KELOMPOK2 - APLIKASI MODEL KONSEPTUAL JOHNSON - Merged
KELOMPOK2 - APLIKASI MODEL KONSEPTUAL JOHNSON - Merged
A. Latar Belakang
Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2018 sebesar 10,9%. Prevalensi DM menurut konsensus
Perkeni 2018 pada penduduk umur ≥ 15 tahun. Pasien DM perlu mengontrol glukosa
darah dengan melakukan diet dengan ketentuan, makan secara teratur (tiga kali
makanan pokok dan tiga kali cemilan /hari dengan waktu yang sama), memakan
makanan dengan jumlah kalori yang adekuat, membatasi asupan lemak, membatasi
asupan gula, meningkatkan asupan serat hingga 25 gram/hari, pertahankan berat
badan ideal, melakukan olahraga 1 jam sebelum makan. Meningkatnya prevalensi
dan terjadinya komplikasi pada orang dengan DM menimbulkan kerugian yang
sangat besar baik secara individual maupun sektor kesehatan secara keseluruhan
(Irawan, 2010).
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul yang disebabkan
oleh peningkatan kadar gula darah akibat penurunan sekresi insulin. Komplikasi yang
dialami penderita DM bervariasi diantaranya komplikasi fisik, psikologis, sosial dan
ekonomi. Komplikasi fisik yang timbul berupa kerusakan mata, kerusakan ginjal,
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke bahkan sampai menyebabkan gangrene
(Barnes, 2009). DM merupakan penyakit yang membutuhkan manajemen diri yang
baik. Terdapat lima pilar manajemen diabetes yaitu melalui edukasi, terapi nutrisi
medis, latihan jasmani, intervensi farmakologis, dan kontrol glukosa darah (Perkeni,
2011).
Dari berbagai model konseptual keperawatan yang ada, yang menarik
perhatian kelompok salah satunya adalah model konseptual dan teori keperawatan
menurut Dorothy E. Johnson yaitu dengan pendekatan sistem perilaku, dimana individu
dipandang sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan
stabilitas, baik di lingkungan internal maupun eksternal, juga memiliki keinginan dalam
mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkannya dengan tujuan
mencapai kesimbangan yang optimal (Alligod, 2017). Teori sistem perilaku Johnson
tumbuh dari keyakinan Nightingale yakni tujuan perawatan adalah membantu individu-
individu untuk mencegah atau mengobati dari penyakit atau cedera.
Intervensi yang digunakan untuk merubah perilaku pasien dalam Behavioral
Sistem Model yaitu regulasi eksternal, misalnya dengan cara membatasi perilaku dan
menghambat respons perilaku yang tidak efektif, merubah elemen structure dengan
tujuan untuk memotivasi pasien dengan cara memberikan pendidikan kesehatan dan
konseling dan memenuhi kebutuhan subsistem dengan cara nurture, protect dan
stimulate (Alligood, 2017). Pemberian motivasi dapat memperbaiki perilaku pasien
terhadap pengobatan karena dalam hal ini kita menanamkan kesadaran individu untuk
mentaati pengobatan didasari adanya keinginan yang timbul dari dirinya sendiri.
Sesuai dengan konsep yang diciptakan oleh Dorothy E. Johnson bahwa untuk
merubah perilaku seseorang dapat dilakukan dengan cara memotivasi drive menjadi
action. Pendekatan dengan konsep model sistem perilaku Dorothy E. Johnson dapat
menggali masalah perilaku klien yang mempengaruhi konsep sehat sakit klien,
dengan pendekatan subsistem sebagai pembentuk sistem perilaku. Perlu pengkajian
mendalam terkait permasalahan klien khususnya psikososial yang mempengaruhi
perilaku klien, sehingga bisa menemukan faktor mendasar yang membuat klien dalam
kondisi sakit dan bisa dilakukan intervensi yang tepat dalam mengatasi permasalahan
klien. Oleh karena itu, kelompok mencoba mengaplikasikan model sistem perilaku
Johnson melalui 7 pendekatan subsistem dalam asuhan keperawatan dengan diabetes
mellitus (DM).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menyusun rencana rancangan aplikasi suatu model atau teori keperawatan
Johnson pada suatu tatanan pelayanan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguraikan dan menjelaskan teori/model konseptual keperawatan Johnson
pada suatu tatanan pelayanan keperawatan.
b. Mampu menganalisa model atau teori/model konseptual keperawatan Johnson pada
suatu tatanan pelayanan keperawatan.
c. Mampu menyusun rancangan aplikasi model atau teori keperawatan Johnson pada
suatu tatanan pelayanan keperawatan
C. Manfaat
1. Memberikan gambaran bagi penulis untuk penerapan model teori keperawatan
menurut Johnson .
2. Memberikan arahan bagi penulis dalam menerapkan model teori keperawatan
menurut Johnson dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien.
D. Sistematika Penulisan
1. BAB 1: Pendahuluan; yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan serta
sistematika penulisan
2. BAB II: Tinjauan Teori tentang model konseptual Dorothy E Johnson
3. BAB III: Pembahsan
4. BAB IV : Kesimpulan dan Saran
5. Daftar Pustaka
BAB II TINJAUAN
TEORI
Dorothy E. Johnson : Model Sistem Perilaku
A. Biografi
Dorothy E. Johnson lahir di Savannah, Georgia, 21 agustus 1919. Pada tahun
1938, ia anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya adalah pengawas pabrik udang
dan tiram sedang ibunya adalah seorang yang senang membaca. Diawali karena depresi
hebat, ia pernah mengambil cuti setahun dari sekolah untuk menjadi pengasuh,
atau guru, untuk dua anak di Miami, Florida. Di sinilah ia mulai menyadari cintanya
pada anak-anak, keperawatan, dan pendidikan (Gonzalo, 2014). Johnson menerima A.A
dari Amsstrong Junior College di Savannah, Georgia., S1 dari Vanderbilt University
di Nashvillw, Tennese (1942), lalu kemduian mendapatkan gelar M.P.H dari Harvard
University di Boston pada tahun 1948. (Alligood, 2017).
Johnson dalam pengalaman professionalnya, hampir sebagaian besar bergelut
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, meskipun ia adalah seorang staf perawat di
the Chatham-Savannah Helath Council (1943-1944). Johnson adalah seorang seorang
instruktur dan asisten professor dalam bidang keperawatan anak di Vanderbilt
University School of nursing (1948-1978). Dalam track record nya, Johnson
merupakan seorang penasihat perawatan anak yang bekerja di sekolah keperawatan
Christian Medical College di Velore, India Selatan dan pernah menjadi ketua komite
California Nurses Association yang mengembangkan sikap terkait dengan spesifikasi
dari perawat spesialis. Dalam karya publikasi, ia pula banyak melahirkan sederet
publikasi diantaranya, empat buku, lebih dari 30 artkel jurnal, papper, laporan,
prosiding dan monograf (Johnson, 1980). Kemudian, dalam segi prestasi, Johnson
mendapatkan sejumlah penghargaan, dari sekian banyak penghargaan yang
diterimanya, Dorothy E. Johnson bangga dengan Penghargaan Fakultas 1975 dari
mahasiswa pascasarjana, Penghargaan Prestasi Berprestasi Lulu Hassenplug 1977
dari Asosiasi Perawat California, dan Sekolah Perawat Universitas Vanderbilt 1981
untuk Keunggulan dalam Keperawatan. Johnson menutup usia pada Februari 1999
saat berumur 80 tahun. Sebelum dia meninggal, dia merasa senang bahwa teorinya telah
berguna dalam memajukan pengembangan dasar teori untuk keperawatan dan
digunakan sebagai model untuk praktik keperawatan di sebuah institusi-dasar yang
luas, tetapi menurutnya kepuasan terbesarnya berasal dari melihat karir produktif para
siswanya (Gonzalo, 2014).
B. Sumber Teori
Dorothy E. Johnson terkenal karena "Behavioral Sistem Model," yang pertama
kali diusulkan pada tahun 1968. Modelnya sangat dipengaruhi oleh buku Florence
Nightingale, Notes on Nursing. Dimana menganjurkan pembinaan fungsi perilaku yang
efisien dan efektif pada pasien untuk mencegah penyakit dan menekankan pentingnya
pengetahuan berbasis penelitian tentang efek perawatan keperawatan pada
pasien. Dorothy E. Johnson memulai karya nya dari premis bila keperawatan
merupakan suatu profesi yang bisa memberikan kontribusi yang besar bagi
kesejahteraan masyarakat, menurutnya keperawatan memiliki tujuan yang jelas dalam
konteks pemberi asuhan bagi klien. Dorothy Johnson mempresentasikan ide-ide dasar
untuk Sistem Perilaku Model dalam artikel jurnal pada tahun 1959, dengan judul "A
Philosophy of Nursing," dan dalam artikelnya pada tahun 1961, tentang "Signifikansi
Perawatan Perawat." Namun, Johnson tidak menyajikan seluruh model konseptualnya
dalam literatur sampai dia menyiapkan bab untuk edisi kedua bukunya (Gonzalo,
2014) (Alligood, 2017).
