nursing: Analysis and
Application. Connecticut: Appleton & Lange
Gonzalo, A. 2014. Dorothy Johnson: Behavioral System Model. Retrieved from
https://nurseslabs.com/dorothy-e-johnsons-behavioral-system-model/#Awards-
and-Honors
Johnson, D. E. 1968. One conceptual model of nursing. Vanderbilt University
Johnson, D. E. 1977. The behavioral system model for nursing. Paper presented at the
workshop for sigma theta tau, California.
Johnson, D. E. 1980. The behavioral system model for nursing. (C. R. J.P Riehl Ed.
Conceptual models for nursing practice (2nd) ed.). New York: Appleton-Century-
Crofts.
Marriner-Tomey, A. and Alligood, M.R. (2006) Nursing Theorists and Their Work. 6th
Edition, Mosby/Elsevier, St. Louis.
PERKENI. 2002. Konsensus pengolahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta:
PB. PERKENI
Rinawati, F. 2017. Penerapan Terapi Perilaku Spesialis Keperawatan Jiwa Pada Klien
Dengan Risiko Perilaku Kekerasan Menggunakan Pendekatan Teori Johnson Dan
Teori Lewin. Jurnal Ilmu Kesehatan, 4(1), 67-72.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Riskesdas. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI.
LAMPIRAN LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Hari/Tanggal : 20 Desember 2023


Waktu : 60 Menit
Pokok Pembahasan : Diabetes Melitus
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Tempat : Ruang Tunggu Poli Diabetic

A. TUJUAN PENYULUHAN UMUM


Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan kepada pasien ini dapat mengetahui tentang
Diabetes Melitus.

B. TUJUAN PENYULUHAN KHUSUS


Setelah mendapatkan penyuluhan ini, diharapkan klien dapat mengetahui :
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
3. Gejala-Gejala Diabetes Melitus
4. Komplikasi Diabetes Melitus
5. Pengelolaan Diabetes Melitus

C. MATERI
Terlampir

D. MEDIA
1. Leaflet

E.METODE
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab

F. KEGIATAN PENYULUHAN
No WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1. 10 Menit Pembukaan:
Memberikan salam Menjawab salam
Memperkenalkan diri Mendengarkan dan
Mengkomunikasikan tujuan berpartisipasi aktif
Melakukan Apersepsi memperhatikan
2. 30 Menit Pelaksanaan:
Penyuluhan secara berurutan dan
terartur
Materi :
Menjelaskan tentang Pengertian Memperhatikan
Diabetes Melitus
Menjelaskan tentang klasifikasi
Diabetes Melitus Memperhatikan
Menjelaskan Manifestasi Klinik
dari Diabetes Melitus Memperhatikan
Menjelaskan tentang Komplikasi
yang dapat timbul dari Diabetes
Melitus Memperhatikan
Menjelaskan tentang pengelolaan Memperhatikan
dari Diabetes Melitus

3. 20 Menit Penutup :
Memberikan kesempatan bertanya Menanyakan hal yang belum
Menyampaikan terima kasih atas jelas
waktu yang telah diberikan kepada
pasien Mengucap salam dan menjawab
salam

G. EVALUASI
1. Pasien mengetahui apa itu Diabetes Melitus
2. Pasien mengetahui Klasifikasi Diabetes Melitus
3. Pasien mengetahui manifestasi Klinis dari Diabetes Melitus
4. Pasien mengetahui komplikasi dari Diabetes Melitus
5. Pasien mengetahui Pengelolaan Diabetes Melitus
Lampiran Materi

DIABETES MELITUS

A. Pengertian Diabetes
Diabetes Mellitus adalah sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami
peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan hormon insulin.
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik metabolik yang komplek melibatkan
gangguan metabolik karbohidrat, protein dan lemak dan perkembangan komplikasi
secara microvaskuler, macrovaskuler serta neuropati . Diabetes Melitus merupakan
kelainan heterogen , ditandai dengan sirkulasi glukosa , lipid dan asam amino berkadar
tinggi, karena tidak memadainya insulin dalam memenuhi tuntutan metabolisme
tubuh(Keith, 1996).

B. Klasifikasi
Klasifikasi yang dianjurkan oleh PERKENI adalah yang sesuai dengan anjuran
lklasifikasi DM American Diabetes Association ( ADA ) 1997.
Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus (ADA 1997 ) :
1. Diabetes Tipe 1 ( destruksi sel beta , umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)
2. Diabetes Tipe 2 ( berpariasi mulai yang terutama dominant resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin).
3. Diabets Tipe Lain
a. Karena obat dan zat kimia
b Infeksi
c. Sebab imunologi yang jarang
d. Sindrom Generik lain yang berkaitan dengan DM
e. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) yaitu penyakit diabetes yang dialami saat
hamil

C. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus


1. Penglihatan kabur
2. Gatal-gatal terutama didaerah kemaluan
3. Cepat lelah dan mengantuk
4. Luka sulit sembuh
5. Banyak kencing
6. Sering merasa haus
7. Penurunan berat badan
8. Banyak makan

D. Komplikasi Diabetes Mellitus


Adapun komplikasi pada diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Akut
a. Hiperglikmia ( kadar gula darah yang mningkat )
b. Penurunan kesadaran
2. Kronis
a. Kerusakan pembuluh darah kecil, contoh kerusakan pembuluh darah pada mata,
jantung dll.
b. Rentan infeksi TBC
c. Kebutaan

E. Pengelolaan Diabetes Mellitus :


1. Perencanaan diet
a. Diet menurut Islam
Makan yang berlebihan membuat kita menjadi hilang kendali dalam
mengendalikan nafsu, dan berat badan kita dapat dipastikan akan semakin
bertambah. Oleh karena itu didalam Islam dianjurkan agar kita makan sebelum
lapar dan berhenti sebelum kenyang.
QS. : Al-A’raf: 31

َ‫ُوا َو ََل تُس ِْرفُ ٓو ۟ا ۚ إِنَّ ۥهُ ََل ي ُِحبُّ ٱ ْل ُمس ِْرفِين‬
۟ ‫وا َوٱ ْش َرب‬
۟ ُ‫وا ِزينَتَكُ ْم ِعندَ كُ ِل َمس ِْج ٍد َوكُل‬
۟ ُ ‫َٰيَبَنِى َءادَ َم ُخذ‬
ٓ

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid,
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Dan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW. bersabda :


