Anda di halaman 1dari 16

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA

MELALUI PENERAPAN EKSPERIMEN


SISWA KELAS III SDN 12 SINDUE

Nira1), Syaipul Pahru2)


1)
Mahasiswa Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Terbuka
2)
Dosen Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Terbuka

ABSTRAK
Rendahnya hasil belajar siswa kelas III SDN 12 Sindue pada mata pelajaran IPA menjadi
penyebab permasalahan penelitian ini dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk lebih
menumbuhkan manfaat pembelajaran IPA siswa kelas III SDN 12 Sindue pada subtema wujud
benda dan sifatnya melalui implementasi metode eksperimen. Penelitian yang digunakan berupa
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan informasi objektif tentang hasil
kegiatan guru dan latihan siswa yang dilaksanakan dan dicatat dengan menggunakan lembar observasi,
serta data kuantitatif hasil belajar yang diperoleh melalui tes prestasi belajar yang dimungkinkan
dengan pembelajaran kooperatif (NHT). Prosedur penelitian yang dilakukan pada saat pelaksanaan
tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1) Penyusunan, (2) Pelaksanaan kegiatan, (3) Persepsi dan
Penilaian, dan (4) Refleksi. Adapun pelaksanaan pada penelitian ini akan dilakukan dalam dua siklus
yaitu siklus I dan siklus II. Faktor atau variabel pada penelitian yaitu: (1) faktor siswa: untuk melihat
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mempelajari IPA khususnya pada materi Wujud Benda dan
Sifatnya, dan (2) faktor guru: untuk melihat aktivitas guru, bagaimana tata cara pendidik dalam
melaksanakan penelitian. Berdasarkan hasil ujian, terjadi perluasan perolehan hasil siswa dari siklus I
ke siklus II.Pada siklus I hasil belajar siswa sebesar 70,45% (Baik) namun secara klasikal belum
tuntas, dan pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 85,68% (Baik
sekali) sudah memenuhi ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil observasi, evaluasi, dan
refleksi pada setiap siklus tindakan disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode
eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci : Metode Eksperimen, Hasil Belajar, Penelitian Tindakan Kelas


ABSTRACT
The low learning outcomes of class III students at SDN 12 Sindue in science subjects
were the cause of the problems with this research. The aim of this research is to further
increase the benefits of science learning for class III students at SDN 12 Sindue on the sub-
theme of the shape of objects and their properties through the application of experimental
methods. The research used is Classroom Action Research (PTK). This research uses
objective information about the results of teacher activities and student training carried out
and recorded using observation sheets, as well as quantitative data on learning outcomes
obtained through learning achievement tests made possible by cooperative learning (NHT).
The research procedures carried out during the implementation of classroom actions are as
follows: 1) Preparation, (2) Implementation of activities, (3) Perception and Assessment, and
(4) Reflection. The implementation of this research will be carried out in two cycles, namely
cycle I and cycle II. The factors or variables in the research are: (1) student factors: to look
at students' activities and learning outcomes in studying science, especially in material Forms
of Objects and Their Properties, and (2) teacher factors: to look at teacher activities, what
are the procedures for educators in carrying out research . Based on the exam results, there
was an expansion of student results from cycle I to cycle II. In cycle I student learning
outcomes were 70.45% (Good) but classically they were not yet complete, and in cycle II
student learning outcomes increased by 85.68% (Very good) has fulfilled classical
completeness. Based on the results of observation, evaluation and reflection in each action
cycle, it is concluded that learning using experimental methods can improve student learning
outcomes.
Keywords: Experimental Method, Learning Results, Classroom Action Research

