Anda di halaman 1dari 11

VOL 1, NO 1, MEI 2017 ISSN 2580-0558

EDUCATION FOR SUSTAINABLE DEVELOPMENT (ESD)


SEBAGAI RESPON DARI ISU TANTANGAN GLOBAL MELALUI PENDIDIKAN
BERKARAKTER DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN YANG DITERAPKAN PADA
SEKOLAH DASAR, SEKOLAH MENENGAH DAN KEJURUAN DI KOTA MALANG

ABD. SYAKUR, M.Pd.


Dosen Akademi Farmasi Surabaya: surel
syakurabdmpd@akfarsurabaya.ac.id

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara berkembang (Developing Country) yang sedang


aktif melakukan pembangunan nasional dari berbagai sektor. Pembangunan
ini tidak lain memberikan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak
positifnya adalah pembangunan di Indonesia sudah cukup baik dapat dilihat
dari perbaikan dalam sektor ekonomi, pendidikan, sarana prasana, dan lain
sebagainya. Namun, dampak negatif justru datang pada sektor lingkungan hidup.
Mengembangkan masyarakat berkarakter peduli lingkungan dimungkinkan
dapat efektif melalui pendidikan lingkungan di sekolah. Sebagai tempat belajar,
sekolah memiliki peran khusus untuk bermain; sekolah dapat membantu siswa
untuk memahami dampak perilaku manusia di bumi ini. Program Adiwiyata
dilaksanakan guna mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah
yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Program Pendidikan
Karakter menggabungkan pembelajaran dan tindakan seperti halnya yang telah
di programkan pada sekolah SD, SMP, dan SMK yang saat ini digalakkan di kota
Malang, cara inilah untuk menangani isu global yang efektif untuk mengubah
perilaku. tantangan ini harus dijawab dengan pembangunan di berbagai bidang
dengan pendekatan berkelanjutan (sustainable). Penanaman nilai berkelanjutan
ini harus diperkenalkan sejak dini, salah satu caranya adalah dengan
memperkenalkan ESD (education for sustainable development) di persekolahan,
dengan harapan peserta didik memiliki nilai-nilai keberlanjutan sehingga mampu
mempertahankan kelestarian lingkungan alam, sosial dan budaya.

Kata kunci: ESD (Education for Sustainable Development), Isu Global,


Pendidikan Berkarakter

EDUSCIENCE
J P
URNAL SENDIDIKAN DAN AINS
37
VOL 1, NO 1, MEI 2017 ISSN 2580-0558

ABSTRACT
Indonesia is a developing country that is actively doing national development
from various sectors. This development has nothing but positive impacts or negative
impacts. The positive impact is the development in Indonesia is good enough can
be seen from improvements in the economic sector, education, facilities prasana,
and so forth. However, the negative impacts come to the environment sector.
Developing a community of environmental concerns may be effective through
environmental education in schools. As a place of learning, schools have a special
role to play; Schools can help students to understand the impact of human behavior
on this earth. The Adiwiyata Program is implemented to realize responsible
schoolchildren in the effort to protect and manage the environment through good
school governance to support sustainable development. The Pendidikan Karakter
Program combines learning and action as it has been in the schools of elementary,
junior high, and vocational schools currently being promoted in the city of Malang,
in order to deal effectively with global issues to change behavior. This challenge
must be addressed with development in various fields with a sustainable approach.
The planting of this sustainable value should be introduced early, one way is to
introduce ESD (education for sustainable development) in school, in the hope that
learners have sustainability values so as to maintain the preservation of natural
environment, social, and culture.

Keywords: esd (education for sustainable development), global issues,


character education

PENDAHULUAN bangsa lain, bahkan bukan tidak mungkin dapat


Masalah dunia saat ini semakin kompleks melampaui kemajuan bangsa lain. Cita-cita
dan rumit untuk diselesaikan dengan satu sudut mulia sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri
pandang saja. Penduduk bumi saat ini dihadapkan bangsa, yaitu mewujudkan negara Indonesia yang
pada permasalahan lingkungan yang krisis, merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur,
seperti pemanasan global, meluasnya gurun, bukanlah impian kosong. Cita-cita mulia ini
krisis keragaman hayati, gangguan pada lapisan memberi dorongan kepada bangsa Indonesia
ozon dan hutan hujan tropis, polusi air dan udara, untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
serta masalah sosial seperti kemiskinan di negara tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu
berkembang, dan pertikaian antar agama dan etnis. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
Semua masalah itu membuat masyarakat tidak tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
lagi mampu bertahan baik dalam lingkup lokal umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
atau pun global. serta dalam mewujudkan ketertiban dunia yang
Dengan karakter yang tangguh, bangsa berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
Indonesia akan dapat berdiri sejajar dengan keadilan sosial.