Tidaklah anak anak cucu Adam mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya.
Sebenarnya beberapa suap saja sudah cukup untukk menegakan tulang rusuknya.
Kalau dia harus mengisinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk
bernapas, dan sepertiga lagi untuk bernapas.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan
Muslim)
b. Tujuan Pengaturan Diet
1) Mempertahankan kadar gula darah mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin, obat, dan olahraga
2) Mencapai dan mempertahnakan kadar lipida serum normal.
3) Memberi energi cukup dan mempertahankan berat badan normal.
4) Menghindari komplikasi akut
c. Pengaturan Diet Diabetes Melitus
Jadwal = 25% – 10% – 25% – 10% – 20% -10%
Jumlah = sesuai porsi (ingat makanan penukar)!
Jenis = sesuai kebutuhan
d. Pola Makan Diabetes
1) 07.00-08.00 : Makan Pagi
2) 10.00 : Makan Selingan
3) 12.00-13.00 : Makan Siang
4) 15.00-15.30 : Makan Selingan
5) 18.00-18.30 : Makan Malam
6) 19.00 : Makan Selingan
e. Pedoman Makan Yang Sehat
1) Pilih makanan sehat
2) Hati-hati memilih makanan pengganti bila lapar
3) Variasikan makanan
4) Gunakan piring kecil
5) Kunyah perlahan
6) Pilih makanan rendah lemak
7) Tingkatkan konsumsi makanan berserat (IG rendah)
8) Kurangi garam dan batasi gula

2. Melakukan olahraga
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu ) selama kurang lebih
30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE ( continous, rhythmical, interval, progressive,
ndurance)
Adapun manfaat dari latihan jasmani (olahraga) adalah :
a. Menurunkan kosentrasi gula darah, selama dan sesudah latihan
b. Menurunkan kosentrasi indulin basal dan post prandial
c. Memperbaiki sensitifitas insulin
d. Memperbaiki hiprtensi ringan sampai sedang
e. Memperbaiki pengeluaran tenaga
f. Memelihara kardiovaskular
g. Mningkatkan kekuatan fleksibelitas otot
h. Meningkatkan sense of well-being dan kwalitas hidup
3. Minum obat secara teratur
Jika pasien lebih menerapkan pngaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur
namun pngendalian kadar glukosa darahnya blum tercapai, dipertimbangkan
pemakaian obat-obatan berkhasiat hipoglikemik (oral –insulin)
a. Obat hipoglikmia oral (OHO)
1) Sulfoniurea
Golongan obat ini mempunyai efek utama :
 mengurangi produksi glukosa hati
 memperbaiki ambilan glukosa perifer
2) Insulin
Indikasi penggunaan pada DM tip 2
 Koma hiperosomolar
 Asidosis laktat
 Ketoasidosis
 Stress berat (infeksi sistemik, operasi berat)
 Kehamilan/DM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan
 Tidak berhasil dikelola dngan dosis maksimal atau ada kontraindikasi
OHO.
4. Pemeriksaan gula darah
5. Berkonsultasi Dengan Dokter

Referensi
Depkes.(2005).Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Diambil tanggal 29
September 2012
Jackson, Marilynn.(2011).Seri Panduan Praktis Edukasi Pasien.Jakarta:Erlangga
Mansjoer, Arif,dkk.(2007).Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:FK UI
Suddarth,Brunner.(2004).Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.Jakarta:EGC
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
“MENGATASI KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS”

Hari/Tanggal : 21 DESEMBER 2023


Waktu : 60 Menit
Pokok Pembahasan : Diabetes Melitus
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien dengan diabetic
Tempat : Ruang tunggu Rawat Inap

A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan pasien mengenai diabetes melitus dan
keluarga dapat mengatasi kecemasan pada keluarga dengan penyakit DM
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x45 menit, pasien dan keluarga
dengan diabete melitus, auidien dapat menjelaskan kembali tentang :
1. Pengertian DM
2. Penyebab DM
3. Klasifikasi DM
4. Tanda dan gejala DM
5. Pengelolaan DM
6. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan
7. Pengertian Kecemasan
8. Tingkat Kecemasan
9. Tanda dan gejala kecemasan
10. Faktor-faktor yang menimbulkan stress
11. Cara mengatasi kecemasan
12. Cara melakukan perawatan pasien dirumah
C. Sasaran
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan untuk pasien dan keluarga dengan
diabetes melitus.
D. Materi
Terlampir
E. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
F. Media
Leaflet
G. Rencana Kegiatan
Kegiatan Waktu Respon Keluarga

1. PEMBUKAAN 5 Menit a. Menjawab salam


a. Memberi salam b. Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan Tujuan
2. PELAKSANAAN 30 Menit a. Mendengarkan
a. Menjelaskan pengertian DM b. Bertanya
b. Menjelaskan penyebab DM
c. Menjelaskan klasifikasi DM
d. Menjelaskan tanda dan
gejala DM
e. Menjelaskan cara
pengelolaan DM
f. Menjelaskan makanan yang
di pantang dan juga yang
diperbolehkan
g. Menjelaskan pengertian
Kecemasan
h. Menjelaskan tingkat
Kecemasan
i. Menjelaskan tanda dan
gejala kecemasan
j. Menjelaskan faktor-faktor
yang menimbulkan stress
k. Menjelaskan cara mengatasi
kecemasan
l. Menjelaskan cara
melakukan perawatan
pasien dirumah
3. PENUTUP 10 a. Menjawab
a. Melakukan evaluasi Menit pertanyaan
b. Memberikan reinforcement b. Mendengarkan
c. Menyimpulkan kegiatan c. Menjawab salam
d. Salam penutup

H. Evaluasi
Pertanyaan :
1. Apa pengertian DM
2. Apa penyebab DM
3. Apa klasifikasi DM
4. Apa tanda dan gejala DM
5. Bagaimana pengelolaan DM
6. Makanan apa saja yang di pantang dan juga yang diperbolehkan
7. Apa pengertian Kecemasan
8. Bagaimana tingkat Kecemasan
9. Apa tanda dan gejala kecemasan
10. Apa saja faktor-faktor yang menimbulkan stress
11. Bagaimana cara mengatasi kecemasan
12. Bagaimana cara melakukan perawatan pasien dirumah
I. SUMBER
Soeparman, dkk. 1987, Ilmu Penyakit dalam, Jilid 1, edisi 2. Jakarta: UI Press
Yong, Mohamed. Penyakit Kencing Manis. Diakses dari: http://us.geocities.
com/mauzurahm.
Anonymous. 1998. Konsensus Pengelolaan Diabete Melitus Di Indonesia. Jakarta:
Universitas Indonesia. Diakses dari: http://www.interna.fk.ui. ac.id/
referensi/pedoman/001PD.html
Stuart, G.W & Sundeen. 1990. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri. Jakarta.
Erwan Trisnanto. 2014. Satuan Acara Penyuluhan Ansietas. Diakses dari: https://www.
academia.edu/9729276/sap_ansietas pada tanggal 19 April 2019.
Rizki Kurniadi. 2012. Penyuluhan Kesehatan Peran Keluarga Dalam Penanganan
Pasien Gangguan Jiwa. Diakses dari: http://asuhan
keperawatanonline.blogspot.com/2012/03/penyuluhan-kesehatan-peran-
keluarga.html
KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS

I. DIABETES MELITUS
A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi
karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara efektif.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pancreas, yang bertanggungjawab
dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula
kedalam sel sehingga bias menghasilkan energy atau disimpan sebagai cadangan
energi.
B. PENYEBAB
1. Keturunan
2. Usia
3. Kegemukan
4. Kurang gerak
5. Kehilangan insulin
6. Alkoholisme
7. Obat-obatan
C. TANDA DAN GEJALA
1. Sering merasa haus
2. Sering kencing terutama malam hari
3. Pandangan menjadi kabur
4. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas dan mengantuk
5. Penurunan berat badan
6. Kulit terasa kering
7. Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit sembuh
8. Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan
9. Mual dan muntah

D. PENGELOLAAN DM
Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena pengobatan dan perawatan
DM membutuhkan waktu yang lama.
Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan jalan :
1. Minum obat secara teratur sesuai program
2. Diet yang tepat
3. Olahraga yang teratur
4. Kontrol GD teratur
5. Pencegahan komplikasi
E. MAKANAN YANG DIPANTANG DAN DIPERBOLEHKAN
Proporsi diet/ makanan harian yang benar bagi penderita DM :
Berdasarkan anjuran dari PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) diet
harian penderita DM disusun sebagai berikut:
1. Karbohidrat : 60-70 %
2. Protein : 10-15%
3. Lemak : 20-25%
Jenis Makanan yang harus dikonsumsi yang dikonsumsi oleh penderita DM
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Jenis Makanan yang TIDAK BOLEH dikonsumsi :
a. Manisan Buah
b. Gula pasir
c. Susu Kental Manis
d. Madu
e. Abon
f. Kecap
g. Sirup
h. Es Krim
2. Jenis makanan Yang BOLEH DIMAKAN TETAPI HARUS DIBATASI ;
a. Nasi
b. Singkong
c. Roti
d. Telur
e. Tempe
f. Tahu
g. Kacang Hijau
h. Kacang Tanah
i. Ikan
3. Jenis Makanan YANG DIANJURKAN UNTUK DIMAKAN :
a. Kol
b. Tomat
c. Kangkung
d. Bayam
e. Kacang Panjang
f. Pepaya
g. Jeruk
h. Pisang
i. Labu Siam
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan baik
sehingga gula darah selalu tinggi adalah :
1. Ginjal : Gagal Ginjal, Infeksi
2. Jantung : Hipertensi, Gagal Jantung
3. Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati
4. Syaraf : Neuropati, mati rasa
5. Kulit : Luka lama, gangren
6. Hipoglikemi
7. Ketoasidosis
Untuk mencegah komplikasi sebaiknya yang dilakukan adalah :
1. Diet dengan benar
2. Minum obat teratur
3. Kontrol gula darah teratur
4. Olahraga ( jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb)
5. Bila saat aktifitas kemudian PUSING, KERINGAT DINGIN maka cepat
MINUM TEH MANIS
6. Mencegah kulit terluka : pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak licin, tangga
( undak-undakan tidak tinggi)
7. Cegah Kegemukan
Cara mencegah atau menghindari agar tidak terjadi luka pada kaki pada
penderita DM :
1. Hindari terlalu sering merendam kaki
2. Hindari penggunaan botol panas/penghangat kaki dari listrik
3. Hindari penggunaan pisau/silet untuk memotong kuku atau menghilangkan
kalus
4. hindari kaos kaki / sepatu yang terlalu sempit
5. Hindari Rokok
Tindakan yang bisa dilakukan bila kaki terluka:
1. Bila luka kecil : bersihkan dengan antiseptik, tutup luka dengan kasa steril dan
bila dalam waktu dua hari tidak sembuh segera periksa ke dokter
2. Bila luka cukup besar/kaki mengalami kelainan segera pergi ke dokter.
Perawatan kaki Diabetik :
1. Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan batu apung / sikat halus
2. Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari
3. Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna ( pucat,kemerahan ),bentuk
(pecah-pecah,lepuh,kalus,luka),Suhu (dingin,lebih panas)
4. Bila kaki kering,olesi dengan lotion
5. Potong kuku/kikir tiap 2 hari,jangan terlalu pendek. Bila kuku terlalu keras kaki
direndam dahulu dalam air hangat (37,5’C) selama 5 menit.
6. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun/wol
7. Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada sesuatu
didalamnya. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan gerakkan pergelangan kaki dan
jari-jari kaki agar sirkulasi darah lancar
8. Lakukan senam kaki
9. Jangan biarkan luka sekcil apapun
Cara Memilih Sepatu yang baik bagi penderita DM :
1. Ukuran : Jangan terlalu sempit/ longgar kurang lebih ½ inchi lebih panjang
dari kaki
2. Bentuk : Ujung sepatu jangan runcing,tinggi tumit < 2 inchi
3. Bahan sepatu terbuat dari bahan yang lembut
4. Insole terbuat dari bahan yang tidak licin

II. KECEMASAN
A. Pengertian Kecemasan
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan didukung oleh situasi
(Videbeck, 2008).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas menyebar dialam dan terkait
dengan perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan perasaan isolasi,
keterasingan an ketidakamanan juga hadir (Stuart, 2006)
Ansietas adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan
perasaanketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas (RTA), kepribadian masih tetap utuh
(tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality), perilaku dapat
terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (NANDA, 2010).
B. Tingkat Kecemasan
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami,
dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau

(dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu
yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
Gambar Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990)
1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah,
berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck
(2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik: ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau
sedikit gelisah, penuh perhatian dan rajin
b. Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri,
perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal,
mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional : perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas
menyendiri, terstimulasi dan senang
2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck
(2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
a. Respon fisik : ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil
dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, memukul tangan, suara
berubah ; bergetar, nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan
menigkat, dan sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri
punggung
b. Respons kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif,
fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun,
penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan
memfokuskan
c. Respons emosional : tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri
goyah, tidak sabar dan gembira
3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons
dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik : ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk,
pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan
tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang, mengertakan gigi,
mondar-mandir, berteriak, dan meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif : lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecah-pecah,
sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu
mempertimbangkan informasi, hanya memerhatikan ancaman, preokupasi
dengan pikiran sendiri, egosentris
c. Respons emosional : sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak
adekuat. menarik diri, penyangkalan dan ingin bebas
4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan
perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut
:
a. Respons fisik : flight, fight, atau freeze, ketegangan otot sangat berat,
agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat kemudian
menurun, tidak dapat tidur, hormon stress dan neurotransmiter berkurang,
wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif : persepsi sangat sempit. pikiran tidak logis, terganggu,
kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran
sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi,
waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional : merasa terbebani, merasa tidak mampu, tidak berdaya,
lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut, mengharapkan
hasil yang buruk, kaget, takut, lelah
C. Tanda dan gejala kecemasan
1. Gejala motorik, meliputi: gemetar, muka tegang, nyeri otot, nyeri dada, letih,
pegal, sakit kepala, sakit leher.
2. Gejala otonomik, berupa hiperaktivitas saraf otonomik terutama saraf simpatis
ditandai dengan gejala; palpitasi, hiperhidrosis, sesak nafas, diare, parestesia
dll.
3. Khawatir: rasa khawatir yang berlebihan terutama mengenai hal-hal yang
belum terjadi seperti mau mendapat musibah.
4. Kewaspadaan berlebihan.: kewaspadaan yang berlebihan meliputi gejala tidur
terganggu, sulit berkonsentrasi, mudah terkejut, tidak bisa santai dll.
D. Faktor-faktor yang menimbulkan stress
1. Lingkungan yang asing
2. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan
bantuan orang lain
3. Berpisah dengan pasangan dan keluarga
4. Masalah biaya
5. Kurang informasi
6. Ancaman akan penyakit yang lebih parah
7. Masalah pengobatan
E. Cara mengatasi kecemasan
1. Mengatasi kecemasan dalam Islam
Anjuran Berobat
Ketika anda menderita sakit, agama menganjurkan untuk berobat, dan hal itu
tidak bertentangan dengan tawakkal. Karena Nabi sholallahu ‘alaihi was sallam
memerintahkan tawakkal, beliau juga memerintahkan berobat, maka perintah
beliau tidak ada kontradiksi. Di dalam sebuah hadits disebutkan:
‫علَى ُر ُءو ِس ِه ُم‬ َ ‫ص َحابَهُ َكأَنَّ َما‬
ْ َ ‫سلَّ َم َوأ‬ َ ُ‫ص َّلى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫ أَتَيْتُ النَّب‬:َ‫ قَال‬، ٍ‫سا َمةَ ب ِْن ش َِريك‬ َ ُ ‫ع ْن أ‬َ
‫ أَنَتَدَ َاوى؟‬،‫َّللا‬
ِ َّ ‫ يَا َرسُو َل‬:‫ َف َقالُوا‬،‫اب ِم ْن هَا هُنَا َوهَا ُهنَا‬ ُ ‫ فَ َجا َء ْاْلَع َْر‬، ُ‫سلَّ ْمتُ ث ُ َّم قَ َعدْت‬ َّ
َ َ‫ ف‬،‫الطي ُْر‬
‫اح ٍد ْال َه َر ُم‬
ِ ‫غي َْر دَاءٍ َو‬ َ ‫ض ْع دَا ًء ِإ ََّل َو‬
َ ،‫ض َع لَهُ دَ َوا ًء‬ َ َ‫ع َّز َو َج َّل لَ ْم ي‬ َ َّ ‫ “تَدَ َاو ْوا فَإ ِ َّن‬:َ‫”فَقَال‬
َ ‫َّللا‬

Dari Usamah bin Syarik, dia berkata: Aku mendatangi Nabi sholallahu ‘alaihi
was sallam dan para sahabatnya, seolah-olah di kepala mereka terdapat burung.
Aku mengucapkan salam kepadanya, lalu aku duduk. Kemudian orang-orang
Baduwi datang dari sana dan dari sana.Lalu mereka bertanya, “Wahai
Rasulullah, bolehkah kita berobat?”Beliau sholallahu ‘alaihi was sallam
menjawab: “Silahkan kamu berobat. Sesungguhnya Allah tidak menurukan
suatu penyakit, kecuali Dia juga menurunkan obatnya. Kecuali satu penyakit,
penyakit tua”.(HR. Abu Dawud, no. 3855. Dishohihkan Syaikh Al-Albani)

Bersabar Ketika Belum Mendapatkan Kesembuhan


Ketika seorang mukmin diuji dengan sakit, kemudian dia bersabar, maka
sesungguhnya hal itu menaikkan derajatnya dan menghapus dosa-dosanya.
Allah telah menjadikan sebagian Nabi-Nya sebagai teladan di dalam kesabaran
ketika menderita sakit. Allah Ta’ala berfirman:

‫ش ْفنَا َما ِب ِه‬


َ ‫) فَا ْست َ َج ْبنَا لَهُ فَ َك‬83( َ‫اح ِمين‬ َّ ‫ي الض ُُّّر َوأ َ ْنتَ أَ ْر َح ُم‬
ِ ‫الر‬ َ ‫س ِن‬ َّ ‫ُّوب إِذْ نَادَى َربَّهُ أَنِي َم‬
َ ‫َوأَي‬
)84( َ‫ض ٍر َوآت َ ْينَاهُ أ َ ْهلَهُ َو ِمثْلَ ُه ْم َمعَ ُه ْم َرحْ َمةً ِم ْن ِع ْن ِدنَا َو ِذ ْك َرى ِل ْلعَابِدِين‬
ُ ‫ِم ْن‬

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku),


sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang.” Maka Kamipun memperkenankan
seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua
yang menyembah Allah.”
(QS. Al-Anbiya’/21: 83-84)

Nabi menjelaskan bahwa Nabi Ayub ‘alaihis salam menderita sakit selama 18
tahun, sebagai ujian dari Allah Ta’ala.
(Silsilah Ash-Shahihah, no.17)

Nabi sholallahu ‘alaihi was sallam juga menjelaskan besarnya pahala orang-
orang yang sakit, sehingga orang-orang sehat akan menginginkannya di Hari
Kiamat.