Dalam pengembangan teorinya, Dorothy E. Johnson menggunakan berbagai
teori perilaku yang berasal dari disipilin ilmu psikologi, sosiologi dan etnologi untuk
mengembangkan teorinya. Literatur interdisiplin tersebut lalu fokuskan pada perilaku
yang dapat diamati yang kemudian menjadi inspirasi dalam pengembangan model
konseptualnya. Kemudian Johnson juga menggunakan teori sistem dan konsep dan
definisi dari Rapoport, Chin von Bertalanffy, dan Burkley dimana salah satu asumsi
dasarnya adalah menghasilkan konsep yang menyusun teori JBS (Johnson Behavioral
Sistem). Asumsi lainnya adalah suatu rangkaian unit interaksi yang membentuk suatu
keseluruhan sistem untuk menunjukan fungsi-fungsi yang dimilikinya. Johnson
mengkonseptualkan manusia sebgai suatu sistem perilaku dan perilaku individu itu
yang menjadi fokus utamanya. Salah satu kekuatan dari JBS adalah integrasi konsep
yang konsisten untuk menjelaskan sistem perilaku yang diambil dari teori umum.
Beberapa konsep yang masuk didalamnya antar lain, holism,pencaria tujuan (goal
seeking), hubungan saling ketergantungan (interrelationship/interpendency),
stabilitas, instabilitas, subsistem, regularitas, struktur, fungsi, energi, umpan balik
(feedback) serta adaptasi (Johnson, 1980).
Buah dari pemikiran Dorothy E. Johnson yang dituangkan dan model
koseptualnya, diklaim sebagai pemikran asli dari Johnson sepanjang yang ia ketahui,
sebagaimana perkembangan pengetahuan tentang sistem biologis yang mndasari
pengetahuan tentang sistem tersebut. Hasil penemuan secara empiris telah
menunjukan bahwa ide tentang sistem perilaku dan kegunaannya sebagai kerangka
pemecahan masalah dalam konteks penelitian, pendidikan dan praktik keperawatan.
Johnson mempresentasikan filosofis yang mendasari Model Sistem Perilaku dalam
bentuk keyakinan, asumsi, tempat, dan sistem nilai. Pernyataan-pernyataan itu
menghasilkan nilai-nilai mendasar tentang perilaku, keyakinan tentang sifat dan
sistem perilaku, dan kepercayaan tentang keperawatan. Dorothy E. Johnson
menggunakan konsep dari disiplin ilmu yang lain seperti pembelajaran sosial,
motivasi, stimulasi sensori, adaptasi, modifikasi perilaku, proses berubah, tekanna,
dan stress dalam mengembangkan teorinya dalam aplikasi dalam praktik keperawatan
(Wang K, 2010) (Johnson, 1980).
A. Kasus
Klien Tn. D usia 71 tahun, suku Sunda, alamat kampung Apu Kota Bogor. Klien masuk
rumah sakit M pada tanggal 30-03-2022 jam 03.47 WIB dengan keluhan adanya batuk,
sesak, demam, lemas 2 hari sebelum masuk rumah sakit. 1 hari sebelum masuk
rumah sakit klien berobat di PPK 1 dekat rumah klien dengan keluhan adanya
luka di kaki kanan yang tak kunjung sembuh panjang luka 5 cm lebar
3 cm kedalalam 0,3 cm tidak ada gua, warna dasar luka kuning kehijauan, di PPK 1
klien dilakukan pemeriksaan gula darah dan mendapatkan rujukan untuk kontrol ke
dokter spesialis penyakit dalam. Akan tetapi karena keluhan klien semakin berat
keluarga memutuskan membawa klien ke IGD RS M pada tanggal 30.03.22.
B. Asuhan Keperawatan
1. Ringkasan kasus (fokus asuhan)
a. Pengkajian Perilaku
1) Keterikatan-afiliasi
Keluarga mengatakan klien sudah menderita penyakit diabetes mellitus sejak 3
tahun yang lalu akan tetapi klien tidak berobat rutin dan jarang mengontrol kadar
gula darah dikarenakan ke dua anaknya tinggal di Jakarta dan klien tinggal
sendiri di rumah. Klien mengatakan tidak ingin merepotkan anaknya. Walauapun
kedua anak klien rutin berkunjung satu bulan sekali untuk melihat keadaan klien.
Namun klien jarang menceritakan kondisinya kepada kedua anaknya karena takut
merepotkan. Keluarga klien juga mengatakan di rumah klien merokok sejak 10
tahun lalu dan klien untuk makan selalu membeli makanan di luar. Semenjak istri
klien meninggal klien tidak pernah membuka jendela dengan alasan sering lupa
menutup kembali jendelanya dan klien sering berada di luar rumah. Klien jarang
minum obat DM dikarenakan sering lupa dan tidak ada yang mengingatkan.
Klien dapat makan dan minum sendiri akan tetapi sejak kakinya sakit untuk
mobilisasi seperti berjalan klien butuh bantuan. Klien merasa cemas bahwa
nantinya tidak dapat berjalan normal seperti sebelumnya
2) Ketergantungan-dependency
Selama dirawat klien di temani salah satu anaknya dan melakukan komunikasi
dan interaksi social selain dengan keluarga klien juga melakukan interkasi social
dengan dokter, perawat, apoteker, ahli gizi, petugas penunjang medis. Klien
kooperatif dan berpartisipasi dalam perawatan di rumah sakit, untuk memenuhi
melakukan aktivitas selama di rumah sakit, klien bergantung pada keluarga dan
perawat. Klien mengatakan saat ini sudah menerima keadaan penyakitnya.
Sistem pendukung yang dimiliki klien saat ini hanya anak-anaknya. Klien
mengatakan tidak memiliki dukungan lingkungan sekitar selain dari anak-
anaknya.
3) Ingesti
Klien mengatakan sering merasa lapar dan klien sering makan. Klien makan
sehari bisa sampai 5 -6 kali/hari dengan porsi normal. Klien mengatakan tidak
membatasi jenis makanan yang dikonsumsi karena tidak memasak sendiri
makananya, tetapi membeli makanan siap saji di luar. Dalam tiga tahun terakhir
klien mengalami penurunan berat badan. Berat badan klien sebelum sakit 82 kg
dan saatini 49 kg dengan tinggi badan 182 cm (IMT: 16.56, kategori kurus), tidak
ada mual dan muntah. Klien di rumah sakit diberikan diet DM.
4) Eliminatif
Klien mengatakan sering merasa haus tetapi klien jarang minum air putih karena
klien mangatakan sering BAK terutama pada malam hari jika minum air putih
sehingga klien minum air putih kurang dari 1 liter/hari. Untuk mengatasi rasa
haus klien minum kopi dan teh manis. Klien mengatakan juga saat minum kopi
BAK akan lebih jarang dibandingkan jika bayak minum air putih. Inspeksi mukosa
bibir kering, pasien tampak pucat, palpasi akral dingin pada ekstremitas bawah,
CRT<3 detik, turgor kulit normal, nadi reguler, frekuensi nadi 88 kali/menit,
tekanan darah 110/80 mmHg, dan suhu tubuh 36,2 derajad Celsius. Klien
mengalami polyuria. Frekuensi berkemih lebih dari 15 kali/hari, jumlah urine
sekitar 100-200 ml/satu kali berkemih, warna urine kuning jernih, sebelum sakit
klien mengatakan tidak ada masalah dengan pola eliminasi urin, namun setelah
sakit klien menjadi sering BAK, hasil laboratorium menunjukan ureum pasien
tinggi (346 mg/dL). Klien tidak mengalami kesulitan dalam eleminasi fekal. Klien
defekasi 1x/ hari rutin.
5) Seksual
Klien berstatus duda, klien tinggal sendirian di rumah, tidak ada anak atau pun
keluarga yang tinggal satu rumah dengan klien. Klien merasa kesepian.
6) Pencapaian-Achievement
Klien mengatakan mulai sekarang akan belajar mengenai penyakit DM karena
klien khawatir penyakitnya tidak dapat sembuh, Klien mengatakan sudah
mengerti jika obat DM harus diminum rutin dan tidak boleh putus setelah
dijelaskan oleh perawat dan dokter. Klien merasa sudah 3 tahun sakit tidak ada
perubahan malah semakin memburuk kondisinya, klien merasa lelah menghadapi
penyakitnya
7) Agresif-Proteksi
Selama dirawat, klien terkadang merasa lemah dan cepat lelah sehingga klien lebih
banyak di tempat tidur. Klien mengungkapkan merasa cemas jika penyakitnya
bertambah parah dan tidak dapat berjalan kembali. Klien sangat aktif bertanya
kepada dokter dan perawat tentang hal yang berhubungan dengan perkembangan
kondisi penyakitnya serta pengobatannya.
b. Pengkajian Lingkungan
1) Faktor lingkungan internal ;penurunan motivasi klien, harapan menurun dan
tidak percaya diri, kurangnya memahami kondisi sakit dan penyakitnya, serta
pencegahannya penyakitnya sehingga mempengaruhi kesehatan dan mengancam
klien.
2) Faktor lingkungan eksternal : Faktor pendukung keluarga (anak) yang tidak
selalu bersama klien (tidak tinggal bersama) sebagai kontrol keseimbangan
pasien.
3) Secara fungsional : dikaji pengembangan klien yang kurang maksimal, justru
lebih pada koping, perlindungan dimana klien kurang maksimal melindungi
keseimbangan dirinya, dan stimulus yang kurang kuat dari dalam dirinya
motivasi untuk sembuh dan mampu beradaptasi yang positif untuk mencapai
keseimbangan, oleh karena itu klien memerlukan peranan perawat sebagai
pengendali eksternal.
c. Pengkajian Struktural
1) Niat atau tujuan: pasien tampak kurang motivasi dan harapan dalam proses
penyembuhannya, karena konsep atau presepsi yang kurang terhadap proses
penyakitnya, sehingga hanya berusaha mengatasi sakitnya sendiri dengan cara
konvensional menurut klien.