PENDAHULUAN

Di zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi yang mengharuskan


masyarakat agar meningkatkan mutu pendidikannya, maka pendidikan menjadi salah satu
faktor penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Menurut karakteristik umur
siswa, pendidikan adalah suatu bentuk upaya kepada peserta didik melalui siklus
pembelajaran dikelas guna mencapai tujuan pembelajaran dan menyelesaikan tugas
perkembangan. Secara umum pendidikan adalah sebuah metode yang terlibat dalam
mengubah perspektif dan perilaku seorang individu atau kelompok menjadi individu yang
memiliki wawasan luas melalui pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk merencanakan siswa melalui pengarahan,
pendidikan dan persiapan latihan untuk pekerjaannya mulai dari sekarang. (Amri, 2013)
mendefinisikan bahwa pendidikan merupakan syarat tumbuh kembang anak, yang
mengandung makna bahwa pendidikan membimbing seluruh kekuatan anak agar dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan maksimal sebagai manusia dan anggota masyarakat.
(Boli et al., 2018)
Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas mempunyai tujuan transaksional, yaitu baik
guru maupun siswa menyadarinya dan dapat memanfaatkannya. Apabila siswa mencapai hasil
belajar yang diharapkan selama proses pembelajaran, maka tujuannya telah tercapai. Oleh
karena itu, agar dapat dilakukan evaluasi pada akhir pembelajaran, maka hasil pembelajaran
perlu dirumuskan dengan baik. Belajar adalah suatu gerakan psikologis yang terjadi pada
interaksi siswa terhadap sesuatu yang membawa perubahan pada pengetahuan, pemikiran,
kemampuan dan nilai ataupun hasil. Dengan demikian, tingkat penguasaan yang dicapai siswa
yang berpartisipasi disebut sebagai hasil belajar. dalam program mendidik dan pembelajaran
yang sesuai dengan program instruktif yang telah ditetapkan, seperti sudut pandang mental,
emosional, dan psikomotorik. Guru harus berupaya semaksimal mungkin untuk membuat
rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswanya guna mencapai tujuan
pembelajaran agar menjadi fasilitator yang efektif. Guru merupakan individu yang
mempunyai andil besar dalam menciptakan SDM yang mampu bersaing dalam masa yang
serba cepat dan mekanis. (Juita, 2019)
E. Mulyasa (Dalam Amri 2013) berpendapat bahwa selain memberikan ilmu kepada
siswa, guru juga diharapkan berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi pembelajaran bagi
seluruh siswa. Teknik pengajaran, termasuk penggunaan alat, metode, evaluasi hasil
pembelajaran, serta pemilihan dan pemanfaatan strategi dan pendekatan pengajaran,
merupakan hal yang penting di samping pengetahuan teoritis tentang belajar mengajar.
(Sanjaya, 2013).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) telah menjadi pelajaran paling utama dalam persiapan
instruktif di Indonesia. IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menguji fenomena
alam melalui observasi, penalaran, dan eksperimen yang sistematis. Sains dihubungkan
dengan pendekatan yang disengaja untuk mempelajari tentang alam, sehingga sains bukan
sekedar dominasi atas bermacam-macam informasi sebagai realitas, gagasan atau standar
tetapi pada saat yang sama merupakan suatu rangkaian alam. Diyakini bahwa sekolah sains
dapat menjadi wahana untuk siswa dalam belajar mengenali diri mereka sendiri dan unsur-
unsur lingkungan hidup dan peluang untuk perbaikan kedepannya terhadap penerapannya di
konteks kehidupan.
Pada sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam yaitu ilmu dengan tujuan untuk
mempelajari mengenai alam secara sistematis. Hal ini menunjukkan bahwa sains merupakan
proses penemuan dan pengaplikasian kumpulan fakta dan konsep, serta prinsip. Oleh karena
itu, istilah “IPA” yang berasal dari kata “Ilmu Pengetahuan Alam” sering diterjemahkan
menjadi “Ilmu Pengetahuan Alam”. Sains, di sisi lain, mengacu pada pengetahuan. Natural
artinya alami dan berkaitan dengan alam. Oleh karena itu, pengertian sains yang sebenarnya
adalah ilmu yang mempelajari mengenai alam atau penyelidikan terhadap kejadian alam.
Namun di sekolah dasar, siswa sebenarnya belum berpartisipasi dalam pembelajaran sains..
(Carolus Borromeus Mulyatno, 2022)
Rendahnya hasil belajar IPA bukan hanya menjadi persoalan bagi pengajar, sekolah,
bahkan menjadi persoalan masyarakat. Otoritas publik pada umumnya berupaya mencari
jawaban atas permasalahan ini melalui penyelidikan terhadap unsur-unsur penyebabnya.
Berdasarkan temuan tersebut, terdapat berbagai faktor penyebab rendahnya kualitas
pembelajaran salah satu nya adalah penggunaan strategi pembelajaran yang kurang ideal
dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Keadaan teknik pertunjukan yang tidak mampu dan
ide menonton membuat kemampuan siswa dalam belajar menjadi sangat rendah. Strategi
demonstrasi merupakan satu bagian yang menambah menurunnya hasil belajar dan
ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPA. Apalagi jika informasi yang disajikan tidak
menarik (Munawar, 2018).
Metode eksperimen merupakan satu dari banyaknya strategi pengajaran yang
diperkirakan dapat meningkatkan nilai hasil belajar siswa. Menurut Somantri dan Permana
(1998), untuk menciptakan suatu karya yang dapat digunakan oleh masyarakat umum secara
aman, dengan eksperimen atau pengujian merupakan syarat bagi kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Metode eksperimen dicirikan sebagai suatu pendekatan untuk mengajar dan
mempelajari dan mengikutsertakan siswa dengan menghadapi dan mendemonstrasikan sendiri
siklus dan konsekuensi dari ujian.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar mempunyai karakteristik tersendiri dibandingkan
dengan mata pelajaran lainnya. dengan pembelajaran lainnya. Siswa harus menjadi terbiasa
ketika mempelajari IPA dengan menyelesaikan uji coba, memperhatikan, mengumpulkan
informasi, menguji ide dan mencapai tekad. “Metode eksperimen merupakan teknik paling
tepat dalam pembelajaran IPA, dikarenakan strategi metode eksperimen dapat membuat
situasi pembelajaran idealnya dapat menumbuhkan kemampuan bernalar dan berinovasi.”
ungkap Schoenher dalam Martiningsih, 2009. Dalam pendidikan sains, siswa diberi
kesempatan untuk mengorganisasikan konsepnya sendiri. desain mental mereka, yang
kemudian dapat mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sumantri, Mulyani (1999)
mengungkapkan “Metode eksperimen yaitu suatu pendekatan untuk mendidik dan
menemukan yang mencakup siswa menghadapi, memverifikasi interaksi dan konsekuensi
ujian bagi diri mereka sendiri”. Adapun pendapat Djamarah (1995) “Metode eksperimen
merupakan suatu pendekatan pengenalan ilustrasi bagaimana siswa melakukan tes dengan
mendemonstrasikan sendiri sesuatu yang telah dipelajarinya”. (Masriani et al., 2014)
Adapun siswa dengan capaian target nilai pada kategori Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yaitu sebanyak 60% atau 65% dari 22 siswa, berdasarkan observasi nilai pada mata
pelajaran IPA. Namun, sisanya masih sangat di bawah KKN. Berdasarkan wawancara
terhadap guru pelajaran IPA dikelas III menyatakan bahwa ketika belajar IPA, siswa tidak
berbuat apa-apa, tidak kreatif, atau tidak termotivasi. Hal tersebut bisa terjadi karena siswa
tidak tertarik atau karena guru tidak menggunakan teknik yang tepat dalam melakukan
pembelajaran.
Hal inilah yang membuat penulis tertarik mengarahkan praktikum dan penelitian
berjudul“ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pelajaran IPA Melalui Penerapan
Eksperimen Siswa Kelas III SDN 12 Sindue”.