َ‫ “يَ َودُّ أ َ ْه ُل ال َعا ِف َي ِة َي ْو َم ال ِق َيا َم ِة ِحين‬:‫س َّل َم‬


َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َّ ‫ص َّلى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ َقا َل َر‬:َ‫ قَال‬،‫ع ْن َجا ِب ٍر‬
َ
‫يض‬ِ ‫ار‬ِ َ‫ت ِفي الدُّ ْن َيا ِبال َمق‬ َ ‫َت قُ ِر‬
ْ ‫ض‬ ْ ‫اب لَ ْو أ َ َّن ُجلُودَهُ ْم َكان‬ َ ‫طى أ َ ْه ُل ال َب ََل ِء الث َّ َو‬
َ ‫يُ ْع‬

Dari Jabir, dia berkata: Rosululloh sholallahu ‘alaihi was sallam bersabda: “Pada
hari kiamat, ketika orang-orang yang tertimpa cobaan diberi pahala, orang-orang
yang sehat menginginkan kulitnya dipotong-potong dengan gunting ketika di
dunia.”
(HR. Tirmidzi, no. 2402. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)

‫ض‬ ِ ‫سا ٍد فِى ْاَلَ ْر‬ َ َ‫سا ۢ بِغَي ِْر نَ ْف ٍس ا َ ْو ف‬ ً ‫ي اِس َْر ۤا ِء ْي َل اَنَّهٗ َم ْن قَت َ َل نَ ْف‬ْٓ ِ‫على بَن‬
َٰ َ ‫ِم ْن اَجْ ِل َٰذل َِۛكَ َكت َ ْبنَا‬

ِ ‫اس َج ِم ْيعً ۗا َولَقَدْ َج ۤا َءتْ ُه ْم ُرسُلُنَا بِ ْالبَيِ َٰن‬


‫ت ث ُ َّم‬ َ َّ‫اس َج ِم ْيعً ۗا َو َم ْن اَحْ يَاهَا فَ َكاَنَّ َما ٓ اَحْ يَا الن‬ َ َّ‫فَ َكاَنَّ َما قَت َ َل الن‬
ِ ‫ا َِّن َكثِي ًْرا ِم ْن ُه ْم بَ ْعدَ َٰذلِكَ فِى ْاَلَ ْر‬
َ‫ض لَ ُمس ِْرفُ ْون‬
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa
barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang
lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia.
Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka
setelah itu melampaui batas di bumi.

2. Teknik relaksasi segitiga pernapasan (Triangle Breathing):


a. Ambil napas selama 3 detik dengan lambat,
b. Tahan napas selama 3 detik
c. Keluarkan perlahan selama 3 detik melalui mulut
d. Ulangi selama 3 kali
3. Teknik guided imagery
a. Diri dalam keadaan rileks
b. Teman dan konselor membimbing anda dengan kondisi verbal (bicara
perlahan dan lembut)
c. Klien dapat terbawa ke tempat yang paling aman yang diinginkan oleh
suara hatinya.
d. Saat terbangun dari proses imagery, klien akan merasa damai, dan akan
mempunyai persepsi yang baru terhadap sesuatu yang membebani, atau
lebih siap menghadapinya.
e. Hindari kafein, alkohol dan rokok
f. Rasa cemas ternyata bisa pula dipicu oleh makanan, minuman, serta
kebiasaan yang kita konsumsi atau lakoni. Kafein, alkohol, dan rokok
disebut-sebut sebagai substansi yang bisa meningkatkan rasa cemas
seseorang.
4. Tertawa dan olahraga.
Tidak ada yang membantah kalau banyak ketawa itu dianggap
menyehatkan. Buktinya untuk mengatasi rasa cemas ini, para pakar juga
menyarankan agar kita banyak tertawa. Karena cara tersebut ampuh mengusir
emosi dengan sesuatu positif sifatnya. Tak ubahnya dengan olahraga. 20 hingga
30 menit melakukan olahraga bisa membantu mengurangi rasa cemas.
5. Tulislah rasa cemas dalam secarik kertas
Cara ini, menurut Bloomfield, lumayan ampuh mengurangi emosi dan
rasa sesak di dada. Karenanya, tulislah dengan jujur ketakutan dan kecemasan
yang ada dalam benak Anda, seperti "Saya cemas karena...", "Saya nggak yakin
kalau harus...', atau "Saya takut ketika..."
6. Bersantai
Rasa cemas kerap datang akibat banyaknya pekerjaan atau tugas
lainnya. Karena itu, usahakan untuk menyisihkan waktu buat bersenang-senang
dan bersantai. Atau waktu tersebut bisa pula digunakan untuk meditasi,
membangun mimpi dan berimajinasi. Karena kebiasaan tersebut akan
membantu mengurangi rasa cemas.
7. Dengar musik.
Berbahagialah orang yang gemar mendengarkan musik. Karena dengan
mendengarkan musik-musik favorit, akan membantu menjalani ritme hidup
anda yang menyenangkan.
F. Cara melakukan perawatan pasien dirumah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga dan lingkungan dalam merawat
pasien di rumah antara lain :
1. Memberikan kegiatan/kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari–hari
2. selalu menemani dan tidak membiarkan penderita sendiri dalam melakukan
suatu kegiatan, misalnya : makan bersama, bekerja bersama, bepergian dll.
3. meminta keluarga atau teman untuk menyapa klien, jik klien mulai menyendiri
atau berbicara sendiri
4. mengajak ikut aktif dan berperan serta dalam kegiatan masyarakat, misalnya :
pengajian, kerja bakti dll
5. berikan pujian, umpan balik atau dukungan untuk ketrampilan sosial yang
dapat dilakukan pasien
6. mengontrolkepatuhan minum obat secara benar sesuai dengan resep dokter
7. jika klien malas minum obat, anjurkan untuk minum obat secara halus dan
emapti. Hindari tindakan paksa yang menimbulkan trauma bagi pasien.
8. kontrol suasana lingkungan/pembicaraan yang dapat memancing terjadinya
marah
9. mengenali tanda – tanda yang muncul sebagai gejala kekambuhan
10. segera kontrol ke dokter/RS jika muncul perubahan perilaku yang menyimpang
atau obat habis.