38 EDUSCIENCE
J P
URNAL SENDIDIKAN DAN AINS
VOL 1, NO 1, MEI 2017 ISSN 2580-0558

Krisis yang dihadapi bangsa Indonesia, yang berkelanjutan. Akan tetapi berbagai masalah
sebagian memang karena adanya pengaruh lingkungan yang semakin tak terkendali menun-
dari krisis dunia, misalnya krisis moneter yang jukkan bahwa Pendidikan Lingkungan Hidup
melanda Indonesia pada tahun 1997 yang lalu, belum berhasil membentuk karakter manusia yang
tetapi krisis-krisis lain seperti krisis politik, peduli terhadap lingkungan. Kegagalan tersebut
ekonomi, lingkungan, maupun sosial lebih banyak terjadi karena adanya sejumlah kelemahan dalam
disebabkan oleh perilaku manusia dan masyarakat Pendidikan Lingkungan Hidup. Kegagalan
Indonesia yang tidak berkarakter. Deforestasi, tersebut tidak lepas dari hal-hal berikut.
illegal logging, kerusakan lingkungan, dan 1. Masih rendahnya partisipasi masyarakat
bencana alam yang bertubi-tubi melanda Indonesia untuk berperan dalam pendidikan lingkungan
merupakan beberapa persoalan yang timbul, bukan hidup, karena kurangnya pemahaman terha-
karena murka alam kepada bangsa Indonesia, dap permasalahan pendidikan lingkungan,
tetapi lebih karena ulah manusia Indonesia rendahnya tingkat kemampuan atau keteram-
yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, pilan, dan rendahnya komitmen masyarakat
perilaku manusia di muka bumi ini yang lebih dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
mengutamakan kepentingannya (egoisme), dulu 2. Pemahaman pelaku pendidikan terhadap
hingga kini. pendidikan lingkungan yang masih terbatas.
Dalam rangka menghadapi tantangan ling-
Dalam jalur pendidikan formal, masih ada
kungan di bumi, ada kebutuhan untuk mendidik dan
anggapan bahwa pendidikan lingkungan
memberi informasi kepada masyarakat mengenai
hidup tidak begitu penting.
permasalahan lingkungan. Salah satu komitmen
3. Materi dan metode pelaksanaan pendidikan
masyarakat dan pemerintah internasional dalam
lingkungan hidup dirasakan belum memadai,
menjaga bumi dari pencemaran dan kerusakan
dan kurang aplikatif, sehingga pemahaman
adalah melalui pelaksanaan Pendidikan Ling-
kelompok sasaran mengenai pelestarian
kungan Hidup (Environment Education), yang
lingkungan hidup menjadi tidak utuh.
merupakan kunci untuk mempersiapkan masya-
4. Sarana dan prasarana dalam pendidikan
rakat dengan pengetahuan, keahlian, nilai dan sikap
lingkungan hidup belum mendapat perhatian
peduli lingkungan sehingga dapat berpartisipasi
yang cukup. Sarana dan prasarana untuk
aktif dalam memecahkan masalah lingkungan.
pendidikan lingkungan hidup sering kali
Pengetahuan dan kesadaran tentang keber-
disalahartikan sebagai sarana fisik yang
adaan dan ruang lingkup masalah lingkungan
adalah penting karena dapat membangkitkan berteknologi tinggi sehingga menjadi faktor
kepedulian dan perhatian terhadap lingkungan. penghambat tumbuhnya motivasi dalam
Penekanannya harus pada (i) pengetahuan tentang pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup.
penyebab, (ii) pengetahuan tentang efek, dan 5. Kurangnya kemampuan pemerintah untuk
(iii) pengetahuan tentang strategi untuk berubah, mengalokasikan dan meningkatkan anggaran
ketika menghadapi masalah lingkungan. pendidikan lingkungan, sehingga pelak-
Mengembangkan masyarakat berkarakter sanaan Pendidikan Lingkungan Hidup di
peduli lingkungan dimungkinkan dapat efektif berbagai instansi tidak maksimal.
melalui pendidikan lingkungan di sekolah. Seba- 6. Lemahnya koordinasi antar instansi terkait
gai tempat belajar, sekolah memiliki peran khusus dan para pelaku pendidikan menyebabkan
untuk bermain; sekolah dapat membantu siswa kurang berkembangnya Pendidikan Ling-
untuk memahami dampak perilaku manusia kungan Hidup. Hal ini terlihat pada gerakan
di bumi ini, dan menjadi tempat di mana hidup Pendidikan Lingkungan Hidup (formal dan