METODE
Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam istilah
lainnya yaitu Classroom Action Research (CAR) dilakukan dengan kolaboratif atau bekerja
sama.
Karakteristik Subjek Penelitian
Adapun pelaksanaan penelitian dilakukan di SDN 12 Sindue Kabupaten Donggala,
khusus siswa kelas III sejumlah 22 orang siswa, yaitu 11 siswa laki-laki dan 10 siswa
perempuan. Hasil observasi peneliti berdasarkan nilai rata-rata kelas menunjukkan bahwa
hasil belajar IPA tergolong rendah. Umumnya, siswa berada pada rentang usia 8 dan 10 tahun.
Dari 22 siswa dengan tingkat prestasi berbeda-beda yang memiliki kemampuan di atas,
sedang, atau rendah.

Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian berikut ini :
1) Variabel bebas yaitu variabel yang memepengaruhi variabel terikat atau
menyebabkan perubahannya. Variabel bebas penelitian ini yaitu memanfaatkan
metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan suatu pendekatan pengajaran dan
penemuan yang meliputi siswa bersikap dinamis dan lugas mencari serta menemukan
jawaban atas permasalahan atau persoalan yang dicari oleh siswa itu sendiri.
2) Variabel terikat yang digunakan yaitu capaian belajar. Capaian belajar yang dimaksud
yaitu peningkatan pengetahuan siswa tentang perilaku yang baik. Perolehan hasil
berdasarkan tes perkembangan menjelang akhir siklus.
Rencana Tindakan
Penelitian ini menggunakan model Kemmis yang dibuat oleh Stephen Kemmis dan
Robin Me Taggart yang dijadikan referensi oleh Purdjono dalam panduan penelitian gerak
ruang tinjauan (2007:22). Penelitian ini diselesaikan dalam dua siklus. Setiap siklus meliputi
penataan, aktivitas, persepsi, dan refleksi.
Data dan Cara Pengumpulan Data
Sumber Data
Data dari penelitian bersumber dari nilai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa
kelas III SDN 12 Sindue tahun ajaran 2023/2024.
Cara Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui :
1) Observasi
Ada dua pedoman observasi dalam penelitian ini yaitu observasi hasil belajar
siswa dan penerapan metode eksperimen.
2) Tes Hasil Belajar
Capaian belajar dapat diketahui melalui hasil lembar persepsi (latihan siswa
dan aktivitas guru) soal tes (diberi setelah mengajar subtema perubahan sifat benda).
Persepsi hasil belajar siswa tertuju pada hasil tes perkembangan. Penggunaan soal
dalam metode eksperimen ini berupa soal-soal pilihan ganda dan diberikan pada
pertemuan-pertemuan di setiap siklus.
3) Dokumentasi
Adapun dokumentasi pada penelitian ini berupa nilai ujian Ilmu Pengetahuan
Alam dan pembuktian pengalaman yang mendidik dan berkembang pada siklus I dan
siklus II.