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

Hari/Tanggal : Rabu ,22 Desember 2023


Waktu : 60 Menit
Pokok Pembahasan : Diabetes Melitus
Sasaran : pasien dan keluarga pasien dengan diabetic
Tempat : Ruang Tunggu Poli Diabetic
A.Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan paiens mampu mengetahui
tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).
B.Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta mampu:
a. Menyebutkan pengertian PHBS dengan benar
b. Menyebutkan bidang PHBS dengan benar
c. Menyebutkan manfaat PHBS dengan benar
d. Menyebutkan indikator PHBS dengan benar
e. Menyebutkan Indikator PHBS di tiap tatanan
f. Menyebutkan jenis perilaku hidup sehat terhadap diri sendiri
C.Sasaran
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan untuk pasien dan keluarga dengan diabetes
melitus.
D. Materi
Terlampir
E. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
F. Media
Leaflet:
G. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Penyuluh Peserta


1 Pembukaan · Memberi salam dan kontrak waktu · Menjawab salam
5 menit
· Menjelaskan tujuan, manfaat materi · Mendengarkan dan
yang akan disampaikan memperhatikan
2 Kegiatan inti · Menjelaskan pengertian PHBS dengan· Menyimak semua
20 menit benar materi yang
· Menjelaskan bidang PHBS dengan disampaikan
benar
· Menjelaskan manfaat PHBS dengan
benar
· Menjelaskan indikator PHBS dengan
benar
· Menjelaskan Indikator PHBS di tiap
tatanan
· Menjelaskan jenis perilaku hidup sehat
terhadap diri sendiri.
3 Penutup · Mengevaluasi pengetahuan tentang · Menjawab pertanyaan
5 menit materi yang sudah dijelaskan dengan
memberikan pertanyaan ·
· Menyimpulkan materi yang telah M Mendengarkan
dijelaskan
· Menutup pertemuan dan memberi · Menjawab salam
salam

H. Kriteria Evaluasi
Evaluasi Hasil
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, maka pasien dapat:
· Menyebutkan pengertian penyakit PHBS dengan benar
· Menyebutkan manfaat PHBS
· Menyebutkan langkah-langkah mewujudkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari
MATERI PENYULUHAN

PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT)

A. Pengertian PHBS
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan
aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat
(http://creasoft.wordpress.com/ diakses 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakatnya (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2008).
Jadi PHBS adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah
risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakatnya.
B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam Islam
Melalui hadis Rasul mengajarkan umat Islam agar menjadi pelopor dalam menjaga
kebersihan, seperti kebersihan badan, pakaian, maupun lingkungan. Berikut terdapat matan
(teks) hadis, terjemahan hadis, dan kandungan hadis yang berkaitan dengan kebersihan (AW,
2015).

َ ‫ور َحدَّثَنَا َح َّبانُ ْب ُن ِه ََل ٍل َحدَّثَنَا أ َ َبا ُن َحدَّثَنَا َيحْ َيى أ َ َّن زَ ْيدًا َحدَّثَهُ أ َ َّن أ َ َبا‬
‫س ََّل ٍم‬ ٍ ‫ص‬ُ ‫َحدَّثَنَا ِإ ْس َح ُق ْب ُن َم ْن‬
ِ َّ ِ ُ ‫ان َو ْال َح ْمد‬
‫لِل‬ ِ ْ ‫َط ُر‬
ِ ‫اْلي َم‬ ْ ‫ور ش‬ ُّ ‫سلَّ َم‬
ُ ‫الط ُه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ع ْن أَبِي َمالِكٍ ْاْل َ ْشعَ ِري ِ قَا َل قَا َل َر‬ َ ُ‫َحدَّثَه‬
ُ‫صدَقَة‬ َّ ‫ص ََلة ُ نُور َوال‬ َّ ‫ض َوال‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫َّللاِ َو ْال َح ْمد ُ ِ َّلِلِ ت َْم ََلَ ِن أ َ ْو ت َْم َل ُ َما بَيْنَ ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َّ َ‫ت َْم َل ُ ْال ِميزَ انَ َوسُ ْب َحان‬
‫سهُ فَ ُم ْعتِقُ َها أ َ ْو ُموبِقُ َها‬
َ ‫اس يَ ْغد ُو فَبَايِع نَ ْف‬ َ ‫ض َياء َو ْالقُ ْرآنُ ُح َّجة لَكَ أ َ ْو‬
ِ َّ‫علَيْكَ كُ ُّل الن‬ ِ ‫صب ُْر‬
َّ ‫ب ُْرهَان َوال‬

Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur telah menceritakan kepada kami
Habban bin Hilal telah menceritakan kepada kami Aban telah menceritakan kepada kami
Yahya bahwa Zaid telah menceritakan kepadanya, bahwa Abu Sallam telah menceritakan
kepadanya dari Abu Malik al-Asy'ari dia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: “Bersuci adalah setengah dari iman, alhamdulillah memenuhi timbangan,
subhanallah dan alhamdulillah keduanya memenuhi, atau salah satunya memenuhi apa yang
ada antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah petunjuk, kesabaran adalah
sinar, dan al-Qur'an adalah hujjah untuk amal kebaikanmu dan hujjah atas amal kejelekanmu.
Setiap manusia adalah berusaha, maka ada orang yang menjual dirinya sehingga
membebaskannya atau menghancurkannya (HR. Muslim nomor 328).

Kandungan yang dapat diambil dari hadis di atas adalah bahwa Allah Swt menyukai
kebersihan, keindahan dan kesucian. Ketika kita melakukan hal yang disukai Allah Swt,
tentunya akan mendapatkan nilai dihadapanNya yaitu berupa pahala (AW, 2015). Dalam
hadis tersebut dinyatakan bersuci adalah setengah dari iman. Hal ini berkaitan dengan
keimanan seseorang yang menjadi lengkap apabila seseorang itu dapat menjaga kebersihan
(Sujatmiko, 2020). Allah Swt mengingatkan manusia agar senantiasa menjaga kebersihan
karena bersih sangat penting bagi manusia. Hidup bersih dapat mencakup jasmani dan rohani,
fisik dan mental yang sehat, keimanan dan ketaqwan yang mantab, perilaku terpuji serta
lingkungan yang nyaman dan menyenangkan (Masrifah, 2013). Rangkaian hadis semacam
ini secara tidak langsung juga mengisyaratkan bahwa menjaga kebersihan sangatlah penting
dan utama sebagaimana keutamaan dari zikir, shalat, sedekah dan sabar (Latifatur, 2018).
3. Kebersihan Perspektif Hadis
Islam memiliki pegangan Al-Qur’an dan hadis berkenaan dengan urgensi menjaga
kebersihan. Dalam hal ini berarti kebersihan dalam arti luas mencakup jasmani dan rohani
serta lingkungan sekitar. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

‫) َو ْاْل ِخ َرة ُ َخيْر‬16( ‫) بَ ْل تُؤْ ثِ ُرونَ ْال َحيَاة َ الدُّ ْنيَا‬15( ‫صلَّى‬
َ َ‫) َوذَ َك َر اس َْم َربِ ِه ف‬14( ‫قَدْ أ َ ْفلَ َح َم ْن ت َزَ َّكى‬
17– ‫قَ َاوأ َ ْبقَا‬
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). Dan
dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih
kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal (Terjemah Q.S Al
A’la [87]:14-17).