2) Tatanan (set): hasil pengkajian menunjukkan klien cenderung mengalihkan
permasalahan hidupnya melalui aktifitas bekerja, dan klien tidak tinggal dengan
anak-anaknya, serta tidak ingin merepotkkan anak-anaknya dengan sakitnya.
3) Pilihan: Pada akhirnya pasien memilih dirawat, karena merasa kondisi kesehatan
yang menurun, dan semakin kompleks, sehingga dia me minta anaknya
menggantar ke RS.
4) Tindakan: Klien mengatakan sering merasa lapar dan sering makan. Klien makan
sehari bisa sampai 5 -6 kali/hari dengan porsi normal. Klien mengatakan tidak
membatasi jenis makanan yang dikonsumsi karena tidak memasak sendiri
makananya, tetapi membeli makanan di luar. Dalam tiga tahun terakhir klien
mengalami penurunan berat badan.
2. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran: Compos Mentis GCS 15 (E6M4V5)
Keadaan umum lemah, Tampak Sakit Berat
Keadaan
TD :110/80 mmHg Nadi: 88 x/m
Umum
RR : 20 x/m Suhu: 36,2 C
TB : 182 cm BB : 49 kg
Bentuk simetris, rambut putih pendek , rontok (+), ketombe (+), kebersihan tidak
Kepala
terjaga, lesi (-), benjolan (-), nyeri tekan (-).
Bentuk simetris, pupil isokor, tidak edema periorbita, konjungtiva anemis
Mata (-), skelera anikterik (-), katarak (+) mata kiri.
Hidung Bentuk simetris, bersih, nafas cuping hidung (-), lesi (-), nyeri tekan (-).
Bentuk simetris, warna sesuai warna kulit, lesi (-), nyeri tekan (-), kotor,
Telinga sekresi (-).
Bentuk simetris, mukosa bibir kering, gigi tidak, karies (+), bau mulut (+), mukosa
Mulut
mulut kering.
Leher Bentuk simetris, tidak ada lesi dan pembesaran kelenjar di leher (-)
Bentuk simetris, gerakan dada teratur, retraksi dinsing dada (-), tidak ada penggunaan
Dada otot bantu pernafasan, ronchi (+), wheezing (-/-), tidak terdapat benjolan dan tidak
terdapat jaringan parut pada dada, suara
Jantung BJ I-II Normal, gallop (-), mur-mur (-).
Bentuk simetris, Ascites (-), Bising usus 10x/m, nyeri tekan (-) pada epigastrium, nyeri
Abdomen
pukulan (-) pada kedua sisi area ginjal.
3. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 12,6 g/dl 12.0-16.0
Lekosit 9.900 u/l 5000-10.000
Hematrokrit 37 % 36-46
Trombosit 225 ribu/ul 150-400
Kimia darah
Ureum 346 mg/dl 15-45
Kreatinin 1,01 mg/dl 0,7-1,2
SGOT 603 UI/L 15-41
SGPT 380 UI/L 14-54
Tanggal 12/02/2022 Pemeriksaan Foto
Thoraks:
Susp TB paru lama aktif
Atelektasis lobus superior paru kanan
6. Masalah keperawatan
a. Koping tidak efektif
b. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
c. Kesiapan peningkatan konsep diri
d. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Resti ketidakstabilan kadar gula darah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
(Tujuan, Metode/Intervensi, Konsekuensi)
Diagnosa Intervensi Konsekuensi
No. Tujuan
Keperawatan Keperawatan Intervensi
1. Koping tidak efektif Status koping membaik setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3.x 24 jam 1. Dukungan Pengambilan 1. Pasien tidak memberikan
berhubungan dengan Kriteria hasil : Keputusan respon yang positif
ketidakdekuatan strategi Meningkat Obseravsi terhadap kondisi yang
koping Cukup Cukup − Identifikasi persepsi dirasakan sebenarnya.
Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat
mengenai masalah dan
DS : klien tidak ingin Kemampuan informasi yang memicu
merepotkan anak-anaknya, memenuhi konflik klien
1 2 3 4 5
sehingga berusaha dengan peran sesuai − Identifikasi hubuingan
menurangi makan, bahkan usia keluarga.
tidak makan agar kadar Perilaku − Identifikasi konsep koping
gula darahnya tidak naik, koping 1 2 3 4 5 klien yang dilakukan sebagai
dengan minum air puti dan adiktif sebagai sistem perilaku.
aktifitas jalan klien yakin Pervalisasi Terapeutik
1 2 3 4 5
dapat mengurangi sakit mengatasi
kemampuan − Fasilitasi mengklarifikasi
gulanya. nilai dan harapan yang
DO : klien tampak tidak masalah membantu membuat pilihan
mampu memenuhi peran Verbalisasi − Diskusikan kelebihan dan
yang diharapkan (sesuai pengakuan 1 2 3 4 5 kekurangan dari setiap solusi
usianya saat ini) masalah − Motivasi mengungkapkan
Menggunakan mekanisme Verbalisasi tujuan perawatan yang
koping yang tidak sesuai. kelemahan 1 2 3 4 5 diharapkan
diri − Fasilitasi pengambilan
Perilaku keputusan secara kolaboratif
1 2 3 4 5
asertif − Hormati hak pasien untuk
Partisipasi menerima atau menolak
1 2 3 4 5
sosial informasi
Tanggung
1 2 3 4 5 − Fasilitasi menjelaskan
jawab diri keputusan kepada orang lain,
Orientasi jika perlu
1 2 3 4 5
realitas − Fasilitasi hubungan antar
Minat 1 2 3 4 5 pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya
Menurun Edukasi
Cukup Cukup − Informasikan alternatif solusi
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat secara jelas
Verbalisasi − Berikan informasi yang
1 2 menyalahkan
3 4 5 diminta pasien
orang lain
Verbalisasi 2. Dukungan Penampilan 2. Ketidakefktifan perawat
1 2 rasional
3 4 5 Peran dalam memfasilitasi
kegagalan Observasi adaptasi peran pasien di
Hipersensitif − Identifikasi peran yang ada dalam keluarga
terhadap kritik dalam keluarga
Perilaku − Identifikasi adanya peran
1 2 penyalahgunaan
3 4 5 yang tidak terpenuhi
zat Terapeutik
Perilaku − Fasilitasi adaptasi peran
1 2 3 4 5
manipulasi keluarga terhadap perubahan
Perilaku peran yang tidak diinginkan
1 2 3 4 5
permusuhan − Fasilitasi diskusi harapan
Perilaku dengan keluarga dalam peran
1 2 3 4 5
superior timbal balik
Edukasi
− Diskusikan perilaku yang
dibutuhkan untuk
pengembangan peran
− Diskusikan perubahan peran
yang diperlukan akibat
penyakit atau
ketidakmampuan
− Diskusikan strategi positif
untuk mengelola perubahan
peran
− Ajarkan perilaku baru yang
dibutuhkan oleh pasien/
orang tua ontuk memenuhi
peran
3. Promosi Koping 3. Resiko kesalahan dalam
Observasi mengidentifikasi
− Identifikasi kegiatan jangka kemampuan ynag
pendek dan panjang sesuai dimiliki pasien
tujuan sehinggga terjadi
− Identifikasi kemampuan yang intoleransi dalam
dimiliki pengambilan keputusan
Terapeutik
− Diskusikan perubahan peran
yang dialami
− Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
− Diskusikan untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
mengervaluasi perilaku
sendiri.
− Diskusikan konsekuensi
tidak menggunakan rasa
bersalah dan rasa malu
− Diskusikan risiko yang
menimbulkan bahaya pada
diri sendiri
− Fasilitasi dalam
memperoleh informasi yang
dibutuhkan
− Motivasi untuk menentukan
harapan yang realistis
− Tinjau kembali kemampuan
dalam pengambilan
keputusan
− Motivasi terlibat dalam
kegiatan sosial
Edukasi
− Anjurkan menjalin
hubungan yang memiliki
kepentingan dan tujuan
sama
− Anjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika perlu
− Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
− Anjurkan keluarga terlibat
− Anjurkan membuat tujuan
yang lebih spesifik
3. Resiko ketidakpedulian
3. Promosi perilaku upaya
terhadap kesehatan diri
kesehatan
dan lingkungan.