EDUSCIENCE
J P
URNAL SENDIDIKAN DAN AINS
39
VOL 1, NO 1, MEI 2017 ISSN 2580-0558

nonformal/informal) yang masih bersifat bukanlah sebuah disiplin ilmu baru atau bahkan
sporadis, tidak sinergis dan saling tumpang sebuah konsep baru dalam mengkaji hubungan
tindih. manusia terhadap lingkungannya. Ini merupakan
pemikiran yang sederhana dan berangkat dari
Salah satu upaya untuk mengatasi kelemahan fisis determinisme, fisis possibilisme atau bahkan
dalam Pendidikan Lingkungan Hidup ini, pandangan antroposentrisme.
sekolah harus memberikan praktek pembelajaran
yang efektif untuk mengembangkan perilaku Esensi Education for Sustainable Development/
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelan-
lingkungan belajar yang diperlukan harus jutan (ESD)
memberikan siswa kesempatan untuk belajar di Permasalahan kompleks di bumi ini perlu
luar kelas, mengamati alam, berlatih dan menguji diselesaikan dengan pendekatan multidisipliner
isu-isu belajar tentang lingkungan. Berdasarkan dan multidimensional. Pendidikan yang menge-
hal ini, pada bagian selanjutnya dari tulisan ini depankan pentingnya lingkungan alam sebagai
penulis mencoba untuk menguraikan salah satu sumber hidup manusia banyak dicetuskan oleh
upaya yang komprehensif dalam menanamkan pemikir dan pendidik dari abad ke 1 9. Rousseau,
literasi lingkungan pada siswa guna mewujudkan Goethe, Froebel, Dewey, Montessori dan Steiner
masyarakat berkarakter peduli lingkungan, yaitu adalah tokoh-tokoh yang menyatakan penting-
melalui program Adiwiyata yang saat ini sedang nya hubungan integral antara pendidikan dan
digagas oleh setiap sekolah dari sekolah dasar lingkungan. Bahkan filsuf seperti Rosseau meng-
sampai sekolah menengah atas utamanya yang gagas pemikiran naturalis yang banyak diikuti oleh
berada dikota malang dengan ikrar “Menjadikan pengikutnya.
Kota Malang Sebagai Kota Bermartabat” Sebenarnya pendidikan untuk pemba-
termaktub dalam isu serta rencana Strategis kota ngunan berkelanjutan (ESD- Education for
malang melaksanakan pendidikan berkarakter dan Sustainable Development) merupakan gagasan
berwawasan lingkungan. yang berasal dari pendidikan lingkungan. Pemikir
lain seperti Mahatma Gandhi merupakan salah
METODE satu tokoh yang dianggap ikut berperan dalam
Dalam studi ini menggunakan teknik menyumbangkan pemikiran-pemikirannya untuk
deskriptif-kualitatif sebab memaparkan secara pendidikan lingkungan. Gandhi sangat fokus
deskriptif-naratif hal yang berkaitan dengan pada pengembangan dan konsumsi produk lokal
Education for Sustainable Development (ESD). yang memang sudah tersedia di India pada masa
itu, sehingga pemikirannya dianggap sebagai
PEMBAHASAN salah satu masukan yang berarti bagi pendidikan
Satu hubungan yang sangat dinamis lingkungan yang berkelanjutan.
antara manusia dan lingkungannya, dapat dili- Pendidikan lingkungan adalah sebuah proses
hat dari bagaimana cara manusia hidup ber- pengenalan nilai dan konsep dengan tujuan
sama, berdampingan dengan semua kom- untuk membangun keterampilan dan sikap yang
ponen di sekitarnya. Kemampuan yang dimiliki dibutuhkan untuk memahami dan menghargai
setiap individu untuk berperilaku baik dalam hubungan-hubungan antara budaya dan lingkungan
kesehariannya dengan menggunakan pemaha- bio-fisik. Pendidikan lingkungan juga melakukan
mannya terhadap kondisi lingkungan itulah praktik perilaku dalam mengambil keputusan
yang disebut dengan literasi lingkungan atau mengenai isu-isu yang berkenaan dengan kualitas
environment literacy. Literasi lingkungan lingkungan.

40 EDUSCIENCE
J P
URNAL SENDIDIKAN DAN AINS
VOL 1, NO 1, MEI 2017 ISSN 2580-0558

Sejarah Education for Sustainable memang memiliki banyak masalah sosial


Development (rasisme, diskriminasi, kekerasan, pelecehan
Education for Sustainable Development seksual) dan budaya (punahnya bahasa-bahasa
kemudian disingkat ESD, muncul dari pendidikan lokal, penyatuan budaya, hilangnya nilai-nilai
lingkungan hidup yang saat ini menjadi program kebenaran dan moral) menjadi tanggung jawab
global. Awal munculnya program ESD yaitu bersama, sehingga cita-cita dunia yang damai dan
saat terselenggaranya konferensi pendidikan sejahtera dapat terwujud.
lingkungan hidup “The Man and Environment” Beberapa negara Asia termasuk Indonesia
yang dilaksanakan di Stockholm pada tahun berpartisipasi dalam upaya memasukan ESD di
1972, dan berlanjut pada konferensi pendidikan dunia pendidikan, wujud dari ESD di Indonesia
lingkungan hidup UNESCO-UNEP di Tbilisi di adalah munculnya mata pelajaran Pendidikan
tahun 1997. Sebenarnya pertemuan yang berfokus Lingkungan Hidup di Jawa Timur khususnya kota
pada keberlanjutan (sustainabilty) muncul pada Malang yang menjadi kiblat dan kota pendidikan
pertemuan UNCED Earth Summit di Rio De Janeiro yang diajarkan dari Sekolah Menengah Pertama
tahun 1992. Satu dekade berikutnya PBB menggelar sampai Sekolah Menengah Atas. Kurikulum
“The World Summit on Sustainable Development” pun mengalami perubahan, sehingga Pendidikan
yang dilakukan di Johannesburg, 193 negara Lingkungan Hidup terancam dihapuskan, akan
dan 58 organisasi internasional berpartisipasi. tetapi ESD harus terus dilakukan walaupun dengan
Akhirnya diputuskan untuk menegaskan kembali
kurikulum yang tersembunyi dan tersirat dalam
hasil pertemuan di Rio De Janeiro (Eco-92) berupa
sebuah perangkat yaitu silabus (Syllabus) rencana
komitmen yang berkaitan pada interdepedensi
Pembelajaran (Lesson Plan) dan luarnya adalah
dalam pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial,
tertuang dalam latihan siswa dalam berbentuk
dan perlindungan lingkungan. Tujuan utamanya
tugas yang dinyatakan (Worksheet) dan masuk
adalah untuk memberantas kemiskinan, merubah
pada kaidah penilaian yaitu rapor (final Report).
pola yang tidak keberlanjutan dalam memproduksi,
mengkonsumsi sumber daya alam yang ada.
Pengertian dan Ruang Lingkup Education
The Brazilian Agenda yang dipublikasikan
for Sustainable Development
dan menghasilkan beberapa fokus utama dalam
Satu dekade setelah ESD dicanangkan oleh
pengembangan ESD. Setelah konferensi di
Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), banyak negara
Rio De Jaeniro pada tahun 2002, ESD muncul
yang berpartisipasi dalam program ini, negara
menjadi beberapa kajian, yaitu 1) pendidikan
seperti Jepang, Malaysia, Thailand, Filipina dan
lingkungan; 2) pendidikan global/pendidikan
China telah melakukan upaya-upaya untuk melak-
untuk tanggung jawab global; 3) pendidikan
kewarganegaraan/pendidikan politik; 4) pendi- sanakan ESD. Berikut pengertian ESD menurut
dikan melawan kekerasan dan rasisme; 5) Shaw.
pendidikan kesehatan. Pendidikan untuk keberlanjutan (ESD)
Kajian yang ada dalam ESD tidak hanya adalah proses belajar sepanjang hayat yang ber-
berkelanjutan dari aspek lingkungan hidup atau tujuan untuk menginformasikan dan melibatkan
sumber daya alam saja, melainkan multi aspek. penduduk agar kreatif juga memiliki keteram-
Kebudayaan, hubungan sosial, tanggung jawab pilan menyelesaikan masalah, saintifik, dan sosial
sebagai warga negara bahkan menjadi warga literasi, lalu berkomitmen untuk terikat pada
dunia merupakan aspek-aspek yang diperhatikan tanggung jawab pribadi dan kelompok. Tindakan
juga dalam pelaksanaan ESD sehingga manusia ini akan menjamin lingkungan makmur secara
mampu berpikir secara global. Dunia yang ekonomi di masa depan.