C. Bidang PHBS
Bidang PHBS yaitu :
1. Bidang kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan air bersih yang mengalir
dengan sabun, mandi minimal 2x sehari, dan lain-lain.
2. Bidang gizi, seperti makan sayur dan buah tiap hari, mengkonsumsi garam beryodium,
menimbang berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) setiap bulan, dan lain-lain.
3. Bidang kesling, seperti membuang sampah pada tempatnya, menggunakan jamban,
memberantas jentik, dan lain-lain (http://dinkeslampung.bdl.nusa.net.id/ diakses tanggal
08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
C. Manfaat PHBS

Manfaat dari PHBS diantaranya :


1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
2. Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga
3. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya
pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga
4. Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota di
bidang kesehatan
5. Meningkatnya citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan
6. Dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.

D. Indikator PHBS
Mengacu pada pengertian perilaku sehat, indikator ditetapkan berdasarkan
area/ wilayah :
1. Indikator Nasional
Ditetapkan tiga indikator, yaitu :
a) Persentase penduduk tidak merokok
b) Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan
c) Persentase penduduk yang melakukan aktivitas fisik/olahraga.
Alasan dipilihnya ketiga indikator tersebut berdasarkan isu global dan regional
(Mega Country Health Promotion Network, Healthy Asean Life Styles), seperti merokok
telah menjadi isu global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti jantung dan
kanker paru-paru juga disinyalir menjadi entry point untuk narkoba. Pola makan yang
buruk akan berakibat buruk pada semua golongan umur, bila terjadi pada usia balita akan
menjadikan generasi yang lemah/ generasi yang hilang di kemudian hari. Bagi usia
produktif akan mengakibatkan produktivitas menurun. Kurang aktivitas fisik dan
olahraga mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu, apabila berlangsung lama akan
menyebabkan berbagai penyakit seperti jantung, paru-paru, dan lain-lain.
((http://creasoft.wordpress.com/2008/07/29 /perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-
phbs/diakses tanggal 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
2. Indikator Lokal Spesifik
Yaitu indikator Nasional ditambah indikator lokal spesifik masing-masing daerah
sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. Ada 16 indikator yang dapat dipergunakan
untuk mengukur perilaku sehat, yaitu :
a) Ibu hamil memeriksakan kehamilannya
b) Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan
c) Pasangan usia subur (PUS) memakai alat KB
d) Balita ditimbang
e) Penduduk sarapan pagi sebelum melaksanakan aktivitas
f) Bayi diimunisasi lengkap
g) Penduduk minum air bersih yang masak
h) Penduduk menggunakan jamban sehat
i) Penduduk mencuci tangan memakai sabun
j) Penduduk menggosok gigi sebelum tidur
k) Penduduk tidak menggunakan napza
l) Penduduk mempunyai Askes/ tabungan/ uang/ emas
m) Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri)
n) Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk mengukur hipertensi
o) Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear
p) Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah
kesehatan yang ada di daerah
(http://creasoft.wordpress.com/2008/07/29/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-
phbs/diakses tanggal 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
E. Indikator PHBS di Tiap Tatanan
Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di lima
tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, tatanan
sekolah,dan tatanan institusikesehatan.
(http://dinkeslampung.blogspot.com/2009/05/pengembangan-phbs-di-5-
tatanan.html/ diaksestanggal 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
1) PHBS Di Tatanan Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan hidup bersih dan sehat, serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (http://dinkeslampung.blogspot.com/
diakses tanggal 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
Indikator PHBS di tatanan rumah tangga:
a) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b) Memberi bayi ASI ekslusif
c) Menimbang bayi dan balita setiap bulan
d) Mencuci tangan dengan air bersih dan memakai sabun
e) Menggunakan air bersih
f) Menggunakan jamban sehat
g) Memberantas jentik di rumah
h) Makan sayur dan buah setiap hari
i) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
j) Tidak merokok di dalam rumah (Depkes RI, 2007).