Observasi :
− Identifikasi perilaku upaya
kesehatan yang dapat
ditingkatkan
Terapeutik :
− Berikan lingkungan yang
mendukung kesehatan
− Orientasi pelayanan
kesehatan yang dapat
dimanfaatkan
Edukasi
− Anjurkan mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun
− Anjurkan makan sayur dan
buah setiap hari
− Anjurkan melakukan
aktivitas fisik setiap hari
− Anjurkan cek GDS secara
berkala 4. Tidak terjadinya kerja
sama yang baik antara
4. Penentuan tujuan bersama : pasien dan perawat,
Observasi : pasien dengan
− Identifikasi tujuan – tujuan lingkungan dan pasien
yang akan dicapai dengan dirimya sendiri
− Identifikasi cara mencapai
tujuan secara konstruktif
Terapeutik
− Nyatakan tujuan dengan
kalimat positif dan jelas
− Tetapkan skala pencapaian
tujuan, jika perlu
− Fasilitasi memecahkan tujuan
kompleks menjadi langkah
kecil yang mdah dilakukan
− Diskusikan sumber daya yang
ada untuk memenuhui tujuan
− Fasilitas dalam
mengidentifikasi hasil yang
diharapkan untuk setiap
tujuan
− Tetapkan batas waktu yang
realitas
− Diskusikan indicator
pengukuran untuk setiap
tujuan ( mis : perilaku)
Edukasi
− Anjurkan mengenal masalah
yang dialami
− Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan dan kemampuan
sendiri
− Anjurkan mengidentifikasi
nilai dan sistim kepercayaan
saat menetapkan tujuan
3. Kesiapan peningkatan Konsep diri membaik setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2.x 24 jam 1. Promosi harga diri 1. Tidak terbentuknya
konsep diri Kriteria hasil : Observasi motivasi yang postitif
Gejala dan Tanda Mayor Meningkat : − Identifikasi budaya, Agama, terhadap diri sendiri
DS : Cukup Cukup ras, jenis kelamin, dan usia sehingga mengganggu
− Mengekspresikan Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat terhadap harga diri kepercayaan terhadap
keinginan untuk Verbalitas − Monitor verbalisasi yang penilaian diri.
meningkatkan konsep diri kepuasan 1 2 3 4 5 merendahkan diri sendiri
dari kondisi saat ini yang terhadap diri − Monitor tingkat harga diri
tampak tak berdaya. Verbalisasi setiap waktu, sesuai
kepuasan kebutuhan
DO : 1 2 3 4 5
terhadap harga
− Klien tampak kurang diri
percaya diri akan Verbalisasi Terapetik
dirinya yang sakit. kepuasan − Motivasi terlibat dalam
terhadap 1 2 3 4 5 verbalisasi positif untuk diri
penampilan sendiri
peran − Motivasi menerima tantangan
Verbalisasi atau hal baru
kepuasan − Diskusikan pernyataan
terhadap citra 1 2 3 4 5
tentang harga diri
tubuh − Diskusikan kepercayaan
Verbalisasi terhadap penilaian diri
kepuasan − Dikusikan pengalaman yang
1 2 3 4 5
terhadp meningkatkan harga diri
identitas diri − Diskusikan bersama keluarga
Verbalisasi untuk menetapkan harapan
keinginan dan batasan yang jelas
1 2 3 4 5
meningkatkan − Berikan umpan balik positif
konsep diri atas peningkatan pencapaian
Verbalisasi tujuan
1 2 3 4 5
rasa percaya
diri Edukasi
Verbalisasi − Jelaskan kepada keluarga
penerimaan pentingnya dukungan dalam
1 2 3 4 5
terhadap perkembangan konsep positif
kelebihan diri diri pasien
Verbalisasi − Anjurkan mengidentifikasi
penerimaan kekuatan yang dimiliki
terhadap 1 2 3 4 5 − Latih pernyataan/kemampuan
keterbatasan positif diri
diri
Membaik :
Cukup Cukup 2. Promosi kesadaran diri 2. Terjadinya kesalahan
Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat dalam mengidentifikasi
Observasi
Tidak sesuai − Identifikasi keadaan tentang perilaku pikiran
1 2 3 4 5 atau respon terhadap
perasaan emosional saat ini
− Identifikasi respons yang kondisi, sehingga tidak
ditunjukan berbagai situasi dapat berkontribusi
Terapetik terhadap pengembangan
− Diskusikan nilai-nilai yang konsep diri.
berkontribusi terhadap
konsep diri
− Diskusikan tentang pikiran,
perilaku atau respons
terhadap kondisi
− Diskusikan dampak penyakit
pada konsep diri
Edukasi
− Anjurkan mengenali pikiran
dan perasaan tentang diri
− Anjurkan meminta bantuan
orang lain, sesuai kebutuhan
− Anjurkan mengubah
pandangan diri sebagai
korban, yang akan
merepotkan
− Latih kemampuan positif diri
yang dimiliki
3. Koping yang efektif
3. Promosi koping dapat membantu
Observasi seseorang untuk
− Identifikasi kegiatan jangka mentoleransi dan
pendek dan panjang sesuai menerima suatu tekanan
tujuan yang tidak merisaukan
− Identifikasi kemampuan yang dan dapat
dimiliki, sub sistem yang menanggulangi situasi
positif yang bisa stress yang menekan
ditingkatkan. akibat masalah yang
− Identifikasi sumber daya dihadapi dengan cara
yang tersedia untuk melakukan perubahan
memenuhi tujuan kognitif/perilaku untu
− Identifikasi pemahaman memperoleh rasa aman
proses penyakit dalam diri individu.
− Identifikasi dampak situasi Sehingga ketika koping
terhadap peran dan hubungan yang tidak efektif sangat
klien dengan suaminya. beresiko terjadinya
− Identifikasi metode penurunan motivasi dan
penyelesaian masalah intoleransi dalam
− Identifikasi kebutuhan dan menerirma suatu tekanan
keinginan terhadap dukungan dalam menghadapi
sosial masalah
Terapetik
− Diskusikan untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku diri
sendiri
− Diskusikan resiko yang
menimbulkan bahaya pada
diri sendiri
− Fasilitasi dalam memperoleh
informasi yang dibutuhkan
− Motivasi untuk menentukan
harapan yang realistis
− Motivasi terlibat dalam
kegiatan social
− Motivasi mengidentifikasi
sistem pendukung yang
tersedia( anak-anaknya)
− Perkenalkan kepada
kelompok atau orang yang
berhasil mengalami
pengalaman yang sama
− Dukung penggunaan
mekanisme pertahanan yang
tepat
− Refleksikan hubungan
dengan suaminya sebelum
saat ini dan pada saat ini, gali
sumber-sumber sub sistem
yang mampu meningkatkan
adaptasi positif dan perbaikan
hubungan dengan suaminya.
Edukasi
− Anjurkan menjalin hubungan
yang memiliki kepentingan
dan tujuan sama
− Anjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika perlu
− Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
− Anjurkan keluarga terlibat,
sebagi support sistem pasien.
− Anjurkan membuat
persetujuan yang spesifik
− Ajarkan cara memecahkan
masalah secara konstruktif
− Latih penggunaan teknik
relaksasi
4. Intervensi Pendukung
− Dukungan kelompok
pendukung klien
− Dukungan keyakinan & nilai
klien
− Dukungan pelaksanaan
ibadah sebagai sumber yang
menguatkan klien.
− Dukungan pengambilan
keputusan yang tepat.
− Dukungan pengungkapan
kebutuhan dan perasaan
− Manajemen stress yang
adaptif.
− Promosi hubungan positif
− Promosi kepercayaan diri
− Promosi perilaku upaya
kesehatan
− Teknik menenangkan
4. Defisit Nutrisi Status nutrisi membaik setelah diberikan asuhan keperawatan 3.x24 jam 1. Manajemen nutrisi 1. Kebutuhan nutrisi pada
berhubungan dengan : Kriteria hasil : Observasi : penederita DM
− Kurangnya asupan Meningkat : − Identifikasi status nutrisi merupakan kebutuahn
makanan Cukup Cukup
Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat − Monitor asupan makanan fisiologis yang
− Faktor psikologis − Identifikasi pola makan dan mendasar. Pola
dimana pasien merasa Porsi makanan diet pasien. pemenuhan nutrisi yang
1 2 3 4 5 tidak baik menyebabkan
takut jika makan gula yang dihabiskan Terapeutik:
darahnya akan naik Kekuatan otot
1 2 3 4 5 − Lakukan oral hygiene kontrol gula darah yang
mengunyah sebelum makan jika perlu tidak stabil.
Ditandai dengan gejala kekuatan otot
1 2 3 4 5 − Fasilitasi diet sesuai kondisi
dan tanda mayor: menelan dan kebutuhan klien
Subjektif: Dalam tiga tahun Serum abumin 1 2 3 4 5 − Sajikan makanan secara
terakhir klien mengalami Verbalisasi 1 2 3 4 5 menarik dan suhu yang sesuai
penurunan berat badan. keinginan untuk − Berikan makanan tinggi serat
Berat badan klien sebelum meningkatkan 1 2 3 4 5 untuk mencegah konstipasi
sakit 82 kg dan saat ini 49 nutrisi − Berikan makanan tinggi
kg dengan tinggi badan 182 Pengetahuan kalori dan tinggi protein
cm (IMT: 16.56, kategori tentang pilihan − Refleksikan kondisi klien saat
kurus), tidak ada mual dan 1 2 3 4 5
makanan yang ini, dia butuh asupan nutrisi
muntah. Klien di rumah sehat untuk pemulihan tubuhnya.
sakit diberikan diet DM.