Indikator Kinerja
Merupakan indikator tolak ukur dari keberhasilan penelitian Untuk mengetahui hasil
setiap siklus penelitian kegiatan wali kelas ini, tolak ukurnya tidak signifikan atau minimal
80% siswa mendapat nilai setara atau KKM ≥70. Syarat ketuntasan minimal pada pelajaran
IPA di SDN 12 Sindue tahun ajaran 2023/2024 adalah 70. Indikator keberhasilan pada
penelitian ini yaitu peningkatan capaian belajar yang dibuktikan dengan peningkatan nilai
pembelajaran.

Teknik Analisis Data


Dengan menggunakan data yang diperoleh, penelitian akan dilakukan secara
kuantitatif yang relatif ekspresif, yaitu dengan melihat nilai pada keadaan dasar (tes awal),
nilai setelah siklus I, serta nilai setelah siklus II. Sementara itu, data subjektif melibatkan
pemeriksaan penjelasan subjektif untuk setiap siklus dalam kaitannya dengan observasi dan
refleksi.
1) Analisis data penelitian kuantitatif yaitu persentase hasil belajar, seperti ketuntasan
hasil belajar siswa secara individual apabila siswa mencapai minimal nilai 70 dan
ketuntasan klasikal apabila kurang lebih 80% dari jumlah seluruh siswa mencapai nilai
70.
2) Observasi deskriptif terhadap kinerja guru selama proses pembelajaran menghasilkan
data kualitatif. Dalam pemeriksaan subjektif, informasi yang ditampilkan dapat berupa
gambaran dan tabel.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Dasar perolehan nilai pembelajaran IPA siswa kelas III SDN 12 Sindue adalah
penerapan metode eksperimen. Sumber data temuan penelitian yang dilakukan meliputi
lembar observasi (untuk aktivitas guru serta siswa) dan soal tes (untuk tes terakhir yang
diberikan mengikuti petunjuk pada subtema perubahan sifat-sifat benda). Penelitian tindakan
kelas (PTK) adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini, dan mempunyai empat
tahap: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut diselesaikan
dalam dua (II) siklus.
1. Siklus I
a) Aktivitas Guru Siklus I
Dari 25 aspek yang diobservasi atau diamati oleh pengamat terkait kegiatan
guru dengan klasisfikasi baik (73%), tetapi masih perlu perbaikan dan peningkatan
aspek yaitu pada proses pandahuluan, inti dan penutup yaitu :
a. Kapasitas pendidik pada saat menghubungkan materi secara utuh dengan
pengetahuan awal siswa pada kegiatan awal masih kurang.
b. Ketika siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara acak, kemampuan guru
dalam mengkondisikan mereka masih kurang mampu, dan beberapa siswa
merasa tidak puas dengan anggota kelompok yang ditugaskan kepada mereka.
c. Pada proses penelitian dalam kegiatan inti, guru meminta siswa untuk
menyebutkan berbagai item benda yang berbeda sesuai bentuk benda (benda
cair, padat dan gas), akan tetapi siswa masih belum percaya diri menjawab
dengan alasan khawatir kemungkinan jawaban yang diberikan akan salah.
Siswa harus dinamis dan berani dalam menyampaikan sudut pandangnya.
d. Guru kurang mampu menyampaikan pesan moral pada kegiatan penutup.
e. Dalam menjelaskan materi, guru masih terburu-buru.
f. Guru kurang kompeten dalam menggunakan waktu secara produktif.
g. Karena peneliti belum pandai mengelola kelas secara tertib, sehingga beberapa
aspek penilaian yang masih dalam kategori cukup. Berdasarkan hal itu, peneliti
berusaha memperbaiki di siklus berikutnya.