2) PHBS Di Tatanan Tempat Umum


PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat
umum yang ber-PHBS.
Melalui penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di
tempat-tempat umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan
penyakit (http://dinkeslampung.blogspot.com/2009/05/pengembangan-phbs-di-5-
tatanan.html/ diakses tanggal 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
Indikator tatanan tempat-tempat umum :
a) PHBS di pasar
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Tidak merokok di pasar
5) Tidak meludah sembarangan
6) Memberantas jentik nyamuk
b) PHBS di tempat ibadah
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Tidak merokok di tempat ibadah
5) Tidak meludah sembarangan
6) Memberantas jentik nyamuk
c) PHBS di rumah makan
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
5) Tidak merokok di rumah makan
6) Menutup makanan dan minuman
7) Tidak meludah sembarangan
8) Memberantas jentik nyamuk
d) PHBS di angkutan umum
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Tidak merokok di angkutan umum
5) Tidak meludah sembarangan
(http://www.diskes.jabarprov.go.id/ diakses tanggal 08 April 2016 pukul 18.30
WIB).
F. Jenis Perilaku Hidup Sehat terhadap diri sendiri.
1. Mandi (Depkes RI, 2007)
Mandi menggunakan sabun mandi dilakukan minimal 2x sehari pada pagi dan sore hari
yang bertujuan untuk:
· Menjaga kebersihan kulit.
· Mencegah penyakit kulit/ gatal-gatal.
· Menghilangkan bau badan
2. Mencuci rambut (Depkes RI, 2007)
Dilakukan 2x seminggu menggunakan sampho, bertujuan untuk membersihkan rambut
dan kulit kepala dari kotoran dan memberikan rasa segar.
3. Membersihkan hidung (Depkes RI, 2007)
Lubang hidung perlu dibersihkan pada setiap kali mandi guna membuang kotoran yang
ada dan melancarkan jalan untuk bernafas.
4. Gosok gigi
Dilakukan minimal 2x sehari dengan memakai pasta gigi/odol yang
dilakukan setelah akan dan sebelum tidur malam. Gosok gigi ini bertujuan
untuk (Depkes RI, 2007):
· Menjaga kebersihan gigi dan mulut.
· Mencegah kerusakan pada gigi dan gusi.
· Mencegah bau mulut yang tidak sedap.
5. Kesehatan mata
Untuk kesehatan mata perlu diperhatikan cahaya pada saat membaca dimana cahaya
harus cukup terang, jarak pembaca dengan buku sepanjang penggaris (30 cm), yang
dibaca tidak boleh bergerak/ bergoyang, membaca tidak boleh sambil tiduran. (Depkes
RI, 2007)
6. Mencuci tangan.
Dilakukan untuk menjaga kebersihan tangan dari kotoran dan kuman yang dapat
menyebabkan penyakit. Cuci tangan dapat dilakukan pada saat (Depkes RI, 2007):
· Sebelum dan sesudah makan
· Sebelum tidur
· Sebelum dan memegang benda-benda kotor.
· Setelah pulang dari bepergian
7. Memotong kuku
Dilakukan minimal 1x seminggu dengan tujuan untuk (Depkes RI, 2007):
· Mencegah penyakit yang dapat ditularkan melalui tangan saat makan (misalnya
cacingan,menceret, dll)
· Mencegah luka akibat garukan kuku.
Perlu diperhatikan bahwa tidak boleh mengkorek hidung dengan jari/ kuku tangan yang
kotor, tidak memasukkan jari kemulut atau menggigiti kuku.
8. Pakai alas kaki
Anak-anak terkadang dalam bermain tidak meggunakan alas kaki, penggunaan alas kaki
perlu dilakukan agar (Depkes RI, 2007):
· Kaki tidak terluka atau tertusuk benda tajam.
· Mencegah penyakit, misalnya penyakit cacingan akibat menginjak kotoran.
9. Kebersihan pakaian.
Pakaian dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu pakaian sekolah, pakaian bermain dan
pakaian tidur. Pakaian harus selalu bersih dan diganti dalam setiap hari, hal ini bertujuan
agar kita terhindar dari penyakit kulit yang diakibatkan pakaian basah atau kotor.
(Depkes RI, 2007)
10. Belajar makan sehat
Makan adalah kebutuhan pokok setiap orang, makan sebaiknya 3x sehari dengan menu
yang seimbang yaitu empat sehat lima sempurna yang terdiri dari nasi, sayur, lauk, buah
dan susu.Makan pagi atau sarapan sangat penting setiap harinya guna menjadi sumber
tenaga kita pada siang harinya, perlu diingat juga untuk menghindari jajan sembarangan
karena kebersihan dari makanan yang dijual tidak terjamin dan mungkin dapat
menyebabkan penyakit seerti sakit perut,diare, muntah dan lain-lain.
Komplikasi
• Kerusakan jantung, saraf, ginjal, dan
pembuluh darah kaki
• Katarak dan kebutaan
Pengertian • Disfungsi seksual
• Kerusakan dan kematian jaringan
• Diabetes mellitus (DM) atau kencing manis
adalah penyakit dimana kadar gula dalam darah
sangat tinggi karena tubuh tidak dapat
melepaskan atau menggunakan insulin.
Faktor Resiko

Tanda dan Gejala

5 Pilar Pengendalian Diabetes


Anjuran Berobat dalam Islam

Di dalam sebuah hadits disebutkan:


‫عن‬ َ ُ ‫شَريك بن أ‬، َ‫قَال‬: ُ‫ي أَت َيت‬
َ َ‫سا َمة‬ َّ ‫ص َّلى النَّب‬ َ ‫سلَّ َم‬
َ ُ‫علَيه للا‬ َ ‫علَى َكأَنَّ َما َوأَص َحا َبهُ َو‬
َ
َّ
ُ‫الطي ُر ُر ُءوسهم‬، ُ‫سلمت‬ َّ ُ
َ َ‫قَعَدتُ ث َّم ف‬، ‫اب فَ َجا َء‬ ُ ‫هُنَا َوهَا هُنَا هَا من اْلع َر‬، ‫فَقَالُوا‬: ‫َرسُولَ يَا‬
َ
َّ ‫فَقَالَ أَنَتَدَ َاوى؟‬: “‫ّللا فَإ َّن تَدَ َاووا‬
‫ّللا‬، َ َّ ‫ع َّز‬ َ ‫ض َع إ َّّل دَاء َي‬
َ َّ‫ضع لَم َو َجل‬ َ ‫دَ َواء لَهُ َو‬، ‫غَي َر‬
‫”ال َه َر ُم َواحد دَاء‬Dari Usamah bin Syarik, dia berkata: Aku mendatangi
Nabi sholallahu ‘alaihi was sallam dan para sahabatnya, seolah-olah
di kepala mereka terdapat burung. Aku mengucapkan salam
kepadanya, lalu aku duduk. Kemudian orang-orang Baduwi datang
dari sana dan dari sana.Lalu mereka bertanya, “Wahai Rasulullah,
bolehkah kita berobat?”Beliau sholallahu ‘alaihi was sallam
menjawab: “Silahkan kamu berobat. Sesungguhnya Allah tidak
menurukan suatu penyakit, kecuali Dia juga menurunkan obatnya.
Kecuali satu penyakit, penyakit tua”.(HR. Abu Dawud, no. 3855.
Dishohihkan Syaikh Al-Albani)

Anjuran Menjaga makan/ Diet

QS. : Al-A’raf: 31
‫“ال ُمسرفينَ يُحب َّل إنَّهُ تُسرفُوا َو َّل َواش َربُوا َوكُلُوا َمسجد كُل عندَ زينَتَكُم ُخذُوا آَدَ َم بَني يَا‬Hai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)
mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan.”
Anjuran Menjaga Kebersihan

dalam hadis riwayat Muslim:


‫لميِ ا َ ان شط َر ُ َ ُ ور ُ ه ال ط‬
“Kebersihan adalah sebagian iman” (HR. Muslim). Hadis di atas berkaitan
dengan kebersihan. Pola hidup bersih harus diterapkan sedini mungkin agar
menjadi kegiatan yang positif

Anda mungkin juga menyukai