EDUSCIENCE
J P
URNAL SENDIDIKAN DAN AINS
41
VOL 1, NO 1, MEI 2017 ISSN 2580-0558

Jadi, ESD sangat potensial untuk meng- berpondasi hanya pada 3 pilar, pada pendekatan
hubungkan jarak yang terpisah antara bisnis baru ini terdiri dari 6 pilar yang saling terkait.
dengan kelas yang ada di sekolah, juga antara Pendidikan akan mengikat pemerintah untuk
kelas di sekolah dengan masyarakat. Sehingga berperan dalam keberlanjutan lingkungan,
dengan hubungan yang erat, lingkungan yang keragaman budaya dan masyarakat. Teknologi
merupakan tempat tinggal manusia diharapkan juga dapat menjadi faktor yang menentukan
keberlanjutan lingkungan sehingga masyarakat
akan terus terjaga dan mampu mendukung
memperoleh kesejahteraan di bidang ekonomi.
kebutuhan manusia di masa yang akan datang.
Ruang lingkup yang terkait dengan ESD itu
Perusahaan yang merupakan lembaga bisnis akan
cukup luas, hal itu termasuk;
mendukung ESD dengan CSR (corporate social
a. Isu lingkungan (perubahan iklim; penang-
responsibility) yang dapat dimanfaatkan oleh gulangan resiko bencana; biodiversitas;
sekolah maupun masyarakat. perlindungan lingkungan; sumber daya alam;
Pendekatan klasik yang digunakan dalam kerusakan Kota; kerberlanjutan air bersih.
pembangunan berkelanjutan hanya terfokus pada b. Isu sosial ekonomi (pertumbuhan ekonomi;
tiga pilar saja, yaitu: ekologi lingkungan, ekonomi kemiskinan; harga makanan; tenaga kerja
dan masyarakat. Pendekatan yang hanya tiga pilar anak-anak; keadilan; HAM; kesehatan;
ini nyatanya kurang cukup untuk membangun perbedaan gender; perbedaan budaya;
nilai-nilai keberlanjutan di untuk menuju perse- pola konsumsi dan produksi; tanggung
kolahan. Setelah pendekatan berkelanjutan dica- jawab perusahaan; pertumbuhan populasi;
nangkan dalam sebuah program pendidikan migrasi).
maka pendekatan yang dilakukan berbeda. Lihat c. Isu politik (kewarganegaraan; perdamaian;
etika; HAM; demokrasi dan pemerintahan)
gambar Implementasi ESD dari Perspektif Terikat
d. Isu-isu yang menjadi ruang lingkup ESD
di bawah ini:
memiliki keterkaitan dengan isu global, juga
Gambar 1. Implementasi ESD dari Perspektif
yang berkaitan dengan keberlanjutan manusia
Terikat hidup. Masalah yang menjadi isu utama ESD
diharapkan akan disadari oleh manusia dan
akhirnya akan memunculkan perilaku yang
fokus pada pelestarian lingkungan sosial
budaya. ESD tidak hanya menuntun manusia
untuk sadar terhadap pemulihan dari kerusa-
kan lingkungan yang terjadi sekarang ini, tapi
memikirkan bagaimana cara agar pelestarian
itu mampu bertahan dan dapat memenuhi
kehidupan di masa yang akan datang.
e. Ruang lingkup ESD yang luas tidak hanya
berorientasi pada perlindungan kelestarian
lingkungan fisik saja, akan tetapi fokus
Sumber:Nikolopoulou, juga pada permasalahan-permasalahan so-
Abrahama & Mirbagheri sial ekonomi. Dunia saat ini mengalami
banyak krisis sosial, pertempuran terjadi di
Gambar Implementasi ESD dari Perspektif banyak negara, hanya karena perbedaan ras,
Terikat di atas menunjukan pendekatan yang agama/keyakinan, etnis, bahkan kelas sosial
berbeda setelah pendidikan di pembangunan menjadi penyebab dari konflik-konflik itu.
berkelanjutan dimasukan. Jika pada awalnya Education for Sustainable Development juga