b) Obsevasi Aktivitas Siswa


Pada observasi terkait aktivitas siswa yaitu menggunakan instrumen lembar
observasi yang dinilai oleh rekan kerja yaitu Pak Ishaq. Penilaian observasi yang
dilaksanakan oleh pengamat selama kegiatan pembelajaran menunjukkan bahwa
temuan observasi observasi terkait aktivitas siswa dari 25 aspek sudah memuaskan
(70 %). Namun masih terdapat aspek pembelajaran pada kegiatan pendahuluan dan
inti, serta penutup yang memerlukan perbaikan yaitu :
a) Pada kegiatan awal, guru mengajukan beberapa pertanyaan tetapi sisa belum
mampu menjawabnya.
b) Dengan menggunakan contoh benda yang diberikan guru, siswa belum
menyelesaikan LKPD secara tuntas.
c) Siswa masih kurang terlibat, siswa ragu untuk memberikan contoh bentuk
benda.
d) Siswa tidak berani bertanya dan menjawab pertanyaan tentang hal yang belum
dipahaminya setelah guru menjelaskan materi.
e) Saat mempelajari soal-soal LKPD, hanya sebagian siswa yang mampu
mengerjakan tugas bersama.
f) Siswa masih belum mempunyai pilihan untuk menuliskan hasil persepsinya ke
dalam LKPD.
g) Masih terdapat siswa lain yang tidak memperhatikan presentasi hasil diskusi oleh
perwakilan kelompok .
c) Hasil Ketuntasan Belajar Siswa
Berikut uraian tabel tingkat ketuntasan capaian belajar siswa pada siklus I, terdapat pada
tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1 Nilai Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
No Kode Nama Skor Ketuntasan
1. A1 80 Tuntas
2. A2 80 Tuntas
3. A3 80 Tuntas
4. A4 80 Tuntas
5. A5 75 Tuntas
6. A6 85 Tuntas
7. A7 60 Tidak Tuntas
8. A8 80 Tuntas
9. A9 60 Tidak Tuntas
10. A10 60 Tidak Tuntas
11. A11 50 Tidak Tuntas
12. A12 60 Tidak Tuntas
13. A13 80 Tuntas
14. A14 60 Tidak Tuntas
15. A15 60 Tidak Tuntas
16. A16 70 Tuntas
17. A17 80 Tuntas
18. A18 60 Tidak Tuntas
19. A19 80 Tuntas
20. A20 60 Tidak Tuntas
21. A21 80 Tuntas
22. A22 70 Tuntas

Siswa yang mencapai KKM 13 Orang


Rata-rata 70,45%
Kriteria Baik

Pada siklus I, hasil capaian ketuntasan nilai belajar siswa yang diamati oleh pengamat
menunjukkan bahwa hanya 13 siswa yang tuntas hasil belajarnya, dan sisanya 9 siswa masih
belum tuntas. Nilai seorang siswa dikatakan tuntas apabila mempunyai nilai ketuntasan
minimal 70% dan ketuntasan klasikal, sesuai KKM yang ditetapkan di SDN 12 Sindue.
Sebanyak 85% siswa di kelas itu telah tuntas belajarnya. Sehubungan dengan itu, dapat
diasumsikan bahwa pembelajaran gaya lama siswa pada siklus I belum selesai.
d) Refleksi.
Berdasarkan analisis data di atas, meskipun termasuk dalam kriteria baik, namun masih
terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran, seperti siswa kurang memahami dan tidak
dapat menjawab soal dengan benar. Aktivitas guru ketika melaksanakan pembelajaran dengan
metode eksperimen menunjukkan hal tersebut. Sebanyak 73% aktivitas siswa tersebut dinilai
baik, dan 70% aktivitas siswa yang setelah data diolah juga dinilai baik. Hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPA siklus I sebesar 73% memuaskan. Namun hasil belajar secara klasikal yaitu
85% belum tercapai.