Pengetahuan Edukasi :
Ditandai dengan gejala tentang standar − Anjurkan posisi duduk saat
1 2 3 4 5
dan tanda minor : asiupan nutrisi makan
Subjektif : yang tepat − Ajarkan diet yang
− Cepat kenyang setelah Penyiapan dan diprogramkan.
makan penyimpanan − Anjurkan pasien mematuhi
1 2 3 4 5
− Nafsu makan menurun minuman yang diet yang telah diajarkan.
aman Kolaborasi :
Objektif : Sikap terhadap − Kolaborasi pemberian
− Bising usus hiperaktif makanan medikasi sebelum makan
1 2 3 4 5
− Membran mukosa
minuman yang − Kolaborasi dengan ahli gizi
aman untuk menentukan jumlah
pucat
Sikap terhadpa kalori dan jenis nutrient
makan dan yang dibutuhkan jika perlu Pada penderita DM terapi
minuman sesuai 1 2 3 4 5 insulin sering digunakan
2. Promosi berat badan
tujuan kesehatan Observasi karena pada penderita
− Identifikasi BB DM kebutuhan insulin
− Monitor adanya factor yang tidak dapat dipenuhi oleh
Menurun: menurunkan nafsu tubuh, ketika hal itu
terjadi maka tubuh
Menurun Sedang Meningkat maknnya.
mencari bahan lain untuk
Menurun Meningkat − Monitor jumlah kalori yang
Perasaan cepat dijadikan energi, yaitu
1 2 3 4 5 dikonsumsi sehari-hari
lemak dan otot. Kenaikan
kenyang − Monitor berat badan BB tanda bahwa insulin
Nyeri
1 2 3 4 5 − Monitor albumin, limfosit berfungsi dimana tubuh
abdomen dan elektrolit serum memanfaatkan gula,
Sariawan 1 2 3 4 5 Terapeutik lemak, dan protein secara
Rambut rontok 1 2 3 4 5 − Berikan perawatan mulut lebih efektif.
diare 1 2 3 4 5 sebelum pemberian makan,
jika perlu
Membaik : − Sediakan makanan yang
Cukup Cukup tepat sesuai kondisi pasien
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat − Hidangkan makanan secara
Berat badan 1 2 3 4 5 menarik
IMT 1 2 3 4 5 − Berikan pujian pada
Frekuensi pasien/keluarga untuk
makan 1 2 3 4 5
peningkatan yang dicapai
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Edukasi
− Jelaskan nama makanan
yang bergizi tinggi, namun
tetap terjangkau
− Jelaskan peningkatan
asupan yang dibutuhkan
− Ajarkan koping yang
efektif, sehingga pasien
memahami pentingnya
asupan nutsisi yang
seimbang.
5. Risiko ketidakstabilan Kestabilan kadar glukosa darah membaik setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Edukasi kesehatan : 1. Manajemen
kadar glukosa darah 3x24 jam Obseravsi hiperglikemia dapat
berhubungan dengan : Kriteria hasil : − Identifikasi kesiapan dan dilakukan dengan
− Kurang terpapar Meningkat : kemampuan menerima merubah gaya hidup
informasi tentang Cukup Cukup informasi seperti aktivitas fisik,
Menurun Sedang Meningkat
manajemen diabetes Menurun Meningkat − Identifikasi factor – factor pengobatan, menjaga
− Ketidak patuhan Koordinasi 1 2 3 4 5 yang dapat meningkatkan pola makan, rajin cek
pemantauan glukosa Tingkat dan menurunkan motivasi gula darah agar
darah 1 2 3 4 5 perilaku hidup bersih dan terkendali. Sehingga,
kesadaran
− Kurang patuh pada sehat ketika tidak terjadi
rencana manajemen Terapeutik kedisiplinan dalam
diabetes Menurun : − Sediakan materi dan media memanajemen gaya
− Manajemen medikasi Cukup Cukup pendidikan kesehatan hidup maka beresiko
tidak terkontrol
Menurun Menurun
Sedang
Meningkat
Meningkat − Jadwalkan pendidikan gula darah tidak
− Stress berlebihan Mengantuk 1 2 3 4 5 kesehatan sesuai terkendali.
kesepakatan
Pusing 1 2 3 4 5
− Berikan kesempatan untuk
Lelah/lesu 1 2 3 4 5
bertanya
Rasa lapar 1 2 3 4 5 Edukasi
Gemetar 1 2 3 4 5 − Jelaskan factor risiko yang
Berkeringat 1 2 3 4 5 dapat mempengaruhui
Mulut kering 1 2 3 4 5 kesehatan
Rasa haus 1 2 3 4 5 − Ajarkan perilaku hidup
Perilaku aneh 1 2 3 4 5 bersih dan sehat
Kesulitan
1 2 3 4 5 − Ajarkan strategi yang dapat
bicara digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Terapeutik
− Nyatakan tujuan dengan
kalimat positif dan jelas
− Tetapkan skala pencapaian
tujuan, jika perlu
− Fasilitasi memecahkan tujuan
kompleks menjadi langkah
kecil yang mdah dilakukan
− Diskusikan sumber daya yang
ada untuk memenuhui tujuan
− Fasilitas dalam
mengidentifikasi hasil yang
diharapkan untuk setiap
tujuan
− Tetapkan batas waktu yang
realitas
− Diskusikan indicator
pengukuran untuk setiap
tujuan ( mis : perilaku)
Edukasi
− Anjurkan mengenal masalah
yang dialami
− Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan dan kemampuan
sendiri
− Anjurkan mengidentifikasi
nilai dan sistim kepercayaan
saat menetapkan tujuan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Model konseptual keperawatan merupakan konsep dan hubungan antara konsep
yang menunjukan pandangan khusus serta menghasilkan bukti diantara fenomena yang
khusus untuk disiplin ilmu. Dari berbagai model konseptual keperawatan, kelompok
kami tertarik pada model konseptual dan teori keperawatan menurut Johnson yaitu
model sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai sistem perilaku yang selalu
ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal maupun
eksternal, juga memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan diri dari
pengaruh yang ditimbulkannya. Konsep model sistem perilaku Johnson berfokus pada 7
subsistem perilaku individu yang dipengaruhi sebagian besar aspek psikososial
“Manusia sebagai Sistem perilaku”. Model konsep ini memberikan pedoman bagaimana
mengidentifikasi 7 subsistem perilaku manusia, yaitu klien yang bisa meningkatkan atau
menurunkan derajat kesehatannya. Model konsep ini sangat membantu perawat
menggali masalah psikososial klien dan merumuskan rencana intervensinya.
Dari hasil pengkajian perilaku (7 sistem), Faktor lingkungan eksternal dan
internal yang mempengaruhi klien menghadapi stressor dan mengupayakan
keseimbangan, serta komponen struktural (niat/ tujuan, tatanan, pilihandan tindakan
dengan menggunakan Konsep Model Sistem Perilaku Johnson, sehingga kelompok
dapat merumuskan 5 masalah keperawatan yang terkait dengan ketidakefektifan
perilaku-psikososial yang mempengaruhi status kesehatan klien. Menurut konsep Johnson,
tidak didefinisikan gangguan spesifik terkait fisik, tetapi dia menyatakan dua kategori
umum dari gangguan tersebut berdasarkan hubungan dengan sistem biologis, gangguan
merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan secara jelas atau sama terhadap ganguan
sistem biologis. Dalam konsep ini di nilai lebih pada gangguan sistem biologis yang timbul
dari fakta atau gangguan penyakitnya sehingga mengganggu keseimbangan klien. Namun
dalam proses pengakjian ini perlu waktu yang lebih lama dari pengkajian biasanya.
Setelah menyusun rancangan aplikasi model atau teori keperawatan Johnson dan
membandingkannya dengan model atau teori keperawatan yang sudah diterapkan,
kelompok melihat ada beberapa aspek yang sudah digali atau dikaji di pengkajian yang
sudah ada, namun dalam konsep Johnson kita dapat menggali lebih dalam permasalahan
yang mempengaruhi gangguan keseimbangan pasien terhadap kondisi sakitnya. Dalam
penerapan teori Johnson perlu adanya skill komunikasi sebagai cara menggali
permasalahan pasien dan memberikan dukungan perawat sebagai pengendali eksternal
dalam membantu pasien mencapai keseimbangan. Sehingga pasien mampu berdapatasi
secara postif melalui sumber-sumber di dalam dirinya.
B. Saran
a. Perlu meningkatkan pemahaman terhadap konsep pendekatan menurut model
konseptual keperawatan Dorothy E Johnson : Model Sistem Perilaku sehingga mampu
mengaplikasikan dalam praktik keperawatan.
b. Perlu meningkatkan skill komunikasi sebagai cara menggali permasalahan pasien
dan memberikan dukungan perawat sebagai pengendali eksternal dalam membantu
pasien mencapai keseimbangan.
c. Perlu mengembangkan konsep tersebut dengan riset dalam ilmu keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N., Fatmaningrum, W., & Yusuf, A. 2017. Peningkatkan Perilaku Pasien dalam
Tatalaksana Diabetes Melitus Menggunakan Model Behavioral Sistemral Sistem
Model. Jurnal Ners, 6(1), 1-10.
Aligood, MR. 2017. Nursing Theorist and Their Work(8thed).St. Louis: Mosby Elsevier
Mosby.
Auger, J. , & Dee, V. 1983. Patient classification system based on the Behavioral System
Model of Nursing, Part I. Journal of Nursing Administration , 13(4), 38-43. Brown, T.
A. (2006). Confirmatory Factor Analysis for Applied Research. New York:
The Guilford Press.
Dee, V. , & Randell, B. 1992. NPHpatient classification system— a theory-based nursing
practice model for staffing. Los Angeles: University of California, Los
Angeles, Neuropsychiatric Institute and Hospital.
Fawcett, J. 2005. Contemporary Nursing Knowledge.Analysis and Evaluation of Nursing
Models and Theoris.Second Edition. F.A Davis. Philadelpia.
Fitzpatrick, J., Whall, Ann. 1989. Conceptual Models of Nursing: Analysis and
Application. Connecticut: Appleton & Lange
Gonzalo, A. 2014. Dorothy Johnson: Behavioral System Model. Retrieved from
https://nurseslabs.com/dorothy-e-johnsons-behavioral-system-model/#Awards-
and-Honors
Johnson, D. E. 1968. One conceptual model of nursing. Vanderbilt University
Johnson, D. E. 1977. The behavioral system model for nursing. Paper presented at the
workshop for sigma theta tau, California.
Johnson, D. E. 1980. The behavioral system model for nursing. (C. R. J.P Riehl Ed.
Conceptual models for nursing practice (2nd) ed.). New York: Appleton-Century-
Crofts.
Marriner-Tomey, A. and Alligood, M.R. (2006) Nursing Theorists and Their Work. 6th
Edition, Mosby/Elsevier, St. Louis.
PERKENI. 2002. Konsensus pengolahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta:
PB. PERKENI
Rinawati, F. 2017. Penerapan Terapi Perilaku Spesialis Keperawatan Jiwa Pada Klien
Dengan Risiko Perilaku Kekerasan Menggunakan Pendekatan Teori Johnson Dan
Teori Lewin. Jurnal Ilmu Kesehatan, 4(1), 67-72.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Riskesdas. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI.
LAMPIRAN LAMPIRAN
C. MATERI
Terlampir
D. MEDIA
1. Leaflet
E.METODE
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab
F. KEGIATAN PENYULUHAN
No WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1. 10 Menit Pembukaan:
Memberikan salam Menjawab salam
Memperkenalkan diri Mendengarkan dan
Mengkomunikasikan tujuan berpartisipasi aktif
Melakukan Apersepsi memperhatikan
2. 30 Menit Pelaksanaan:
Penyuluhan secara berurutan dan
terartur
Materi :
Menjelaskan tentang Pengertian Memperhatikan
Diabetes Melitus
Menjelaskan tentang klasifikasi
Diabetes Melitus Memperhatikan
Menjelaskan Manifestasi Klinik
dari Diabetes Melitus Memperhatikan
Menjelaskan tentang Komplikasi
yang dapat timbul dari Diabetes
Melitus Memperhatikan
Menjelaskan tentang pengelolaan Memperhatikan
dari Diabetes Melitus
3. 20 Menit Penutup :
Memberikan kesempatan bertanya Menanyakan hal yang belum
Menyampaikan terima kasih atas jelas
waktu yang telah diberikan kepada
pasien Mengucap salam dan menjawab
salam
G. EVALUASI
1. Pasien mengetahui apa itu Diabetes Melitus
2. Pasien mengetahui Klasifikasi Diabetes Melitus
3. Pasien mengetahui manifestasi Klinis dari Diabetes Melitus
4. Pasien mengetahui komplikasi dari Diabetes Melitus
5. Pasien mengetahui Pengelolaan Diabetes Melitus
Lampiran Materi
DIABETES MELITUS
A. Pengertian Diabetes
Diabetes Mellitus adalah sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami
peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan hormon insulin.
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik metabolik yang komplek melibatkan
gangguan metabolik karbohidrat, protein dan lemak dan perkembangan komplikasi
secara microvaskuler, macrovaskuler serta neuropati . Diabetes Melitus merupakan
kelainan heterogen , ditandai dengan sirkulasi glukosa , lipid dan asam amino berkadar
tinggi, karena tidak memadainya insulin dalam memenuhi tuntutan metabolisme
tubuh(Keith, 1996).
B. Klasifikasi
Klasifikasi yang dianjurkan oleh PERKENI adalah yang sesuai dengan anjuran
lklasifikasi DM American Diabetes Association ( ADA ) 1997.
Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus (ADA 1997 ) :
1. Diabetes Tipe 1 ( destruksi sel beta , umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)
2. Diabetes Tipe 2 ( berpariasi mulai yang terutama dominant resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin).
3. Diabets Tipe Lain
a. Karena obat dan zat kimia
b Infeksi
c. Sebab imunologi yang jarang
d. Sindrom Generik lain yang berkaitan dengan DM
e. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) yaitu penyakit diabetes yang dialami saat
hamil
َُوا َو ََل تُس ِْرفُ ٓو ۟ا ۚ إِنَّ ۥهُ ََل ي ُِحبُّ ٱ ْل ُمس ِْرفِين
۟ وا َوٱ ْش َرب
۟ ُوا ِزينَتَكُ ْم ِعندَ كُ ِل َمس ِْج ٍد َوكُل
۟ ُ َٰيَبَنِى َءادَ َم ُخذ
ٓ
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid,
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
2. Melakukan olahraga
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu ) selama kurang lebih
30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE ( continous, rhythmical, interval, progressive,
ndurance)
Adapun manfaat dari latihan jasmani (olahraga) adalah :
a. Menurunkan kosentrasi gula darah, selama dan sesudah latihan
b. Menurunkan kosentrasi indulin basal dan post prandial
c. Memperbaiki sensitifitas insulin
d. Memperbaiki hiprtensi ringan sampai sedang
e. Memperbaiki pengeluaran tenaga
f. Memelihara kardiovaskular
g. Mningkatkan kekuatan fleksibelitas otot
h. Meningkatkan sense of well-being dan kwalitas hidup
3. Minum obat secara teratur
Jika pasien lebih menerapkan pngaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur
namun pngendalian kadar glukosa darahnya blum tercapai, dipertimbangkan
pemakaian obat-obatan berkhasiat hipoglikemik (oral –insulin)
a. Obat hipoglikmia oral (OHO)
1) Sulfoniurea
Golongan obat ini mempunyai efek utama :
mengurangi produksi glukosa hati
memperbaiki ambilan glukosa perifer
2) Insulin
Indikasi penggunaan pada DM tip 2
Koma hiperosomolar
Asidosis laktat
Ketoasidosis
Stress berat (infeksi sistemik, operasi berat)
Kehamilan/DM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan
Tidak berhasil dikelola dngan dosis maksimal atau ada kontraindikasi
OHO.
4. Pemeriksaan gula darah
5. Berkonsultasi Dengan Dokter
Referensi
Depkes.(2005).Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Diambil tanggal 29
September 2012
Jackson, Marilynn.(2011).Seri Panduan Praktis Edukasi Pasien.Jakarta:Erlangga
Mansjoer, Arif,dkk.(2007).Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:FK UI
Suddarth,Brunner.(2004).Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.Jakarta:EGC
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
“MENGATASI KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS”
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan pasien mengenai diabetes melitus dan
keluarga dapat mengatasi kecemasan pada keluarga dengan penyakit DM
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x45 menit, pasien dan keluarga
dengan diabete melitus, auidien dapat menjelaskan kembali tentang :
1. Pengertian DM
2. Penyebab DM
3. Klasifikasi DM
4. Tanda dan gejala DM
5. Pengelolaan DM
6. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan
7. Pengertian Kecemasan
8. Tingkat Kecemasan
9. Tanda dan gejala kecemasan
10. Faktor-faktor yang menimbulkan stress
11. Cara mengatasi kecemasan
12. Cara melakukan perawatan pasien dirumah
C. Sasaran
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan untuk pasien dan keluarga dengan
diabetes melitus.
D. Materi
Terlampir
E. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
F. Media
Leaflet
G. Rencana Kegiatan
Kegiatan Waktu Respon Keluarga
H. Evaluasi
Pertanyaan :
1. Apa pengertian DM
2. Apa penyebab DM
3. Apa klasifikasi DM
4. Apa tanda dan gejala DM
5. Bagaimana pengelolaan DM
6. Makanan apa saja yang di pantang dan juga yang diperbolehkan
7. Apa pengertian Kecemasan
8. Bagaimana tingkat Kecemasan
9. Apa tanda dan gejala kecemasan
10. Apa saja faktor-faktor yang menimbulkan stress
11. Bagaimana cara mengatasi kecemasan
12. Bagaimana cara melakukan perawatan pasien dirumah
I. SUMBER
Soeparman, dkk. 1987, Ilmu Penyakit dalam, Jilid 1, edisi 2. Jakarta: UI Press
Yong, Mohamed. Penyakit Kencing Manis. Diakses dari: http://us.geocities.
com/mauzurahm.
Anonymous. 1998. Konsensus Pengelolaan Diabete Melitus Di Indonesia. Jakarta:
Universitas Indonesia. Diakses dari: http://www.interna.fk.ui. ac.id/
referensi/pedoman/001PD.html
Stuart, G.W & Sundeen. 1990. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri. Jakarta.
Erwan Trisnanto. 2014. Satuan Acara Penyuluhan Ansietas. Diakses dari: https://www.
academia.edu/9729276/sap_ansietas pada tanggal 19 April 2019.
Rizki Kurniadi. 2012. Penyuluhan Kesehatan Peran Keluarga Dalam Penanganan
Pasien Gangguan Jiwa. Diakses dari: http://asuhan
keperawatanonline.blogspot.com/2012/03/penyuluhan-kesehatan-peran-
keluarga.html
KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS
I. DIABETES MELITUS
A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi
karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara efektif.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pancreas, yang bertanggungjawab
dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula
kedalam sel sehingga bias menghasilkan energy atau disimpan sebagai cadangan
energi.
B. PENYEBAB
1. Keturunan
2. Usia
3. Kegemukan
4. Kurang gerak
5. Kehilangan insulin
6. Alkoholisme
7. Obat-obatan
C. TANDA DAN GEJALA
1. Sering merasa haus
2. Sering kencing terutama malam hari
3. Pandangan menjadi kabur
4. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas dan mengantuk
5. Penurunan berat badan
6. Kulit terasa kering
7. Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit sembuh
8. Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan
9. Mual dan muntah
D. PENGELOLAAN DM
Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena pengobatan dan perawatan
DM membutuhkan waktu yang lama.
Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan jalan :
1. Minum obat secara teratur sesuai program
2. Diet yang tepat
3. Olahraga yang teratur
4. Kontrol GD teratur
5. Pencegahan komplikasi
E. MAKANAN YANG DIPANTANG DAN DIPERBOLEHKAN
Proporsi diet/ makanan harian yang benar bagi penderita DM :
Berdasarkan anjuran dari PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) diet
harian penderita DM disusun sebagai berikut:
1. Karbohidrat : 60-70 %
2. Protein : 10-15%
3. Lemak : 20-25%
Jenis Makanan yang harus dikonsumsi yang dikonsumsi oleh penderita DM
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Jenis Makanan yang TIDAK BOLEH dikonsumsi :
a. Manisan Buah
b. Gula pasir
c. Susu Kental Manis
d. Madu
e. Abon
f. Kecap
g. Sirup
h. Es Krim
2. Jenis makanan Yang BOLEH DIMAKAN TETAPI HARUS DIBATASI ;
a. Nasi
b. Singkong
c. Roti
d. Telur
e. Tempe
f. Tahu
g. Kacang Hijau
h. Kacang Tanah
i. Ikan
3. Jenis Makanan YANG DIANJURKAN UNTUK DIMAKAN :
a. Kol
b. Tomat
c. Kangkung
d. Bayam
e. Kacang Panjang
f. Pepaya
g. Jeruk
h. Pisang
i. Labu Siam
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan baik
sehingga gula darah selalu tinggi adalah :
1. Ginjal : Gagal Ginjal, Infeksi
2. Jantung : Hipertensi, Gagal Jantung
3. Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati
4. Syaraf : Neuropati, mati rasa
5. Kulit : Luka lama, gangren
6. Hipoglikemi
7. Ketoasidosis
Untuk mencegah komplikasi sebaiknya yang dilakukan adalah :
1. Diet dengan benar
2. Minum obat teratur
3. Kontrol gula darah teratur
4. Olahraga ( jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb)
5. Bila saat aktifitas kemudian PUSING, KERINGAT DINGIN maka cepat
MINUM TEH MANIS
6. Mencegah kulit terluka : pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak licin, tangga
( undak-undakan tidak tinggi)
7. Cegah Kegemukan
Cara mencegah atau menghindari agar tidak terjadi luka pada kaki pada
penderita DM :
1. Hindari terlalu sering merendam kaki
2. Hindari penggunaan botol panas/penghangat kaki dari listrik
3. Hindari penggunaan pisau/silet untuk memotong kuku atau menghilangkan
kalus
4. hindari kaos kaki / sepatu yang terlalu sempit
5. Hindari Rokok
Tindakan yang bisa dilakukan bila kaki terluka:
1. Bila luka kecil : bersihkan dengan antiseptik, tutup luka dengan kasa steril dan
bila dalam waktu dua hari tidak sembuh segera periksa ke dokter
2. Bila luka cukup besar/kaki mengalami kelainan segera pergi ke dokter.
Perawatan kaki Diabetik :
1. Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan batu apung / sikat halus
2. Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari
3. Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna ( pucat,kemerahan ),bentuk
(pecah-pecah,lepuh,kalus,luka),Suhu (dingin,lebih panas)
4. Bila kaki kering,olesi dengan lotion
5. Potong kuku/kikir tiap 2 hari,jangan terlalu pendek. Bila kuku terlalu keras kaki
direndam dahulu dalam air hangat (37,5’C) selama 5 menit.
6. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun/wol
7. Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada sesuatu
didalamnya. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan gerakkan pergelangan kaki dan
jari-jari kaki agar sirkulasi darah lancar
8. Lakukan senam kaki
9. Jangan biarkan luka sekcil apapun
Cara Memilih Sepatu yang baik bagi penderita DM :
1. Ukuran : Jangan terlalu sempit/ longgar kurang lebih ½ inchi lebih panjang
dari kaki
2. Bentuk : Ujung sepatu jangan runcing,tinggi tumit < 2 inchi
3. Bahan sepatu terbuat dari bahan yang lembut
4. Insole terbuat dari bahan yang tidak licin
II. KECEMASAN
A. Pengertian Kecemasan
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan didukung oleh situasi
(Videbeck, 2008).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas menyebar dialam dan terkait
dengan perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan perasaan isolasi,
keterasingan an ketidakamanan juga hadir (Stuart, 2006)
Ansietas adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan
perasaanketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas (RTA), kepribadian masih tetap utuh
(tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality), perilaku dapat
terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (NANDA, 2010).
B. Tingkat Kecemasan
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami,
dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau
(dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu
yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
Gambar Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990)
1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah,
berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck
(2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik: ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau
sedikit gelisah, penuh perhatian dan rajin
b. Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri,
perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal,
mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional : perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas
menyendiri, terstimulasi dan senang
2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck
(2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
a. Respon fisik : ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil
dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, memukul tangan, suara
berubah ; bergetar, nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan
menigkat, dan sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri
punggung
b. Respons kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif,
fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun,
penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan
memfokuskan
c. Respons emosional : tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri
goyah, tidak sabar dan gembira
3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons
dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik : ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk,
pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan
tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang, mengertakan gigi,
mondar-mandir, berteriak, dan meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif : lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecah-pecah,
sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu
mempertimbangkan informasi, hanya memerhatikan ancaman, preokupasi
dengan pikiran sendiri, egosentris
c. Respons emosional : sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak
adekuat. menarik diri, penyangkalan dan ingin bebas
4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan
perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut
:
a. Respons fisik : flight, fight, atau freeze, ketegangan otot sangat berat,
agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat kemudian
menurun, tidak dapat tidur, hormon stress dan neurotransmiter berkurang,
wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif : persepsi sangat sempit. pikiran tidak logis, terganggu,
kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran
sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi,
waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional : merasa terbebani, merasa tidak mampu, tidak berdaya,
lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut, mengharapkan
hasil yang buruk, kaget, takut, lelah
C. Tanda dan gejala kecemasan
1. Gejala motorik, meliputi: gemetar, muka tegang, nyeri otot, nyeri dada, letih,
pegal, sakit kepala, sakit leher.
2. Gejala otonomik, berupa hiperaktivitas saraf otonomik terutama saraf simpatis
ditandai dengan gejala; palpitasi, hiperhidrosis, sesak nafas, diare, parestesia
dll.
3. Khawatir: rasa khawatir yang berlebihan terutama mengenai hal-hal yang
belum terjadi seperti mau mendapat musibah.
4. Kewaspadaan berlebihan.: kewaspadaan yang berlebihan meliputi gejala tidur
terganggu, sulit berkonsentrasi, mudah terkejut, tidak bisa santai dll.
D. Faktor-faktor yang menimbulkan stress
1. Lingkungan yang asing
2. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan
bantuan orang lain
3. Berpisah dengan pasangan dan keluarga
4. Masalah biaya
5. Kurang informasi
6. Ancaman akan penyakit yang lebih parah
7. Masalah pengobatan
E. Cara mengatasi kecemasan
1. Mengatasi kecemasan dalam Islam
Anjuran Berobat
Ketika anda menderita sakit, agama menganjurkan untuk berobat, dan hal itu
tidak bertentangan dengan tawakkal. Karena Nabi sholallahu ‘alaihi was sallam
memerintahkan tawakkal, beliau juga memerintahkan berobat, maka perintah
beliau tidak ada kontradiksi. Di dalam sebuah hadits disebutkan:
علَى ُر ُءو ِس ِه ُم َ ص َحابَهُ َكأَنَّ َما
ْ َ سلَّ َم َوأ َ ُص َّلى هللا
َ علَ ْي ِه َو َ ي َّ ِ أَتَيْتُ النَّب:َ قَال، ٍسا َمةَ ب ِْن ش َِريك َ ُ ع ْن أَ
أَنَتَدَ َاوى؟،َّللا
ِ َّ يَا َرسُو َل: َف َقالُوا،اب ِم ْن هَا هُنَا َوهَا ُهنَا ُ فَ َجا َء ْاْلَع َْر، ُسلَّ ْمتُ ث ُ َّم قَ َعدْت َّ
َ َ ف،الطي ُْر
اح ٍد ْال َه َر ُم
ِ غي َْر دَاءٍ َو َ ض ْع دَا ًء ِإ ََّل َو
َ ،ض َع لَهُ دَ َوا ًء َ َع َّز َو َج َّل لَ ْم ي َ َّ “تَدَ َاو ْوا فَإ ِ َّن:َ”فَقَال
َ َّللا
Dari Usamah bin Syarik, dia berkata: Aku mendatangi Nabi sholallahu ‘alaihi
was sallam dan para sahabatnya, seolah-olah di kepala mereka terdapat burung.
Aku mengucapkan salam kepadanya, lalu aku duduk. Kemudian orang-orang
Baduwi datang dari sana dan dari sana.Lalu mereka bertanya, “Wahai
Rasulullah, bolehkah kita berobat?”Beliau sholallahu ‘alaihi was sallam
menjawab: “Silahkan kamu berobat. Sesungguhnya Allah tidak menurukan
suatu penyakit, kecuali Dia juga menurunkan obatnya. Kecuali satu penyakit,
penyakit tua”.(HR. Abu Dawud, no. 3855. Dishohihkan Syaikh Al-Albani)
Nabi menjelaskan bahwa Nabi Ayub ‘alaihis salam menderita sakit selama 18
tahun, sebagai ujian dari Allah Ta’ala.
(Silsilah Ash-Shahihah, no.17)
Nabi sholallahu ‘alaihi was sallam juga menjelaskan besarnya pahala orang-
orang yang sakit, sehingga orang-orang sehat akan menginginkannya di Hari
Kiamat.
Dari Jabir, dia berkata: Rosululloh sholallahu ‘alaihi was sallam bersabda: “Pada
hari kiamat, ketika orang-orang yang tertimpa cobaan diberi pahala, orang-orang
yang sehat menginginkan kulitnya dipotong-potong dengan gunting ketika di
dunia.”
(HR. Tirmidzi, no. 2402. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
ض ِ سا ٍد فِى ْاَلَ ْر َ َسا ۢ بِغَي ِْر نَ ْف ٍس ا َ ْو ف ً ي اِس َْر ۤا ِء ْي َل اَنَّهٗ َم ْن قَت َ َل نَ ْفْٓ ِعلى بَن
َٰ َ ِم ْن اَجْ ِل َٰذل َِۛكَ َكت َ ْبنَا
H. Kriteria Evaluasi
Evaluasi Hasil
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, maka pasien dapat:
· Menyebutkan pengertian penyakit PHBS dengan benar
· Menyebutkan manfaat PHBS
· Menyebutkan langkah-langkah mewujudkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian PHBS
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan
aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat
(http://creasoft.wordpress.com/ diakses 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakatnya (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2008).
Jadi PHBS adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah
risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakatnya.
B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam Islam
Melalui hadis Rasul mengajarkan umat Islam agar menjadi pelopor dalam menjaga
kebersihan, seperti kebersihan badan, pakaian, maupun lingkungan. Berikut terdapat matan
(teks) hadis, terjemahan hadis, dan kandungan hadis yang berkaitan dengan kebersihan (AW,
2015).
َ ور َحدَّثَنَا َح َّبانُ ْب ُن ِه ََل ٍل َحدَّثَنَا أ َ َبا ُن َحدَّثَنَا َيحْ َيى أ َ َّن زَ ْيدًا َحدَّثَهُ أ َ َّن أ َ َبا
س ََّل ٍم ٍ صُ َحدَّثَنَا ِإ ْس َح ُق ْب ُن َم ْن
ِ َّ ِ ُ ان َو ْال َح ْمد
لِل ِ ْ َط ُر
ِ اْلي َم ْ ور ش ُّ سلَّ َم
ُ الط ُه َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َّللا ِ َّ سو ُل ُ ع ْن أَبِي َمالِكٍ ْاْل َ ْشعَ ِري ِ قَا َل قَا َل َر َ َُحدَّثَه
ُصدَقَة َّ ص ََلة ُ نُور َوال َّ ض َوال ِ ت َو ْاْل َ ْر َّ َّللاِ َو ْال َح ْمد ُ ِ َّلِلِ ت َْم ََلَ ِن أ َ ْو ت َْم َل ُ َما بَيْنَ ال
ِ س َم َاوا َّ َت َْم َل ُ ْال ِميزَ انَ َوسُ ْب َحان
سهُ فَ ُم ْعتِقُ َها أ َ ْو ُموبِقُ َها
َ اس يَ ْغد ُو فَبَايِع نَ ْف َ ض َياء َو ْالقُ ْرآنُ ُح َّجة لَكَ أ َ ْو
ِ َّعلَيْكَ كُ ُّل الن ِ صب ُْر
َّ ب ُْرهَان َوال
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur telah menceritakan kepada kami
Habban bin Hilal telah menceritakan kepada kami Aban telah menceritakan kepada kami
Yahya bahwa Zaid telah menceritakan kepadanya, bahwa Abu Sallam telah menceritakan
kepadanya dari Abu Malik al-Asy'ari dia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: “Bersuci adalah setengah dari iman, alhamdulillah memenuhi timbangan,
subhanallah dan alhamdulillah keduanya memenuhi, atau salah satunya memenuhi apa yang
ada antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah petunjuk, kesabaran adalah
sinar, dan al-Qur'an adalah hujjah untuk amal kebaikanmu dan hujjah atas amal kejelekanmu.
Setiap manusia adalah berusaha, maka ada orang yang menjual dirinya sehingga
membebaskannya atau menghancurkannya (HR. Muslim nomor 328).
Kandungan yang dapat diambil dari hadis di atas adalah bahwa Allah Swt menyukai
kebersihan, keindahan dan kesucian. Ketika kita melakukan hal yang disukai Allah Swt,
tentunya akan mendapatkan nilai dihadapanNya yaitu berupa pahala (AW, 2015). Dalam
hadis tersebut dinyatakan bersuci adalah setengah dari iman. Hal ini berkaitan dengan
keimanan seseorang yang menjadi lengkap apabila seseorang itu dapat menjaga kebersihan
(Sujatmiko, 2020). Allah Swt mengingatkan manusia agar senantiasa menjaga kebersihan
karena bersih sangat penting bagi manusia. Hidup bersih dapat mencakup jasmani dan rohani,
fisik dan mental yang sehat, keimanan dan ketaqwan yang mantab, perilaku terpuji serta
lingkungan yang nyaman dan menyenangkan (Masrifah, 2013). Rangkaian hadis semacam
ini secara tidak langsung juga mengisyaratkan bahwa menjaga kebersihan sangatlah penting
dan utama sebagaimana keutamaan dari zikir, shalat, sedekah dan sabar (Latifatur, 2018).
3. Kebersihan Perspektif Hadis
Islam memiliki pegangan Al-Qur’an dan hadis berkenaan dengan urgensi menjaga
kebersihan. Dalam hal ini berarti kebersihan dalam arti luas mencakup jasmani dan rohani
serta lingkungan sekitar. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
) َو ْاْل ِخ َرة ُ َخيْر16( ) بَ ْل تُؤْ ثِ ُرونَ ْال َحيَاة َ الدُّ ْنيَا15( صلَّى
َ َ) َوذَ َك َر اس َْم َربِ ِه ف14( قَدْ أ َ ْفلَ َح َم ْن ت َزَ َّكى
17– قَ َاوأ َ ْبقَا
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). Dan
dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih
kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal (Terjemah Q.S Al
A’la [87]:14-17).
C. Bidang PHBS
Bidang PHBS yaitu :
1. Bidang kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan air bersih yang mengalir
dengan sabun, mandi minimal 2x sehari, dan lain-lain.
2. Bidang gizi, seperti makan sayur dan buah tiap hari, mengkonsumsi garam beryodium,
menimbang berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) setiap bulan, dan lain-lain.
3. Bidang kesling, seperti membuang sampah pada tempatnya, menggunakan jamban,
memberantas jentik, dan lain-lain (http://dinkeslampung.bdl.nusa.net.id/ diakses tanggal
08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
C. Manfaat PHBS
D. Indikator PHBS
Mengacu pada pengertian perilaku sehat, indikator ditetapkan berdasarkan
area/ wilayah :
1. Indikator Nasional
Ditetapkan tiga indikator, yaitu :
a) Persentase penduduk tidak merokok
b) Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan
c) Persentase penduduk yang melakukan aktivitas fisik/olahraga.
Alasan dipilihnya ketiga indikator tersebut berdasarkan isu global dan regional
(Mega Country Health Promotion Network, Healthy Asean Life Styles), seperti merokok
telah menjadi isu global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti jantung dan
kanker paru-paru juga disinyalir menjadi entry point untuk narkoba. Pola makan yang
buruk akan berakibat buruk pada semua golongan umur, bila terjadi pada usia balita akan
menjadikan generasi yang lemah/ generasi yang hilang di kemudian hari. Bagi usia
produktif akan mengakibatkan produktivitas menurun. Kurang aktivitas fisik dan
olahraga mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu, apabila berlangsung lama akan
menyebabkan berbagai penyakit seperti jantung, paru-paru, dan lain-lain.
((http://creasoft.wordpress.com/2008/07/29 /perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-
phbs/diakses tanggal 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
2. Indikator Lokal Spesifik
Yaitu indikator Nasional ditambah indikator lokal spesifik masing-masing daerah
sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. Ada 16 indikator yang dapat dipergunakan
untuk mengukur perilaku sehat, yaitu :
a) Ibu hamil memeriksakan kehamilannya
b) Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan
c) Pasangan usia subur (PUS) memakai alat KB
d) Balita ditimbang
e) Penduduk sarapan pagi sebelum melaksanakan aktivitas
f) Bayi diimunisasi lengkap
g) Penduduk minum air bersih yang masak
h) Penduduk menggunakan jamban sehat
i) Penduduk mencuci tangan memakai sabun
j) Penduduk menggosok gigi sebelum tidur
k) Penduduk tidak menggunakan napza
l) Penduduk mempunyai Askes/ tabungan/ uang/ emas
m) Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri)
n) Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk mengukur hipertensi
o) Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear
p) Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah
kesehatan yang ada di daerah
(http://creasoft.wordpress.com/2008/07/29/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-
phbs/diakses tanggal 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
E. Indikator PHBS di Tiap Tatanan
Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di lima
tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, tatanan
sekolah,dan tatanan institusikesehatan.
(http://dinkeslampung.blogspot.com/2009/05/pengembangan-phbs-di-5-
tatanan.html/ diaksestanggal 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
1) PHBS Di Tatanan Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan hidup bersih dan sehat, serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (http://dinkeslampung.blogspot.com/
diakses tanggal 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
Indikator PHBS di tatanan rumah tangga:
a) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b) Memberi bayi ASI ekslusif
c) Menimbang bayi dan balita setiap bulan
d) Mencuci tangan dengan air bersih dan memakai sabun
e) Menggunakan air bersih
f) Menggunakan jamban sehat
g) Memberantas jentik di rumah
h) Makan sayur dan buah setiap hari
i) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
j) Tidak merokok di dalam rumah (Depkes RI, 2007).
QS. : Al-A’raf: 31
“ال ُمسرفينَ يُحب َّل إنَّهُ تُسرفُوا َو َّل َواش َربُوا َوكُلُوا َمسجد كُل عندَ زينَتَكُم ُخذُوا آَدَ َم بَني يَاHai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)
mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan.”
Anjuran Menjaga Kebersihan