42 EDUSCIENCE
J P
URNAL SENDIDIKAN DAN AINS
VOL 1, NO 1, MEI 2017 ISSN 2580-0558

memasukan permasalahan sosial itu menjadi berpengaruh, sehingga pola perilaku harus
sebuah ruang lingkupnya. Ketika kehidupan berlandaskan nilai-nilai ekologis, sosial dan
sosial manusia terganggu atau musnah maka kultural. ESD dikembangkan dan dilaksanakan
apalah arti dari keberlanjutan dan kelestarian dengan pendekatan berbeda sesuai dengan negara-
lingkungan fisik. negara yang mengembangkannya. Ada beberapa
negara yang mengembangkan ESD dengan
Pengorganisasian Education for Sustainable konsep cross-curriculum, hidden-curriculum dan
Development into-curriculum sehingga muncul sebagai mata
Education for Sustainable Development pelajaran yang berdiri sendiri.
betujuan untuk mengembangkan keterampilan Gambar Pengorganisasian ESD pada Gambar
generasi penerus bumi agar mampu menjaga 2. merupakan sebuah pendekatan penyelenggaraan
keberlangsungan lingkungan di masa yang akan ESD dengan Whole Organizational Approach yang
datang. Upaya menyiapkan anak-anak dan orang pernah dilakukan di Eropa. Proses pertama yang
dewasa untuk keberlanjutan di masa depan, maka termasuk ke dalam ESD terkait dengan syarat dan
kompetensi itu menjadi fokus utama, secara khusus kondisi yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal,
kompetensi itu untuk: 1) Konservasi sumber daya lingkungan sekitar dan perangkat yang mendukung
alam untuk konsumsi manusia; 2) diakui secara pembelajaran. Selanjutnya proses belajar dan
sosial dan kelingkunganan sebagai cara untuk pengajaran yang tersistem dengan pengembangan
aktivitas ekonomi, mengolah dan kehidupan; 3) tujuan pembelajaran, pendayagunaan pengajar
menanggulangi kemiskinan di dunia; 4) partisipasi yang profesional dan terbangunnya sistem sosial
semua orang dalam pendidikan, demokrasi yang nyata. Aspek-aspek lain yang dibutuhkan
dan pemerintahan yang baik sehingga menjadi untuk mengembangkan ESD adalah dukungan
kebiasaan dalam kehidupannya sendiri. Australian dari luar. Seperti sponsor, pendanaan internasional,
Curriculum menjelaskan bahwa: Education hubungan dengan masyarakat sekitar, juga kontrol
for Sustainable Development mengembangkan sehingga dalam pelaksanaan ESD bermitra dengan
pengetahuan, keterampilan, nilai dan pandangan lingkungan.
yang dibutuhkan dunia agar manusia dapat Gambar 2. Pengorganisasian ESD
berkontribusi pada pola hidup berkelanjutan.
Hal ini memungkinkan individu dan masyarakat
untuk memikirkan cara dalam menginterpretasi
dan terikatpada dunianya. ESD berorientasipada
masa depan, fokus untuk melindungi lingkungan
dan membuat lebih banyak lagi tindakan yang
melestarikan ekologi secara bersama-sama.
Tindakan yang dilakukan mendukung pola
keberlanjutan dengan mempertimbangkan kondisi
lingkungan, sosial, kultural dan sistem ekonomi
yang saling berkaitan.
Penjelasan tersebut menegaskan tujuan
ESD memang berorientasi pengembangan
keterampilan dan nilai agar manusia mampu
berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan Sumber: Mathar
sehingga dapat dimanfaatkan untuk manusia di
masa yang akan datang. Manusia harus mengerti
Education for Sustainable Development
bahwa pola perilaku terhadap lingkungan akan
dapat juga dilakukan melalui pendidikan informal,

EDUSCIENCE
J P
URNAL SENDIDIKAN DAN AINS
43
VOL 1, NO 1, MEI 2017 ISSN 2580-0558

melalui program-program dan penyuluhan kepada menganalis nilai lokal dan mengaplikasikan dalam
masyarakat yang merupakan pelaku/pengelola kehidupan sosial.
lingkungan. Program yang ditunjukan pada pelaku Karakteristik pendidikan IPS yang disam-
yang memang berkehidupan di dalam sebuah paikan oleh kepala sekolah SMPN 5 kota malang
lingkungan dapat dilakukan melalui kebijakan dan SMPN 22 serta SMK PGRI 3 Tlogomas
pemerintah atau bekerja sama dengan lembaga dan Tingkat sekolah dasar yang dilaksanakan
swadaya masyarakat (LSM) juga memanfaatkan oleh sekolah Swasta yaitu SD Muhammadiyah
CSR (Corporate Social Responsibility). Lembaga 9 kota malang memiliki arah yang sama dengan
ini dengan dukungan pemerintah dan sponsor ESD. Sehingga untuk pembelajaran IPS saat ini
dapat melakukan sesuatu untuk mencegah atau yang menggunakan pendekatan blended sangat
menanggulangi sebuah lingkungan yang perlu relevan jika ESD masuk ke dalam pembelajaran
mendapatkan perhatian. di persekolahan. Banyak sekali kajian-kajian IPS
yang dapat dikembangkan dan diorientasikan
Education for Sustainable Development dan pada ruang lingkup ESD, sehingga ESD dan IPS
IPS Dan Juga Pada SMK/ Vacational High dapat berjalan beriringan demi terwujudnya suatu
School Serta Sekolah Dasar/Elementary kelestarian lingkungan untuk masa depan.
School
Ada beberapa pendekatan kurikulum Reorentation of Education For Sustainable
yang digunakan dalam ESD jika dilakukan Development
di persekolahan formal. Cross-Curriculum Reorientasi pendidikan telah menjadi istilah
merupakan pendekatan yang digunakan ESD yang sangat penting bagi pengelola sekolah
dengan masuk ke dalam beberapa kurikulum dan pendidik pada semua tingkatan pendidikan
mata pelajaran tertentu, seperti yang dilakukan untuk memahami perubahan yang dibutuhkan.
di Jepang. Mereka memasukan ESD ke dalam Reorientasi yang penting adalah lebih banyak
beberapa mata pelajaran yang terpisah, sehingga dimasukannya prinsip-prinsip, keterampilan,
dalam proses pembelajarannya terintegrasi. Ada perspektif dan nilai-niai yang berkaitan dengan
pun yang menggunakan hidden-curriculum dalam pembangunan berkelanjutan dalam pendidikan,
proses pelaksanaan ESD. Akan tetapi, banyak yang tepat dan relevan dengan satuan pendidikan.
kendala yang dihadapi jika ESD tidak tertulis Reorientasi pendidikan juga dipandang sebagai
dalam struktur kurikulumnya. upaya mengembangkan pendidikan/pembelajaran
Melihat struktur, ruang lingkup serta yang membangkitkan pengetahuan, keterampilan,
penerapannya, sangat dirasakan bahwa ESD perspektif, dan nilai yang akan membimbing dan
sangat erat dengan Pendidikan IPS. Pendekatan memotivasi manusia menuju kehidupan yang
multidisipliner yang digunakan dalam pendidikan berkelanjutan, berpartisipasi dalam masyarakat
IPS akan dapat mencapai kompetensi-kompetensi yang demokratis, dan hidup secara berkelanjutan.
yang diharapkan dalam ESD. Ruang lingkup yang Salah satu bentuk implementasi pendidikan
diungkap pada awal tulisan ini pun merupakan untuk pembangunan berkelanjutan berbasis
irisan dari kajian ilmu-ilmu sosial yang merupakan PendidikanLingkunganHidupyangdilaksanakan
dasar dari jati diri IPS. Karakteristik pendidikan secara terprogram di sekolah adalah program
IPS sesuai dengan apa yang diharapkan oleh ESD Eco School. Program Eco School merupakan
yaitu: 1) Memahami pola kehidupan manusia; 2) program internasional yang bertujuan untuk
Memahami isi dan proses dalam pembelajaran; meningkatkan literasi lingkungan pada siswa.
3) Dibutuhkan untuk proses pencarian informasi; Program Eco School dikembangkan oleh
4) Diperlukan sebagai pemecahan masalah dan mencari solusi terhadap tantangan lingkungan
pengambilan keputusan; 5) Membangun dan hidup dan pembangunan berkelanjutan di

44 EDUSCIENCE
J P
URNAL SENDIDIKAN DAN AINS
VOL 1, NO 1, MEI 2017 ISSN 2580-0558

tingkat lokal. Munculnya Eco School, berangkat untuk standar tertinggi dalam pendidikan dan
dari keprihatinan bersama untuk memperbaiki pengelolaan lingkungan.
kualitas lingkungan. Cukup banyak strategi Program Eco School memilki fokus yang kuat
yang telah ditempuh untuk memperbaiki kualitas pada masalah-masalah sumber daya, energi dan
lingkungan, mulai dari penyuluhan, penataran, limbah sebagai bidang utama tindakan. Meskipun
bimbingan, proyek percontohan dan perbaikan program ini dikoordinasikan melalui kerangka
komponen yang menyebabkan rusaknya kerja umum di tingkat internasional, negara-
lingkungan seperti reboisasi, kali bersih, jumat negara anggota yang melaksanakan program Eco
bersih dan gerakan sadar kebersihan. Program- School memiliki fleksibilitas dalam menyesuaikan
program tersebut sudah lama dilakukan tetapi program dengan kebutuhan mereka. Umumnya
tidak memberikan hasil yang signifikan, karena sekolah yang berpartisipasi menerapkan proses
yang dirasakan hanya kerusakan yang terus tujuh langkah untuk menuju sertifikasi Green Flag,
berlanjut dan semakin parah. meskipun variasi ada dalam isi dan fokus dari
Program Eco School dikembangkan
langkah-langkah. Umumnya Langkah-langkah
sebagai sarana penyampaian komitmen Agenda
yang dilakukan adalah sebagai berikut.
21. Fokus Agenda 21 pada program Eco School
1. Memperbaiki lingkungan sekolah,
adalah mempromosikan tindakan lokal yang
2. Mengurangi sampah dan limbah,
bertujuan untuk memecahkan masalah lingkungan
3. Mengurangi penggunaan energi dan air,
global melalui pendidikan. Program Eco School
4. Menemukan cara-cara yang efisien perjalanan
menawarkan kesempatan bagi sekolah untuk
ke dan dari sekolah,
menghubungkan dengan komunitas mereka dan
bekerja sama untuk memecahkan dan mencegah 5. Mempromosikan gaya hidup sehat,
masalah lingkungan di tingkat lokal. Tujuan utama 6. Mendorong kewarganegaraan aktif,
dari program Eco School adalah mempersiapkan 7. Membangun kemitraan yang kuat dengan
anak-anak untuk hidup berkelanjutan dan untuk berbagai kelompok masyarakat.
menunjukkan bahwa hidup yang berkelanjutan
adalah bagaimana menemukan solusi terhadap Di Indonesia, dalam upaya mempercepat
masalah yang kita hadapi dan meningkatkan kualitas pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup
hidup masyarakat tanpa merusak lingkungan. khususnya jalur pendidikan formal pada
Program Eco School menggabungkan jenjang pendidikan dasar dan menengah, maka
pembelajaran dan tindakan, sehingga memberikan pada tanggal 21 Februari 2006 Kementerian
metode yang efektif untuk mengubah perilaku. LingkunganHidupdanKementerianPendidikan
Munculnya program Eco School telah menarik dan Kebudayaan telah mencanangkan Program
perhatian di seluruh dunia. Program Eco School Adiwiyata, dengan tujuan mendorong dan
merupakan program yang demokratis dan membentuk sekolah Peduli dan Berbudaya
partisipatif serta memberikan kesempatan kepada Lingkungan yang mampu berpartisipasi dan
orang-orang muda untuk terlibat di sekolah dan di melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan
masyarakat untuk mempromosikan keberlanjutan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan
sebagai warga negara aktif. Negara-negara generasi sekarang maupun yang akan datang.
yang menerapkan program Eco School dapat Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna
menyesuaikan program untuk memenuhi kebutuhan sebagai tempat yang baik dan ideal di mana dapat
dan prioritas mereka dalam konteks wilayah diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai
mereka (lokal). Program Eco School bertujuan pada
norma serta etika yang dapat menjadi dasar
penghargaan lingkungan internasional bergengsi
manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup
yaitu Green Flag. Penghargaan ini diberikan
kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan
sebagai pengakuan bahwa sekolah berkomitmen
berkelanjutan.

EDUSCIENCE
J P
URNAL SENDIDIKAN DAN AINS
45
VOL 1, NO 1, MEI 2017 ISSN 2580-0558

Program Adiwiyata dilaksanakan guna mewu- manusia ini pada saat tertentu akan mengalami
judkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam kehancuran jika tidak ada pola yang diubah,
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan untuk itu ESD dikembangkan di beberapa negara
hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk yang memiliki masalah lokal yang berdampak
mendukung pembangunan berkelanjutan. Kegiatan global. ESD dapat dilakukan dalam lingkup
yang dilakukan misalnya pengolahan limbah, sekolah formal atau pada kegiatan informal yang
pramuka Saka Taruna Bumi, penanggulangan berbasis pada partisipasi masyarakat, pemerintah
banjir, kantin dan sekolah sehat dan sebagainya. dan perusahaan-perusahaan yang memiliki fokus
Dengan melaksanakan program Adiwiyata akan pada permasalahan-permasalahan lingkungan.
menciptakan warga sekolah, khususnya peserta Salah satu kesimpulan Model pendidikan
didik yang peduli dan berbudaya lingkungan, karakter terintegrasi pada pembelajaran berbasis
sekaligus mendukung dan mewujudkan sumberdaya Lingkungan di sekoalah SMPN 5 dan SMPN 22
manusia yang memiliki karakter bangsa terhadap kota malang serta SD Muhammadiyah 9 Malang
perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungannya yang dikembangkan melalui penelitian ini layak
dalam mencapai pembangunan berkelanjutan di diuji lagi pada tahap pilot project dengan subjek
daerah. Pelaksanaan Program Adiwiyata diletakkan uji SD Muhammadiyah 9 Malang kelas 2 dan 3
pada dua prinsip dasar berikut ini: Kemudian dilanjutkan pada tahap diseminasi di
1. Partisipatif: Komunitas sekolah terlibat dalam SD Muhammadiyah 1 Malang sehingga dapat
manajemen sekolah yang meliputi keselu- dijadikan dasar untuk pengajuan usul kebijakan
ruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan dalam bidang pendidikan karakter yang mengacu
evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran. pada Education for Sustainable Development ESD
2. Berkelanjutan: Seluruh kegiatan harus dila- yang hakiki, berdasarkan paparan data diatas maka
kukan secara terencana dan terus menerus dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan
secara komprehensif. karakter melalui pengkondisian lingkungan
sekolah di SMK PGRI 3 Kota Malang cukup
SIMPULAN efektif diterapkan dalam membiasakan nilai-nilai
Education for Sustainable Development karakter terutama nilai disiplin. Namun masih
merupakan sebuah langkah sadar yang dilakukan ada beberapa kendala dalam pelaksanaannya,
untuk menjaga dan melestarikan lingkungan alam, seperti secara teknis terkendala waktu maupun
sosial dan budaya sebagai eksistensi hidup manusia secara personal berasal dari kurangnya kesadaran
itu sendiri. ESD menjadi hal sangat penting karena siswa untuk menjalankan ketentuan dari sekolah.
pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan kemudian, selanjutnya

RUJUKAN

Amthor, R.M. & Heilman, E.E. (2010). Social Studies and Diversity Education. Routledge: New York.
Anwar, Q. 2010. Nilai Agama Sebagai Acuan Membangun Karakter Bangsa. Makalah dipresentasikan
dalam Sarasehan Nasional Pendidikan Karakter, Jakarta.
Darsiharjo. (2005). “Eco-School” Sebagai Media Pedidikan Lingkungan Di Sekolah. Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional “Peran Pendidikan di Persekolahan dalam Mempersiapkan
Generasi Peduli Lingkungan” di Auditorium JICA FPMIPA UPI Bandung pada tanggal 1 Desember
2005.
Daluarti, M., H., C. (2015). Peranan Ruang Publik Perkotaan Terhadap Pengembangan Modal Sosial
dan Peredam Patologi Sosial. (Survey Pada Siswa SMA di Kota Bandung). Disertasi UPI.

46 EDUSCIENCE
J P
URNAL SENDIDIKAN DAN AINS
VOL 1, NO 1, MEI 2017 ISSN 2580-0558

Departemen of Education and Skills. (2013). Education for Sustainability The National Strategy on
Education for Sustainable Development in Ireland, 20 14-2020. Ireland.
Foundation of Environment Education. (2009). Eco-Schools Programme. Dalam http:// www.eco-
schools.org/brochure_eco. pdf, 2009 Diakses pada [11 Desember 2014].
IUCN (International Union for Conservation of Nature). (1991). Caring for the Earth. A strategy for
sustainable living. Gland.
Kementerian Lingkungan Hidup. (2012). Panduan Adiwiyata. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia.
Karsidi. 2007. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Solo: Tiga Serangkai.
Landriany, Ellen. (2014). Implementasi Kebijakan Adiwiyata Dalam Upaya Mewujudkan Pendidikan
Lingkungan Hidup di SMA Kota Malang. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014.
Japan Council on the UN Decade of Education for Sustainable Development. (2013). Buku Pedoman
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan di Asia : Penduduk Lokal Mengembangkan
Masyarakat yang Berkelanjutan. http://www.agepp.net/
Mathar, Reiner. (2015). Chapter 2 in Schooling for Sustainable Development in Europe. Springer :
Heidelberg, New York, Dordrecht, London
Mogensen, F., & Mayer, M. (Eds.). (2005). Eco-School trends and divergences: A comparative study of
Eco School development process in 13 countries. Vienna: Austrian Federal Ministry of Education,
Science and Culture, Dept. Environmental Education Affairs.
Nikolopoulou, A, Abrahamâ, Taisha & Farid Mirbagheri. (2010). Education for Sustainable Development
Challenges, Strategies, and Practices in a Globalizing World.Sage: India.
Purwadi, A. (2009). EFSD in Indonesia at a Glance in EFSD Currents:Changing Perspective from The
Asia-Facific. Bangkok: UNESCO.
R. Ackley, Carly. (2009). Leadership in Green Schools: School Principals as Agents of Social
Responsibility. Dissertasi: The Pennsylvania State University. Pennsylvania: Tidak diterbitkan.
Riany, M., Karila, Y.Y., & Destianti, S., et al. (2014). Kajian Tradisi Membangun Bangunan Rumah
Tinggal di Kawasan Kampung Naga, Tasikmalaya Ditinjau Dari Konsep Sustainable (Studi
Kasus : Bangunan RumahTinggal di Kawasan Kampung Naga). Jurnal Reka Karsa, 2(1) April
2014. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional .
Rowntree, Lewis, Price &Wyckoff. (2008). Globalization and Diversity Geography Changing The Wold
Second Editon. United States: Pearson Prentice Hall.
Saijo, Tatsuyoshi & Hamasaki, Hiroshi. (2010). Chapter 6 : Designing Post-Kyoto Institutions: From
the Reduction Rate to the Emissions Amount. at Adaptation and Mitigation Strategies in Climate
Change. Tokyo: Springer.
Shaw, Rajib & Oikawa, Yukihiko. (2014). Education for Sustainable Development and Disaster Risk
Reduction.Springer: Japan.
UNESCO. (2007). The UN Decade of Education for Sustainable Development. The First Two Years.
Paris: UNESCO.
Yu Ping, (2003). Global Thinking, Local Action: A Case Study of the Green School Programme in
China. Thesis: Lund University. Lund: Tidak diterbitkan.

EDUSCIENCE
J P
URNAL SENDIDIKAN DAN AINS
47

Anda mungkin juga menyukai