2. Siklus II
a) Observasi Aktivitas Guru
Selama pelaksanaan siklus II, observasi pembelajaran IPA digunakan metode eksperimen
untuk meninjau kegiatan guru selama berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran. Sebesar
82% dari 25 aspek aktivitas guru yang diamati membuahkan hasil (kriteria sangat baik)
berdasarkan observasi yang dilakukan pengamat selama pelaksanaan pembelajaran. Sehingga
dapat diasumsikan kesanggupan pendidik dalam menerapkan pembelajaran menggunakan
metode eksperimen pada sub tema wujud benda dan ciri benda dapat tercapai dengan tujuan
yang ideal sesuai sarana dalam RPP pada siklus II.
b) Observasi Aktivitas Siswa
Pada tahap ini yang dilakukan adalah menilai aktivitas siswa, mulai dari awal sampai akhir
untuk setiap pertemuan. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa yang dilihat oleh
peneliti selama pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, maka hasil yang diperoleh dari
aktivitas siswa dari 25 poin aspek aktivitas siswa didapatkan sebesar 83% (kategori baik
sekali). Hal ini dapat dipahami bahwa siswa dapat memahami materi pada subtopik jenis
benda dan sifat perubahan sebagai benda dengan baik. Hal ini terlihat dari nilai RPP siswa I
sebesar 70% dan RPP siklus II sebesar 83%.
c) Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat dilakukan
dengan menganalisis hasil posttest yang diberikan kepada siswa dengan mengikuti metode
eksperimen. Sehingga diketahui tingkat ketuntasan belajar siswa melalui penggunaan
metode eksperimen seperti terlihat pada tabel 1.2.sebagai berikut:
Tabel 1.2 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
No Kode Nama Skor Ketuntasan
1. A1 90 Tuntas
2. A2 95 Tuntas
3. A3 85 Tuntas
4. A4 90 Tuntas
5. A5 90 Tuntas
6. A6 85 Tuntas
7. A7 90 Tuntas
8. A8 90 Tuntas
9. A9 95 Tuntas
10. A10 85 Tuntas
11. A11 90 Tuntas
12. A12 85 Tuntas
13. A13 90 Tuntas
14. A14 85 Tuntas
15. A15 60 Tidak Tuntas
16. A16 90 Tuntas
17. A17 95 Tuntas
18. A18 60 Tidak Tuntas
19. A19 90 Tuntas
20. A20 60 Tidak Tuntas
21. A21 90 Tuntas
22. A22 95 Tuntas
Jumlah siswa yang mencapai 19 Orang
KKM
Rata-rata 85,68%
Kategori Baik Sekali

Dari hasil ketuntasan belajar siswa yang diamati oleh peneliti selama pelaksanaan
pembelajaran, diketahui bahwa sebanyak 19 siswa atau 85,68% telah mencapai pemenuhan
pembelajaran metode lama, masih terdapat 3 siswa yang belum mencapai pemenuhan
pembelajaran. Dengan kata lain, 19 siswa telah tuntas belajar dan mencapai KKM yang
ditentukan di SD Negeri 12 Sindue. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
ketuntasan belajar eksperimen siswa pada materi IPA subtema wujud benda dan ciri-ciri
benda telah mencapai ketuntasan belajar klasikal.

d) Refleksi.
Persentase observasi aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen sebesar 82%(Sangat Baik) berdasarkan hasil siklus I dan II.
Latihan siswa yang memperhatikan bermanfaat yaitu dapat menyelesaikan penyelidikan dan
memperhatikannya, sehingga dapat menunjukkan hasil ujian yang didemonstrasikan oleh guru,
siswa bisa menjawab LKPD serta post test, memperhatikan dukungan dari guru dengan tingkat
83% (Sangat Baik). Hasil belajar siswa siklus II mencapai 85,68% yang tergolong sangat baik.
Hasilnya, peneliti mengambil keputusan untuk melanjutkan penelitian hingga siklus II.
Adapun mengenai temuan-temuan untuk perspektif yang perlu ditingkatkan seiring dengan
berkembangnya pengalaman pada siklus II, yang dapat dilihat pada Tabel 1.3 di bawah ini:

Tabel 1.3 Hasil Temuan Selama Proses Pembelajaran Siklus II


No Refleksi Kegiatan Perbaikan
Dengan skor rata-rata pada sub tema Adanya peningkatan kemampuan
wujud benda dan cirinya yaitu sebesar guru pada saat mengatur
82% termasuk dalam klasifikasi pembelajaran dan waktu untuk
sangat baik, aktivitas guru pada meningkatkan aktivitas dan capaian
Aktivitas
1 kegiatan pembelajaran telah mencapai siswa ketika mempelajari ilmu
Guru
hasil terbaik. Hal ini dikarenakan guru pengetahuan alam melalui subtema
dapat mengatur kelas pembelajaran bentuk dan sifat benda.
serta pemanfaatan waktu dengan baik
secara keseluruhan.
Pada pelaksanaan pembelajaran di Materinya dengan mudah dimengerti
siklus II, aktivitas siswa mengalami oleh siswa. Siswa diinstruksikan dan
peningkatan capaian yang paling baik, dilibatkan secara penuh dengan
Aktivitas yaitu dengan rata-rata skor sebesar kemampuan masing-masing siswa.
2.
Siswa 83%, termasuk dalam kategori rata-rata
sangat baik. Hal ini dikarenakan
adanya kemajuan pengetahuan siswa
pada subtema wujud benda dan ciri-ciri
benda.
Capaian belajar peserta didik telah Ketercapaian pembelajaran siswa
menunjukkan ketuntasan klasikal sdengan melalui metode eksperimen
Hasil
meliputi 19 peserta didik atau 85,68% pada subtema wujud benda dan
3. Belajar
yaitu berada pada kategori unggul. cirinya untuk siklus II dikelas III
Siswa
SDN 12 Sindue telah tercapai
ketuntasan secara klasikal.
Pembahasan Hasil Penelitian

85.68%
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Ketuntasan Belajar Siswa

83%
82%
70.45%
73%
70%

70%
63.50%
65%

PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

1. Aktifitas guru menggunakan metode eksperimen selama proses pembelajaran


berlangsung

Terjadi peningkatan pada dua siklus yang ditunjukkan oleh temuan


penelitian pada aktivitas guru. Dengan melihat dari skor tipikal yang didapatkan
pada siklus I sebesar 73% (Baik) dan meningkat pada siklus II sebesar 82% (Sangat
Baik). Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 9%. Dapat diambil
kesimpulan bahwa pada siklus I penggunaan metode eksperimen oleh guru untuk
mengelola pembelajaran pada subtema wujud benda dan sifat-sifatnya sebesar 73%,
sedangkan pada siklus II aktivitas guru sebesar 82% atau sangat baik. digunakan
pada subtema wujud benda dan sifat-sifatnya. Hal ini dikarenakan aktivitas guru
dalam melakukan pembelajaran pada kegiatan awal, inti dan penutup telah
terlaksana dengan baik sesuai dengan RPP yang ada.

2. Aktifitas siswa dalam menggunakan metode eksperimen selama proses


pembelajaran berlangsung

Berdasarkan hasil analisis data dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan
pada aktivitas siswa dengan menggunakan metode eksperimen. Hal ini terlihat pada
saat siswa secara aktif dalam membedakan berbagai perubahan wujud benda pada
subtema wujud benda dan cirinya. Hasil analisis dan aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran selama dua siklus, yaitu siklus I mendapat nilai 70%
(Bagus) dan siklus II mendapat nilai 83% (Sangat Baik). Peningkatan yang terjadi
dari siklus I ke siklus II sebesar 13%. Secara data menunjukkan bahwa dengan
penggunaan metode eksperimen, umumnya guru berupaya memperluas aktivitas
siswa sambil menggunakan metode eksperimen untuk mengembangkan
pembelajaran lebih lanjut. Sejalan dengan itu, tindakan pelajar yang memanfaatkan
metode eksperimen telah meningkat. Mempelajari hasil belajar selama
pengalaman pendidikan dengan menggunakan metode eksperimen.

3. Ketuntasan hasil belajar siswa


Ketuntasan hasil belajar siswa yang telah dilakukan diketahui dari nilai hasil
penyelesaian soal-soal post test berupa soal pilihan ganda. Kemudian, hasil test
siswa tersebut diolah dalam persentase tersebut kemudian digunakan untuk
mengolah hasil tes siswa menggunakan tabel distribusi frekuensi kedalam bentuk
persentase masing-masing dua siklus digunakan untuk menghasilkan data. Secara
individual dan klasikal, hasil setiap tes diperiksa ketuntasan belajarnya. Standar
nilai titik puncak (KKM) materi perubahan wujud benda yang telah ditentukan
adalah 70. Pembelajaran dianggap tuntas apabila nilai atau skor individu mencapai
70% atau secara ketuntasan sebesar 85% maka pembelajaran tersebut dikategorikan
tuntas. Secara nilai yang diperoleh serta nilai ujian yang didapatkan berdasarkan
nilai hasil tes menampilkan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, dimana
85,68% siswa menunjukkan ketuntasan klasikal dalam pembelajarannya.
Peningkatan sebesar 15,23% terjadi antara siklus I dan II.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Adapun temuan penelitian serta analisis data hasil penggunaan metode eksperimen di
SDN 12 Sindue pada pelajaran IPA, dapat disimpulkan bahwa :
1) Dengan menggunakan metode eksperimen, aktivitas guru selama proses belajar
mengajar pada subtema wujud benda dan sifat-sifatnya pada silus I dan sebesar 73%
(Baik) dan 82% (Sangat Baik).
2) Dalam kegiatan pembelajaran siswa digunakan metode eksperimen pada subtema
wujud benda dan sifatnya. Pada siklus I peningkatannya sebesar 70% (Baik), dan pada
siklus II sebesar 83% (Sangat Baik).
3) Memanfaatkan metode eksperimen pada subtema bentuk benda dan sifat-sifatnya, hasil
belajar siswa mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus I dan II. Pada siklus
I hasil belajar siswa meningkat sebesar 85,68 persen menjadi Sangat Baik sehingga
memenuhi syarat ketuntasan klasikal.

Saran
Adapun saran pada penelitian :
1. Bagi sekolah
1) Sebaiknya dilakukan bimbingan serta inspirasi bagi guru untuk
menerapkan berbagai teknik pembelajaran yang sesuai pengalaman
pendidikan.

2) Guru difasilitasi peralatan atau sarana yang dapat membantu siswa dalam
ketercapaian tujuan pembelajarannya hendaknya disediakan oleh sekolah.
2. Bagi guru
1) Sebagai pemilihan metode pembelajaran guru dalam meningkatkan
keterampilan proses belajar siswa, sebaiknya digunakan metode
eksperimen.

2) Guru harus menangani kelas dengan sebaik-baiknya sehingga siswa dapat


fokus belajar.
3. Bagi peneliti lainnya
1) Sebelum melakukan metode eksperimen, sebaiknya guru memahami
tahapan metode eksperimen untuk mencapai tujuan pembelajaran secara
efektif.

2) Perlu adanya pengembangan dalam pelaksanaan pembelajaran agar


pembelajaran menjadi kreatif serta menarik dan membuat materi contoh
lebih mudah dipahami siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Joko Tri Praetyo, SBM (Strategi Belajar Mengajar), Cet. 2,
(Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 62.
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Cet. 1, (Jakarta:
Kencana, 2013), h. 167. 2
Amri (2013). Pengembangan dan Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
PT. Prestasi Pustakaraya.
Boli, K. S., Arafat, S., & B.S, Y. N. (2018). 1 1,2,3. 1, 121–130.
Carolus Borromeus Mulyatno. (2022). Jurnal Pendidikan dan Konseling Jurnal
Pendidikan Dan Konseling, 4, 1349–1358.
Hamdani. 2017. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Istarani dan Intan Pulungan, Ensiklopedi Pendidikan, Ed. 1, (Medan: Media Persada,
2015), h. 19. fryda Lucyani, D. (2009)‫ ه‬Journal Information, 10(3), 1–16.
Juita, R. (2019). Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Eksperimen Pada
Siswa Kelas IV SDN 02 Kota Mukomuko. IJIS Edu : Indonesian Journal of
Integrated Science Education, 1(1), 43. https://doi.org/10.29300/ijisedu.v1i1.1404
Kurniasih, Imas. 2016. Model Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena.
Masriani, Dhafir, F., & Masrianih. (2014). Peningkatan hasil belajar siswa melalui
metode eksperimen pada materi perubahan wujud benda dalam mata pelajaran IPA
Kelas V SDN Lenju. Jurnal Kreatif Tadulako, 5(5), 33–45.
Muhamad Thobroni dan Arif Mustofo, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2013), h. 23.
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 152.
Munawar. (2018). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sifat-Sifat Cahaya
Melalui Penggunaan Metode Eksperimen Pada Kelas V SD Inpres 2 Lontio. Jurnal
Kreatif Tadulako Online, 4(12), 81–91.
https://media.neliti.com/media/publications/112102-ID-meningkatkan- hasil-belajar-
siswa-pada-ma.pdf
Patta Bundu. (2006). Penilaian Ketrampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta: Depdiknas
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Patta Bundu. (2007). Penilaian Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran SAINS SD.
Jakarta : Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 2007. Konsep Dasar
IPA 1 Makassar : Universitas Negeri Makassar.

Samatowa, Usman. PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR, (Jakarta: PT


Indeks), 2011 h.1 Sanjaya (2006). Srategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Penerbit Somantri dan Permana (1998) Buku Strategi Belajar
Mengajar -Media Pendidikan

Usman Samantowa. (2011). Bagaimana Membelajarkan IPA di SD. Jakarta: Depdiknas


Wisudawati, Asih Widi. 2015. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai