Anda di halaman 1dari 124

PEMBUATAN ECO ENZYME DALAM PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN BERKELANJUTAN


UNTUK MENDUKUNG SDGs PADA MATA PELAJARAN IPA SMP

TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA

Disusun Oleh:
R. Aditias Hermawan
2002213

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2022
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
R. ADITIAS HERMAWAN
PEMBUATAN ECO ENZYME DALAM PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN BERKELANJUTAN UNTUK
MENDUKUNG SDGs PADA MATA PELAJARAN IPA SMP
Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Riandi, M.Si. Prof. TopikHidayat, M.Si., Ph.D.


NIP. 196305011988031002 NIP. 197004101997021001

Penguji I Penguji II

Dr. Hj. Siti Sriyati, M.Si. Dr. Hj. Widi Purwianingsih, M.Si.
NIP. 196409281989012001 NIP. 196209211991012001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam,

Dr. Ida Kaniawati, M.Si.


NIP.196807031992032001

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata i
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
PEMBUATAN ECO ENZYME DALAM PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN BERKELANJUTAN UNTUK
MENDUKUNG SDGs PADA MATA PELAJARAN IPA SMP

Oleh
R. Aditias Hermawan, S.Pd.
Universitas Pasundan, 2017

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister pada


Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

© R. Aditias Hermawan
Universitas Pendidikan Indonesia
April 2022

Hak cipta dilindungi undang-undang


Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto
copy atau cara lainya tanpa izin dari penulis.

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata ii
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,
penyelesaian tesis ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan
hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. Riandi, M.Si selaku dosen pembimbing 1 yang telah membimbing dengan
memberikan yang terbaik untuk kelancaran tesis penulis. Terima kasih atas waktu
serta masukan yang sangat bermanfaat.
2. Prof. Dr. Topik Hidayat, M.Si.,Ph.D selaku dosen pembimbing 2 yang telah sabar
membimbing penulis dalam menyusun tesis ini. Terimakasih untuk selalu sabar dan
selalu dapat meluangkan waktu untuk membimbing tesis ini.
3. Dr Ida Kaniawati, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam terima kasih yang telah memotivasi dan memfasilitasi agar penulis cepat
menyelesaikan studi.
4. Dosen-dosen di jurusan Pendidikan IPA Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Pendidikan Indonesia yang selama ini banyak berperan
memberikan pengalaman serta pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
5. Kedua orang tua mamah, N. Tuti Rohayati terima kasih untuk hari-hari yang telah
kau habiskan untuk menjaga, menyayangi, mendidik dan membimbing serta selalu
mendoakan penulis, papah R. Bambang Hermawan ,S.Pd, M.MPd terima kasih
untuk support, kerja keras dan pengorbanannya. Gelar magister ini penulis
persembahkan untuk kalian.
6. Kakak dan adik-adik tercinta R.Fuji Astuti Herdias, R. Hermawan Indra Cipta, R.
Lasardi Hermawan, terima kasih untuk canda tawa, suka dan duka yang kalian beri
selama penyelesaian tesis ini. Terima kasih telah membuat warna dalam kehangatan
keluarga.
7. Teman-teman seperjuangan di jurusan Pendidikan IPA selama perkuliahan. Terima
kasih untuk menjadi teman yang selalu memotivasi untuk penyelesaian tesis ini.
Semoga kelak kita bertemu kembali dengan kabar kesuksesan masing-masing.
8. Kepala Sekolah SMPN 2 Bojongpicung, Bapak Asep Sonny, S.Pd (alm) yang telah
memberikan support dan ijin penelitian kepada penulis.
Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata iii
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
9. Siswa- siswi SMPN 2 Bojongpicung khususnya kelas VII A s/d VII F terima kasih
banyak untuk kesediaan yang telah kalian berikan untuk menjadi subyek dalam
penelitian tesis ini.
10. Hera Asriana, selaku support system terima kasih banyak untuk waktu dan
ketersediaan dalam membersamai penulis dari awal perkuliahan sampai selesainya
tesis ini.
11. Semua orang yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penyelesaian tesis ini terima kasih banyak
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat atas amalan dan bantuan
yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaian tesis ini.

Bandung, Juli 2022

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata iv
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
Pelajaran IPA SMP

Abstrak

Hasil kajian menunjukan pertambahan penduduk dan meningkatnya pola konsumsi


masyarakaaat merupakan faktor utama yang menyebabkan laju produksi sampah terus
meningkat. Untuk itu perlu adanya upaya dalam pemanfaatan sampah tersebut guna
mengurangi volume, penanganan lingkungan hidup, peningkatan pendapatan maupun
pengendalian krisis iklim dimana salah satunya adalah mengolah menjadi eco enzyme.
Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembuatan eco enzyme sebagai salah satu
sarana untuk mewujudkan pembelajaran berkelanjutan. Selain tujuan tersebut, penelitian ini
mencoba mempraktekan Pembuatn Eco enzyme dalam upaya mendukung pencapaian target
SDGs No 13.3 Indikator 13.3.1. (a) Mengintegrasikan tindakan antisipasi perubahan iklim ke
dalam kebijakan, strategi dan perencanaan nasional indikator potensi penurunan emisi gas
rumah kaca (GRK) dan target 13.2 Indikator 13.2.2.(a) Meningkatkan pendidikan,
penumbuhan kesadaran, serta kapasitas manusia dan kelembagaan terkait mitigasi, adaptasi,
pengurangan dampak dan peringatan dini perubahan iklim indikator jumlah satuan
pendidikan formal dan lembaga/ komunitas masyarakat peduli dan berbudaya lingkungan
hidup. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menekankan kepada analisis
perencanaan pembelajaran dan aktivitas siswa selama pembelajaran. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan melalui analisis rencana pembelajaran, observasi
pembelajaran, dan penyebaran angket kepada peserta didik setelah pembelajaran terkait
pembuatan Eco Enzyme. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diketahui bahwa
pembuatan eco enzyme dengan pemanfaatan sampah organik dapat mewujudkan
pembelajaran berkelanjutan. Hal tersebut terindikasi dari karakteristik RPP untuk
pembelajaran berkelanjutan, hasil observasi aktivitas pembelajaran, angket Peserta didik
tentang Eco Enzym dalam pembelajaran IPA dan angket umpan balik Peserta didik dalam
mewujudkan pembelajaran berkelanjutan pada kategori baik. Pembuatan Eco Enzyme dengan
memanfaatkan sampah organik dapat mendukung pencapaian target SDGs No.13.2 Indikator
13.2.2.(a) Mengintegrasikan tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam kebijakan, strategi
dan perencanaan nasional dan 13.3.1.(a) Meningkatkan pendidikan, penumbuhan kesadaran,
serta kapasitas manusia dan kelembagaan terkait mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan
peringatan dini perubahan ikim, pada materi pemanasan global juga terlaksana dengan baik
dilihat dari hasil kuesioner dan angket peserta didik. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
pembuatan eco enzyme dalam pemanfaatan sampah organik sebagai upaya mewujudkan
pembelajaran berkelanjutan untuk mendukung SDGs pada mata pelajaran IPA SMP dapat
tercapai.

Kata Kunci: SDGs, Pengelolaan Sampah, Eco Enzyme

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata v
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Making Eco Enzyme In The Utilization Of Organic Waste As An Effort To Realize
Sustainable Learning To Support SDGs In Junior High School Science Courses

Abstract

The results of the study show that population growth and increasing community consumption
patterns are the main factors that cause the rate of waste production to continue to increase.
For this reason, efforts are needed to utilize the waste in order to reduce the volume, manage
the environment, increase income and control the climate crisis, one of which is to process it
into eco-enzyme. This study aims to determine the effect of making eco enzyme as a means
to realize sustainable learning. In addition to these objectives, this research tries to practice
the manufacture of Eco enzymes in an effort to support the achievement of the SDGs No.
13.3 target. Indicator 13.3.1. (a) Integrate anticipatory actions on climate change into national
policies, strategies and planning indicators of potential for reducing greenhouse gas (GRK)
emissions and targets 13.2 Indicator 13.2.2.(a) Improving education, raising awareness, as
well as human and institutional capacities related to mitigation , adaptation, impact reduction
and early warning of climate change indicators of the number of formal education units and
institutions/communities who care and are environmentally cultured. This study uses a
descriptive method by emphasizing the analysis of learning planning and student activities
during learning. Data collection techniques in this study were carried out through analysis of
lesson plans, learning observations, and distributing questionnaires to students after learning
related to making Eco Enzyme. Based on the results of research and discussion, it is known
that the manufacture of eco enzymes by utilizing organic waste can realize sustainable
learning. This is indicated by the characteristics of the lesson plans for continuous learning,
the results of observing learning activities, student questionnaires about Eco Enzymes in
science learning and student feedback questionnaires in realizing sustainable learning in the
good category. The production of Eco Enzyme by utilizing organic waste can support the
achievement of SDGs No.13.2. Indicator 13.2.2.(a) Integrating anticipatory actions on
climate change into national policies, strategies and planning and 13.3.1.(a) Improving
education, raising awareness, as well as human and institutional capacities related to
mitigation, adaptation, impact reduction and early warning of climate change, on the subject
of global warming also well implemented seen from the results of questionnaires and student
questionnaires. Thus, it can be concluded that the manufacture of eco enzymes in the use of
organic waste as an effort to realize sustainable learning to support SDGs in science subjects
in junior high school can be achieved.

Keywords: SDGs, Waste Management, Eco Enzyme

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata vi
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN TESIS............................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS...............................................................................ii
UCAPAN TERIMAKASIH..............................................................................................iii
ABSTRAK.......................................................................................................................... v
DAFTAR ISI......................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................xiii
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Penelitian................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian.................................................................................. 9
1.3. Batasan Masalah...................................................................................................... 9
1.4. Tujuan Penelitian....................................................................................................10
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................................10
1.6. Definisi Operational................................................................................................11
BAB II : KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................12
2.1. Pembelajaran Berkelanjutan....................................................................................12
2.1.1. Education for Sustainable Development .....................................................12
2.1.2. Pengertian dan Ruang Lingkup Education for Sustainable Development...13
2.1.3. Esensi Education for Sustainable
Development/Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (ESD).............
2.1.4. Pengorganisasian Education for Sustainable Development.........................16
2.2. SDGs......................................................................................................................
18
2.3. Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik............22
2.4. Pengelolaan Sampah...............................................................................25
2.5. Penanganan Perubahan Iklim..................................................................27

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


vi
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
i
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
2.5.1. Implementasi SDGs No.13.2 Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah
Kaca.............................................................................................................
2.5.2. Implementasi SDGs No.13.3 Satuan Pendidikan Formal dan
Lembaga/Komunitas Masyarakat................................................................
2.6. Pendidikan Lingkungan Dan Upaya Mengatasi Perubahan Iklim Melalui
Program Eco Enzyme Di Sekolah...........................................................................
2.7. Penelitian Yang Relevan........................................................................
BAB III : METODE PENELITIAN..............................................................................34
3.1. Metode Penelitian.............................................................................................34
3.2. Partisipan................................................................................................................34
3.3. Instrumen Penelitian...............................................................................................35
3.4. Prosedur Penelitian.................................................................................................36
3.4.1. Tahap Persiapan Penelitian..........................................................................36
3.4.2. Tahap Perencanaan......................................................................................36
3.4.3. Survei...........................................................................................................36
3.4.4. Proses Pengembangan Instrumen.................................................................37
3.4.4.1. Observasi.......................................................................................37
3.4.4.2. Kuisioner......................................................................................39
3.4.5. Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian.............................................40
3.4.6. Rencana Pengumpulan Data........................................................................40
3.4.1. Observasi.......................................................................................40
3.4.2. Kuisioner........................................................................................40
3.4.7. Analisis Data................................................................................................42
3.4.8. Tahap Hasil Dan Analisis............................................................................42
BAB IV : TEMUAN DAN PEMBAHASAN................................................................
4.1. Peran Eco Enzyme Dalam Pembelajaran Berkelanjutan........................................ 43
4.1.1. Karakteristik RPP Untuk Pembelajaran Berkelanjutan............................... 43
4.1.2. Aktivitas Pembelajaran................................................................................ 49
4.1.3. Tanggapan Peserta Didik Tentang Eco Enzyme Dalam Pembelajaran IPA 54
4.1.4. Deskripsi Hasil Angket Umpan Balik Peserta Didik Dalam Mewujudkan
Pembelajaran Aktivitas Pembelajaran Berkelanjutan..................................
4.2. Pembelajaran Eco Enzyme Dalam Mendukung SDGs........................................... 76

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


vi
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
ii
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
4.2.1. Pengetahuan Peserta Didik dan Kegiatan Sosial.......................................... 77
4.2.2. Kompetensi Sikap Tentang Mengelola Sampah Dan Prilaku Dalam
Mengelola Sampah Rumah Tangga.............................................................
4.2.3. Hasil Kuesioner Peserta Didik Terhadap Indikator Sikap Tentang
Mengelola Sampah.......................................................................................
4.2.4. Tanggapan Peserta Didik Terhadap Perilaku Dalam Mengelola Sampah
Rumah Tangga.............................................................................................
4.3. Pembuatan Eco Enzyme Dengan Memanfaatkan Sampah Organik Mendukung
Pencapaian Target SDGs No.13.2 Indikator 13.2.2 (a) Mengintegrasikan
tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam kebijakan, strategi dan perencanaan
nasional.....................................................................................................................
BAB V : PENUTUP......................................................................................................97
5.1. Kesimpulan.............................................................................................................97
5.2. Implikasi.................................................................................................................97
5.3. Rekomendasi...........................................................................................................97
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 99

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata ix
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian.............................................................................35
Tabel 3.2 Hasil Ujian Variabel X dan Y..............................................................................37
Tabel 3.3 Skala Likert.........................................................................................................41
Tabel 4.1 Perbandingan RPP Pembelajaran Berkelanjutan Dengan RPP K13...................43
Tabel 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran.............................................................................49
Tabel 4.3 Kecenderungan Jawaban Peserta Didik Terhadap Kategori Mengembangkan
Diri Dan Orang Lain Kompetensi A Menunjukan Praktik Pengembangan Diri
Yang Disadari Kesadaran Dan Kemauan Pribadi...............................................55
Tabel 4.4 Kecenderungan Jawaban Peserta Didik Terhadap Kategori 1 Mengembangkan
Diri Dan Orang Lain Kompetensi B Mengembangkan Kompetensi Warga
Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas Peserta Didik (Facilitating, Coaching,
Mentoring)..........................................................................................................57
Tabel 4.5 Kecenderungan Jawaban Peserta Didik Terhadap Kategori 1 Mengembangkan
Diri Dan Orang Lain Kompetensi C Berpartisipasi Aktif Dalam Organisasi
Profesi Kepemimpinan Sekolah Dan Komunitas Lain Untuk Pengembangan
Karir....................................................................................................................59
Tabel 4.6 Hasil Angket Peserta Didik Terhadap Kategori 1 Mengembangkan Diri Dan
Orang Lain Kompetensi D Menunjukkan Kematangan Moral, Emosi, Dan
Spiritual Untuk Berperilaku Sesuai Kode Etik...................................................60
Tabel 4.7 Hasil Angket Peserta Didik Terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran
Kompetensi A Memimpin Upaya Membangun Lingkungan Belajar Yang
Berpusat Pada Peserta Didik...............................................................................62
Tabel 4.8 Hasil Angket Peserta didik Terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran
Kompetensi B Memimpin Perencanaan Dan Pelaksanaan Proses Belajar Yang
Berpusat Pada Peserta Didik...............................................................................63

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata x
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Tabel 4.9 Kecenderungan Jawaban Peserta Didik Terhadap Kategori 2 Memimpin
Pembelajaran Kompetensi C Memimpin Refleksi Dan Perbaikan Kualitas
Proses Belajar Yang Berpusat Pada Peserta Didik.............................................65
Tabel 4.10 Kecenderungan Jawaban Peserta Didik Terhadap Kategori 2 Memimpin
Pembelajaran Kompetensi D Melibatkan Orang Tua Sebagai Pendamping
Dan Sumber Belajar Di Sekolah.........................................................................66
Tabel 4.11 Kecenderungan Jawaban Peserta Didik Terhadap Kategori 3 Memimpin
Manajemen Sekolah Diperkecil Untuk Kelas Kompetensi A Memimpin
Upaya Mewujudkan Visi Sekolah Menjadi Budaya Belajar Yang Berpihak
Pada Peserta Didik..............................................................................................68
Tabel 4.12 Kecenderungan Jawaban Peserta Didik Terhadap Kategori 3 Memimpin
Manajemen Sekolah Diperkecil Untuk Kelas Kompetensi B Memimpin Dan
Mengelola Program Sekolah Yang Berdampak Pada Peserta Didik..................69
Tabel 4.13 Skala Penilian Angket Kuisioner Peserta Didik Dalam Mewujudkan
Pembelajaran Berkelanjutan................................................................................74
Tabel 4.14 Hasil Penilaian Angket Peserta Didik Dalam Mewujudkan Pembelajaran
Berkelanjutan......................................................................................................74
Tabel 4.15 Hasil Kuesioner Peserta Didik Kompetensi Pengetahuan Dan Kegiatan
Sosial...................................................................................................................
Tabel 4.16 Variabel Mendukung SDGs Hasil Kuesioner Peserta Didik Kompetensi
Pengetahuan Dan Kegiatan Sosial......................................................................77
Tabel 4.17 Rekapitulasi Perhitungan Data Kompetensi Pengetahuan Dan Kegiatan
Sosial...................................................................................................................
Tabel 4.18 Hasil Kuesioner Peserta Didik Kompetensi Sikap Tentang Mengelola
Sampah Dan Prilaku Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga......................80
Tabel 4.19 Hasil Kuesioner Peserta Didik Mendukung SDGs Hasil Kuesioner Peserta
Didik Menganai Sikap Tentang Mengelola Sampah Dan Prilaku Dalam
Mengelola Sampah Rumah Tangga....................................................................81
Tabel 4.20 Hasil Kuesioner Peserta Didik Terhadap Indikator Sikap Tentang Mengelola
Sampah................................................................................................................82
Tabel 4.21 Hasil Kuesioner Peserta Didik Terhadap Indikator Prilaku Dalam Mengelola
Sampah Rumah Tangga......................................................................................84

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata xi
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Tabel 4.22 Hasil Pengolahan Data Lembar Kerja Peserta Didik.........................................88
Tabel 4.23 Hasil Wawancara Peserta Didik........................................................................90

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan.......................................................... 2
Gambar 1.2 IKLH Nasional Tahun 2014-2017................................................................... 4
Gambar 2.1 Implementasi ESD dari Perspektif Terikat......................................................14
Gambar 2.2 Pengorganisasian ESD.....................................................................................18
Gambar 2.3 Tujuan SDGs...................................................................................................20
Gambar 2.4 Kerangka ISWM..............................................................................................30
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian......................................................................................41
Gambar 4.1 Grafik umpan balik peserta didik kategori 1 kompetensi A............................56
Gambar 4.2 Grafik umpan balik peserta didik kategori 1 kompetensi B............................58
Gambar 4.3 Grafik umpan balik peserta didik kategori 1 kompetensi C............................60
Gambar 4.4 Grafik umpan balik peserta didik kategori 1 kompetensi D............................61
Gambar 4.5 Grafik umpan balik peserta didik kategori 2 kompetensi A............................63
Gambar 4.6 Grafik umpan balik peserta didik kategori 2 kompetensi B............................64
Gambar 4.7 Grafik umpan balik peserta didik kategori 2 kompetensi C............................66
Gambar 4.8 Grafik umpan balik peserta didik kategori 2 kompetensi D............................67
Gambar 4.9 Grafik umpan balik peserta didik kategori 3 kompetensi A............................69
Gambar 4.10 Grafik umpan balik peserta didik kategori 3 kompetensi B..........................70
Gambar 4.11 Grafik umpan balik peserta didik dalam mewujudkan pembelajaran
berkelanjutan.....................................................................................................
Gambar 4.12 Grafik hasil kuesioner siswa variable pengetahuan dan kegiatan social
peserta didik......................................................................................................
Gambar 4.13 Grafik hasil kuesioner siswa variable kompetensi sikap tentang
mengelola sampah dan perilaku dalam mengelola sampah rumah tangga.......
Gambar 4.14 Grafik hasil kuesioner sikap tentang mengelola sampah...............................84

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


xi
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
i
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Gambar 4.15 Grafik hasil kuesioner siswa perilaku dalam mengelola sampah rumah
tangga................................................................................................................
Gambar 4.16 Hasil praktikum peserta didik........................................................................89

DAFTAR LAMPIRAN

RPP Pembelajaran Berkelanjutan........................................................................................110


Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran..........................................................................120
Kuesioner Siswa (Mengembangkan diri dan orang lain)....................................................123
Lembar Umpan Balik Diri...................................................................................................127
Kuesioner Siswa (Bagaimana pembuatan eco enzyme dapat memanfaatkan sampah
organik mendukung pencapaian target SDGs No.13 Indikator 13.3.1 (a) Meningkatkan
pendidikan, penumbuhan kesadaran, serta kapasitas manusia dan kelembagaan terkait
mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini perubahan ikim...................
LKPD (Bagaimana pembuatan eco enzyme dapat memanfaatkan sampah organik
mendukung pencapaian target SDGs No.13.2 Indikator 13.2.2 (a) Mengintegrasikan
tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam kebijakan, strategi dan perencanaan
nasional................................................................................................................................
Rubrik Penilaian LKPD Essay............................................................................................138
Wawancara Siswa................................................................................................................148
Dokumentasi Praktikum......................................................................................................149
Lembar Observasi Kegiatan Praktikum...............................................................................151

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


xi
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
ii
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan cara yang paling strategis dalam menanamkan dan
menerapkan pembangunan. dilihat dari perbaikan dalam sektor ekonomi, pendidikan, sarana
prasana, dan nilai-nilai pembangunan berkelanjutan. Pembangunan dalam hal ini merupakan
pembangunan pola berfikir siswa sebagai subjek pendidikan yang dipersiapkan untuk
kehidupan yang akan datang (Latifah et al., 2018).
Trianto (2010) mengemukakan bahwa pendidikan yang mampu mendukung
pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi
peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan masalah
atau problema kehidupan yang dihadapinya. Dalam 20 tahun terakhir, kemajuan dalam sains
dan teknologi, dan dampaknya pada cara kita hidup telah ditemukan, Education for
Sustainable Development (ESD) dilihat sebagai pendekatan pembelajaran transformatif,
proses adaptif yang tidak hanya melengkapi peserta didik dengan pengetahuan baru tetapi
juga mempromosikan cara berpikir yang baru (Cutting & Summers, 2016).
Pada Tahun 2008, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Depdiknas
menerbitkan Pedoman ESD. Pada Tahun 2009 Balitbang menerbitkan kembali Strategi
Nasional Pelaksanaan ESD dan Model Pelaksanaannya melalui Intra dan Ekstrakurikuler.
Buku "Panduan Pengintegrasian Nilai-Nilai ESD dalam Pembelajaran" dan "Pokok-Pokok
Materi ESD" (Kemendikbud, 2014). Dalam PP No.19 Tahun 2005 diuraikan bahwa
penyelengaraan Pendidikan merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat, manusia
sebagai subjek pembangunan secara utuh, proses Pendidikan terintegrasi dengan lingkungan
sosial-kulturalnya, dan adanya acuan dasar pelaksanaan penyelenggaraan proses Pendidikan.
Permendiknas No 22 Tahun 2006 memuat tentang Standar lsi, Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum telah dicantumkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah yang sangat bersesuaian dengan 7 (tujuh)
kriteria ESD yaitu, 1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya 2) Beragam dan Terpadu 3) Tanggap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni 4) Relevan dengan kebutuhan
kehidupan 5) Menyeluruh dan berkesinambungan 6) Belajar sepanjang hayat 7) Seimbang
antara kepentingan nasional dan daerah. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa dasar-
dasar kebijakan ESD sudah ada dan diletakkan dengan kuat dalam sistem 4 pendidikan di

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 1
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Indonesia. Oleh sebab itu, perlu tindak lanjut dari pelaksanaan dan penerapan di setiap
elemen pelaksana pendidikan (Kemendikbud, 2014).
Pengenalan ESD di sekolah terutama pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP)
dapat dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai pembangunan melalui pembelajaran di
sekolah terutama pada dimensi lingkungan. Salah satu pembelajaran pada tingkat SMP yaitu
IPA (Faradina, 2018). Menurut Ichinose (2017), adanya ESD dapat meningkatkan kesadaran
peran dan kebutuhan peserta didik untuk menciptakan masyarakat yang berkelanjutan.
Kontribusi yang konsepsual dan khusus dari pembangunan berkelanjutan merupakan
integrasi yang seimbang antara tujuan sosial dan lingkungan dengan pembangunan ekonomi.
Tiga aspek pembangunan berkelanjutan ini adalah masyarakat, lingkungan dan ekonomi yang
disebut sebagai tiga pilar pembangunan berkelanjutan (Johannesburg, 2002).

Gambar 1.1 Tiga pilar pembangunan berkelanjutan


(Sumber : Johannesburg, 2002)

Konsep Pembangunan Berkelanjutan telah tercantum dalam peraturan perundang-


undangan Republik Indonesia. Oleh karena itu konsepsi pembangunan berkelanjutan dan
pembangunan berwawasan lingkungan dipadukan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa:
"Pembangunan berkelanjutan (berwawasan lingkungan) adalah upaya
sadar dan terencana yang memadukan yang memadukan aspek lingkungan hidup,
sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan
lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan."

Pada konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup yang diadakan di Stockholm pada
Tahun 1972 dan Deklarasi Lingkungan Hidup Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio
de Janeiro pada Tahun 1992, dunia menyepakati prinsip bahwa pembangunan harus
memperhatikan dimensi lingkungan dan manusia (Fitria, 2009). Kesepakatan ini sejalan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 2
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
dengan KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg pada Tahun 2002 yang membahas
cara mengatasi kemerosotan kualitas lingkungan hidup (UNESCO, 2016). Beberapa bentuk
keseriusan PBB untuk mengatasi kemerosotan lingkungan hidup yaitu, pada awal Tahun
2000, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mendeklarasikan Millenium Development Goals
(MDGs) dengan tujuan bersama secara internasional untuk pengembangan pembangunan
manusia yang berkelanjutan (sustainable human development) (https://sdgs.bappenas.go.id).
PBB melalui United Nations Partnership for Development Framework (UNPDF) juga
mendukung 11 program prioritas nasional Indonesia yaitu, Reformasi Birokrasi dan Tata
Laksana Prioritas, Pendidikan Prioritas, Kesehatan Prioritas, Pengurangan Kemiskinan
Prioritas, Penguatan Pangan Prioritas, lnfrastruktur Prioritas, lklim lnvestasi dan lklim Bisnis
Prioritas, Energi Prioritas, Lingkungan dan Manajemen Penanggulangan Bencana Prioritas,
Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik Prioritas, Budaya, Kreativitas, dan
Teknologi lnovasi (Kemendikbud, 2014). Dalam rangka mewujudkan masa depan yang
berkelanjutan (sustainable future) MDGs dan UNPDF meletakkan pendidikan sebagai
prioritas utama dalam rangka menyiapkan masyarakat dunia yang pro kepada pembangunan
berkelanjutan, yang dikenal sebagai Education for Sustainable Development (ESD)
(UNESCO, 2016). Education for Sustainable Development (ESD) merupakan proses
pembelajaran yang didasarkan pada cita-cita luhur dan prinsip-prinsip keberlanjutan
(sustainability) dengan memusatkan perhatian pada semua tingkat dan jenis pembelajaran
dalam rangka memberikan pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan pengembangan
pembangunan manusia yang berkelanjutan- 3 "learning to know, learning to be, learning to
live together, learning to do and learning to transform oneself and society" (UNESCO, 2009).
Dalam buku Relasi dengan Dunia: Alam, Iptek, dan Kerja (2005) karya Antonina
Panca Yuni Wulandari, Pembangunan yang bijaksana adalah pembangunan yang
berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan
pembangunan dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup orang di seluruh penjuru dunia,
baik dari generasi saat ini maupun yang akan datang, tanpa mengeksploitasi pemanfaatan
sumber daya alam yang melebihi daya dukung bumi. UNESCO (2017) menuliskan bahwa
definisi sustainable development adalah pembangunan yang dapat mencukupi kebutuhan saat
ini tanpa mengurangi kapasitas atau kemampuan generasi selanjutnya untuk mencukupi
kebutuhan mereka sendiri. Sejalan dengan hal tersebut, istilah sustainable merupakan konsep
kehidupan manusia yang lebih baik di tengah keterbatasan alam dengan menjaga
keseimbangan kehidupan dalam tiga dimensi, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan (Klarin,

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 3
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
2018; Novidsa et al., 2020). Dalam sustainable development terdapat 17 tujuan dengan 169
capaian yang terukur yang disebut dengan sustainable development goals (SDGs) atau tujuan
pembangunan berkelanjutan (https://sdgs.bappenas.go.id/). Salah satu upaya dalam
mewujudkan SDGs adalah melalui pendidikan. Pendidikan dapat digambarkan sebagai
harapan besar untuk merancang masa depan berkelanjutan yang lebih baik dan juga
merupakan salah satu upaya dalam mengatasi krisis lingkungan (Yuliani & Hartanto, 2019).
Pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan hidup seakan menjadi dua sisi yang
saling berlainan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pertumbuhan perekonomian
Indonesia tumbuh sebesar 5,78% di tahun 2013, sedangkan Indeks Kualitas Lingkungan
Hidup (IKLH) mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi 63,1 atau penurunan sebesar
1,1 poin dari tahun sebelumnya (Data Kementerian LHK 2018). Perhitungan IKLH yang
dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terdiri dari tiga komponen
yaitu Indeks Kualitas Air (IKA), Indeks Kualitas Udara (IKU), dan Indeks Kualitas Tutupan
Lahan (IKTL). IKLH merupakan indeks kinerja pengelolaan lingkungan hidup secara
nasional dan menjadi acuan dalam mengukur kinerja perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup bagi semua pihak. Adapun IKLH Nasional antara tahun 2014 – 2017
adalah sebagai berikut :

Gambar 1.2 IKLH Nasional Tahun 2014-2017


Sumber: KLHK, 2018

Fluktuasi nilai yang terjadi pada masing–masing komponen patut dijadikan


perhatian bagi semua pihak, karena akan berdampak pada kualitas hidup manusia. Salah satu
sumber polusi lingkungan yang berasal dari aktivitas manusia berasal dari sampah organik
seperti kulit buah dan sayuran yang menumpuk menjadi penyebab paling utama dari
kerusakan lingkungan, terutama udara (Brauers and Oei, 2020). Timbunan sampah yang
mengandung sampah organik inilah yang mengalami proses penguraian/pembusukan secara
anaerob dan akan menghasilkan gas yang disebut dengan metana (CH 4) (Armi & Mandasari,
2017). Biogas merupakan salah satu jenis energi yang dapat dibuat dari banyak jenis bahan
buangan dan bahan sisa, semacam sampah, kotoran ternak, jerami, eceng gondok serta
banyak bahan-bahan lainnya. Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH 4) dan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 4
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
karbon dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen
sulfide (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen sulphur, kandungan air
dan karbon dioksida (CO2) (Saputri dkk., 2014). Metana dan karbon dioksida adalah gas
utama yang dihasilkan oleh pembusukan bakteri limbah di TPA. Metana (CH4) dapat
menimbulkan ledakan dan kebakaran pada TPA jika berada di udara dengan konsentrasi 5-
15% (NIST, 2001). Menurut laporan Kementerian Negara Lingkungan Hidup tahun 2008
berjudul kontribusi sampah terhadap pemanasan global diperkirakan bahwa 1 ton sampah
padat menghasilkan 50 kg gas metana. Konsentrasi gas metana yang tinggi akan mengurangi
konsentrasi oksigen di atmosfer sehingga menyebabkan gejala kekurangan oksigen (PADEP,
2011). Jika kandungan oksigen di udara hingga di bawah 19,5 % akan mengakibatkan
asfiksia atau hilangnya kesadaran makhluk hidup karena kekurangan asupan oksigen dalam
tubuh. Selain CH4 dan CO2 sebagai gas dengan konsentrasi paling besar di TPA, terdapat juga
bau yang sangat menyengat dari proses bakteri atau kimia yaitu hidrogen sulfida (H 2S). H2S
digolongkan asphyxiant karena efek utamanya adalah melumpuhkan pusat pernapasan,
sehingga kematian disebabkan oleh terhentinya pernapasan (Soemirat, 2009). Perubahan
kualitas udara yang terjadi tentu akan mempengaruhi kondisi iklim secara umum. Jika zat
pencemar udara telah melebihi ambang batas yang telah ditetapkan, maka dapat
menyebabkan fenomena efek rumah kaca (greenhouse effect) berskala global. Akibat
banyaknya kadar pencemar udara di udara, sinar matahari yang menyinari permukaan Bumi
dapat terpantulkan kembali ke permukaan Bumi dan tidak mampu terpantulkan ke angkasa
luar (Clayton & Manning, 2018). Akibatnya suhu permukaan Bumi menjadi meningkat. Jika
suhu permukaan Bumi meningkat secara terus-menerus dapat menyebabkan dunia mengalami
pemanasan global (global warming). Dari global warming inilah iklim dunia yang awalnya
kondusif berubah menjadi ekstrim. Sehingga dibutuhkan pendidikan bagi masyarakat agar
memiliki kesadaran terkait permasalahan lingkungan dan dapat membuat keputusan penting
bagi lingkungan dan masyarakat.
ESD membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan sikap
untuk mengolah informasi, mengambil keputusan dan membuat tindakan yang bertanggung
jawab terhadap lingkungan, kelangsungan ekonomi, dan masyarakat yang adil untuk generasi
saat ini dan yang akan datang. ESD merupakan kunci untuk mencapai SDGs melalui
pemberian wawasan yang luas dan futuristik mengenai lingkungan global, serta pembentukan
pemahaman, sikap, dan nilai yang relevan dengan kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan
(Novidsaetal., 2020; Rahman etal., 2019; UNESCO, 2017). Melalui ESD, diharapkan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 5
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
generasi yang akan datang dapat menghadapi permasalahan yang kompleks karena semakin
berkembangnya kehidupan, terutama bidang teknologi, maka permasalahan yang akan
dihadapi pun akan semakin kompleks (Novidsa et al., 2020).
Dalam pelaksanaan pembelajarannya, ESD dapat dimasukkan ke dalam kurikulum
pada segala jenjang. Semua jenjang pendidikan, termasuk tingkat dasar dan menengah, dapat
berkontribusi terhadap proses pendidikan yang memungkinkan generasi muda untuk menjadi
masyarakat yang bertanggung jawab dan memajukan pembangunan berkelanjutan di
lingkungannya baik dalam lingkup lokal maupun global (Eilks, 2015; UNESCO, 2018).
Selain itu, ESD juga dapat diintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi seperti sains atau
IPA, ilmu sosial, dan bahkan bahasa (Indrati & Hariadi, 2016; Jegstad & Sinnes, 2015;
Rahmawati etal., 2021; Sund & Gericke, 2020).
Sustainable Development Goals (SDGs) dirancang sebagai kelanjutan dari Milineum
Development Goals (MDGs) yang belum tercapai tujuannya sampai pada akhir tahun 2015.
SDGs adalah suatu rencana aksi untuk umat manusia,planet dan kemakmuran. Tujuan SDGs
untuk memperkuat perdamaian universal dalam kebebasan yang luas selain itu untuk
mengatasi kemiskinan yang ekstrim adalah tantangan global yang paling besar dan
merupakan prasyarat yang tidak dapat dilanjutkan untuk pembangunan berkelanjutan
(Bappenas, 2015). Pada tahun 2000, para pemimpin dunia menyepakati tentang 8 tujuan
pembangunan global yang spesifik dan terukur yang disebut Millenium Development Goals
(MDGs) (https://sdgs.bappenas.go.id). Target yang tercakup dalam MDGs sangat beragam,
mulai dari mengurangi kemiskinan dan kelaparan, menuntaskan tingkat pendidikan dasar,
mempromosikan kesamaan gender, mengurangi kematian anak dan ibu, mengatasi
HIV/AIDS dan berbagai penyakit lainnya, serta memastikan kelestarian lingkungan hidup
dan membentuk kemitraan dalam pelaksanaan pembangunan. Pencapaian tujuan dalam
MDGs memiliki target waktu hingga 2015 (Wahyuningsih, 2017). Arah pembangunan global
saat ini merupakan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang memberikan
wacana baru mengenai pentingnya melestarikan lingkungan alam demi masa depan, generasi
yang akan datang. Budimanta (2005) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah
suatu cara pandang mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam
kerangka peningkatan kesejahteraan, kualitas kehidupan dan lingkungan umat manusia tanpa
mengurangi akses dan kesempatan kepada generasi yang akan datang untuk menikmati dan
memanfaatkannya. Pada bulan September 2015, Sidang Umum PBB yang diikuti oleh 159
Kepala Negara, termasuk Indonesia, telah menyepakati Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 6
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
(TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi agenda global 2030 (Sitorus,
2017). Berbeda halnya dengan MDGs yang ditujukan hanya pada negara-negara berkembang,
SDGs memiliki sasaran yang lebih universal. SDGs dihadirkan untuk menggantikan MDGs
dengan tujuan yang lebih memenuhi tantangan masa depan dunia. Dokumen SDGs disahkan
pada KTT Pembangunan berkelanjutan PBB yang berlangsung di New York tanggal 25-27
September 2015. Dalam KTT tersebut ditetapkan bahwa SDGs akan mulai diberlakukan
pasca tahun 2015 sampai tahun 2030 (Wahyuningsih 2017). Konsep SDGs ini diperlukan
sebagai kerangka pembangunan baru yang mengakomodasi semua perubahan yang terjadi
pasca 2015 MDGs (Akhir 2015). SDGs berisikan 17 target dan 169 target untuk periode
pelaksanaan tahun 2015- 2030. 17 target pembangunan yang menjadi indikator dalam SDGs
antara lain: (1) Tanpa kemiskinan; (2) Tanpa kelaparan; (3) Kehidupan sehat dan sejahtera;
(4) Pendidikan berkualitas; (5) Kesetaraan gender; (6) Air bersih dan sanitasi layak; (7)
Energi bersih dan terjangkau; (8) Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi; (9) Industri,
inovasi dan infrastruktur; (10) Berkurangnya kesenjangan; (11) Kota dan permukiman yang
berkelanjutan; (12) Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab; (13) Penanganan
perubahan iklim; (14) Ekosistem lautan; (15) Ekosistem daratan; (16) Perdamaian, keadilan
dan kelembagaan yang tangguh; (17) Kemitraan untuk mencapai tujuan (Bappenas 2017).
Sejalan dengan perumusan TPB/SDGs di tingkat global, Indonesia juga menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPMN) tahun 2015-2019, sehingga substansi
yang terkandung dalam TPB/SDGs telah selaras dengan RPJMN yang merupakan penjabaran
Nawacita sebagai Visi dan Misi Presiden (Sitorus, 2017).
Salah satu tujuan pembelajaran IPA adalah pemahaman terkait alam lingkungan dan
kekayaan alam yang perlu dijaga dan dilestarikan. Sehingga diharapkan setelah mempelajari
IPA, siswa dapat berkontribusi secara aktif dalam upaya pelestarian lingkungan. Peran
penting dari sains dan teknologi terhadap pengembangan berkelanjutan dalam masyarakat
modern menunjukkan hubungan yang erat dari pembelajaran IPA dalam ESD (Eilks, 2015).
Untuk mencapai target SDGs diperlukan penanganan program yang
berkesinambungan dan konsisten dengan konteks kelokalan. Permasalahan yang masih tinggi
saat ini adalah masih rendanhnya kehidupan sehat dan sejahtera, serta penanganan sampah
yang masih menjadi permasalahan di Indonesia yang berdampak pada penanganan iklim yang
masih rendah dan banyak masalah lain yang harus menjadi perhatian kita Bersama (Dinas
Lingkungan Hidup, 2019).

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 7
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Beberapa kota besar di Indonesia yang sedang berjuang mengatasi permasalah
sampah saat ini diantaranya Jakarta, Bandung, dan Surabaya dan sekitar 80% dari jumlah
total sampah yang dihasilkan umumnya merupakan sampah organik, yang hanya dilihat
sebagai sisa dan tidak memiliki nilai ekonomi (Pratiwi, 2020). Sampah organik seringkali
menumpuk begitu saja di pasar, selain mengganggu kenyamanan seringkali menyebabkan
penyakit (Putra & Ariesmayana, 2020). Sampah rumah tangga merupakan jenis sampah yang
turut menyumbangpencemaran lingkungan. Sampah dapat menimbulkan gangguan jika tidak
ditangani dengan serius. Enam puluh delapan persen sampah rumah tangga terdiri dari
sampah organik (Rabbani, 2020). Sekolah merupakan tempat penghasil sampah terbanyak
setelah industri dan pasar (Mulyanto, 2020). Pengelolaan sampah organik belum dilakukan
dengan baik dan masih didominasi dengan membuangnya ke lahankosong, saluran air, atau
dibakar. Padahal, sampah organik sangat bermanfaat jika diolah menjadi pupuk kompos cair
(Ngurah, Suryaputra, & Mudianta, 2020).
Sampah merupakan ancaman serius bagi manusia, karena membuang sampah
sembarangan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Pengelolaan sampah yang kurang
baik berdampak pada permasalahan lingkungan (Fatmawati, Sabna, & Irawan, 2020).
Meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan manusia dalam suatu daerah maka semakin
tinggi jumlah sampah yang dihasilkan. Dibutuhkan cara pengelolaan yang lebih baik agar
sampah tidak menjadi masalah bagi lingkungan. Pola pengelolaan sampah dengan cara
pengumpulan, pengangkutan serta pembuangan di tempat akhir sampah tidak dapat
menyelesaikan persoalan ini. Disamping berbiaya tinggi pola ini juga menghasilkan volume
sampah yang dibuangtidak terkurangi, diketahui bahwa TPA memiliki daya tampung dan usia
pemakaian maksimal (Sekarsari et al., 2020). Konsep Eco-community merupakan konsep
mewujudkan masyarakat/ komunitas pecinta lingkungan dengan fokus kegiatan pengelolaan
limbah sampah organic menjadi eco-enzyme dan mendistribusikannya secara komersial
(Lutfiyyah, 2010).
Prinsip dalam proses pembuatan Eco-Enzym adalah fermentasi. Eco-Enzyme adalah
hasil olahan bahan organik yang difermentasi dengan menggunakan bakteri yang terkandung
pada kulit buah dan sayuran dengan substrat gula dan air (Zerowaste.id, 2009). Sebenarnya
fermentasi itu adalah sesuatu yang sudah ada sejak dahulu bahkan sudah ribuan tahun dan
banyak sekali sebenarnya produk produk berbasis fermentasi seperti youghurt, tempe, tauco,
kecap (https://distan.bulelengkab.go.id). Bagaimana kita masing-masing di dalam rumah
tangga mengolah sampah organiknya sehingga tidak dibuang ke TPA yang akhirnya terjadi

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 8
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
pembusukan di TPA dimana sampah organic juga dapat menghasilkan gas metana dan
sebagainya. Kita mulai dari rumah dan mengolah sampah organik menjadi sesuatu yang
bermanfaat dan juga bisa membantu melestarikan bumi. Eco-enzym banyak gunanya, bisa
digunakan untuk banyak hal bukan hanya untuk pertanian, untuk lingkungan juga bisa
mengatasi pencemaran air, udara, tanah, kemudian bisa digunakan untuk keperluan pribadi
(Sugiharto, 2021).
Pembuatan Eco-Enzyme dari limbah organik kulit buah dan sisa sayur kian populer
dan banyak dikembangkan karena sangat praktis, ekonomis, dan ramah lingkungan (Kumari,
2017). Pemanfaatan kulit buah menjadi Eco-Enzyme merupakan evolusi sains melalui
fermentasi anaerob yang sangat menguntungkan (Neupane & Khadka, 2019). Eco-Enzyme
mengandung beragam enzim fungsional seperti amilase, lipase, kaseinase, protease, dan
selulase, serta metabolit sekunder seperti flavonoid, quinon, saponin, alkaloid, dan
kardioglikosida (Vama & Cherekar, 2020). Eco Enzyme dapat dimanfaatkan sebagai
pembersih ramah lingkungan, aroma terapi, penurunan kadar toksik lingkungan, agrikultur,
dan ragam manfaat lainnya (Li et al., 2016) (Hemalatha & Visantini, 2020) (Rasit etal.,
2019). Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul,
“Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya Mewujudkan
Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata Pelajaran IPA SMP”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai
Upaya Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
Pelajaran IPA SMP?”. Untuk memperjelas rumusan masalah, maka didalam penelitian ini
dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Pembuatan Eco Enzyme Dapat Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan?
2. Bagaimana Pembuatan Eco Enzyme dapat memanfaatkan sampah organik mendukung
pencapaian target SDGs target no 13.3 Indikator 13.3.1.(a) Mengintegrasikan Tindakan
Antisipasi Perubahan Iklim Ke Dalam Kebijakan, Strategi Dan Perencanaan Nasional
Indikator Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan target 13.2indikator
13.2.2.(a) Meningkatkan Pendidikan, Penumbuhan Kesadaran, Serta Kapasitas Manusia
Dan Kelembagaan Terkait Mitigasi, Adaptasi, Pengurangan Dampak Dan Peringatan Dini
Perubahan Iklim Indikator Jumlah Satuan Pendidikan Formal Dan Lembaga/ Komunitas
Masyarakat Peduli Dan Berbudaya Lingkungan Hidup ?

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 9
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
1.3. Batasan Masalah
1. Kegiatan pembelajaran dengan topik pemanasan global KD 3.9 Menganalisis perubahan
iklim dan dampaknya bagi ekosistem dan KD 4.9 Membuat tulisan tentang gagasan
adaptasi/penanggulangan masalah perubahan iklim dan pemanasan global.
2. SDGs yang di jadikan target penelitian yaitu target no 13.3 Indikator 13.3.1.(a)
Mengintegrasikan Tindakan Antisipasi Perubahan Iklim Ke Dalam Kebijakan, Strategi
Dan Perencanaan Nasional Indikator Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
dan target 13.2indikator 13.2.2.(a) Meningkatkan Pendidikan, Penumbuhan Kesadaran,
Serta Kapasitas Manusia Dan Kelembagaan Terkait Mitigasi, Adaptasi, Pengurangan
Dampak Dan Peringatan Dini Perubahan Iklim Indikator Jumlah Satuan Pendidikan
Formal Dan Lembaga/ Komunitas Masyarakat Peduli Dan Berbudaya Lingkungan
Hidup.
1.4. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diteliti, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh Pembuatan Eco Enzyme Dalam Mewujudkan Pembelajaran
Berkelanjutan.
2. Menganalisis pengaruh Pembuatn Eco Enzyme dalam upaya mendukung pencapaian
target SDGs no 13.3 Indikator 13.3.1.(a) Mengintegrasikan Tindakan Antisipasi
Perubahan Iklim Ke Dalam Kebijakan, Strategi Dan Perencanaan Nasional Indikator
Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Target 13.2indikator 13.2.2.(a)
Meningkatkan Pendidikan, Penumbuhan Kesadaran, Serta Kapasitas Manusia Dan
Kelembagaan Terkait Mitigasi, Adaptasi, Pengurangan Dampak Dan Peringatan Dini
Perubahan Iklim Indikator Jumlah Satuan Pendidikan Formal Dan Lembaga/ Komunitas
Masyarakat Peduli Dan Berbudaya Lingkungan Hidup
1.5. Manfaat Penelitian
Fokus permasalahan yang signifikan dalam penelitian ini adalah implementasi
pembuatan eco enzyme dalam pemanfaatan sampah organik sebagai upaya mewujudkan
pembelajaran berkelanjutan untuk mendukung SDGs pada mata pelajaran IPA SMP.
Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan akan memberikan manfaat bagi semua stake
holder pendidikan. Namun secara spesifik baik langsung atau pun tidak, penelitian ini akan
lebih memberikan manfaat bagi pihak-pihak tertentu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi atau masukan kepada guru mata pelajaran IPA, kepala sekolah, dan
masyarakat. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


1
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
0
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
1. Manfaat bagi guru mata pelajaran IPA
Bagi guru mata pelajaran IPA, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
penyempurnaan dalam proses pembelajaran, terutama pada materi Perubahan Iklim yang
dapat dikembangkan di sekolah masing-masing.
2. Manfaat bagi kepala sekolah
Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan bahan masukan
dalam rangka perbaikan penyelenggaraan pembelajaran di SMP Negeri 2 Bojongpicung.
3. Manfaat bagi masyarakat
Bagi masyarakat, komite sekolah, dan dunia kerja, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai dasar dalam mengembangkan program pengelolaan sampah organik pada
pembuatan Eco Enzyme dengan upaya pelestarian lingkungan.
1.6. Definisi Operasional
1. Pembuatan Eco Enzyme dalam penelitian ini adalah proses fermentasi dengan bahan air,
gula serta sampah organic berasal dari kulit buah dan sayuran. Kegiatan ini dilakukan
oleh siswa secara berkelompok melalui kegiatan praktikum pada materi pemanasan
global berdasarkan KD 3.9 Menganalisis perubahan iklim dan dampaknya bagi
ekosistem dan KD 4.9 Membuat tulisan tentang gagasan adaptasi/penanggula ngan
masalah perubahan iklim. Setelah melakukan kegiatan eco enzyme dilakukan
pengukuran kesadaran berkelanjutan siswa dengan LKPD.
3. Pembelajaran dalam penelitian ini menyangkut perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran terkait pencapaian SDGs Mengintegrasikan Tindakan Antisipasi Perubahan
Iklim Ke Dalam Kebijakan, Strategi Dan Perencanaan Nasional Indikator Potensi
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Target Meningkatkan Pendidikan,
Penumbuhan Kesadaran, Serta Kapasitas Manusia Dan Kelembagaan Terkait Mitigasi,
Adaptasi, Pengurangan Dampak Dan Peringatan Dini Perubahan Iklim Indikator Jumlah
Satuan Pendidikan Formal Dan Lembaga/ Komunitas Masyarakat Peduli Dan Berbudaya
Lingkungan Hidup yang di ukur melalui RPP dan implementasi pembelajarannya, serta
diukur menggunakan rubrik RPP, observasi dan umpan balik pembelajaran dengan
angket.
4. SDGs dalam penelitian ini merujuk pada rumusan SDGs UNESCO Mengintegrasikan
Tindakan Antisipasi Perubahan Iklim Ke Dalam Kebijakan, Strategi Dan Perencanaan
Nasional Indikator Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Target
Meningkatkan Pendidikan, Penumbuhan Kesadaran, Serta Kapasitas Manusia Dan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


1
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
1
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Kelembagaan Terkait Mitigasi, Adaptasi, Pengurangan Dampak Dan Peringatan Dini
Perubahan Iklim Indikator Jumlah Satuan Pendidikan Formal Dan Lembaga/ Komunitas
Masyarakat Peduli Dan Berbudaya Lingkungan Hidup yang di ukur menggunakan
kuesioner dan angket wawancara.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Berkelanjutan
2.1.1 Education for Sustainable Development (ESD)
Education for Sustainable Development (ESD) didefinisikan sebagai pendidikan yang
mendorong perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan sikap untuk
memungkinkan masyarakat yang lebih berkelanjutan dan adil bagi semua
(https://pengabdian.ugm.ac.id). ESD bertujuan untuk memberdayakan dan melengkapi
generasi sekarang dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka menggunakan
pendekatan yang seimbang dan terpadu untuk dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan dari
pembangunan berkelanjutan (Direktorat Pengabdian Masyarakat UGM, 2019). Permasalahan
yang ditemukan di sekitar masyarakat adalah kurangnya kesadaran terhadap lingkungan.
Pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan agar dapat melestarikan lingkungan dengan baik
telah menjadi tanggung jawab dan tantangan tersendiri bagi generasi saat ini dan yang akan
datang (Purnamasari & Hanifah, 2021). Pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan yang baik
dapat menjamin ketersediaan sumber daya alam. Sehingga dibutuhkan pendidikan bagi
masyarakat agar memiliki kesadaran terkait permasalahan lingkungan dan dapat membuat
keputusan penting bagi lingkungan dan masyarakat (Karaarslan & Teksöz, 2016; Wilujeng et
al., 2019). Masalah penanganan sampah yang belum sesuai dengan kaidah pengelolaan
sampah, pemahaman pengelolaanampah organik dan anorganik dan sampah sayuran yang
penangannya belum benar menjadi permasalahan yang seringkali ditemukan di sekitar
lingkungan kita. Salah satu penyebab munculnya berbagai permasalahan di atas karena
pembelajaran di sekolah belum menerapkan prinsip-prinsip Education for Sustainable
Development (ESD) (Rosana, 2018). Dengan demikian, sangat terbuka kemungkinan akan
timbulnya kerusakan lingkungan yang lebih parah dan mengancam keamanan manusia
Indonesia di masa depan (Yuniarto, 2014).
Sustainability menjadi kunci meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat global untuk
hari ini dan masa yang akan datang (Supriatna, 2018). Sustainability development merupakan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


1
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
2
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
perpektif dalam memenuhi kebutuhan saat ini dengan tidak mengorbankan kemampuan
generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhannya (The Earth Charter Iniative International
Secretariat, 2005; Gadotti, 2010) UNESCO pada tahun 2005 mengadopsi pembangunan
berkelanjutan pada pendidikan dengan menetapkan ESD. Tujuan ESD tidak hanya sekedar
mencakup ranah pengetahuan saja, akan tetapi mencakup penanaman sikap, perspektif, dan
nilai yang memandu manusia untuk menjalani hidup berkelanjutan dengan memperhatikan
kehidupan untuk generasi berikutnya (Araujo et al, 2005 & Gadotti, 2008). Oleh karena itu,
dapat dipahami melalui implementasi ESD, diharapkan dapat membantu meningkatkan
kompetensi manusia dalam pengetahuan, kemampuan, sikap dan nilai untuk menciptakan
kehidupan yang berkelanjutan.
Tujuan ESD di atas menjadikan pemerintah di berbagai negara, termasuk di Indonesia
melakukan usaha terbaik untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, salah satunya
melalui pendidikan. Usaha tersebut dilakukan melalui kegiatan kurikuler dan non-kurikuler.
Kegiatan kurikuler dilakukan dengan cara memasukan pendidikan berorientasi lingkungan ke
dalam kurikulum. Kegiatan non-kurikuler diimplementasikan melalui program sekolah
adiwiyata yang merupakan penghargaan bagi sekolah yang berbudaya lingkungan (Supriatna
dkk, 2018).

2.1.2 Pengertian dan Ruang Lingkup Education for Sustainable Development


Satu dekade setelah ESD dicanangkan oleh Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), banyak
negara yang berpartisipasi dalam program ini, negara seperti Jepang, Malaysia, Thailand,
Filipina dan China telah melakukan upaya-upaya untuk melaksanakan ESD (Rowntree,
Lewis, Price & Wyckoff, 2008). Education for Sustainable Developmen Pendidikan
keberlanjutan (ESD) adalah proses belajar sepanjang hayat yang bertujuan untuk
menginformasikan dan melibatkan penduduk agar kreatif juga memiliki keterampilan
menyelesaikan masalah, saintifik, dan sosial literasi, lalu berkomitmen untuk terikat pada
tanggung jawab pribadi dan kelompok. Tindakan ini akan menjamin lingkungan makmur
secara ekonomi di masa depan (Shaw, 2010). Pendekatan klasik yang digunakan dalam
pembangunan berkelanjutan hanya terfokus pada tiga pilar saja, yaitu: ekologi lingkungan,
ekonomi dan masyarakat (Nikolopoulou, A, Abrahamâ, Taisha & Farid Mirbagheri, 2010).
Setelah pendekatan berkelanjutan dicanangkan dalam sebuah program pendidikan maka
pendekatan yang dilakukan berbeda (Segara, 2015). Berikut adalah gambar Implementasi
ESD dari Perspektif Terikat:

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


1
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
3
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Gambar 2.1 Implementasi ESD dari Perspektif Terikat
Sumber : Nikolopoulou, Abrahama & Mirbagheri

Gambar Implementasi ESD dari Perspektif Terikat di atas menunjukan pendekatan baru
yang terdiri dari 6 pilar yang saling terkait. Pendidikan akan mengikat pemerintah untuk
berperan dalam keberlanjutan lingkungan, keragaman budaya dan masyarakat. Teknologi
juga dapat menjadi faktor yang menentukan keberlanjutan lingkungan sehingga masyarakat
memperoleh kesejahteraan di bidang ekonomi (Nikolopoulou, A, Abrahamâ, Taisha & Farid
Mirbagheri, 2010). Menurut Marthar Rainee (2015), Ruang lingkup yang terkait dengan ESD
itu cukup luas, hal itu termasuk;
a. Isu lingkungan (perubahan iklim; penanggulangan resiko bencana; biodiversitas;
perlindungan lingkungan; sumber daya alam; kerusakan kota; kerberlanjutan air bersih.
b. Isu sosial ekonomi (pertumbuhan ekonomi; kemiskinan; harga makanan; tenaga kerja
anak-anak; keadilan; HAM; kesehatan; perbedaan gender; perbedaan budaya; pola
konsumsi dan produksi; tanggung jawab perusahaan; pertumbuhan populasi; migrasi).
c. Isu politik (kewarganegaraan; perdamaian; etika; HAM; demokrasi dan pemerintahan.
Isu-isu yang menjadi ruang lingkup ESD memiliki keterkaitan dengan isu global, juga
yang berkaitan dengan keberlanjutan manusia hidup. Masalah yang menjadi isu utama ESD
diharapkan akan disadari oleh manusia dan akhirnya akan memunculkan perilaku yang fokus
pada pelestarian lingkungan sosial budaya. ESD tidak hanya menuntun manusia untuk sadar
terhadap pemulihan dari kerusakan lingkungan yang terjadi sekarang ini, tapi memikirkan
bagaimana cara agar pelestarian itu mampu bertahan dan dapat memenuhi kehidupan di masa
yang akan dating (Departemen of Education and Skills, 2013). Ruang lingkup ESD yang luas
tidak hanya berorientasi pada perlindungan kelestarian lingkungan fisik saja, akan tetapi
fokus juga pada permasalahan-permasalahan sosial ekonomi. Dunia saat ini mengalami

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


1
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
4
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
banyak krisis sosial, pertempuran terjadi di banyak negara, hanya karena perbedaan ras,
agama/keyakinan, etnis, bahkan kelas sosial menjadi penyebab dari konflik-konflik itu
(Segara, 2015). Education for Sustainable Development juga memasukan permasalahan
sosial itu menjadi sebuah ruang lingkupnya. Ketika kehidupan sosial manusia terganggu atau
musnah maka apalah arti dari keberlanjutan dan kelestarian lingkungan.

2.1.3 Esensi Education for Sustainable Development/Pendidikan Untuk Pembangunan


Berkelanjutan (ESD)
Permasalahan kompleks di bumi ini perlu diselesaikan dengan pendekatan
multidisipliner dan multidimensional. Pendidikan yang mengedepankan pentingnya
lingkungan alam sebagai sumber hidup manusia banyak dicetuskan oleh pemikir dan
pendidik dari abad ke-19. Rousseau, Goethe, Froebel, Dewey, Montessori dan Steiner adalah
tokoh-tokoh yang menyatakan pentingnya hubungan integral antara pendidikan dan
lingkungan. Bahkan filsuf seperti Rosseau menggagas pemikiran naturalis yang banyak
diikuti oleh pengikutnya (Segara, 2015). Sebenarnya pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan (ESD- Education for Sustainable Development) merupakan gagasan yang
berasal dari pendidikan lingkungan. Pemikir lain seperti Mahatma Gandhi merupakan salah
satu tokoh yang dianggap ikut berperan dalam menyumbangkan pemikiran-pemikirannya
untuk pendidikan lingkungan. Gandhi sangat fokus pada pengembangan dan konsumsi
produk lokal yang memang sudah tersedia di India pada masa itu, sehingga pemikirannya
dianggap sebagai salah satu masukan yang berarti bagi pendidikan lingkungan yang
berkelanjutan. International Union for Conservation of Nature (Ajaps & McLellan, 2015).
Pendidikan lingkungan adalah sebuah proses pengenalan nilai dan konsep dengan tujuan
untuk membangun keterampilan dan sikap yang dibutuhkan untuk memahami dan
menghargai hubungan-hubungan antara budaya dan lingkungan biofisik. Pendidikan
lingkungan juga melakukan praktik perilaku dalam mengambil keputusan mengenai isu-isu
yang berkenaan dengan kualitas lingkungan (Mathar & Reiner, 2015).
Education for Sustainable Development kemudian disingkat ESD, muncul dari
pendidikan lingkungan hidup yang saat ini menjadi program global. Awal munculnya
program ESD yaitu saat terselenggaranya konferensi pendidikan lingkungan hidup “The Man
and Environment” yang dilaksanakan di Stockholm pada tahun 1972, dan berlanjut pada
konferensi pendidikan lingkungan hidup UNESCOUNEP di Tbilisi di tahun 1997 (Wals,
Arjen & Kieft, 2015). Sebenarnya pertemuan yang berfokus pada keberlanjutan
(sustainabilty) muncul pada pertemuan UNCED Earth Summit di Rio De Janeiro tahun

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


1
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
5
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
1992.7 Satu dekade berikutnya PBB menggelar “The World Summit on Sustainable
Development” yang dilakukan di Johannesburg, 193 negara dan 58 organisasi internasional
berpartisipasi. Akhirnya diputuskan untuk menegaskan kembali hasil pertemuan di Rio De
Janeiro (Eco-92) berupa komitmen yang berkaitan pada interdepedensi dalam pertumbuhan
ekonomi, keadilan sosial, dan perlindungan lingkungan (Soares, Lucia de Amorim &
Petarnella, Leandro, 2011). Tujuan utamanya adalah untuk memberantas kemiskinan,
merubah pola yang tidak keberlanjutan dalam memproduksi, mengkonsumsi sumber daya
alam yang ada. (Syakur, 2017).
The Brazilian Agenda 21 yang dipublikasikan dan menghasilkan beberapa fokus utama
dalam pengembangan ESD. Setelah konferensi di Rio De Jaeniro pada tahun 2002, ESD
muncul menjadi beberapa kajian seperti : 1) pendidikan lingkungan; 2) pendidikan
global/pendidikan untuk tanggung jawab global; 3) pendidikan kewarganegaraan/pendidikan
politik; 4) pendidikan melawan kekerasan dan rasisme; 5) pendidikan kesehatan. Kajian yang
ada dalam ESD tidak hanya berkelanjutan dari aspek lingkungan hidup atau sumber daya
alam saja, melainkan multi aspek (Departemen of Education and Skills, 2013). Kebudayaan,
hubungan sosial, tanggung jawab sebagai warga negara bahkan menjadi warga dunia
merupakan aspek-aspek yang diperhatikan juga dalam pelaksanaan ESD sehingga manusia
mampu berpikir secara global. Dunia yang memang memiliki banyak masalah sosial
(rasisme, diskriminasi, kekerasan, pelecehan seksual) dan budaya (punahnya bahasa-bahasa
lokal, penyatuan budaya, hilangnya nilai-nilai kebenaran dan moral) menjadi tanggung jawab
bersama, sehingga cita-cita dunia yang damai dan sejahtera dapat terwujud (Segara, 2015).
Beberapa negara Asia termasuk Indonesia berpartisipasi dalam upaya memasukan ESD
di dunia pendidikan, wujud dari ESD di Indonesia adalah munculnya mata pelajaran
pendidikan lingkungan hidup di jawa barat yang diajarkan dari Sekolah Menengah Pertama
sampai Sekolah Menengah Atas. Kurikulum pun mengalami perubahan, sehingga Pendidikan
Lingkungan Hidup terancam dihapuskan, akan tetapi ESD harus terus dilakukan walaupun
dengan kurikulum yang tersembunyi (Shaw, 2010).

2.1.4 Pengorganisasian Education for Sustainable Development


Education for Sustainable Development betujuan untuk mengembangkan keterampilan
generasi penerus bumi agar mampu menjaga keberlangsungan lingkungan di masa yang akan
datang. Upaya menyiapkan anak-anak dan orang dewasa untuk keberlanjutan di masa depan,
maka kompetensi itu menjadi fokus utama, secara khusus kompetensi itu untuk: 1)
Konservasi sumber daya alam untuk konsumsi manusia; 2) diakui secara sosial dan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


1
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
6
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
kelingkunganan sebagai cara untuk aktivitas ekonomi, mengolah dan kehidupan; 3)
menanggulangi kemiskinan di dunia; 4) partisipasi semua orang dalam pendidikan,
demokrasi dan pemerintahan yang baik sehingga menjadi kebiasaan dalam kehidupannya
sendiri (Mathar & Reiner, 2015). Australian Curriculum menjelaskan bahwa: Education for
Sustainable Development mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan pandangan
yang dibutuhkan dunia agar manusia dapat berkontribusi pada pola hidup berkelanjutan
(Bayu, 2015). Hal ini memungkinkan individu dan masyarakat untuk memikirkan cara dalam
menginterpretasi dan terikat pada dunianya. ESD berorientasi pada masa depan, fokus untuk
melindungi lingkungan dan membuat lebih banyak lagi tindakan yang melestarikan ekologi
secara bersama-sama. Tindakan yang dilakukan mendukung pola keberlanjutan dengan
mempertimbangkan kondisi lingkungan, sosial, kultural dan sistem ekonomi yang saling
berkaitan. (Segara, 2015)
Penjelasan tersebut menegaskan tujuan ESD memang berorientasi pengembangan
keterampilan dan nilai agar manusia mampu berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan
sehingga dapat dimanfaatkan untuk manusia di masa yang akan datang. Manusia harus
mengerti bahwa pola perilaku terhadap lingkungan akan berpengaruh, sehingga pola perilaku
harus berlandaskan nilai-nilai ekologis, sosial dan kultural. ESD dikembangkan dan
dilaksanakan dengan pendekatan berbeda sesuai dengan negara-negara yang
mengembangkannya. Ada beberapa negara yang mengembangkan ESD dengan konsep
cross-curriculum, hidden-curriculum dan into-curriculum sehingga muncul sebagai mata
pelajaran yang berdiri sendiri (Departemen of Education and Skills. 2013).
Gambar Pengorganisasian ESD pada Gambar 2.2 merupakan sebuah pendekatan
penyelenggaraan ESD dengan Whole Organizational Approach yang pernah dilakukan di
Eropa. Proses pertama yang termasuk ke dalam ESD terkait dengan syarat dan kondisi yang
disesuaikan dengan kebutuhan lokal, lingkungan sekitar dan perangkat yang mendukung
pembelajaran. Selanjutnya proses belajar dan pengajaran yang tersistem dengan
pengembangan tujuan pembelajaran, pendayagunaan pengajar yang profesional dan
terbangunnya sistem sosial yang nyata. Aspek-aspek lain yang dibutuhkan untuk
mengembangkan ESD adalah dukungan dari luar. Seperti sponsor, pendanaan internasional,
hubungan dengan masyarakat sekitar, juga kontrol sehingga dalam pelaksanaan ESD bermitra
dengan lingkungan (Mathar & Reiner, 2015).

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


1
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
7
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Gambar 2.2 Pengorganisasian ESD
Sumber : Mathar (2015)

Education for Sustainable Development dapat juga dilakukan melalui pendidikan


informal, melalui program-program dan penyuluhan kepada masyarakat yang merupakan
pelaku/pengelola lingkungan. Program yang ditunjukan pada pelaku yang memang
berkehidupan di dalam sebuah lingkungan dapat dilakukan melalui kebijakan pemerintah atau
bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga memanfaatkan CSR
(Corporate Social Responsibility). Lembaga ini dengan dukungan pemerintah dan sponsor
dapat melakukan sesuatu untuk mencegah atau menanggulangi sebuah lingkungan yang perlu
mendapatkan perhatian (Mathar & Reiner, 2015).

2.2 SDGs
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan rencana aksi global oleh beberapa
negara untuk 15 tahun ke depan yang tergabung dalam perserikatan bangsa-bangsa (PBB),
dimana salah satu tujuannya yaitu memastikan adanya pendidikan yang inklusif dan
berkualitas setara, serta mendukung kesempatan belajar untuk semua orang (Panuluh & Fitri,
2016). Pendidikan merupakan sektor penting yang harus diperhatikan pemerintah untuk
mempersiapkan masyarakat yang berkualitas demi pembangunan yang berkelanjutan.
Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa:
“Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


1
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
8
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
pengendalian diri, kepribadian, keerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”
Oleh sebab itu, pendidikan yang berkualitas dijadikan sebagai salah satu tujuan utama
dalam program pembangunan berkelanjutan di beberapa negara. Menurut Laurie, Nonoyama-
Tarumi, Mckeown, & Hopkins (2016) menyatakan bahwa Education for Sustainable
Development (ESD) berkonstribusi banyak cara untuk menciptakan pendidikan berkualitas
baik di sekolah dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Sehingga pendidikan yang
berkualitas akan mempersiapkan bangsa yang cerdas, yang nantinya akan mendorong negara
untuk semakin maju dan berkembang. Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Bab
II Pasal 3 menyatakan:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta beradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Salah satu jalur yang menjadi prioritas pemerintah untuk menciptakan bangsa yang
berkualitas yakni melalui pendidikan formal atau sekolah. Sekolah merupakan lembaga
pendidikan yang dirancang khusus untuk mendidik peserta didik dalam pengawasan pengajar
atau guru sesuai dengan standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan. Sehingga guru
memiliki peran penting dalam sekolah untuk mencerdaskan peserta didik. Standar
kompetensi minimum yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan professional (Alexandro, Misnawati & Wahidin, 2021). Menurut Hapsari &
Prasetio (2017) menyatakan bahwa kompetensi guru atau pengajar akan mempengaruhi
prestasi belajar yang dihasilkan oleh peserta didik. Sehingga, guru harus mampu
menyesuaikan diri dalam berbagai situasi pendidikan saat ini.
Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan (the 2030 Agenda for Sustainable
Development atau SDGs) adalah kesepakatan pembangunan baru yang mendorong
perubahan-perubahan yang bergeser ke arah pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan
hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan
lingkungan hidup (Bappenas, 2017). SDGs/TPB diberlakukan dengan prinsip-prinsip
universal, integrasi dan inklusif untuk meyakinkan bahwa tidak akan ada seorang pun yang
terlewatkan atau “No-one Left Behind”. SDGs terdiri dari 17 Tujuan dan 169 target dalam

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


1
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
9
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
rangka melanjutkan upaya dan pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) yang
berakhir akhir pada tahun 2015 lalu.
Empat Pilar SDGs (Bappenas, 2017).
1) Pilar Pembangunan Sosial
Pembangunan Sosial SDGs adalah tercapainya pemenuhan hak dasar manusia yang
berkualitas secara adil dan setara untuk meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat
2) Pilar Pembangunan Lingkungan
Pembangunan Pembangunan Lingkungan SDGs adalah tercapainya pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan sebagai penyangga seluruh
kehidupan
3) Pilar Pembangunan Ekonomi
Pembangunan Ekonomi SDGs adalah tercapainya pertumbuhan ekonomi berkualitas
melalui keberlanjutan peluang kerja dan usaha, inovasi, industri inklusif, infrastruktur
memadai, energi bersih yang terjangkau dan didukung kemitraan
4) Pilar Pembangunan Hukum dan Tata kelola
Pembangunan Hukum dan Tata Kelola SDGs adalah terwujudnya kepastian hukum dan
tata kelola yang efektif, transparan, akuntabel dan partisipatif untuk menciptakan
stabilitas keamanan dan mencapai negara berdasarkan hukum

Gambar 2.3 Tujuan SDGs


Sumber : Bappenas (2017)

Tujuan SDGs
Tujuan-tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Bappenas, 2017).
TUJUAN 1. Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun.

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


2
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
0
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
TUJUAN 2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik
dan mendukung pertanian berkelanjutan.
TUJUAN 3. Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua
untuk semua usia.
TUJUAN 4. Memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga mendukung
kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.
TUJUAN 5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak
perempuan.
TUJUAN 6. Memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan
sanitasi bagi semua.
TUJUAN 7. Memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan,
berkelanjutan dan modern bagi semua.
TUJUAN 8. Mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja
penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua.
TUJUAN 9. Membangun infrastruktur yang tangguh, mendukung industrialisasi yang
inklusif dan berkelanjutan dan membantu perkembangan inovasi.
TUJUAN 10. Mengurangi ketimpangan didalam dan antar negara.
TUJUAN 11. Membangun kota dan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh dan
berkelanjutan.
TUJUAN 12. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.
TUJUAN 13. Mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.
TUJUAN 14. Mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya laut,
samudra dan maritim untuk pembangunan yang berkelanjutan.
TUJUAN 15. Melindungi, memulihkan dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan
terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi
desertifikasi (penggurunan), dan menghambat dan membalikkan degradasi
tanah dan menghambat hilangnya keanekaragaman hayati.
TUJUAN 16. Mendukung masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua dan
membangun institusi-institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua
level.
TUJUAN 17. Menguatkan ukuran implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk
pembangunan yang berkelanjutan.

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


2
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
1
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
2.3 Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk
padat atau semi padat berupa zat organik atau an-organik bersifat dapat terurai atau tidak
dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Sampah
Organik adalah barang/bahan yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh
pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang
benar (Chandra, 2006). Sampah organik dapat juga dikatakan sebagai sampah yang bisa
mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak
berbau (sering disebut dengan kompos) (Selamet, 2002). Kompos merupakan hasil pelapukan
bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan
lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar
khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam,
sebagian besar (56%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani (Septi, 2016).
Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum
minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik. Sampah yang sering
dijumpai di lingkungan sekitar kita, seperti sisa–sisa makanan, kulit biji dari buah sayur,
sampah buah-buahan, tulang ikan, serta dedaunan yang rotok dari pohon. Kelompok ini
termasuk golongan sampah organik karena sifatnya yang dapat kita daur ulang. Salah satu
langkah untuk memanfaatkan dan mengolah limbah organik adalah dengan mengkonversinya
menjadi eco-enzyme. Eco enzyme merupakan larutan zat organik kompleks yang diproduksi
dari proses fermentasi sisa sampah organik, gula, dan air. Cairan Eco-enzyme ini berwarna
coklat gelap dan memiliki aroma asam/segar yang kuat. Adapun manfaat dari eco enzyme
sendiri adalah berdasarkan kegunaannya, dimana eco enzyme dapat dimanfaatkan sebagai
pembersih serba guna, sebagai pupuk tanaman, sebagai pengusir berbagai hama tanaman dan
sebagai pelestari lingkungan sekitar dimana eco enzyme dapat menetralisir berbagai polutan
yang mencemari lingkungan sekitar (Sucahyo, 2022). Kesadaran masyarakat di Indonesia
untuk mendaur ulang sampah tergolong rendah. Berdasarkan Statistik Lingkungan Hidup
Indonesia 2018 yang dirilis oleh Badan Pusat Sekitar 66,8% rumah tangga menangani
sampah dengan cara dibakar. Padahal, asap yang ditimbulkan dari hasil pembakaran bisa
menimbulkan polusi udara dan mengganggu kesehatan.

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


2
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
2
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Hal ini tentu menjadi permasalahan terbesar di Indonesia, sampah organik yang
menumpuk di TPA memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat yang
tinggal disekitarnya. Sampah organik yang tertumpuk di TPA melalui proses pembusukan
anaerob akan menghasilkan gas metana, yaitu gas rumah kaca yang memiliki kemampuan
menangkap panas 30 kali lebih efektif dibandingkan karbon dioksida. Selain itu, gas metana
juga memiliki dampak buruk untuk kesehatan pernapasan masyarakat di sekitar TPA karena
mengurangi komposisi oksigen di udara. Padahal limbah sampah rumah tangga tersebut bisa
diolah kembali menjadi sebuah produk yang bermanfaat misalnya eco-enzyme. Eco-enzyme
atau garbage enzyme merupakan cairan hasil fermentasi sampah organik. Fungsi yang
dimiliki eco-enzyme diantaranya sebagai pembersih lantai, pembersih sayur dan buah,
penangkal serangga serta penyubur tanaman. Manfaat eco-enzyme sebagai desinfektan
disebabkan oleh kandungan alkohol dan asam asetat yang terdapat dalam cairan tersebut
(Viza, 2022) .
Eco Enzyme ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang
merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Gagasan proyek ini adalah untuk
mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya kita buang ke dalam tong sampah
sebagai pembersih organik. Jadi eco enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur
organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan
air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat (Pranata,
2021). Reaksi yang terjadi pada pembuatan eco enzyme selama fermentasi yaitu: CO 2
+N2O+O2 →O3 +NO3 +CO3, setelah proses fermentasi sempurna, barulah eco-enzyme (likuid
berwarna coklat gelap) terbentuk (Rochyani, 2020). Pembuatan enzim ini juga memberikan
dampak yang luas bagi lingkungan secara global maupun ditinjau dari segi ekonomi. Ditinjau
manfaat bagi lingkungan, selama proses fermentasi enzim berlangsung, dihasilkan gas O 3
yang merupakan gas yang dikenal dengan sebutan ozon (Rubin, 2001). Sebagaimana
diketahui jika satu kandungan dalam Eco Enzyme adalah Asam Asetat (H 3COOH), yang
dapat membunuh kuman, virus dan bakteri. Sedangkan kandungan Enzyme itu sendiri adalah
Lipase, Tripsin, Amilase dan Mampu membunuh /mencegah bakteri Patogen. Selain itu juga
dihasilkan NO3 (Nitrat) dan CO3 (Karbon trioksida) yang dibutuhkan oleh tanah sebagai
nutrient. Dari segi ekonomi, pembuatan enzim dapat mengurangi konsumsi untuk membeli
cairan pembersih lantai ataupun pembasmi serangga (Eviati & Sulaeman, 2009).
Pengolahan sampah dengan menggunakan metode eco-enzym adalah menggunakan
metode fermentasi. Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimia dalam substrat organik

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


2
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
3
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
yang dapat bertahan karena aksi katalisator biokimia, yakni enzim yang dihasilkan oleh
mikroba hidup tertentu, seperti asam organik, protein sel tunggal, antibiotik, dan biopolymer.
Pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan secara komprehensif, yakni meliputi
pelatihan pengolahan sampah organic dengan konsep ekoenzim menjadi cairan antiseptik dan
pupuk organik di desa Citeras Rangkasbitung, serta produk-produk lain yang dihasilkan
dengan memanfaatkan sampah tau limbah lainnya (Bernadin, 2017 ; Chandra, 2020). Tujuan
dari pelaksanaan kegiatan Eco Enzyme kepada masyarakat ini adalah: pertama mengenalkan
program pelatihan pengolahan sampah organik dengan konsep eco-enzym; kedua melalui
pengabdian dapat menghasilkan luaran berupa jurnal pengabdian nasional (Sujarta, 2021).
Menurut (Saifuddin, 2021) Eco Enzyme bisa menjadi cairan multiguna dan aplikasinya
meliputi rumah tangga, pertanian dan juga peternakan. Pada dasarnya, eco enzyme
mempercepat reaksi bio-kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna
menggunakan sampah buah atau sayuran. Enzim dari “sampah” ini adalah salah satu cara
manajemen sampah yang memanfaatkan sisa-sisa dapur untuk sesuatu yang sangat
bermanfaat. Cairan ini bisa menjadi pembersih rumah, maupun sebagai pupuk alami dan
pestisidia yang efektif. Manfaat Eco Enzyme:
1). Kandungannya, Eco Enzyme memiliki banyak cara untuk membantu siklus alam seperti
memudahkan pertumbuhan tanaman (sebagai fertilizer), mengobati tanah dan juga
membersihkan air yang tercemar. Selain itu bisa juga ditambahkan ke produk pembersih
rumah tangga seperti shampoo, pencuci piring, deterjen, dll.
2). Pembersih enzim ini 100% natural dan bebas dari bahan kimia, mudah terurai dan
lembut di tangan dan lingkungan. Cairan ini juga penolak serangga alami yang membuat
semut, serangga dll menjauh. Saking alaminya, setelah digunakan untuk pel, cairan ini
juga bisa dipakai untuk menyiram tanaman. Eco Enzyme juga dapat digunakan untuk
merangsang hormon tanaman untuk meningkatkan kualitas buah dan sayuran dan untuk
meningkatkan hasil panen. Jadi pada intinya adalah circular economy at its best.
Menurut (Rochyani, 2020) mengingat manfaat dan potensi penggunaan Eco Enzyme di
lingkungan, berikut ini beberapa contoh bahan yang digunakan dalam pengujian Eco Enzyme
terhadap bahan organik yaitu;
1). Nenas (Ananas comosus) Tanaman nenas termasuk tanaman kering yang banyak
menyimpan air, Ananas comosus termasuk dalam tanaman CAM. Pada saat terjadi
fotosintesis CO2 masuk ke dalam asam organik dan diikuti oleh transfer CO 2 kedalam
siklus Calvin yang hanya dipisahkan untuk sementara waktu. Fiksasi karbon kedalam

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


2
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
4
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
asam organic terjadi pada saat malam hari yang sering disebut dengan metabolisme asam
krasulase sedangkan untuk siklus Calvin terjadi pada saat siang hari. Tanaman seperti
nenas ini membuka stomata pada saat malam hari dan menutup stomata pada saat siang
hari serta pada sel mesofilnya mampu menyimpan asam organik yang dibuat dalam
vakuola ketika malam hari sampai dengan pagi.
2). Pepaya (Carica papaya L.) adalah semak berbentuk pohon dengan batang yang lurus dan
bulat. Bagian atas bercabang atau tidak, sebelah dalam berupa spons dan berongga,
sebelah luar banyak tanda bekas daun. Tinggi pohon 2,5-10 m, tangkai daun bulat
berongga, panjang 2,5-10 m, daun bulat atau bulat telur, bertulang daun menjari, tepi
bercangap, berbagi menjari, ujung runcing garis tengah 25-75 cm, sebelah atas berwarna
hijau tua, sebelah bawah hijau agak muda daun licin dan suram, pada tiap tiga lingkaran
batang terdapat 8 daun. Bunga hampir selalu berkelamin satu atau berumah dua, tetapi
kebanyakan dengan beberapa bunga berkelamin dua pada karangan bunga yang jantan.
Buah buni bulat telur memanjang, biji banyak, dibungkus oleh selaput yang berisi cairan,
didalamnya berduri. Berasal dari Amerika, ditanam sebagai pohon buah.
2.4. Pengelolaan Sampah
Menurut (Setiadi, 2015) sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat (UU No 18/2008 Pasal 1). Timbulan sampah pada
permukiman perkotaan berasal dari rumah tangga, warung, bangunan umum, dan industri
rumah tangga. Pertumbuhan penduduk di kawasan permukiman perkotaan menimbulkan
permasalahan pengelolaan sampah mulai dari masalah timbulan sampah, kebutuhan tempat
pemrosesan akhir sampah, serta biaya lingkungan yang ditimbulkan. Penimbulan sampah
memerlukan penanganan yang tepat berdasarkan jumlah pelaku, jenis dan kegiatannya.
Penanganan di tempat atau penanganan sampah pada sumbernya merupakan perlakuan
terhadap sampah yang masih memiliki nilai ekonomis, yang dilakukan sebelum sampah
sampai di tempat pembuangan. Penanganan sampah ditempat memberi pengaruh signifikan
terhadap penanganan sampah pada tahap berikutnya.
Kegiatan penanganan meliputi reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), recycle
(daur ulang), dan replace (mengganti). Pengumpulan sampah merupakan kegiatan yang
dilakukan dari rumah-rumah atau sumber timbulan sampah menuju ke Tempat Penampungan
Sementara (TPS) sebelum dilakukan pengangkutan atau pemindahan sampah dari TPS ke
lokasi pemrosesan akhir (TPA). Menurut (Azwar, 1990 ; Sulistyorini, 2005). Sampah
(refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


2
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
5
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk
kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya)
dan umumnya bersifat padat. Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah:
dari rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Sampah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan sekitar. Oleh karena
itu, sampah haruslah diolah atau di daur ulang dengan baik agar tidak mencemari lingkungan
dan mengganggu kesehatan manusia. Sampah yang selama ini kita buang begitu saja,
ternyata masih dapat diolah kembali antara lain dalam bentuk kerajinan yang bernilai
ekonomi, bercita rasa seni dan unik. Secara umum pengelolaan sampah dilakukan dalam tiga
tahap kegiatan, yaitu: pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir/pengolahan. Pada
tahap pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami proses-proses tertentu, baik
secara fisik, kimiawi, maupun biologis (Sulistiyorini, dkk. 2015). Sistem pengelolaan
persampahan terutama untuk daerah perkotaan, harus dilaksanakan secara tepat dan
sistemastis.
Kegiatan pengelolaan persampahan akan melibatkan penggunaan dan pemanfaatan
berbagai prasarana dan sarana persampahan yang meliputi pewadahan, pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan, pengolahan maupun pembuangan akhir. Masalah sampah
berkaitan erat dengan dengan pola hidup serta budaya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu
penanggulangan sampah bukan hanya urusan pemerintah semata akan tetapi penanganannya
membutuhkan partisipasi masyarakat secara luas. Jumlah sampah ini setiap tahun terus
meningkat sejalan dan seiring meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas kehidupan
masyarakat atau manusianya dan disertai juga kemajuan ilmu pengetahuan teknologi yang
menghasilkan pula pergeseran pola hidup masyarakat yang cenderung konsumtif (Sahil, dkk.
2016).
Menurut (Duff, 2011 & Asteria, 2016) untuk alternatif solusi dalam mengatasi masalah
sampah di perkotaan, pengembangan bank sampah merupakan kegiatan bersifat social
engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah serta menumbuhkan
kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah. Pembentukan bank sampah harus
diintegrasikan dengan gerakan program 4R sehingga warga akan memperoleh manfaat
langsung, tidak hanya secara ekonomi, juga terwujudnya kesehatan lingkungan, dengan
kondisi komunitas yang bersih, hijau, nyaman, dan sehat. Selain itu, bank sampah
memberikan manfaat secara social dengan memperkuat kohesi sosial bagi keberadaan
komunitas perempuan yang selama ini termarjinalisasi dalam konstruksi sosial budaya.

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


2
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
6
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Manfaat lainnya secara ekonomis memberi dampak berupa tambahan penghasilan, dan
manfaat untuk lingkungan dapat mengurangi timbulan sampah di perkotaan.

2.5. Penanganan Perubahan Iklim


Tidak ada satu pun negara di dunia yang tidak mengalami dampak dramatis
secara langsung dari perubahan iklim. Buangan gas rumah kaca terus meningkat, dan
saat ini levelnya berada pada 50 persen lebih tinggi dibandingkan pada tahun 1990.
Lebih jauh lagi, pemanasan global mengakibatkan perubahan berkepanjangan pada
sistem iklim kita, dan konsekuensi yang terjadi tidak akan bisa diubah kecuali kita
melakukan tindakan (Bappenas, 2019).
Kerugian rata-rata tahunan akibat gempa bumi, tsunami, badai tropis dan banjir
terhitung sekitar ratusan miliar dolar, dan ini membutuhkan investasi sebesar US $6
miliar per tahun untuk biaya pengelolaan risiko bencana saja. Tujuan ini berusaha
mengumpulkan US $100 miliar per tahun pada 2020 untuk memenuhi kebutuhan
negara-negara berkembang dan membantu mengurangi bencana akibat perubahan
iklim (Pustaka Borneo, 2019).
Memperkuat kegigihan dan kapasitas adaptasi wilayah-wilayah yang lebih
rentan, seperti negara-negara di tengah benua dan negara kepulauan, harus berjalan
beriringan dengan usaha meningkatkan kesadaran dan memasukkan langkah-
langkahnya pada kebijakan dan strategi nasional. Dengan adanya kehendak politik dan
penggunaan langkah teknologi secara luas, masih mungkin bagi kita untuk membatasi
kenaikan suhu rata-rata secara global pada dua derajat Celcius di atas level masa pra-
industri. Ini membutuhkan tindakan bersama dengan segera. Menyadari perubahan
iklim adalah satu dari 17 Tujuan Global yang tersusun dalam Agenda Pembangunan
Berkelanjutan 2030. Dan pendekatan terpadu sangat penting demi kemajuan di seluruh
tujuan (Bappenas, 2019).

2.5.1 Implementasi SDGs No.13.2 Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
Perubahan Iklim mulai menjadi perhatian masyarakat global pada saat diadakannya
First World Climate Conference pada 12–13 Februari 1979 di Jenewa, konfrensi ini memberi
pandangan kepada masyarakat global mengenai peran manusia dalam perubahan iklim serta
menjadi dasar bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam membentuk Intergovenmental Panel
on Climate Change (IPCC) pada 1988 yang bertugas mempelajari secara lebih mendalam
mengenai Perubahan Iklim (Childress, 2012).
Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
2
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
7
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Pemerintah Indonesia sudah mulai menujukkan perhatian pada permasalahan
perubahan iklim dengan mengeluarkan Peraturan Presiden No 61 Tahun 2011 tentang
Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca (RAN-GRK). Penerbitan RAN-GRK ini
menjadi pedoman bagi Kementerian/Lembaga untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan
dan monitoring evaluasi rencana aksi penurunan emisi GRK serta sebagai pedoman
Pemerintah Daerah dalam penyusunan RAD-GRK.
Pada Tahun 2015, dibentuk Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen
PPI) dibawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang bertugas dalam
penyelenggaraan mitigasi, adaptasi, penurunan emisi GRK, penurunan dan penghapusan
bahan perusak ozon, inventarisasi GRK serta pengendalian kebakaran hutan. Pembentukan
Ditjen PPI ini menjadi harapan baru implementasi nasional kegiatan pengendalian perubahan
iklim di Indonesia (ditjenppi.menlhk.go.id).
Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas yang terkandung dalam atmosfir, baik alami
maupun antropogenik, yang menyerap dan memancarkan kembali radiasi inframerah. Upaya
penurunan emisi GRK adalah pelaksanaan rencana kerja dari berbagai kegiatan yang secara
langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target
pembangunan nasional maupun pembangunan daerah. Penurunan emisi GRK tahunan adalah
penurunan emisi GRK tahunan melalui kegiatan yang dijalankan berdasarkan rencana
kegiatan untuk lima sektor prioritas yaitu kehutanan dan lahan gambut, pertanian, energi dan
transportasi, industri, limbah serta ekosistem pesisir dan laut (blue carbon) (Kemenprin,
2012).

2.5.2 Implementasi SDGs No 13.3 Satuan Pendidikan Formal Dan Lembaga/


Komunitas Masyarakat
Peningkatan kesadaran dan kapasitas pemerintah, swasta, dan masyarakat terhadap
lingkungan hidup, dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas dan kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Salah satu cara untuk peningkatan
kapasitas dan kesadaran tersebut adalah melalui satuan Pendidikan formal serta melalui
lembaga dan masyarakat. Pengelolaan Sampah dalam Konteks Pembangunan Berkelanjutan.
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah (UU Nomor 18
Tahun 2008). Menurut Waste Management (2021), pengelolaan sampah merupakan aktivitas
untuk mengelola sampah dari awal hingga pembuangan, meliputi pengumpulan,

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


2
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
8
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
pengangkutan, perawatan, dan pembuangan, diiringi oleh monitoring dan regulasi
manajemen sampah.
Pengelolaan sampah bisa disebut sebagai ‘pintu masuk’ untuk mencapai target
pembangunan berkelanjutan, karena hal ini merupakan isu multisektor yang berdampak
dalam berbagai aspek di masyarakat dan ekonomi. Pengelolaan sampah memiliki keterkaitan
dengan isu kesehatan, perubahan iklim, pengurangan kemiskinan, keamanan pangan dan
sumberdaya, serta produksi dan konsumsi berkelanjutan (UNEP, 2015).
Berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008, sampah yang dikelola terdiri atas sampah
rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik. Sampah yang
tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan beberapa dampak negatif. Oleh sebab itu,
pengelolaan sampah yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk mencapai berbagai target
terutama pembangunan berkelanjutan. Konsumsi yang berlebih tentunya akan menghasilkan
sampah yang berlebih sehingga memengaruhi luasan tempat pembuangan sampah yang ada..
Pengelolaan sampah yang berkelanjutan akan mengurangi dampak kesehatan dari
pembakaran sampah secara terbuka. Limbah atau sampah yang tidak dikelola dengan baik
akan menghasilkan metana dan CO2 yang berlebih. Hal ini tentunya akan berdampak pada
perubahan iklim yang ada sehingga pengelolaan sampah dapat menjadi salah satu cara untuk
mengurangi perubahan iklim (Bappenas, 2013). Sampah yang dapat digunakan kembali serta
didaur ulang dapat menjadikan potensi ekonomi bagi masyarakat sehingga dapat dijadikan
alternatif peningkatan perekonomiannya.
Word Commission on Environment and Development (1987) mendefinisikan
pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini
tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang. Dispesifikan dalam
Brundtland Report (WCED, 1987) dalam tiga aspek yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengelolaan sampah yang
berkelanjutan. Dalam mencapai pembangunan berkelanjutan dari perspektif ekonomi, maka
dipertimbangkan cara untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa
menghabiskan modal alam. Kebijakan Pengelolaan sampah, seperti bank sampah dapat
dijadikan upaya mengurangi jumlah timbunan sampah yang dimuat ke TPA dan membantu
perekonomian masyarakat, yangmana hasil penjualan sampah disimpan dalam bentuk
tabungan di bank sampah. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah berkelanjutan
dapat memengaruhi tercapainya target SDGs.

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


2
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
9
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Dalam mencapai pembangunan berkelanjutan dari perspektif lingkungan, sistem
pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan dapat memberi kontribusi bagi
terwujudnya kota berkelanjutan, karena dengan pengelolaan sampah berwawasan lingkungan
akan terciptanya lingkungan yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah
berkelanjutan dapat memengaruhi tercapainya target SDGs, terutama SDGs ke 3, 7, 13, 14,
dan 15 (https://hmgp.geo.ugm.ac.id).
Integrated Sustainable Waste Management (ISWM) atau pengelolaan sampah
berkelanjutan yang terintegrasi menurut Van de Klundert dan Anschutz (2001) dalam
Wilson et al (2013) merupakan konsep pengelolaan sampah secara berkelanjutan dengan
mengintegrasikan tiga dimensi utama, yaitu (1) stakeholders, (2) elemen sistem limbah, dan
(3) aspek strategis. Selain tiga dimensi tersebut, kebijakan pengelolaan sampah di setiap
negara juga menjadi landasan dalam pendekatan pengelolaan sampah berkelanjutan
(https://hmgp.geo.ugm.ac.id).

Gambar 2.4 Kerangka ISWM


Sumber : https://hmgp.geo.ugm.ac.id
Pada gambar diatas dapat dilihat rincian dari masing-masing dimensi yang saling
terintegrasi untuk menciptakan keberlanjutan. Setiap stakeholders memiliki peran dan
kepentingan yang berbeda-beda dalam pengelolaan sampah. Hal ini menjadi tantangan
mengenai bagaimana membuat suatu kesepakatan antar stakeholders untuk bersinergi dalam
mencapai tujuan bersama diluar kepentingannya masing-masing. Stakeholders yang terlibat
bisa berupa LSM, sektor privat formal dan informal, penduduk lokal, dan lainnya.
Dimensi kedua yaitu elemen sistem limbah atau bisa disebut sebagai serangkaian tahap
dalam pengelolaan material sampah. Dalam proses ini, penting untuk dibuat rencana
pengelolaan sampah (waste management plan) agar mekanisme pengelolaan dapat lebih
terstruktur. Dimensi kedua mencakup pengumpulan sampah, pemilahan, pengangkutan,

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


3
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
0
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
pengurangan sampah, pemakaian kembali, pendauran ulang, pemulihan dan pembuangan
sampah di TPA.
Dimensi ketiga yaitu enam aspek strategis yang berpengaruh dan dipengaruhi oleh
ISWM, meliputi:
1) aspek finansial ekonomi, berkaitan dengan penganggaran biaya dalam sistem
pengelolaan sampah, dampak jasa lingkungan terhadap ekonomi, efisiensi sistem
pengaturan sampah perkotaan, dimensi makroekonomi dalam penggunaan sumber daya,
serta penghasilan yang bisa diperoleh dari ISWM.
2) aspek lingkungan, fokus pada efek dari pengelolaan sampah di tanah, air dan udara.
3) aspek politik, berkaitan dengan ‘batas-batas politis’ dalam pengelolaan sampah, seperti
kerangka hukum dan peraturan yang telah ada, proses pengambilan keputusan, serta
penentuan peran.
4) aspek institusional atau lembaga, berhubungan dengan struktur sosial dan politik yang
mengontrol pengelolaan sampah, seperti pembagian fungsi dan tanggungjawab institusi
yang bersangkutan, prosedur dan metode yang diterapkan, serta ketersediaan kapasitas
institusional.
5) aspek sosial budaya berkaitan dengan pengaruh budaya terhadap adanya timbulan
sampah; perbedaan pengelolaan di setiap rumah tangga, bisnis, dan institusi, serta
keterlibatan dari komunitas-komunitas terhadap pengelolaan sampah
6) aspek teknis berkaitan dengan mekanisme teknis pengelolaan sampah yang dipengaruhi
oleh karakteristik sampah, kuantitas sampah, dan kondisi lokal.

2.6. Pendidikan Lingkungan Dan Upaya Mengatasi Perubahan Iklim Melalui Program
Pembuatan Eco Enzyme Di Sekolah
Upaya aktif berbagai pihak untuk mengatasi terjadinya perubahan iklim perlu terus
dilakukan oleh seluruh pihak termasuk generasi muda. Upaya untuk mengatasi perubahan
iklim dilakukan melalui aksi mitigasi dan adaptasi, yang dapat dilakukan pada tingkat
individu, kelompok, masyarakat dan negara. Berbicara tentang aksi mitigasi dan adaptasi
pada dasarnya berbicara tentang perilaku manusia. Dalam arti, masyarakat dapat memberikan
kontribusi signifikan melalui perubahan perilaku yang mendukung upaya mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim. Misalnya mengurangi timbulan sampah dengan menghindari
penggunaan barang sekali pakai, memanfaatkan sampah organik menjadi kompos, mendaur
ulang barang, mematikan peralatan elektronik pada saat tidak diperlukan, mengganti
peralatan elektornik dengan jenis yang lebih hemat listrik dan mengoperasikan sesuai

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


3
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
1
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
kapasitas, menanam dan menjaga tanaman, menggunakan transportasi publik, dll
(http://pojokiklim.menlhk.go.id).
Komunitas pendidikan formal merupakan sasaran kelompok yang strategis. Pendidikan
formal memegang peran yang sangat penting dalam menciptakan generasi penerus bangsa
yang aktif mengatasi permasalahan perubahan iklim, melalui penanaman nilai-nilai
kehidupan dan penerapan perilaku ramah lingkungan. Berdasarkan data statistik Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, sampai dengan tahun 2018 jumlah tenaga pendidik sekolah
tingkat dasar dan menengah sebesar 2.719.790 orang, sedangkan jumlah peserta didik
sebanyak 45.357.668 orang. Pendidik dan kader-kader lingkungan dari peserta didik ini
diharapkan bisa jadi agen penerapan perilaku ramah lingkungan di sekolah dan lingkungan
sekitarnya. Penerapan perilaku ramah lingkungan akan berkontrubusi nyata dalam
pengendalian perubahan iklim. Dalam rangka mempercepat peran serta dunia pendidikan
untuk menciptakan generasi penerus yang bertanggung jawab dalam pelestarian lingkungan,
sejak tahun 2006 Kementerian Lingkungan Hidup telah mencanangkan Program Adiwiyata
sebagai salah satu implementasi dari Pendidikan Lingkungan Hidup melalui jalur pendidikan
formal (http://pojokiklim.menlhk.go.id).
Tujuan program Adiwiyata adalah untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan
berbudaya lingkungan. Melalui program Adiwiyata sekolah didorong untuk
mengintegrasikan upaya-upaya penerapan perilaku ramah lingkungan dalam kurikulum,
melakukan upaya penerapan perilaku ramah lingkungan dalam kegiatan ekstrakurikuler
maupun pembiasaan diri serta mengajak partisipasi aktif seluruh warga sekolah (kepala
sekolah, tenaga pendidik, tenaga non kependidikan, dan peserta didik) menerapkan perilaku
ramah lingkungan (KLH, 2011).
Menurut Ponisri (2019) sekolah sebagai tempat berkumpulnya banyak orang dapat
menjadi penghasil sampah terbesar selain pasar, rumah tangga, industri dan perkantoran.
Secara umum sampah dapat dipisahkan menjadi:
 Sampah organik/mudah busuk berasal dari: sisa makanan, sisa sayuran dan kulit
buah-buahan, sisa ikan dan daging, sampah kebun (rumput, daun dan ranting).
 Sampah anorganik/tidak mudah busuk berupa: kertas, kayu, kain, kaca, logam,
plastik, karet dan tanah.
Sampah yang dihasilkan sekolah kebanyakan adalah jenis sampah kering dan hanya
sedikit sampah basah. Sampah kering yang dihasilkan kebanyakan berupa kertas, plastik dan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


3
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
2
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
sedikit logam. Sedangkan sampah basah berasal dari guguran daun pohon, sisa makanan dan
daun pisang pembungkus makanan (KLH, 2011).
Oleh sebab itu menjadi hal yang bisa dilakukan ketika program eco enzyme dierapkan
di sekolah sebagai upaya Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs
Pada Mata Pelajaran IPA SMP.
2.7. Penelitian Yang Relevan
Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukan bahwa masih
perlunya dilakukan berbagai penelitian terhadap pembelajaran berkelanjutan terutama dalam
pencapaian SDGs. Hasil-hasil penelitian tersebut antara lain:
Penelitian pertama yang penulis jadikan acuan adalah penelitian yang ditulis oleh Wina
Sumiati tahun 2018 yang berjudul, “Upaya Southeast Asian Ministers of Education
(SEAMEO) Dalam Mewujudkan SDGs Poin 4.2 Periode 2017-2018”. Skripsi ini
menganalisis mengenai upaya yang dilakukan organisasi regional se-Asia Tenggara
(SEAMEO) di bidang pendidikan dalam mewujudkan tujuan global PBB (SDGs) poin 4.2
periode 2017-2018.
Dalam penelitiannya, Wina Sumiati berfokus pada pendidikan anak usia dini. Adapun
upaya yang dilakukan berdasarkan hasil analisisnya adalah membentuk pusat kajian yang
menangani pendidikan anak usia dini, yakni SEAMEO Regional Centre for Early Child hood
Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP) dan membangun kerjasama dengan
Organisation Mondialepourl’ Education Prescolaire (OMEP) agar dapat mempercepat
pencapaian target SDGs.
Penulis akui bahwa adanya persamaan antara penelitian yang ditulis oleh Wina Sumiati
dengan tesis ini. Persamaannya hanya terletak pada variabel independen, yaitu upaya yang
dilakukan dalam mewujudkan Sustainable Developmen Goals (SDGs). Penelitian kedua
adalah jurnal yang berjudul “Teachers’ Ideas about Multicultural Education in a Changing
Society: the case of the Czech Republic” yang ditulis oleh Dana Moree, Cees Klaassen, dan
Wiel Veugelers. Jurnal ini berisi tentang adanya Undang-Undang (UU) baru yang harus
diadopsi oleh sekolah-sekolah Republik Ceko, yaitu perlunya kurikuler wajib tentang
pendidikan multikultural atau multicultural education (MCE) bagi sekolah dasar dan sekolah
menengah. Tujuan adanya penelitian jurnal ini adalah menyajikan hasil dari penelitian
kualitatif mengenai ide atau gagasan para guru tentang adanya pendidikan multikultural.
Dalam jurnal ini disebutkan bahwa guru memiliki peranyang signifikan pada proses
pembelajaran. Kemudian jurnal ini juga menjelaskan tentang bagaiamana pendidikan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


3
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
3
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
multikultural dikatakan sebagai kendaraan yang penting dalam mempersiapakan para
pelajar dalam kehidupan bermasyarakat. Jurnal ini tentu sangat membantu penulis dalam
menganalisis judul yang dipilih.
Penelitian ketiga adalah penelitian dengan judul production, extraction and use sof eco-
enzyme using citrus fruit waste: wealth from waste pada tahun 2020 oleh lapsiavama and
makarandandn. Cherekar yang menyimpulkan bahwa kebutuhan kritis saat ini untuk dapat
diandalkan dan ramah lingkungan dipenuhi oleh Eco-Enzyme, artinya eco-enzyme mampu
menjawab permasalahan terkait lingkungan dan hal itu akan mendukung target pencapaian
SDGs.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode deskriptif
dengan menekankan kepada analisis perencanaan pembelajaran dan aktivitas siswa selama
pembelajaran. Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017). Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Hamdi dan Bahruddin (2014) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif
adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena secara nyata
apa adanya, dapat berlangsung saat ini maupun masa lampau. Penelitian deskriptif adalah
suatu metode penelitian yang memperlihatkan karakteristik populasi atau fenomena yang
tengah diteliti. Hingga akhirnya metode penelitian ini utamanya fokus pada menjelaskan
objek penelitian dan menjawab peristiwa atau fenomena apa yang terjadi. Metode ini berbeda
dengan metode lain yang cenderung lebih fokus pada pembahasan
(https://www.sampoernauniversity.ac.id). Menurut Etna Widodo Muchtar (2000), Penelitian
deskriptif merupakan metode riset yang digunakan untuk memperjelas gejala sosial melalui
berbagai variabel penelitian yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Penelitian yang

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


3
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
4
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
dilakukan secara deskriptif pihak peneliti tidak perlu menyusun hipotesis. Karena penelitian
yang dilakukan untuk proses pengujian dan penulisan hasilnya didapat langsung dari
lapangan.
3.2 Partisipan
Penelitian ini dilakukan kepada 6 kelas yaitu siswa kelas VII A–VII F di SMPN 2
Bojongpicung yakni hanya 16 peserta didik dari masing-masing kelas yang menjadi
partisipan sehingga jumlah total partisipannya 93 peserta didik. Penelitian dilakukan merujuk
pada peraturan daerah yaitu tatap muka 50 % pada masa panedmi Covid-19. Penelitian
dilakukan di kelas VII karena materi yang dipilih yaitu tentang Pemanasan Global
berdasarkan silabus pembelajaran. Selain kepada siswa penelitian juga melibatkan guru
sebagai partisipan dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

3.3 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
Tabel 3.1
Instrumen Penelitian
Sumber Macam
No Pertanyaan Penelitian Macam Data Keterangan
Data Instrumen
1. Bagaimana Pembuatan Eco Informasi  RPP  Format RPP  RPP
Enzyme dapat mewujudkan tentang  Proses  Lembar  Lembar
pembelajaran terlaksananya belajar observasi observasi
berkelanjutan? pembelajaran Siswa kegiatan kegiatan
berkelanjutan pembelajaran, pembelajaran
sebagai upaya  Lembar  Lembar
dalam umpan balik umpan balik
mendukung diri diri
SDGs
2. Bagaimana Pembuatan Eco Informasi Siswa  Format LKPD
Enzyme dapat tentang (Proses Lembar Kerja
memanfaatkan sampah terlaksananya Praktikum) Peserta Didik
organik mendukung pembuatan  Rubrik
pencapaian target SDGs Eco-Enzyme penilaian hasil
target no 13.3 Indikator dengan praktikum
13.3.1.(a) pemanfaatan dalam LKPD
Mengintegrasikan Tindakan sampah
Antisipasi Perubahan Iklim organik/ Siswa  Kuisioner  Kuisioner

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


3
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
5
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Ke Dalam Kebijakan, sampah rumah siswa siswa
Strategi Dan Perencanaan tangga.  Format  Wawancara
Nasional Indikator Potensi wawancara Angket
Penurunan Emisi Gas Angket
Rumah Kaca (GRK) dan
target 13.2 indikator 13.2.2.
(a) Meningkatkan
Pendidikan, Penumbuhan
Kesadaran, Serta Kapasitas
Manusia Dan Kelembagaan
Terkait Mitigasi, Adaptasi,
Pengurangan Dampak Dan
Peringatan Dini Perubahan
Iklim Indikator Jumlah
Satuan Pendidikan Formal
Dan Lembaga/ Komunitas
Masyarakat Peduli Dan
Berbudaya Lingkungan
Hidup.

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1. Tahap Persiapan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan diantaranya mengajukan judul
proposal, dilakukan penyusunan proposal penelitian, seminar proposal, revisi hasil dari
seminar proposal, dan dilakukan perizinan penelitian. Selanjutnya dilakukan juga penyusunan
instrumen dan perangkat pembelajaran yang digunakan untuk penelitian.
3.4.2. Tahap Perencanaan
Pada tahapan awal ini peneliti sudah menentukan indikator penelitian yang akan
digunakan untuk instrument penelitian. Berupa angket penelitian yang mana setiap butir
pertanyaannya harus berkenaan langsung dengan indikator. Pertama adalah adalah
perencanaan perangkat pembelajaran IPA yaitu; (1) kelengkapan komponen RPP yang
digunakan , (2) bahan ajar yang disajikan kepada siswa sesuai dengan kondisi darurat, (3)
LKPD yang diberikan pada siswa sesuai tujuan pembelajaran, (4) penggunaan media
pembelajaran (5) penilaian yaitu afektif, kognitif dan psikomotor menggunakan rubrik untuk
mengukur ketercapaian kompetensi peserta didik.
Kedua adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran/praktikum berdasarkan; (1) kegiatan
pendahuluan, (2) kegiatan inti, (3) kegiatan penutup, maksudnya untuk keterlaksanaan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan rpp yang digunakan oleh guru kepada peserta didik.
Kemudian menentukan sampelnya peneliti menggunakan deskriptif analis .
Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
3
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
6
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Selanjutnya peneliti berdiskusi dengan pembimbing tesis untuk melakukan validasi
instrumen penelitian, pertama untuk merumuskan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
IPA yang ideal. Selain itu membuat kuesioner yang hendak didistribusikan kepada guru dan
peserta didik yang mana didalamnya memuat pertanyaan serta pernyataan yang efektif dan
efisien. Setelah itu peneliti mengatur jadwal dalam menginput butir-butir kuesioner, sehingga
akan berbentuk survei sekaligus meminta izin kepada pihak sekolah untuk melakukan
penelitian.
3.4.3. Survei
Pada tahapan survei peneliti melakukan distribusi angket penelitian ke berbagai kelas
VII (Tujuh) yang ada di SMP Negeri 2 Bojongpicung. Sekolah tersebut terseleksi yang
kemudian dijadikan sebagai sampel penelitian termasuk guru dan siswa. Tujuannya untuk
pengumpulan ragam data Kemudian memanajemen waktu juga secara langsung ketika
kegiatan survei mengalami berbagai kendala, seperti terdapat guru yang jadwalnya bentrok
dengan jadwal penelitian saya maupun siswa yang tidak hadir ketika proses pengumpulan
data maupun data yang diharapkan belum terkumpul sepenuhnya.
Ketika melakukan distribusi tersebut, peneliti hendak memberikan panduan dalam
pengisian angket agar responden tidak mengalami kesulitan atau mengisi secara asal-asalan.
Hal ini perlu ditekankan mengingat melakukan analisis terkait dalam mewujudkan
pembelajaran berkelanjutan untuk mendukung SDGs pada mata pelajaran IPA harus
berdasarkan fakta dan apa adanya, maksudnya sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan.
Dengan demikian diharapkan seluruh kebutuhan data terkait dalam mewujudkan
pembelajaran berkelanjutan untuk mendukung SDGS pada mata pelajaran IPA terpenuhi
sehingga mendapatkan high response rate guna menghasilkan informasi yang akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan.
3.4.4 Proses Pengembangan Instrumen
3.4.4.1 Uji Validitas
Analisis validitas butir instrumen penelitian berupa kuesioner dengan memakai tabel
harga product moment dan taraf signifikansi pada tingkat interval 95%.
Perhitungan validitas dilakukan dengan tabulasi menggunakan SPSS degan 100 item
soal yang diujicobakan pada 93 responden, terdapat 1 item soal yang tidak valid yaitu
nomor item variabel Y10. Hal tersebut dikarenakan nilai koefisien korelasi item soal
tersebut memiliki nilai lebih kecil dari pada koefisien tabel.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel X dan Y

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


3
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
7
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
NO VARIABEL KETERANGA
N0 VARIABEL X KETERANGAN N0 NO ITEM
ITEM Y N

Kategori 1 Pengetahuan Siswa


Kompetensi A 1 Y1 0,495 Valid
1 X1 0,552 Valid 2 Y2 0,545 Valid
2 X2 0,429 Valid 3 Y3 0,388 Valid
3 X3 0,268 Valid 4 Y4 0,417 Valid
4 X4 0,716 Valid 5 Y5 0,395 Valid
5 X5 0,245 Valid Kegiatan Sosial
6 X6 0,424 Valid 6 Y1 0,544 Valid
Kompetensi B 7 Y2 0,792 Valid
7 X1 0,386 Valid Sikap Tentang Mengelola Sampah
8 X2 0,321 Valid 8 Y1 0,764 Valid
9 X3 0,331 Valid 9 Y2 0,617 Valid
10 X4 0,307 Valid 10 Y3 0,720 Valid
11 X5 0,570 Valid 11 Y4 0,615 Valid
12 X6 0,401 Valid 12 Y5 0,614 Valid
13 X7 0,496 Valid 13 Y6 0,538 Valid
Kompetensi C 14 Y7 0,764 Valid
14 X1 0,682 Valid 15 Y8 0,764 Valid
15 X2 0,627 Valid 16 Y9 0,764 Valid
16 X3 0,347 Valid 17 Y10 0,038 Tidak Valid
17 X4 0,397 Valid 18 Y11 0,764 Valid
Kompetensi D 19 Y12 0,565 Valid
18 X1 0,373 Valid 20 Y13 0,617 Valid
19 X2 0,375 Valid 21 Y14 0,764 Valid
20 X3 0,267 Valid 22 Y15 0,585 Valid
21 X4 0,535 Valid Prilaku Dalam Mengelola SRT
22 X5 0,449 Valid 23 Y1 0,969 Valid
23 X6 0,312 Valid 24 Y2 0,385 Valid
24 X7 0,433 Valid 25 Y3 0,852 Valid
Kategori 2 26 Y4 0,678 Valid
Kompetensi A 27 Y5 0,618 Valid
25 X1 0,329 Valid 28 Y6 0,614 Valid
26 X2 0,330 Valid 29 Y7 0,684 Valid
27 X3 0,409 Valid 30 Y8 0,752 Valid
28 X4 0,614 Valid 31 Y9 0,756 Valid
29 X5 0,611 Valid 32 Y10 0,729 Valid
30 X6 0,614 Valid 33 Y11 0,827 Valid
31 X7 0,611 Valid 34 Y12 0,800 Valid
Kompetensi B 35 Y13 0,805 Valid

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


3
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
8
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
NO VARIABEL KETERANGA
N0 VARIABEL X KETERANGAN N0 NO ITEM
ITEM Y N

32 X1 0,552 Valid 36 Y14 0,837 Valid


33 X2 0,429 Valid 37 Y15 0,780 Valid
34 X3 0,268 Valid
35 X4 0,716 Valid
36 X5 0,245 Valid
37 X6 0,424 Valid
Kompetensi C
38 X1 0,373 Valid
39 X2 0,375 Valid
40 X3 0,267 Valid
41 X4 0,535 Valid
42 X5 0,449 Valid
43 X6 0,312 Valid
44 X7 0,433 Valid
Kompetensi D
45 X1 0,386 Valid
46 X2 0,321 Valid
47 X3 0,331 Valid
48 X4 0,307 Valid
49 X5 0,570 Valid
50 X6 0,401 Valid
51 X7 0,496 Valid
Kategori 3
Kompetensi A
52 X1 0,552 Valid
53 X2 0,429 Valid
54 X3 0,268 Valid
55 X4 0,716 Valid
56 X5 0,245 Valid
57 X6 0,424 Valid
Kompetensi B
58 X1 0,445 Valid
59 X2 0,351 Valid
60 X3 0,384 Valid
61 X4 0,231 Valid
62 X5 0,240 Valid
63 X6 0,346 Valid
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Validitas Angket

3.4.4.2. Uji Realibilitas

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


3
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
9
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dapat dipercaya atau
tidak sebagai alat pengumpul data maka peneliti menguji reliabilitas dari suatu
instrumen yang sudah dibuat. Untuk mengujinya, digunakan Teknik Belah Dua (split
half). Dari hasil uji validitas, diambil butir-butir yang valid kemudian di belah menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok variable X dan kelompok variable Y. Untuk itu instrument
faktor kesulitan belajar dikorelasikan adalah: variable X1-X63 dengan variable Y1-Y37
(dapat dilihat dari lampiran uji reabilitas).
Setelah dikelompokan kemudian dicari skor total dari masing-masing kelompok,
yang kemudian ketika sudah didapat hasilnya akan dicari korelasinya antara kelompok
variable X = 0,741 dan kelompok variable Y = 0,838. Selanjutnya indeks korelasi yang
diperoleh baru menunjukan hubungan antara dua belahan variable instrument, maka untuk
memperoleh indeks reabilitas soal harus menggunakan rumus Spearman Brown yaitu:

2 rb
ri=
1+rb
Dimana:
ri = reabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasiproduct moment antara belahan pertama dan ke dua

Jadi reabilitas dari instrumen belajar berkelanjutan = 0,741 > 0,6 dan upaya
mendukung SDGs = 0,838 > 0,6 maka instrument ini reliabel. Berdasarkan uji coba
validitas dan reabilitas instrument ini sudah valid dan reliabel maka instrument ini dapat
digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengolahan data.
3.4.5. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Pelaksanakan penelitian mengenai mewujudkan pembelajaran berkelanjutan untuk
mendukung SDGs pada mata pelajaran IPA Selama Pandemi Covid-19 Di SMP Negeri 2
Bojongpicung. Terdapat 4 tahapan sistematis diantaranya adalah; (1) tahap perencanaan, (2)
Pembelajaran/Praktikum (3) tahap survei, (4) tahap hasil dan analisis. Harapannya setelah
melakukan dengan terstruktur, penelitian ini dapat terlaksana dengan efektif dan efisien guna
memperoleh hasil berupa informasi yang akurat dan terbaru. Sehingga dapat menjadi bahan
evaluasi bagi pihak pemerintah, pihak sekolah, dan pihak orangtua siswa.
3.4.6. Rancangan Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan dalam pengumpulan data dan
penelitian. Dalam pengumpulan data tersebut membutuhkan teknik-teknik tertentu, sehingga
data diharapkan dapat terkumpul dengan benar dan relevan sesuai dengan permasalahan yang

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


4
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
0
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
akan dipecahkan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
3.4.6.1. Observasi
Metode observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan
langsung terhadap objek yang diteliti. Pengamatan data dilakukan dengan pengamatan
langsung di kelas mengenai kondisi siswa. Dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
yang di isi oleh peneliti sendiri pada saat penelitian berlangsung.
3.4.6.2. Kuisioner
Menurut Creswell dalam Sugiyono (2016) “Angket merupakan teknik pengumpulan
data dimana partisipan/responden mengisi pertanyaan atau pernyataan kemudian setelah diisi
dengan lengkap mengembalikan kepada peneliti”.
Sejalan dengan hal tersebut Arikunto dalam Ernawati (2015) “Kuesioner/angket adalah
sebuah daftar pertanyaan yang harus di isi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan
kuesioner/angket ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman,
pengetahuan, sikap atau pendapatnya, dan lain-lain”.
Teknik ini digunakan oleh penulis untuk dapat mengungkapkan data dari variabel X
dan Y yaitu metode pembelajaran dan pemahaman siswa. Jawaban yang disediakan
disesuaikan dengan skala likert. Menurut Sugiyono (2016) “skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau
fenomena sosial”. Alternatif jawaban dalam skala likert yang digunakan diberi skor sebagai
berikut:

Tabel 3.3 Skala Likert


No Tipe Skor
1 Sangat setuju/sangat positif 5
2 Setuju/sering/positif 4
3 Ragu-ragu/kadang-kadang/netral 3
4 Tidak setuju/hampir tidak pernah/negative 2
5 Sangat tidak setuju/tidak pernah 1
Sumber: Sugiyono (2016)
Bagan 3.1 Alur Penelitian

Gejala/latar Hipotesis
belakang

Pembuatan Eco Enzyme DalamInstrumen


Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
4
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
1
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Uji Tidak Indikator
3.4.7. Analisis Data
Untuk sampai pada tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka data yang
terkumpul perlu diolah atau dianalisis dengan teknik-teknik yang benar. Teknik analisis data
yang dimaksud untuk hipotesis. Apakah hipotesis dapat diterima atau tidak berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan kepada hipotesis yang diuju, tujuan penelitian, jenis data dan
variabel penelitian sehingga dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data secara statistik.
Teknik pengolahan data diarahkan pada pengujian hipotesis serta jawaban perumusan
terhadap masalah yang diajukan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam mengelola data,
yaitu sebagai berikut:
a. Menghitung kembali lembar jawaban angket yang telah diisi oleh responden.
b. Memberikan tanda atau kode agar mudah dalam pemeriksaan.
c. Megolah data disesuaikan dengan teknik yang digunakan.
d. Menguji hipotesis berdasarkan hasil pengolahan.
3.4.8. Tahap Hasil Dan Analisis
Pada tahapan hasil dan analisis peneliti hendak mengkaji temuan penelitian.
Transormasi pembelajaran konvensional ke pembelajaran daring tentu berbeda, sehingga
perlunya kepekaan dan ketelitian dalam mengidentifikasi keterbaruan dalam aspek
pendidikan. Selanjutnya peneliti akan melakukan pengolahan dari data yang sudah terkumpul
menggunakan penskoran serta penetapan bobot lalu hasil dari penskoran diklasifikasi dan
dilakukan sebuah analisis statistic persentase. Setelah mendapatkan informasi dari hasil
analisisnya, diharapkan bersifat objektif, eksplisit dan memiliki kredibilitas sebagai bahan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


4
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
2
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
dipertimbangkan dalam pengembangan mutu pendidikan. Dengan demikian peneliti akan
menguraikan informasi secara jelas dan terperinci mengenai dalam mewujudkan
pembelajaran berkelanjutan untuk mendukung SDGs pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri
2 Bojongpicung.

BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi paparan hasil penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif
deskriptif. Paparan penelitian dengan ruang lingkup meliputi analisis pembuatan eco enzyme
dengan pemanfaatan sampah organik dalam mewujudkan pembelajaran berkelanjutan dan
mendukung pencapaian target SDGs No. 13.
4.1 Peran Eco Enzyme Dalam Pembelajaran Berkelanjutan
Data dijaring melalui instrument RPP, observasi kegiatan pembelajaran, dan angket
yang dijawab oleh peserta didik setelah proses pembelajaran Eco Enzym.
4.1.1. Karakteristik RPP untuk pembelajaran berkelanjutan dalam pembuatan eco
enzyme
Data yang ditampilkan dijaring melalui rubrik yang telah divalidasi oleh ahli. Hasil
yang diperoleh disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel di bawah ini adalah hasil analisis perbanidngan RPP Pembelajaran Berkelanjutan
dalam hal ini menggunakan RPP Berdiferensiasi dengan RPP K13.
Tabel 4.1 Perbandingan RPP Pembelajaran Berkelanjutan dengan RPP K13 dalam
pembuatan eco enzyme
Aspek Kriteria Keterangan
RPP Berkelanjutan RPP K13
(RPP
Berdiferensiasi)
Indikator Sama Sama Indikator pada RPP

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


4
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
3
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
berkelanjutan sama dengan
indikator pada RPP K 13 yaitu
merupakan perilaku yang
dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian
Kompetensi Dasar (KD)
tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran.

Tujuan Sama Sama Tujuan pada RPP


berkelanjutan sama dengan
tujuan pada RPP K13 yaitu
hasil belajar yang diharapkan
terjadi, dimiliki, atau dikuasai
oleh peserta didik setelah
mengikuti
kegiatan pembelajaran tertentu
atau bias juga disebut arah
yang ingin dituju dari
rangkaian aktivitas yang
dilakukan dalam
proses pembelajaran.

Materi Materi yang Materi Materi pada KD 3.9


diberikan pada merupakan ( Menganalisis perubahan
peserta didik dengan rincian dari iklim dan dampaknya bagi
mempertimbangkan materi pokok ekosistem) dan KD 4.9
pemetaan kebutuhan (Pemanasan (Membuat tulisan tentang
belajar peserta didik Global) tidak gagasan adaptasi /
baik itu dalam aspek ada mengenai penanggulangan masalah
kesiapan belajar, Eco Enzym. perubahan iklim) dalam
aspek minat peserta pembelajaran difokuskan pada
didik dan aspek profil pengelolaan sampah dengan
belajar peserta didik. percobaan Eco Enzym.
Materi ajar tidak
hanya sesuai
Kompetensi Dasar
tetapi difokuskan
pada materi
pembuatan Eco
Enzyme.

Model / Sama Sama Model pembelajaran PBL.


Pendekatan/ Metode pembelajaran diskusi
Metode dan eksperimen.
Media Media yang Media yang
digunakan digunakan
mempertimbangkan berdasar pada

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


4
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
4
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
pemetaan kebutuhan kebutuhan
belajar peserta didik materi dan
yaitu dalam aspek pancapaian
minat peserta didik
dan aspek profil
belajar peserta didik
Langkah- Langkah-langkah Dalam langkah-
langkah Pembelajaran dibuat langkah
Pembelajaran berdasarkan pembelajarn
pemetaan kebutuhan tidak
peserta didik. memperhatikan
kebutuhan
Selanjutnya, setiap belajar peserta
kelompok akan didik artinya
diberikan intruksi proses
pembelajaran dalam pembelajaran
materi yang sama, disamakan
namun proses atau untuk semua
langkahnya berbeda. peserta didik.
Secara otomatis guru
harus menyiapkan
bahan pembelajaran 3
jenis untuk materi
yang sama.

Sumber Dalam hal ini karena Sumber belajar


belajar dalam pembelajaran yang digunakan
mengangkat hanya
pembuatan eco mengenai
enzyme jadi tentu sumber yang
saja sumber belajar berhubungan
yang digunakan lebih dengan
variatif yaitu dengan Kompetensi
praktikum membuat Dasar.
eco enzym
Penilaian Penilaian Penilaian terdiri
berkelanjutan. Ini dari 3 yaitu
memiliki makna penilaian
terkait upaya guru Kognitif,
menggunakan proses penilaian sikap,
penilaian formatif dan penilaian
yang telah keterampilan.
dilakukan, untuk
dapat menentukan
peserta didik mana
yang masih
ketinggalan, atau
sebaliknya, peserta

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


4
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
5
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
didik mana yang
sudah lebih dulu
mencapai tujuan
belajar yang
ditetapkan.
Rencana Ada refleksi setelah Tidak ada
Tindak pembelajaran rencana tindak
Lanjut sehingga dari sana lanjut
kita bias menentukan
perubahan-perubahan
dalam proses KBM
untuk pembelajaran
yang labih baik.

Dari data yang ditampilkan di atas perbandingan RPP berkelanjutan dengan RPP K13
perbedaannya terletak pada proses pembuatannya, RPP berkelanjutan dalam proses
pembuatannya yaitu dengan mempertimbangkan kebutuhan belajar peserta didik (dengan
melihat pada kesiapan, minat, profil belajar peserta didik). Skenario pembelajaran dalam RPP
berkelanjutan dapat mendeskripsikan cara memenuhi kebutuhan belajar peserta didik
tersebut. Sedangkan dalam RPP K13 tidak mempertimbangkan kebutuhan anak secara jelas,
proses KBM berlaku untuk semua peserta didik tanpa melihat aspek kesiapan, minat, dan
profil peserta didik.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat ditafsirkan, bahwa RPP yang umum dalam hal ini RPP
K13 dengan RPP yang mengembangkan pembelajaran berkelanjutan perbedaannya terletak
pada bagian materi, media, langkah pembelajaran, sumber belajar, penilaian, dan rencana
tindak lanjut. Hal ini senada dengan isi buku Inklusif School in Action (Budiyanto, 2017),
kurikulum yang digunakan dalam sekolah inklusi adalah dengan memodifikasi kurikulum, di
mana kurikulum itu didesain sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang berisi berupa
pelajaran dan keterampilan sesuai dengan tingkat kemampuan anak dengan memberikan
materi-materi pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. Hal tersebut bisa
juga dengan mengubah isi dari kurikulum dan strategi pembelajaran yang diberikan guru
kepada peserta didik atau disebut sebagai Differentiated of instruction dan juga menggunakan
metode student-center (metode pengajaran berpusat pada anak dan sesuai dengan kebutuhan
anak) (Leskey & Waldron, 2000).
Sebelum membuat RPP, perlu diketahui terlebih dahulu beberapa aspek yang
menentukan ada keragaman di dalamnya. Perbedaannya dengan RPP Kurikulum 2013 adalah
dari konten, proses, dan juga produk pembelajaran. Ada beberapa aspek penting yang perlu

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


4
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
6
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
guru perhatikan sebelum membuat RPP ini, di antaranya guru melakukan pemetaan profil
peserta didik, analisis KI dan KD, memilih materi yang digunakan, menyusun jenis
diferensiasi (baik itu konten, proses, atau produk pembelajaran), menentukan alat atau media
yang digunakan dan terakhir menyiapkan bahan untuk evaluasi (https://naikpangkat.com/).
Pemetaan profil peserta didik dilakukan dengan cara mengetahui dari nama, gaya belajar,
kecerdasan majemuk, dan lingkungan belajarnya. Pilihan dari gaya belajar ada 3, yaitu
visual, auditori, dan kinestetik (Marno & Idris, 2010).
Dalam pembuatan RPP ini, pertama, tentukan Materi Pokok (MP), Kompetensi Dasar
(KD), dan Indeks Pencapaian Kompetensi (IPK). Setelah itu, mulai merancang langkah
pembelajaran. Sekilas, memang masih sama saja, namun bedanya peserta didik akan
berkelompok sesuai dengan gaya belajarnya. Jadi, total akan ada 3 kelompok. Selanjutnya,
setiap kelompok akan diberikan intruksi pembelajaran dalam materi yang sama, namun
proses atau langkahnya berbeda. Secara otomatis guru harus menyiapkan bahan pembelajaran
3 jenis untuk materi yang sama. Terakhir, pada bagian evaluasi yang dinilai adalah dari cara
berpikir dan kepemahaman peserta didik. Setiap peserta didik akan memiliki penjelasan yang
berbeda-beda dalam satu materi, namun intinya pasti tetap sama
Perancangan pembelajaran dengan pembuatan eco enzyme pada materi pemanasan
global ini diawali dengan studi literatur terkait ESD, pembelajaran berkelanjutan, terhadap
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang ditemukan di sekolah. Indikator yang
dijabarkan dari Standar Kompetensi (SK) meliputi ranah kognitif dan psikomotor, akan
tetapi belum diintegrasikan dengan sikap peduli lingkungan pembuatan eco enzym dan
pembelajaran IPA, kegiatan ini dilakukan guna menemukan irisan antara tema pembelajaran
berkelanjutan, pembuatan eco enzyme dengan materi IPA dalam kurikulum 2013.
Dalam penelitian ini Guru mencoba menerapkan pembelajaran dengan pembelajaran
berkelanjutan sehingga diharapkan dengan pembuatan eco enzyme ini peserta didik mampu
menerapkan aksi nyata yang dilakukan untuk sedikitnya akan mampu mengurangi sampah
organik di lingkungan sekitar mereka dan peserta didik dapat menerapkan pengetahuan yang
mereka dapat kepada lingkungan rumah dan lingkungan sekitar mereka. Hal ini sesuai
dengan tujuan ESD 2030 untuk membangun dunia yang lebih adil dan berkelanjutan. Lima
prioritas ESD yaitu: penguatan kebijakan (advancing policy), transformasi lingkungan
pembelajaran (transforming learning environments), peningkatan kapasitas pendidik dan
tenaga kependidikan (building capacities of educators), pemberdayaan dan mobilisasi kaum
muda (empowering and mobilizing youth), serta mendorong percepatan aksi nyata di tingkat

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


4
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
7
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
lokal atau komunitas (accelerating local level actions) (https://www.kemdikbud.go.id). ESD
yang merupakan bagian dari agenda SDGs 2030 memberikan landasan kokoh yang meletakkan
dasar-dasar yang kuat untuk menjadi penopang proses transformasi sosial, ekonomi, budaya menuju
Indonesia Emas, dan selaras dengan visi Indonesia 2045 (Bappenas, 2017). Bappenas (2017)
menyusun sebuah dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang
memuat seluruh agenda SDGs dalam kerangka kebijakan nasional. “Jika pencapaian target SDGs
dilakukan dengan baik, khususnya dengan membangun sistem pendidikan yang tercermin pada
peningkatan kualifikasi pendidikan penduduk indonesia, maka akan berkontribusi terhadap
produktifitas bangsa serta memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi negara. llen Almers
(2009) mendefinisikan kompetensi tindakan sebagai berikut: “Kemampuan untuk terlibat
sebagai pribadi, bersama dengan orang lain, dalam tindakan yang bertanggung jawab,
memelihara dunia dengan penuh Kasih, manusiawi berdasarkan pemikiran kritis dan
pengetahuan yang tidak sempurna”. “Pendidikan bisa dan harus, berkontribusi pada visi baru
untuk pembangunan berkelanjutan global” (UNESCO, 2015). Pembangunan yang terjadi di
dunia sekarang ini tidaklah berkelanjutan, kita semua dengan mudah dapat menyetujui hal ini.
Mencapai pembangunan berkelanjutan memerlukan pembelajaran terus menerus tentang
masalah yang beragam dan kompleks, bagaimana masalah ini saling terkait dan
mempengaruhi satu sama lainnya, tetapi ini juga tentang kemampuan untuk berhubungan
secara rahasia. Bagi kita yang masih hidup saat ini dan generasi mendatang harus mampu
untuk bertahan hidup dan beradaptasi terhadap perubahan. Dalam hal ini sangat penting
sekali kita sebagai Guru memfasilitasi peserta didik untuk belajar dengan pembuatan Eco
Enzym di dalamnya supaya proses belajar berkelanjutan tercapai.
ESD dapat mengembangkan kompetensi kunci yang relevan untuk semua SDGs.
Pembelajaran berkelanjutan juga dapat mengembangkan hasil belajar tertentu yang
dibutuhkan untuk mencapai SDGs tertentu. UNESCO (2017) menyatakan terdapat delapan
kompetensi kunci yang dirasa penting dalam memajukan pembangunan berkelanjutan
Kompetensi tersebut meliputi kognitif, afektif, kemauan (volitional), dan motivasi.
Kompetensi-kompetensi tersebut harus dikembangkan sendiri oleh siswa melalui tindakan
berdasarkan pengalaman dan refleksi. Berdasarkan hasil kajian pustaka terhadap artikel yang
sesuai dengan topik yang telah ditentukan,diperoleh implementasi ESD dalam pembelajaran
IPA di Indonesia sudah cukup banyak dan beragam. Implementasi dilakukan baik melalui
integrasi model pembelajaran pada pokok bahasan atau tema tertentu maupun pengembangan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


4
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
8
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
media pembelajaran yang menunjang keterlaksanaan implementasi. Secara lengkap, hasil
kajian terhadap tujuh artikel terkait implementasi ESD dalam pembelajaran IPA.
Pembelajaran berkelanjutan dapat diimplementasikan dalam pembelajaran IPA melalui
berbagai cara. Pembelajaran berkelanjutan dapat diintegrasikan ke dalam model
pembelajaran, seperti pembelajaran berbasis masalah (PBL) dan flipped classroom (Agusti et
al., 2019; Clarisa et al., 2020; Jasin et al., 2019; Pratiwi et al., 2019). Pengimplementasian
Pembelajaran Berkelanjutan dapat dilakukan melalui media yang digunakan dalam
pembelajaran, seperti modul, buku teks, lembar kerja dan games pada perangkat berbasis
Android (Pradipta et al., 2021; Fibonacci et al., 2020; Rahman et al., 2019).
Pengimplementasian pembelajaran berkelanjutan telah banyak dilakukan pada jenjang SMA
sehingga dibutuhkan kajian lebih mendalam terkait pengimplementasian ESD pada jenjang
SMP supaya informasi yang lebih menyeluruh terkait pembelajaran berkelanjutan dalam
pembelajaran IPA dapat diperoleh. Implementasi pembelajaran berkelanjutan dalam
pembelajaran IPA dilaporkan dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan-
keterampilan tertentu yang diharapkan dikuasi oleh siswa. Pengemasan pembelajaran
berkelanjutan yang tepat dalam sebuah pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan konsep
dan hasil belajar pada ranah kognitif karena dalam pembelajarannya, siswa diminta untuk
melakukan evaluasi diri terkait hasil dan proses belajaranya. (Clarisa et al., 2020; Pratiwi et
al., 2019). Selain hasil belajar, keterampilan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui
penerapan pembelajaran berkelanjutan dalam pembelajaran. Peningkatan keterampilan
berpikir kritis ini karena siswa dituntut menggunakan kemampuan berpikir dalam
merumuskan masalah dan mencari alternatif-alternatif solusi untuk memecahkan
permasalahan tersebut (Agusti, K. A, 2019). Pembelajaran berkelanjutan yang diintegrasikan
ke dalam pembelajaran juga dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah karena
pembelajaran berkelanjutan sendiri merupakan kompetensi-kompetensi yang terkait dengan
kolaborasi melalui pemikiran kritis, pengambilan keputusan berdasarkan pemecahan masalah,
dan perencanaan serta manajemen konflik (Pradipta et al., 2021).
4.1.2. Aktivitas Pembelajaran
Data dijaring dengan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Data hasil
observasi ini berdasarkan lembar observasi aktivitas pembelajaran yang dilakukan Guru
selama proses pembelajaran Eco Enzyme ini. Bertindak sebagai observer yaitu rekan sejawat
sesama guru IPA di SMPN 2 Bojongpicung dihasilkan hasil sebagai berikut: Persentase

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


4
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
9
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
keterlaksanaan pembelajaran kemudian diubah menjadi data kualitatif dengan menggunakan
kriteria pada table berikut:

Tabel 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran Siswa Kela VII A – VII F

Tidak
Kategori Kompetensi Terlaksana
Terlaksana

Kegiatan Awal Peserta didik terkondisikan



untuk belajar
Peserta didik dapat
mengaitkan materi
pembelajaran dengan 
pengalaman pembelajaran
sebelumnya yang relevan
Peserta didik mengetahui

tujuan pembelajaran
Peserta didik mendapatkan
informasi rencana kegiatan,
misalnya individu, kerja 
kelompok, atau melakukan
observasi).
Penguasaan Materi Mengembangkan materi
Pembelajaran sesuai dengan indikator 
pembelajaran.
Mengaitkan materi
pembelajaran dengan
pengetahuan lain yang 
relevan, perkembangan
IPTEK, dan kehidupan nyata.
Menyajikan materi
pembelajaran secara tepat,

sesuai perkembangan peserta
didik dan alokasi waktu.
Menyajikan materi
pembelajaran secara
sistematis (dari konkret ke
abstrak, dari mudah ke sulit, 
dari lingkungan yang dekat
dengan peserta didik ke yang
jauh).
Penerapan Pembelajaran peserta didik
Pendekatan/Strategi/Model sesuai dengan indikator 
Pembelajaran yang pembelajaran.
Mendidik Pembelajaran peserta didik

berjalan secara runtut.
Pembelajaran sesuai dengan 

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


5
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
0
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Tidak
Kategori Kompetensi Terlaksana
Terlaksana

syntak model/strategi
pembelajaran.
Pembelajaran peserta didik
menumbuhkan kebiasaan 
positif (nurturant effect)
Penerapan Pembelajaran Ketepatan teknik 
Penerapan Teknik
Kesesuaian dengan jenjang
Pembelajaran Kompetensi 
pendidikan peserta didik
Sosial dan Emosional
Penggunaan alat/media Terampil menggunakan
alat/media pembelajaran

yang sesuai untuk peserta
didik
Peserta didik terlibat dalam
pemanfaatan alat/media 
pembelajaran.
Peserta didik termotivasi

dalam belajar
Peserta didik dapat belajar

secara interaktif
Penggunaan Sumber Peserta didik dapat
Belajar memanfaatkan sumber 
belajar yang diberikan Guru
Peserta didik memperoleh

sumber belajar yang relevan.
Peserta didik terlibat dalam

pemanfaatan sumber belajar
Mendukung pembelajaran
aktif dan interaktif peserta 
didik
Penggunaan Bahasa yang Menggunakan bahasa lisan

Benar dan Tepat dalam sesuai PUEBI.
Pembelajaran. Menggunakan bahasa lisan

yang komunikatif.
Menggunakan bahasa tulis

sesuai PUEBI.
Menggunakan bahasa tulis
yang komunikatif untuk 
peserta didik
Kegiatan Penutup dalam Peserta didik terlibat dalam
pembelajaran melakukan refleksi atau 
membuat rangkuman
Melaksanakan penilaian 
akhir atau mengumpulkan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


5
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
1
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Tidak
Kategori Kompetensi Terlaksana
Terlaksana

hasil kerja sebagai bahan


portofolio.
Melaksanakan tindak lanjut
dengan memberikan arahan
kegiatan berikutnya atau 
tugas pengayaan dan
remedial.
Doa Penutup pembelajaran 
Dari data pada tabel 4.3 diperoleh hasil keterlaksanaan pembelajaran sebagai berikut:

jumlah poin terlaksana


% Keterlaksanaan RPP= ×100 %
jumlah poin totalm

28
% Keterlaksanaan RPP= x 100 %=93 , 3 %
30

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran pada table 4.2 kegiatan pembelajaran dengan
mengembangkan Eco Enzym pada umumnya terlaksana dengan sangat baik dilihat dari
proses pembelajaran dan keterlaksanaan RPP. Hal ini dapat dilihat dari keterlaksanaan
aktivitas pembelajaran terlihat bahwa guru telah melaksanakan hampir semua tahapan
pembelajaran dengan sangat baik.

Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 dapat diuraikan beberapa hal berdasarkan data tersebut.
Pertama, pengimplementasian pembelajaan diawali dengan menggunakan permasalahan yang
hangat tentang isu sampah terkait keberlanjutan untuk menggiring peserta didik ke dalam
pembelajaran IPA. Sintaks kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah (PBL). Pada pembelajaran dengan model PBL dalam sintak 1 yaitu Orientasi peserta
didik pada masalah, masalah yang dihadirkan pembelajaran adalah masalah sampah dan
pengelolaannya yang ada di sekitar lingkungan masyarakat. Selanjutnya pada sintak 2 yaitu
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, peserta didik menganalisis penyebab dan
dampak dari masalah sampah yang terjadi. Pada prosesnya dalam sintak 3 yaitu Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok, peserta didik mendaur ulang sampah kulit buah dan
sayur menjadi eco enzyme yang dapat dimanfaatkan. Selanjutnya hasil percobaan mereka
disajikan dan dianalisis pada sintak 4 dan 5 yaitu Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya; dan Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kegiatan penilaian
yang dilakukan mengacu pada hasil belajar (pengetahuan, sikap dan keterampilan),

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


5
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
2
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
kemampuan berpikir sistem dan pemecahan masalah. Rangkaian kegiatan yang dilakukan
bersifat student center, dimana guru memfasilitasi peserta didik agar aktif secara pemikiran
(thinking) dan tindakan (action).
Rancangan pembelajaran berkelanjutan ini berfokus untuk membekali peserta didik
dengan pengetahuan dan keterampilan, yang nantinya digunakan peserta didik menemukan
solusi baru terhadap masalah lingkungan di komunitas dan masyarakat sekitar mereka yang
nantinya dapat diintegrasikan dengan sikap peduli lingkungan sekitar. Pembelajaran
berkelanjutan juga merupakan sikap yang tepat menuju sustainable society. Sustainable
society adalah sebuah agenda besar baik bagi Indonesia maupun masyarakat dunia, dan hanya
dapat dicapai secara akademis, yaitu melalui pembelajaran.
Pembuatan eco enzime pada materi pemanasan global ini diharapkan dapat membekali
peserta didik secara pengetahuan, sikap dan keterampilan yang mendukung tercapainya
pembelajaran berkelanjutan. Secara pengetahuan, peserta didik diberi pengetahuan dasar dan
pemahaman tentang fenomena perubahan iklim dan faktor manusia atau aktivitas manusia
didalamnya, konsekuensinya, dan langkah-langkah mengurangi dampak perubahan iklim
(pencegahan dan mitigasi) termasuk masalah sampah yang menjadi penyebab terjadinya
pemanasan global pada sintak 1 yaitu Orientasi peserta didik pada masalah. Pemahaman yang
beragam tentang pengelolaan sampah terutama sampah organik dari rumah tangga yang
kedepannya secara sikap atau perilaku peserta didik diharapkan mau untuk memulai
merefleksikan tindakannya sendiri, menentukan tindakan apa yang harus diambil, memiliki
empati dan memastikan penularannya dari individu ke tingkat masyarakat terutama dalam
pengelolaan sampah melalui pembuatan eco enzyme. Berdasarkan hasil pembahasan dari
analisis jurnal yang berjudul penerapan eco enzyme pada pembelajaran sains terkait
lingkungan sekolah dapat disimpulkan bahwa penerapan eco enzyme dalam pembelajaran
sains terkait lingkungan sangat baik dilaksanakan karena dari pembelajaran tersebut peserta
didik memiliki rasa cinta dan peduli terhadap lingkungan dan kegiatan ini mengajarkan
peserta didik untuk lebih dekat lagi pada alam disekitar tempat tinggalnya serta kegiatan
tersebut memiliki manfaat yang banyak di berbagai bidang, dapat membantu mengurangi
limbah rumah tangga, memiliki pola fikir yang kritis dan juga memiliki nilai ekonomis.
(Rahmawati & Yaswinda 2021). Dalam jurnal lain yang berjudul pembuatan ecoenzym
sebagai upaya pengolahan limbah rumah tangga (Nazurahani, 2022) disimpulkan bahwa
limbah organik yang telah difermentasi selama 3 (tiga) bulan akan menghasilkan enzim,
limbah organik yang biasanya kita buang ke dalam tong sampah, bisa menjadi pembersih

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


5
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
3
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
organik, atau bahan pembersih rumah tangga, fermentasi limbah dapur organik seperti ampas
buah, kulit buah, dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air, warnanya
coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat.
Berdasarkan hasil implementasi pembelajaran dengan pembuatan eco enzyme pada
materi pemanasan global yang telah dilakukan dapat diperoleh gambaran bahwa pembelajaran
berkelanjutan tidak hanya mengajarkan pembangunan yang berkelanjutan, banyak kompetensi
yang dapat diperoleh peserta didik melalui penerapan pembelajaran pembuatan eco enzyme
ke dalam pembelajaran IPA. Pembuatan eco enzyme dalam pembelajaran pada materi
pemanasan global
Paradigma pembangunan SDGs seharusnya sudah mengadopsi parameter atau variabel
perubahan iklim. Hal ini dikarenakan paradigma SDGs telah memasukkan nilai ekonomi,
sosial, dan ekologi serta links atau irisan ke 3 aspek tersebut (ekonomi, sosial, dan
ekologi/lingkungan fisik). Perubahan iklim memang merupakan proses fisis, tapi harus
dipahami juga secara sosial ekonomi. Fenomena perubahan iklim yang datang mendadak
dapat saja merusak hasil-hasil yang telah dicapai dan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan (Antasena, 2017). Materi pemanasan global merupakan salah satu materi IPA
yang beririsan dengan target SDGs yaitu penanganan perubahan iklim. Pelakasanaan
pembelajaran pemanasan global ini secara tidak langsung menggiring peserta didik untuk
menganalisis penyebab dan dampak terjadinya perubahan iklim di dunia. Sehingga, melalui
pembelajaran pembuatan eco enzyme ini, peserta didik digiring untuk mampu mengambil
langkah untuk mengurangi dampak terjadinya perubaham iklim yang dirasakan oleh seluruh
masyarakat dunia. Pembuatan eco enzyme yang diintegrasikan pada pembelajaran di kelas
pada materi pemanasan global ini dilaksanakan dengan mengunakan model pembelajaran
berbasis masalah (PBL) dengan menyertakan pembuatan eco enzyme. Dalam kegiatan
pembuatan eco enzyme peserta didik mengolah sampah buah dan sayur menjadi produk yang
dapat bermanfaat yaitu eco enzyme. Pada dasarnya kegiatan ini tidak mengurangi jumlah
sampah organik yang ada, tetapi paling tidak mengurangi jumlah sampah buah dan sayur di
empat pembuangan akhir sampah (TPS), ini juga merupakan langkah awal bahwa peserta
didik juga dapat turut mendukung untuk penyelesaian masalah perubahan iklim sehingga
mendukung pencapaian tujuan SDGs No.13. Pembelajaran ini juga akan membekali peserta
didik secara pengetahuan dan menghubungkan kemampuan-kemampuan tersebut dengan
nilai-nilai yang ada di masyarakat seperti mencintai lingkungan, menghargai sesama dan
keberagaman, sehingga ini akan membentuk masyarakat yang berkelanjutan. Hal ini senada

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


5
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
4
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
dengan hasil penelitian pada jurnal yang berjudul “The Implementation Of Education For
Sustainable Development By Several Agencies yaitu Upaya pelaksanaan Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan (ESD) pada Dekade Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (DESD) sudah dilakukan oleh berbagai lembaga, baik lembaga milik
pemerintah, BUMN, lembaga internasional, maupun lembaga non pemerintah. Pelaksanaan
dilakukan melalui pengembangan berbagai program penanaman nilai-nilai pembangunan
berkelanjutan di sekolah. (Listiawati, 2013).
4.1.3 Tanggapan Peserta didik Tentang Eco Enzym Dalam Pembelajaran IPA
Data terkait peranan pembuatan Eco enzym dalam pembelajaran berkelanjutan dijaring
melalui instrumen angket. Angket diberikan kepada peserta didik setelah proses KBM selesai.
Angket terdiri dari 3 Kategori (tiga) dan 10 Kompetensi (sepuluh) yaitu Kategori A
Kompetensi 1 Mengembangkan Diri dan Orang lain Kompetensi I Menunjukkan Praktik
Pengembangan Diri Yang Didasari Kesadaran dan Kemauan Pribadi (Self Regulated
Learning), Kompetensi B Mengembangkan Kompetensi Warga Sekolah Untuk Meningkatkan
Kualitas Peserta didik (Facilitating, Coaching, Mentoring), Kompetensi C Berpartisipasi
Aktif Dalam Organisasi Profesi Kepemimpinan Sekolah Dan Komunitas Lain Untuk
Pengembangan Karir, Kompetensi D Menunjukkan Kematangan Moral, Emosi, Dan Spiritual
Untuk Berperilaku Sesuai Kode Etik. Kategori 2 Memimpin Pembelajaran Kompetensi A
Memimpin Upaya Membangun Lingkungan Belajar Yang Berpusat Pada Peserta didik,
Kompetensi B Memimpin Perencanaan Dan Pelaksanaan Proses Belajar Yang Berpusat Pada
Peserta didik, Kompetensi C Memimpin Refleksi Dan Perbaikan Kualitas Proses Belajar
Yang Berpusat Pada Peserta didik, Kompetensi D Melibatkan Orang Tua Sebagai
Pendamping Dan Sumber Belajar Di Sekolah. Kategori 3 Memimpin Manajemen Sekolah
Diperkecil Untuk Kelas Kompetensi A Memimpin Upaya Mewujudkan Visi Sekolah Menjadi
Budaya Belajar Yang Berpihak Pada Peserta didik, Kompetensi B Memimpin Dan Mengelola
Program Sekolah Yang Berdampak Pada Peserta didik. Selanjutnya yaitu lembar umpan balik
diri dan lembar umpan balik peserta didik ebagai bahan refleksi pembelajaran yang telah
dilakukan.
4.1.3.1. Tanggapan Peserta didik Terhadap Kategori 1 Mengembangkan Diri dan
Orang lain Kompetensi A Menunjukkan Praktik Pengembangan Diri Yang
Didasari Kesadaran dan Kemauan Pribadi (Self Regulated Learning).
Kategori 1 Mengembangkan Diri dan Orang lain Kompetensi A Menunjukkan Praktik
Pengembangan Diri Yang Didasari Kesadaran dan Kemauan Pribadi (Self Regulated

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


5
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
5
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Learning) diukur dengan 6 item pernyataan yaitu item nomor 1,2,3,4,5,6 kecenderungan
jawaban peserta didik terhadap item tersebut tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Kecenderungan Jawaban Peserta didik Terhadap Kategori 1
Mengembangkan Diri dan Orang lain Kompetensi A Menunjukkan Praktik
Pengembangan Diri Yang Didasari Kesadaran dan Kemauan Pribadi (Self
Regulated Learning)
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F %
1 0 0 0 0 50 53,8 43 46,2 3,46 Selalu
2 0 0 0 0 21 22,6 72 77,4 3,77 Selalu
3 0 0 0 0 44 47,3 49 52,7 3,53 Selalu
4 0 0 0 0 38 40,9 55 59,1 3,59 Selalu
5 0 0 0 0 45 48,4 48 51,6 3,52 Selalu
6 0 0 0 0 17 18,3 76 81,7 3,82 Selalu
Rata-rata Kategori 1 Kompetensi A 3,62 Selalu

Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00-4,00 adalah pada kategori “Selalu” dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa kegiatan tersebut
secara terus menerus dilakukan oleh peserta didik. Kemudian dari hasil tanggapan peserta
didik terhadap kategori 1 mengembangkan diri dan orang lain kompetensi A menunjukkan
praktik pengembangan diri yang didasari kesadaran dan kemauan pribadi (Self Regulated
Learning) terpusat pada alternatif jawaban 4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik kelas VII A
sampai VII F sesi A SMPN 2 Bojongpicung menunjukkan bahwa ada 50 peserta didik
menjawab sering, 43 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak
pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 1, 21 peserta didik menjawab sering, 72 peserta
didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 2, 44 peserta didik menjawab sering, 49 peserta didik menjawab selalu,
dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 3, 38
peserta didik menjawab sering, 55 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 4, 45 peserta didik menjawab
sering, 48 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan
sesekali untuk pertanyaan nomor 5, 17 peserta didik menjawab sering, 76 peserta didik
menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan
nomor 6. Rata-rata jawaban peserta didik indikator frekuensi pembelajaran berkelanjutan
sebesar 3,62 apabila dihubungkan dengan skala penafsiran pada tabel 4.3 skor rata-rata, maka

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


5
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
6
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
angka tersebut berada pada rentang 3,40 - 4,0 atau berada dalam kategori Selalu. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan pembelajaran berkelanjutan di SMP
Negeri 2 Bojongpicung dilihat dari indikator Frekuensi Pembelajaran Berkelanjutan
dipersepsikan tinggi. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.1 Grafik umpan balik peserta didik kategori 1 kompetensi A

Pemahaman konsep tentang self-regulation adalah penting dalam pengembangan


kemampuan diri untuk mencapai prestasi belajar. Menurut Beli dan Arkyoyd (2006) self-
regulated learning (SRL) merupakan bagian teori pembelajaran kognitif yang menyatakan
bahwa perilaku, motivasi dan aspek lingkungan belajar, akan mempengaruhi prestasi
seseorang pembelajar. Bahkan beberapa ahli berpendapat SRL memberikan pengaruh yang
positip terhadap kesuksesan prestasi akademik pebelajar. Self-regulated learning adalah
tindakan prakarsa diri (self-initiated) yang meliputi goal setting dan usaha-usaha pengaturan
untuk mencapai tujuan, pengelolaan waktu, dan pengaturan lingkungan fisik dan sosial demi
tercapainya tujuan pembelajaran secara individual. Di samping itu, self-regulated learning
juga merupakan motivasi secara intrinsik dan pemilihan strategi individual dalam mencapai

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertangaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6

Sering Selalu
kemampuan sebagai hasil berajar yang diharapkan.

Dalam pembelajaran dengan percobaan eco enzyme ini self regulated learning (SRL)
sangat dibutuhkan. Peserta didik dituntut untuk mengembangkan diri dengan belajar mandiri
untuk memecahkan permasalahan terkait pemanasan global. Secara mandiri peserta didik
dapat mencoba metode, strategi maupun model pembelajarannya sendiri untuk dapat
mengatasi permasalahan pembelajaran di kelasnya, atau bekerja secara kolaboratif dengan
temannya untuk menemukan solusi dari masalah-masalah pembelajarannya, hal ini
merupakan kesuksesan peserta didik dalam belajar.

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


5
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
7
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
4.1.3.2. Tanggapan Peserta didik Terhadap Kategori 1 Mengembangkan Diri dan
Orang lain Kompetensi B Mengembangkan Kompetensi Warga Sekolah Untuk
Meningkatkan Kualitas Peserta didik (Facilitating, Coaching, Mentoring).
Kategori 1 Mengembangkan Diri dan Orang lain Kompetensi B Mengembangkan
Kompetensi Warga Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas Peserta didik (Facilitating,
Coaching, Mentoring). diukur dengan 7 item pernyataan yaitu item nomor 7 sampai nomor
13 kecenderungan jawaban peserta didik terhadap item tersebut tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Kecenderungan Jawaban Peserta didik Terhadap Kategori 1


Mengembangkan Diri dan Orang lain Kompetensi B Mengembangkan Kompetensi
Warga Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas Peserta didik (Facilitating, Coaching,
Mentoring)
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F %
7 0 0 0 0 32 34,4 61 65,6 3,66 Selalu
8 0 0 0 0 63 67,7 30 32,3 3,32 Selalu
9 0 0 0 0 20 21,5 73 78,5 3,78 Selalu
10 0 0 0 0 51 54,8 42 45,2 3,45 Selalu
11 0 0 0 0 25 26,9 68 73,1 3,73 Selalu
12 0 0 0 0 29 31,2 64 68,8 3,69 Selalu
13 0 0 0 0 38 40,9 55 59,1 3,59 Selalu
Rata-rata Kategori 1 Kompetensi B 3,60 Selalu

Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap kategori 1 mengembangkan diri dan orang lain kompetensi B Mengembangkan
Kompetensi Warga Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas Peserta didik (Facilitating,
Coaching, Mentoring) terpusat pada alternatif jawaban 4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik
kelas VII A sampai VII F sesi A SMPN 2 Bojongpicung menunjukkan bahwa ada 32 peserta
didik menjawab sering , 61 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab
tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 7, 63 peserta didik menjawab sering , 30
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 8, 20 peserta didik menjawab sering, 73 peserta didik menjawab selalu,
dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 9, 51

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


5
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
8
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
peserta didik menjawab sering , 42 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 10, 25 peserta didik menjawab
sering , 68 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan
sesekali untuk pertanyaan nomor 11, 29 peserta didik menjawab sering , 64 peserta didik
menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan
nomor 12, 38 peserta didik menjawab sering , 55 peserta didik menjawab selalu, dan tidak
ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 13. Rata-rata jawaban
peserta didik indikator frekuensi pembelajaran berkelanjutan sebesar 3,60 apabila
dihubungkan dengan skala penafsiran pada tabel 4.4 skor rata-rata, maka angka tersebut
berada pada rentang 3,40 - 4,0 atau berada dalam kategori Tinggi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa untuk mewujudkan pembelajaran berkelanjutan di SMP Negeri 2
Bojongpicung dilihat dari indikator Frekuensi Pembelajaran Berkelanjutan dipersepsikan
Selalu. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada grafik berikut:
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7
n n n n n n n
aa aa aa aa aa aa aa
ny ny ny ny ny ny ny
tr a tr a tr a tr a tr a tr a tr a
Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe

Sering Selalu

Gambar 4.2 Grafik umpan balik peserta didik kategori 1 kompetensi B

Menurut B. Weiner, dengan teori atribusinya, satu sumbangan penting untuk


pendidikan adalah berkenaan dengan analisa terjadinya interaksi di kelas. Dalam hal ini
ketika peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan warga sekolah untuk
meningkatkan kualitas peserta didik menunjukkan terjadi interaksi yang baik di kelas.
4.1.3.3. Tanggapan Peserta didik Terhadap Kategori 1 Mengembangkan Diri dan
Orang lain Kompetensi C Berpartisipasi Aktif Dalam Organisasi Profesi
Kepemimpinan Sekolah Dan Komunitas Lain Untuk Pengembangan Karir
Kategori 1 Mengembangkan Diri dan Orang lain Kompetensi C Berpartisipasi Aktif
Dalam Organisasi Profesi Kepemimpinan Sekolah Dan Komunitas Lain Untuk

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


5
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
9
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Pengembangan Karir. diukur dengan 4 item pernyataan yaitu item nomor 14 sampai nomor
17 kecenderungan jawaban peserta didik terhadap item tersebut tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Kecenderungan Jawaban Peserta didik Terhadap Kategori 1


Mengembangkan Diri dan Orang lain Kompetensi C Berpartisipasi Aktif Dalam
Organisasi Profesi Kepemimpinan Sekolah Dan Komunitas Lain Untuk
Pengembangan Karir
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F %
14 0 0 0 0 37 39,8 56 60,2 3,6 Selalu
15 0 0 0 0 56 60,2 37 39,8 3,4 Selalu
16 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 3,74 Selalu
17 0 0 0 0 42 45,2 51 54,8 3,55 Selalu
Rata-rata Kategori 1 Kompetensi C 3,57 Selalu

Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap kategori 1 mengembangkan diri dan orang lain kompetensi C Berpartisipasi Aktif
Dalam Organisasi Profesi Kepemimpinan Sekolah Dan Komunitas Lain Untuk
Pengembangan Karir terpusat pada alternatif jawaban 4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik
kelas VII A sampai VII F sesi A SMPN 2 Bojongpicung menunjukkan bahwa ada 37 peserta
didik menjawab sering , 56 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab
tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 14, 56 peserta didik menjawab sering, 37
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 15, 24 peserta didik menjawab sering , 69 peserta didik menjawab selalu,
dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 16, 42
peserta didik menjawab sering , 51 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 17. Rata-rata jawaban peserta
didik indikator frekuensi pembelajaran berkelanjutan sebesar 3,57 apabila dihubungkan
dengan skala penafsiran pada tabel 4.5 skor rata-rata, maka angka tersebut berada pada
rentang 3,40 - 4,0 atau berada dalam kategori Selalu. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa untuk mewujudkan pembelajaran berkelanjutan di SMP Negeri 2 Bojongpicung dilihat
dari indikator Frekuensi Pembelajaran Berkelanjutan dipersepsikan tinggi. Untuk lebih
jelasnya lagi dapat dilihat pada grafik berikut:

80
70
60
Pembuatan
50
Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
6
Mewujudkan
40
Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
0
30
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
20
10
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4

Sering Selalu

Gambar 4.3 Grafik umpan balik peserta didik kategori 1 kompetensi C


4.1.3.4. Hasil angket Peserta didik Terhadap Kategori 1 Mengembangkan Diri dan
Orang lain Kompetensi D Menunjukkan Kematangan Moral, Emosi, Dan
Spiritual Untuk Berperilaku Sesuai Kode Etik.
Kategori 1 Mengembangkan Diri dan Orang lain Kompetensi D Menunjukkan
Kematangan Moral, Emosi, Dan Spiritual Untuk Berperilaku Sesuai Kode Etik. diukur
dengan 7 item pernyataan yaitu item nomor 18 sampai nomor 24 kecenderungan jawaban
peserta didik terhadap item tersebut tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Hasil Angket Peserta didik Terhadap Kategori 1 Mengembangkan Diri
dan Orang lain Kompetensi D Menunjukkan Kematangan Moral, Emosi, Dan
Spiritual Untuk Berperilaku Sesuai Kode Etik
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F %
18 0 0 0 0 51 54,8 42 45,2 3,45 Selalu
19 0 0 0 0 25 26,9 68 73,1 3,73 Selalu
20 0 0 0 0 29 31,2 64 68,8 3,69 Selalu
21 0 0 0 0 38 40,9 55 59,1 3,59 Selalu
22 0 0 0 0 37 39,8 56 60,2 3,6 Selalu
23 0 0 0 0 56 60,2 37 39,8 3,4 Selalu
24 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 3,74 Selalu
Rata-rata Kategori 1 Kompetensi D 3,60 Selalu

Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap kategori 1 mengembangkan diri dan orang lain kompetensi D Menunjukkan
Kematangan Moral, Emosi, Dan Spiritual Untuk Berperilaku Sesuai Kode Etik terpusat pada
alternatif jawaban 4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik kelas VII A sampai VII F sesi A
SMPN 2 Bojongpicung menunjukkan bahwa ada 42 peserta didik menjawab sering , 51
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 18, 25 peserta didik menjawab sering , 68 peserta didik menjawab selalu,

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


6
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
1
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 19, 29
peserta didik menjawab sering , 64 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 20, 38 peserta didik menjawab
sering , 55 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan
sesekali untuk pertanyaan nomor 21, 37 peserta didik menjawab sering , 56 peserta didik
menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan
nomor 22, 56 peserta didik menjawab sering , 37 peserta didik menjawab selalu, dan tidak
ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 23, 24 peserta didik
menjawab sering , 69 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak
pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 24. Rata-rata jawaban peserta didik indikator
frekuensi pembelajaran berkelanjutan sebesar 3,60 apabila dihubungkan dengan skala
penafsiran pada tabel 4.6 skor rata-rata, maka angka tersebut berada pada rentang 3,40 - 4,0
atau berada dalam kategori Tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk
mewujudkan pembelajaran berkelanjutan di SMP Negeri 2 Bojongpicung dilihat dari
indikator Frekuensi Pembelajaran Berkelanjutan dipersepsikan Selalu. Untuk lebih jelasnya
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7

Sering Selalu
lagi dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.4 Grafik umpan balik peserta didik kategori 1 kompetensi D

4.1.3.5. Hasil Angket Peserta didik Terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran


Kompetensi A Memimpin Upaya Membangun Lingkungan Belajar Yang
Berpusat Pada Peserta didik.
Kategori 2 Memimpin Pembelajaran Kompetensi A Memimpin Upaya Membangun
Lingkungan Belajar Yang Berpusat Pada Peserta didik diukur dengan 7 item pernyataan yaitu
item nomor 25 sampai 31 kecenderungan jawaban peserta didik terhadap item tersebut
tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Hasil Angket Peserta didik Terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran
Kompetensi A Memimpin Upaya Membangun Lingkungan Belajar Yang Berpusat
Pada Peserta didik

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


6
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
2
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F %
25 0 0 0 0 37 39,8 56 60,2 3,6 Selalu
26 0 0 0 0 33 35,5 60 64,5 3,65 Selalu
27 0 0 0 0 37 39,8 56 60,2 3,6 Selalu
28 0 0 0 0 56 60,2 37 39,8 3,4 Selalu
29 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 3,74 Selalu
30 0 0 0 0 56 60,2 37 39,8 3,4 Selalu
31 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 3,74 Selalu
Rata-rata Kategori 2 Kompetensi A 3,59 Selalu

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


6
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
3
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran Kompetensi A Memimpin Upaya Membangun
Lingkungan Belajar Yang Berpusat Pada Peserta didik terpusat pada alternatif jawaban 4
(skor 4). Disimpulkan peserta didik kelas VII A sampai VII F sesi A SMPN 2 Bojongpicung
menunjukkan bahwa ada 37 peserta didik menjawab sering , 56 peserta didik menjawab
selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 25,
33 peserta didik menjawab sering , 60 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7

Sering Selalu
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 26, 37 peserta didik menjawab
sering , 56 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan
sesekali untuk pertanyaan nomor 27, 56 peserta didik menjawab sering , 37 peserta didik
menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan
nomor 28, 24 peserta didik menjawab sering , 69 peserta didik menjawab selalu, dan tidak
ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 29, 56 peserta didik
menjawab sering , 37 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak
pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 30, 24 peserta didik menjawab sering , 69
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 31. Rata-rata jawaban peserta didik indikator frekuensi pembelajaran
berkelanjutan sebesar 3,59 apabila dihubungkan dengan skala penafsiran pada tabel 4.7 skor
rata-rata, maka angka tersebut berada pada rentang 3,40 - 4,0 atau berada dalam kategori
Selalu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan pembelajaran
berkelanjutan di SMP Negeri 2 Bojongpicung dilihat dari indikator Frekuensi Pembelajaran
Berkelanjutan dipersepsikan tinggi. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 4.5 Grafik umpan balik peserta didik kategori 2 kompetensi A

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


6
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
4
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
4.1.3.6. Hasil Angket Peserta didik Terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran
Kompetensi B Memimpin Perencanaan Dan Pelaksanaan Proses Belajar Yang
Berpusat Pada Peserta didik.
Kategori 2 Memimpin Pembelajaran Kompetensi B Memimpin Perencanaan Dan
Pelaksanaan Proses Belajar Yang Berpusat Pada Peserta didik diukur dengan 6 item
pernyataan yaitu item nomor 32 sampai nomor 37 kecenderungan jawaban peserta didik
terhadap item tersebut tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Hasil Angket Peserta didik Terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran
Kompetensi B Memimpin Perencanaan Dan Pelaksanaan Proses Belajar Yang
Berpusat Pada Peserta didik
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F %
32 0 0 0 0 50 53,8 43 46,2 3,46 Selalu
33 0 0 0 0 21 22,6 72 77,4 3,77 Selalu
34 0 0 0 0 44 47,3 49 52,7 3,53 Selalu
35 0 0 0 0 38 40,9 55 59,1 3,59 Selalu
36 0 0 0 0 45 48,4 48 51,6 3,52 Selalu
37 0 0 0 0 17 18,3 76 81,7 3,82 Selalu
Rata-rata Kategori 2 Kompetensi B 3,62 Selalu

Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran Kompetensi B Memimpin Perencanaan Dan
Pelaksanaan Proses Belajar Yang Berpusat Pada Peserta didik terpusat pada alternatif
jawaban 4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik kelas VII A sampai VII F sesi A SMPN 2
Bojongpicung menunjukkan bahwa ada 50 peserta didik menjawab sering , 43 peserta didik
menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan
nomor 32, 21 peserta didik menjawab sering , 72 peserta didik menjawab selalu, dan tidak
ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 33, 44 peserta didik
menjawab sering , 49 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak
pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 34, 38 peserta didik menjawab sering , 55
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 35, 45 peserta didik menjawab sering , 48 peserta didik menjawab selalu,
dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 36, 17
peserta didik menjawab sering , 76 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 37. Rata-rata jawaban peserta

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


6
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
5
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
didik indikator frekuensi pembelajaran berkelanjutan sebesar 3,62 apabila dihubungkan
dengan skala penafsiran pada tabel 4.8 skor rata-rata, maka angka tersebut berada pada
rentang 3,40 - 4,0 atau berada dalam kategori Selalu. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa untuk mewujudkan pembelajaran berkelanjutan di SMP Negeri 2 Bojongpicung dilihat
dari indikator Frekuensi Pembelajaran Berkelanjutan dipersepsikan tinggi. Untuk lebih
jelasnya lagi dapat dilihat pada grafik berikut:
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6

Sering Selalu

Gambar 4.6 Grafik umpan balik peserta didik kategori 2 kompetensi B

4.1.3.7. Tanggapan Peserta didik Terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran


Kompetensi C Memimpin Refleksi Dan Perbaikan Kualitas Proses Belajar
Yang Berpusat Pada Peserta didik.
Kategori 2 Memimpin Pembelajaran Kompetensi C Memimpin Refleksi Dan Perbaikan
Kualitas Proses Belajar Yang Berpusat Pada Peserta didik diukur dengan 7 item pernyataan
yaitu item nomor 38 sampai nomor 44 kecenderungan jawaban peserta didik terhadap item
tersebut tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Kecenderungan Jawaban Peserta didik Terhadap Kategori 2 Memimpin
Pembelajaran Kompetensi C Memimpin Refleksi Dan Perbaikan Kualitas Proses
Belajar Yang Berpusat Pada Peserta didik
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F %
38 0 0 0 0 51 54,8 42 45,2 3,45 Selalu
39 0 0 0 0 25 26,9 68 73,1 3,73 Selalu
40 0 0 0 0 29 31,2 64 68,8 3,69 Selalu
41 0 0 0 0 38 40,9 55 59,1 3,59 Selalu
42 0 0 0 0 37 39,8 56 60,2 3,6 Selalu
43 0 0 0 0 56 60,2 37 39,8 3,4 Selalu
44 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 3,74 Selalu
Rata-rata Kategori 2 Kompetensi C 3,6 Selalu

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


6
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
6
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran Kompetensi C Memimpin Refleksi Dan
Perbaikan Kualitas Proses Belajar Yang Berpusat Pada Peserta didik terpusat pada alternatif
jawaban 4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik kelas VII A sampai VII F sesi A SMPN 2
Bojongpicung menunjukkan bahwa ada 51 peserta didik menjawab sering , 42 peserta didik
menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan
nomor 38, 25 peserta didik menjawab sering , 68 peserta didik menjawab selalu, dan tidak
ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 39, 29 peserta didik
menjawab sering , 64 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak
pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 40, 38 peserta didik menjawab sering , 55
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 41, 37 peserta didik menjawab sering , 56 peserta didik menjawab selalu,
dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 42, 56
peserta didik menjawab sering , 37 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 43, 24 peserta didik menjawab
sering , 69 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan
sesekali untuk pertanyaan nomor 44. Rata-rata jawaban peserta didik indikator frekuensi
pembelajaran berkelanjutan sebesar 3,60 apabila dihubungkan dengan skala penafsiran pada
tabel 4.9 skor rata-rata, maka angka tersebut berada pada rentang 3,40 - 4,0 atau berada dalam
kategori Tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan
pembelajaran berkelanjutan di SMP Negeri 2 Bojongpicung dilihat dari indikator Frekuensi
Pembelajaran Berkelanjutan dipersepsikan Selalu. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat
pada grafik berikut:

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7

Sering Selalu

Gambar 4.7 Grafik umpan balik peserta didik kategori 2 kompetensi C

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


6
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
7
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
4.1.3.8. Tanggapan Peserta didik Terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran
Kompetensi D Melibatkan Orang Tua Sebagai Pendamping Dan Sumber
Belajar Di Sekolah.
Kategori 2 Memimpin Pembelajaran Kompetensi D Melibatkan Orang Tua Sebagai
Pendamping Dan Sumber Belajar Di Sekolah diukur dengan 7 item pernyataan yaitu item
nomor 45 sampai nomor 51 kecenderungan jawaban peserta didik terhadap item tersebut
tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.10 Kecenderungan Jawaban Peserta didik Terhadap Kategori 2 Memimpin
Pembelajaran Kompetensi D Melibatkan Orang Tua Sebagai Pendamping Dan
Sumber Belajar Di Sekolah
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F %
45 0 0 0 0 32 34,4 61 65,6 3,66 Selalu
46 0 0 0 0 63 67,7 30 32,3 3,32 Selalu
47 0 0 0 0 20 21,5 73 78,5 3,78 Selalu
48 0 0 0 0 51 54,8 42 45,2 3,45 Selalu
49 0 0 0 0 25 26,9 68 73,1 3,73 Selalu
50 0 0 0 0 29 31,2 64 68,8 3,69 Selalu
51 0 0 0 0 38 40,9 55 59,1 3,59 Selalu
Rata-rata Kategori 2 Kompetensi D 3,60 Selalu

Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran Kompetensi D Melibatkan Orang Tua Sebagai
Pendamping Dan Sumber Belajar Di Sekolah terpusat pada alternatif jawaban 4 (skor 4).
Disimpulkan peserta didik kelas VII A sampai VII F sesi A SMPN 2 Bojongpicung
menunjukkan bahwa ada 32 peserta didik menjawab sering , 61 peserta didik menjawab
selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 45,
63 peserta didik menjawab sering , 30 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 46, 20 peserta didik menjawab
sering , 73 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan
sesekali untuk pertanyaan nomor 47, 51 peserta didik menjawab sering , 42 peserta didik
menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan
nomor 48, 25 peserta didik menjawab sering , 68 peserta didik menjawab selalu, dan tidak
ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 49, 29 peserta didik
menjawab sering , 64 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak
pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 50, 38 peserta didik menjawab sering , 55
Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
6
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
8
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 51. Rata-rata jawaban peserta didik indikator frekuensi pembelajaran
berkelanjutan sebesar 3,60 apabila dihubungkan dengan skala penafsiran pada tabel 4.10 skor
rata-rata, maka angka tersebut berada pada rentang 3,40 - 4,0 atau berada dalam kategori
Tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan pembelajaran
berkelanjutan di SMP Negeri 2 Bojongpicung dilihat dari indikator Frekuensi Pembelajaran
Berkelanjutan dipersepsikan Selalu. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada grafik
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7

Sering Selalu
berikut:
Gambar 4.8 Grafik umpan balik peserta didik kategori 2 kompetensi D

4.1.3.9. Tanggapan Peserta didik Terhadap Kategori 3 Memimpin Manajemen Sekolah


Diperkecil Untuk Kelas Kompetensi A Memimpin Upaya Mewujudkan Visi
Sekolah Menjadi Budaya Belajar Yang Berpihak Pada Peserta didik.
Kategori 3 Memimpin Manajemen Sekolah Diperkecil Untuk Kelas Kompetensi A
Memimpin Upaya Mewujudkan Visi Sekolah Menjadi Budaya Belajar Yang Berpihak Pada
Peserta didik diukur dengan 6 item pernyataan yaitu item nomor 52 sampai nomor 57
kecenderungan jawaban peserta didik terhadap item tersebut tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Kecenderungan Jawaban Peserta didik Terhadap Kategori 3 Memimpin


Manajemen Sekolah Diperkecil Untuk Kelas Kompetensi A Memimpin Upaya
Mewujudkan Visi Sekolah Menjadi Budaya Belajar Yang Berpihak Pada Peserta
didik

Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F %
52 0 0 0 0 50 53,8 43 46,2 3,46 Selalu
53 0 0 0 0 21 22,6 72 77,4 3,77 Selalu

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


6
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
9
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F %
54 0 0 0 0 44 47,3 49 52,7 3,53 Selalu
55 0 0 0 0 38 40,9 55 59,1 3,59 Selalu
56 0 0 0 0 45 48,4 48 51,6 3,52 Selalu
57 0 0 0 0 17 18,3 76 81,7 3,82 Selalu
Rata-rata Kategori 3 Kompetensi A 3,62 Selalu

Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap Kategori 3 Memimpin Manajemen Sekolah Diperkecil Untuk Kelas Kompetensi A
Memimpin Upaya Mewujudkan Visi Sekolah Menjadi Budaya Belajar Yang Berpihak Pada
Peserta didik terpusat pada alternatif jawaban 4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik kelas VII
A sampai VII F sesi A SMPN 2 Bojongpicung menunjukkan bahwa ada 50 peserta didik
menjawab sering , 43 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak
pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 52, 21 peserta didik menjawab sering , 72
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 53, 44 peserta didik menjawab sering , 49 peserta didik menjawab selalu,
dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 54, 38
peserta didik menjawab sering , 55 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 55, 45 peserta didik menjawab
sering , 48 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan
sesekali untuk pertanyaan nomor 56, 17 peserta didik menjawab sering , 76 peserta didik
menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan
nomor 57. Rata-rata jawaban peserta didik indikator frekuensi pembelajaran berkelanjutan
sebesar 3,62 apabila dihubungkan dengan skala penafsiran pada tabel 4.11 skor rata-rata,
maka angka tersebut berada pada rentang 3,40 - 4,0 atau berada dalam kategori Tinggi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan pembelajaran berkelanjutan
di SMP Negeri 2 Bojongpicung dilihat dari indikator Frekuensi Pembelajaran Berkelanjutan
dipersepsikan Selalu. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada grafik berikut:

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


7
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
0
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6

Sering Selalu

Gambar 4.9 Grafik umpan balik peserta didik kategori 3 kompetensi A

4.1.3.10. Tanggapan Peserta didik Terhadap Kategori 3 Memimpin Manajemen


Sekolah Diperkecil Untuk Kelas Kompetensi B Memimpin Dan Mengelola
Program Sekolah Yang Berdampak Pada Peserta didik.
Kategori 3 Memimpin Manajemen Sekolah Diperkecil Untuk Kelas Kompetensi B
Memimpin Dan Mengelola Program Sekolah Yang Berdampak Pada Peserta didik diukur
dengan 6 item pernyataan yaitu item nomor 58 sampai nomor 63 kecenderungan jawaban
peserta didik terhadap item tersebut tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.12 Kecenderungan Jawaban Peserta didik Terhadap Kategori 3 Memimpin
Manajemen Sekolah Diperkecil Untuk Kelas Kompetensi B Memimpin Dan
Mengelola Program Sekolah Yang Berdampak Pada Peserta didik
Skor Jawaban
Nilai Rata-
Item 1 2 3 4 Kategori
rata
F % F % F % F %
58 0 0 0 0 20 21,5 73 78,5 3,78 Selalu
59 0 0 0 0 51 54,8 42 45,2 3,45 Selalu
60 0 0 0 0 63 67,7 30 32,3 3,32 Selalu
61 0 0 0 0 56 60,2 37 39,8 3,4 Selalu
62 0 0 0 0 38 40,9 55 59,1 3,59 Selalu
63 0 0 0 0 17 18,3 76 81,7 3,82 Selalu
Rata-rata Kategori 3 Kompetensi B 3,56 Selalu

Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap Kategori 3 Memimpin Manajemen Sekolah Diperkecil Untuk Kelas Kompetensi B
Memimpin Dan Mengelola Program Sekolah Yang Berdampak Pada Peserta didik terpusat
pada alternatif jawaban 4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik kelas VII A sampai VII F sesi
A SMPN 2 Bojongpicung menunjukkan bahwa ada 20 peserta didik menjawab sering , 73
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


7
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
1
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
pertanyaan nomor 58, 51 peserta didik menjawab sering , 42 peserta didik menjawab selalu,
dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 59, 63
peserta didik menjawab sering , 30 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 60, 56 peserta didik menjawab
sering , 37 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan
sesekali untuk pertanyaan nomor 61, 38 peserta didik menjawab sering , 55 peserta didik
menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan
nomor 62, 17 peserta didik menjawab sering , 76 peserta didik menjawab selalu, dan tidak
ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 63. Rata-rata jawaban
peserta didik indikator frekuensi pembelajaran berkelanjutan sebesar 3,56 apabila
dihubungkan dengan skala penafsiran pada tabel 4.12 skor rata-rata, maka angka tersebut
berada pada rentang 3,40 - 4,0 atau berada dalam kategori Tinggi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa untuk mewujudkan pembelajaran berkelanjutan di SMP Negeri 2
Bojongpicung dilihat dari indikator Frekuensi Pembelajaran Berkelanjutan dipersepsikan

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6

Sering Selalu
Selalu. Untuk lebih jelasnya lagi lagi dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.10 Grafik umpan balik peserta didik kategori 3 kompetensi B

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diinterpretasikan bahwa Pembuatan Eco Enzyme


Dapat Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan. Hal ini dimungkinkan berdasarkan hasil
penelitian (Zahro et al., 2019) menunjukkan urgensi pembelajaran sains berkelanjutan
terletak pada pola pikir operasional konkret di kalangan peserta didik. Selain itu, peserta
didik dapat memahami konsep dengan kesadaran bahwa yang mereka pelajari akan
bermanfaat untuk kehidupannya kelak (Hamidah et al., 2017). Selaras dengan itu Pembuatan
Eco-Enzyme dapat berkontribusi dalam mencegah atau mereduksi resiko pencemaran
lingkungan, serta meningkatkan citra sosial IPA sebagai media yang tepat untuk mengajarkan
tanggung jawab sosial (Stammes et al., 2020).

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


7
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
2
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Menurut Mulyasa (Sabariah Sitepu, Hasruddin, Pengaruh strategi Pembelajaran
berbasis masalah dan notivasi belajar biologi terhadap kemampuan berfikir kritis dan hasil
belajar biologi peserta didik SMAN 1 Lubukpakam) Dalam pembelajaran, tugas guru yang
paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi peserta didik. Menurut Morgan yang dikutip Toeti Soekamto dan Udin
Saripudin Winataputra setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai
hasil latihan atau pengalaman disebut belajar. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam
satu kegiatan pada waktu terjadi interaksi antara guru dan peserta didik yang sama-sama aktif
dalam pembelajaran. Menurut J. Salusu strategi sebagai suatu seni menggunankan kecakapan
dan sumber daya untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan
lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan. Praktik Pembuatan Eco Enzyme
sebagai Alternatif Pembelajaran Pengelolaan Sampah Organik Rumah Tangga menyatakan
metode praktikum pembuatan eco enzym dapat dijadikan alternatif pembelajaran pengelolaan
sampah organik rumah tangga bagi peserta didik (https://radarsemarang.jawapos.com).
Hakekat pendidikan adalah sebagai perilaku budaya, dan merupakan kegiatan antar
generasi. Artinya kegiatan pendidikan melibatakan generasi tua dan muda, dalam rangka
mendorong yang muda menjadi warga masyarakat (Dimyati, 1989). Dalam kegiatan
pendidikan tersebut terjadi tindak pembelajaran yang mendidik (Joni, 2006). Pandangan
tersebut memberikan makna bahwa pembelajaran sebaiknya menekankan pada kematangan
segenap aspek kemampuan peserta didik, sehingga dapat menerapkan hasil belajar untuk
memecahkan masalah kehidupan. Pembuatan eco enzyme dengan memanfaatkan sampah
organik memberikan hasil yang akan membantu peserta didik SMPN 2 Bojongpicung belajar
untuk memecahkan masalah lingkungan terutama pengurangan dampak pemnasan global.
Pandangan filosofi tentang pendidikan tersebut, juga telah diaktualisasikan ke dalam
tujuan Pendidikan Nasional, yaitu: pendidikan adalah uasaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaman, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas, 2003). Tujuan pendidikan ini dalam upaya
membangun manusia seutuhnya, artinya manusia yang memiliki kemtangan fikir dan
kepribadian. Hal ini terkait dengan pembentukan generasi bangsa yang cerdas, berwawasan
dan memiliki keunggalan kompetitif dan komperatif, untuk melanjutkan kelangsungan hidup
sebagai individu dan kelompok, ditengah-tengah kemajuan zaman. Dalam konteks inilah

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


7
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
3
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
dibperlukan kemampuan individu untuk belajar berkelanjutan. Kemampuan tersebut dalam
pendidikan formal (sekolah) mempunyai tanggungjawab terhadap peserta didik untuk
membekali keterampilan belajar. Individu yang mempunyai keterampilan belajar akan dapat
menggunakan keterampilannya tersebut dalam mempelajari fenomena kehidupan secara luas,
yang disebut keterampilan menggeneralisasikan pemilikan pengetahuan.
Fakta menunjukan bahwa di sebagian besar sekolah untuk semua jenjang dan tingkat
pendidikan, cenderung melakukan pembelajaran berorientasi pada hasil belajar kuantitatif.
Artinya tolok ukur keberhasilan belajar masih menekankan pencapaian ketuntasan belajar
berupa nilai raport, atau nilai ujian (angka).sekolah belum melihat secara komprehensif hasil
belajar berupa kematangan individu. Dampaknya peserta didik cenderung malakukan belajar
yang mengandalkan kemampuan kognitif. Hal ini juga dipicu adanya kebijakan sistem tagiah
belajar berupa laporan kuantitatif dan Ujian Nasional sebagai penetapan keberhasilan belajar
di sekolah. Kebijakan ini tidak salah jika diikuti dengan ukuran keberhasilan belajar yang
non-kognitif. Salah satunya hasil belajar dari semua aspek kemampuan individu, yang disebut
pengembangan kecerdasan ganda/Teori Multiple Intellegences (Gardner, Howard, 1993).
Pandangan teori ini bahwa belajar memberikan kesempatan individu mengembangkan seluruh
potensi yang dimiliki.
Berdasarkan kajian konseptual dan masalah pembelajaran di lapangan tersebut
implementasi pembelajaran berkelanjutan, yang dapat dilaksanakan oleh guru di sekolah.
Sekolah perlu membekali peserta didik memilki kecakapan hidup pada zaman Iptek. Tuntutan
kemampuan masyarakat abad Iptek (Trilling & Hood, 1999), menjelaskan ada tujuh (7)
kemampuan yang perlu dimilki individu, yaitu: kreativitas, berpikir kritis, bekerjasama,
kemampuan pemahaman lintas budaya, kemampuan berkomunikasi, kemampuan
Komputer, dan kemampuan berkarier berdasar kemampuan sendiri (belajar berkelanjutan).
Kemampuan tersebut seharusnya menjadi tujuan pembelajaran di sekolah. Dengan memiliki
kemampuan tersebut individu akan mudah beradaptasi di lingkungan kehidupannya.
Pembuatan eco enzyme dengan memanfaatkan sampah organik yang dilakukan dalam
pembelajaran materi pemanasan global di SMPN 2 Bojongpicung tentunya melatih
kemampuan-kemampuan tersebut.
Belajar berkelanjutan perlu dibangun sebagai upaya sekolah, oleh karena itu penting
untuk dipahami oleh seluruh warga sekolah, agar memiliki pandangan sama tentang
pembelajaran di sekolahnya. Implementasi dari peran sekolah tersebut salah satunya melalui
kinerja guru dalam pembelajaran. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


7
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
4
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
membangun continuous learning, peserta didik, yaitu:
1) Menerapkan pembelajaran kontekstual: guru dalam membelajarkan peserta didiknya
berdasar permasalahan lingkungan yang sudah dikenal peserta didik, sebagai bahan ajar.
2) Menerapkan pembelajaran menyenangkan: guru dalam pembelajaran harus dapat
menghilangkan kesan “belajar sebagai beban”, tetapi kebutuhan, yang dapat dilakukan
melalui variasi media & metode.
3) Menerapkan pembelajaran bermakna: guru dalam pembelajaran harus dapat
memahamkan konsep pada peserta didik melalui analisis kritis menerapkan konsep
tersebut untuk pemecahan masalah. Kegiatan ini dapat dilakukan guru melalui variasi
kegiatan belajar in door and out door class, serta belajar di laboratorium, dan
perpustakaan.
4) Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan semua aspek kecerdasan
(Gardner & Howard, 1993), yang mencakup: kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-
matetatika, kecerdasan visual-spatial, kecerdasan musikal, kecerdasan tubuh- kinestetik,
kecerdasan interpersona, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalistik.
Dalam proses pembelajaran, sebaiknya guru menekankan pada kemampuan peserta
didik. Dalam penelitian ini Guru dapat melakukan dengan melalui beberapa cara, yaitu:
1) Menentukan apa yang harus dikuasai peserta didik setelah belajar
2) Materi pelajaran, disajikan secara variatif
3) Setelah belajar,guru bersama peserta didik melakukan refleksi terkait pembelajaran dan
perbaikan di massa yang akan datang.
4) Peserta didik diberi umpan balik tentang proses dan hasil belajarnya sehigga mereka
mengetahui kelemahan dan kelebihannya, serta dapat mengatasi kelemahannya tersebut.
Pembelajaran berkelanjutan juga erat kaitanya dengan konsep belajar learner oriented.
Pandangan ini menerapkan prinsip bahwa semua peserta didik dapat belajar dengan baik,
dalam pembelajaran pada penelitian ini : 1) peserta didik diberi kesempatan yang cukup dan
pembelajaran yang cocok, 2) kompetensi yang dipelajari jelas, 3) evaluasi didasarkan pada
tujuan pembelajaran (sesuai kompetensi), 4) peserta didik belajar dengan cara dan kecepatan
berbeda-beda, 5) bila kondisi belajar menyenangkan/cocok, maka perbedaan individu menjadi
hampir tidak berpengaruh.
4.1.4 Deskripsi Hasil Angket Umpan Balik Peserta didik Dalam Mewujudkan
Pembelajaran Berkelanjutan.

Tabel 4.13 Skala Penilian Angket Kuisioner Peserta didik Dalam Mewujudkan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


7
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
5
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Pembelajaran Berkelanjutan
No Nilai/ Interpretasi
Skor
1 <1 Belum Dilakukan
2 >1,01-2,00 Mulai Dilakukan
3 >2,01-3,00 Sering Dilakukan
4 >3,01-4,00 Konsisten Dilakukan

Tabel 4.14 Hasil Penilaian Angket Peserta didik Dalam Mewujudkan Pembelajaran
Berkelanjutan
Kategori Kompetensi Item Rata-rata Penafsiran
1 Mengembangkan Kompetensi A
Diri dan Orang Menunjukkan Praktik
Lain Pengembangan Diri Yang
Didasari Kesadaran Dan Konsisten
1-9 3,1
Kemauan Pribadi (Self- Dilakukan
Regulated Learning)

Kompetensi B
Mengembangkan
Kompetensi Warga
Sekolah Untuk
Meningkatkan Kualitas
Peserta didik Konsisten
(Facilitating, Coaching, 10-14 3,2
Dilakukan
Mentoring)

Kompetensi C
Berpartisipasi Aktif
Dalam Organisasi Profesi
Kepemimpinan Sekolah
Konsisten
Dan Komunitas Lain 15-18 3,5
Dilakukan
Untuk Pengembangan
Karir

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


7
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
6
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Kategori Kompetensi Item Rata-rata Penafsiran
Kompetensi D
Menunjukkan
Kematangan Moral,
Emosi, Dan Spiritual Konsisten
19-24 3,67
Untuk Berperilaku Sesuai Dilakukan
Kode Etik

Kategori 2 Kompetensi A
Memimpin Memimpin Upaya
Pembelajaran Membangun Lingkungan Konsisten
25-29 3,8
Belajar Yang Berpusat Dilakukan
Pada Peserta didik

Kompetensi B Memimpin
Perencanaan Dan
Pelaksanaan Proses Konsisten
30-33 3,25
Belajar Yang Berpusat Dilakukan
Pada Peserta didik

Kompetensi C Memimpin
Refleksi Dan Perbaikan
Kualitas Proses Belajar Konsisten
34-38 3,4
Yang Berpusat Pada Dilakukan
Peserta didik
Kompetensi D
Melibatkan Orang Tua
Sebagai Pendamping Dan Sering
39-43 3
Sumber Belajar Di Dilakukan
Sekolah
Kategori 3 Kompetensi A
Memimpin Memimpin Upaya
Manajemen Mewujudkan Visi Sering
Sekolah Diperkecil Sekolah Menjadi Budaya 44-47 3
Dilakukan
Untuk Kelas Belajar Yang Berpihak
Pada Peserta didik
Kompetensi B Memimpin
Dan Mengelola Program
Konsisten
Sekolah Yang 48-53 3,67
Dilakukan
Berdampak Pada Peserta
didik
Konsisten
Rata-rata 3,36
Dilakukan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


7
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
7
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Jika dilihat dari tabel 4.14 di atas, menujukkan bahwa rata-rata jawaban peserta didik
pada adalah 3.36 . Jika dihubungkan dengan kriteria penafsiran alternatif jawaban pada tabel
4.15 maka jumlah tersebut berada di dalam rentang 3,01 - 4,00 atau berada pada penafsiran
Konsisten Dilakukan. Skor jawaban tertinggi berada pada Kategori 2 Kompetensi A yaitu
sebesar 3,8 dan skor rata-rata terendah adalah Kategori 2 Kompetensi D Melibatkan Orang
Tua Sebagai Pendamping Dan Sumber Belajar Di Sekolah dan Kategori 3 Kompetensi A
Memimpin Upaya Mewujudkan Visi Sekolah Menjadi Budaya Belajar Yang Berpihak Pada
Peserta didik yaitu sebesar 3,00 hal ini menunjukkan bahwa skor-skor tersebut dapat
mewujudkan pembelajaran berkelanjutan. Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti
mendapatkan gambaran hasil umpan balik peneliti sebagai guru yang melaksanakan tahapan
pembelajaran sehingga disajikan penjelasan lebih rinci mengenai analisis hasil umpan balik
diri dari masing-masing kategori dan kompetensi dalam Mewujudkan Pembelajaran
Berkelanjutan.

4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
A B C D A B C D A B
si si si si si si si si si si
ten ten ten ten ten ten ten ten ten ten
pe pe pe pe pe pe pe pe pe pe
m m m m m m m m m m
Ko Ko Ko Ko Ko Ko Ko Ko Ko Ko

Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3

Gambar 4.11 Grafik umpan balik peserta didik dalam mewujudkan pembelajaran
berkelanjutan

4.2 Pembelajaran Eco Enzym dalam mendukung SDGs


Data dijaring dengan kuesioner yang disebarkan kepada peserta didik. Berdasarkan
hasil penjaringan data tentang Pembuatan Eco Enzyme Dengan memanfaatkan sampah
organik mendukung pencapaian target SDGs N0. 13.3 Indikator 13.3.1 (a) Meningkatkan
pendidikan, penumbuhan kesadaran, serta kapasitas manusia dan kelembagaan terkait
mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini perubahan ikim diperoleh data
respon peserta didik mengenai sampah dan pengelolaan sampah. Angket dan kuesioner
digunakan untuk memperoleh informasi terkait respon peserta didik terhadap pengelolan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


7
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
8
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
sampah. Angket ini diberikan kepada peserta didik setelah dilakukan kegiatan pembelajaran.
Jumlah seluruh item pernyataan adalah 100.
Data pembuatan eco enzime Mendukung SDGs Pada Mata Pelajaran IPA SMP dalam
penelitian ini diukur menggunakan kuesioner dengan empat indikator yaitu, 1). Pengetahuan
Peserta didik, 2). Kegiatan Sosial, 3). Sikap Tentang Mengelola Sampah, 4). Prilaku Dalam
Mengelola Sampah Rumah Tangga. Ke-4 indikator tersebut diuraikan menjadi 37 pernyataan
yang dijadikan ukuran tentang variabel Mendukung SDGs. berdasarkan perhitungan dari 93
peserta didik yang terdiri dari peserta didik kelas VII kelas A sampai dengan kels F di SMPN
2 Bojongpicung sesi A . Deskripsi Variabel Mendukung SDGs diperoleh melalui frekuensi
terhadap Perolehan Mendukung SDGs, sebagaimana tercantum pada lampiran. Berdasarkan
perhitungan, diperoleh hasil sebagai berikut.
4.2.1 Pengetahuan Peserta didik dan Kegiatan Sosial
Tabel 4.15 Hasil Kuesioner Peserta didik
Kompetensi Pengetahuan dan Kegiatan Sosial
Nilai/ Interpretas
No
Skor i
1 <1 Tidak
2 1,1-2 Ya

Tabel 4.16 Variabel Mendukung SDGs


Hasil Kuesioner Peserta didik
Kompetensi Pengetahuan dan Kegiatan Sosial
Rata- Penafsira
Indikator Item
rata n
Pengetahuan
Peserta didik 1-5 1,832 Ya
Kegiatan Sosial
6-7 1,08 Ya

Rata-rata 1,456 Ya

Jika rata-rata < 1 maka penafsirannya Tidak dan jika rata-rata >1 penafsirannya Ya.
Berdasarkan table 4.16 hasil kuesioner peserta didik pada indikator pengetahuan dan kegiatan
sosial menujukkan bahwa rata-rata jawaban peserta didik adalah 1,456. Jika dihubungkan
dengan kriteria penafsiran alternatif jawaban pada tabel 4.16 maka jumlah tersebut berada di
dalam rentang 1,10 - 2,0 atau berada pada penafsiran Ya. Skor jawaban tertinggi berada pada
indikator Pengetahuan Peserta didik yaitu sebesar 1,832 dan skor rata-rata terendah adalah
Kegiatan Sosial yaitu sebesar 1,08. Hal ini menunjukkan bahwa skor-skor tersebut dapat
Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
7
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
9
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Mendukung SDGs Pada Mata Pelajaran IPA SMP. Hal tersebut didasarkan pada hasil
jawaban kuesioner peserta didik setelah dilaksanakan pembelajaran dengan pembuatan eco
enzim memberikan gambaran pengetahuan dan kegiatan sosial peserta didik berada pada
hasil yang positif, artinya pembelajaran yang dilakukan memberikan pengaruh terhadap
pengetahuan dan kegiatan sosial peserta didik. Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka
peneliti mendapatkan gambaran jawaban peserta didik sehingga disajikan penjelasan lebih
rinci mengenai analisis tanggapan 93 peserta didik dari masing-masing indikator dalam
Mendukung SDGs Pada Mata Pelajaran IPA SMP.

1.5

0.5

0
Pengetahuan Kegiatan
Siswa Sosial Siswa

Gambar 4.12 Grafik hasil kuesioner siswa variable pengetahuan dan kegiatan social
peserta didik.

Tabel 4.17 Rekapitulasi Perhitungan Data Kompetensi Pengetahuan dan Kegiatan


Sosial
Skor
Nilai
Item 1 2 Kategori
Rata-rata
F % F %
Y1.1 13 14 80 86 1,86 Tinggi
Y1.2 12 12,9 81 87,1 1,87 Tinggi
Y1.3 12 12,9 81 87,1 1,87 Tinggi
Y1.4 23 24,7 70 75,3 1,75 Tinggi
Y1.5 18 19,4 75 80,6 1,81 Tinggi
Rata-rata Pegetahuan Peserta
Tinggi
didik 1,832
Y2.1 88 94,6 5 5,4 1,05 Rendah
Y2.2 83 89,2 10 10,8 1,11 Rendah
Rata-rata Kegiatan Sosial 1,08 Rendah
Total Rata-rata 1,456 Tinggi

Berdasarkan grafik dan tabel 4.17, dapat dilihat hasil kuesioner peserta didik
mengindikasikan pengetahuan mereka terhadap pengetahuan dan sikap sosial peserta didik.
Tingkat pengetahuan peserta didik yang tinggi berpengaruh positif terhadap pencapaian target

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


8
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
0
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
SDGs No. 13.3 indikator 13.3.1 (a) Meningkatkan pendidikan, penumbuhan kesadaran, serta
kapasitas manusia dan kelembagaan terkait mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan
peringatan dini perubahan ikim. Hal ini dikarenakan pengetahuan peserta didik yang tinggi
dapat memicu semangat peserta didik dalam menumbuhkan kesadaran dalam menurangi
dampak dan peringatan dini dalam perubahan iklim sehingga mendukung dalam pencapaian
target SDGs No. 13.3 indikator 13.3.1 (a) Meningkatkan pendidikan, penumbuhan kesadaran,
serta kapasitas manusia dan kelembagaan terkait mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan
peringatan dini perubahan ikim.
Respon peserta didik pada indikator sikap sosial dapat mengindikasikan bahwa selama
ini tidak ada lembaga baik lembaga pemerintah atau lembaga sosial yang melaksanakan
sosialisasi mengenai pengelolan sampah kepada peserta didik artinya selama ini peserta didik
belum cukup memahami dan melaksanakan pengelolaan sampah yang benar. Dengan
pembuatan eco enzyme ini berfungsi sebagai pelatihan dan sosialisai kepada peserta didik
bagaimana cara mengelola sampah yang benar dengan memanfaatkan kembali sampah buah
dan sayur menjadi bahan yang lebih berguna dan hal ini berpengaruh positif terhadap
pencapaian target SDGs No. 13.3 indikator 13.3.1 (a) Meningkatkan pendidikan,
penumbuhan kesadaran, serta kapasitas manusia dan kelembagaan terkait mitigasi, adaptasi,
pengurangan dampak dan peringatan dini perubahan ikim. Hal ini dikarenakan sikap sosial
peserta didik dalam mengelola sampah melalui pembuatan eco enzyme dapat mendukung
menigkatkan pendidikan, penumbuhan kesadaran, serta kapasitas manusia dan kelembagaan
terkait mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini perubahan iklim. sehingga
mendukung dalam pencapaian target SDGs No. 13.3 indikator 13.3.1 (a) Meningkatkan
pendidikan, penumbuhan kesadaran, serta kapasitas manusia dan kelembagaan terkait
mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini perubahan ikim.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa peserta didik sudah memiliki pengetahuan
yang baik mengenai sampah akan tetapi sebagian besar peserta didik belum pernah mendapat
pelatihan mengenai pengelolaan sampah yang baik dan benar, setelah megikuti pembeljaran
pembuatan eco enzyme peserta didik mendapat ilmu baru mengenai pengelolaan sampah yang
baik dan benar, dalam aspek kegiatan sosial lebih dari 90% peserta didik menyatakan tidak
ada lembaga sosial yang melakukan sosialisai mengenai pengelolaan sampah.
Hal ini senada dengan Peran pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses ditengah-
tengah masyarakat, terutama bagi yang kurang memiliki akses ke sumber daya pembangunan
akan sangat berpengaruh untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


8
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
1
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
dan pada akhirnya terwujudlah kemandirian mereka. Pemberdayaan masyarakat disebut juga
sebagai proses siklus terus menerus, proses partisipatif, sehingga anggota masyarakat dapat
bekerja sama dalam tim baik dalam bentuk formal ataupun informal, saling berbagi
pengetahuan dan pengalaman serta berusaha mencapai tujuan bersama (Aziz, Suhartini &
Halim, 2005). Menurut penelitian Alfajri, Suwignyo & Luerdi (2020) pada jurnal yang
berjudul Pelatihan Dan Pemberdayaan Tunas Sustainable Developmentgoals (SDGs) Peserta
didik Tingkat SMA/MA Sederajat Di Kotapekanbaru untuk Mewujudkan Tujuan Sustainable
Cities And Communitiesdan Responsible Consumption And Production menyatakan bahwa
Kegiatan pelatihan pengelolaan sampah melalui eco enzyme telah dilaksanakan dengan baik
dan memberikan hasil yang positif bagi generasi tunas yaitu peserta didik SMA/MA sederajat
di kota Pekanbaru dan lingkungan mereka. Generasi tunas sebagai peserta dalam kegiatan
ini mampu menjadi pelopor dan penggerak dalam mewujudkan lingkungan bebas sampah
khususnya di lingkungan sekolah ataupun rumah. Upaya pelatihan pengelolaan sampah
dengan pembuatan eco enzyme kepada peserta didik SMPN 2 Bojongpicung kedepannya,
peran mereka bisa ditingkatkan tidak hanya di lingkungan sekolah tapi juga lingkungan yang
lebih luas dan membimbing masyarakat agar membudayakan hidup sehat dan menjadi
masyarakat yang bertanggungjawab terhadap sampah yang mereka hasilkan dan berperan
dalam mewujudkan kota dan masyarakat yang berkelanjutan.

4.2.2 Kompetensi Sikap Tentang Mengelola Sampah dan Perilaku Dalam Mengelola
Sampah Rumah Tangga

Tabel 4.18 Hasil Kuesioner Peserta didik Kompetensi Sikap Tentang Mengelola
Sampah dan Prilaku Dalam Mengelola Sampah Rumah

No Nilai/Skor Interpretasi
1 1-1,8 Sangat Rendah
2 >1,8-2,6 Rendah
3 >2,6-3,4 Sedang
4 >3,4-4,2 Tinggi
5 >4,2-5,0 Sangat Tinggi

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


8
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
2
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Tabel 4.19 Hasil Kuesioner Peserta didik Mendukung SDGs
Hasil Kuesioner Peserta didik menganai Sikap Tentang Mengelola Sampah Dan Prilaku
Dalam Mengelola Sampah Rumah

Indikator Item Rata-rata Penafsiran


Sikap Tentang Sangat
Mengelola Sampah 8-22 4,79
Tinggi

Prilaku Dalam Sangat


Mengelola Sampah 23-37 4,71
Tinggi
Rumah Tangga
Sangat
Rata-rata 4,75
Tinggi

Jika dilihat dari tabel 4.19, menujukkan bahwa rata-rata jawaban peserta didik pada
Variabel Mendukung SDGs adalah 4,75. jika dihubungkan dengan kriteria penafsiran
alternatif jawaban pada tabel 4,20 maka jumlah tersebut berada di dalam rentang 3,5 - 5,0
atau berada pada penafsiran Tinggi. Skor jawaban tertinggi berada pada indikator Sikap
Tentang Mengelola Sampah yaitu sebesar 4,79 dan skor rata-rata terendah adalah Prilaku
Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga yaitu sebesar 4,71 hal ini menunjukkan bahwa
skor-skor tersebut dapat Mendukung SDGs Pada Mata Pelajaran IPA SMP. Dari hasil
penelitian yang dilakukan, maka peneliti mendapatkan gambaran jawaban peserta didik
sehingga disajikan penjelasan lebih rinci mengenai analisis tanggapan 93 peserta didik dari
masing-masing indikator dalam Mendukung SDGs Pada Mata Pelajaran IPA SMP.
4.78
4.74
4.7
4.66

Sikap Tentang Mengelola Sampah


Prilaku Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


8
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
3
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Gambar 4.13 Grafik hasil kuesioner siswa variable kompetensi sikap tentang mengelola
sampah dan perilaku dalam mengelola sampah rumah tangga

4.2.3. Hasil Kuesioner Peserta didik Terhadap Indikator Sikap Tentang Mengelola
Sampah
Indikator Sikap Tentang Mengelola Sampah diukur dengan 15 item pertanyaan yaitu
item nomor 8 sampai nomor 22 kecenderungan jawaban peserta didik terhadap item tersebut
tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.20 Hasil Kuesioner Peserta didik Terhadap Indikator Sikap Tentang
Mengelola Sampah
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 5 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F % F %
Sangat
8 0 0 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 4,74
Tinggi
Sangat
9 0 0 0 0 0 0 16 17,2 77 82,8 4,83
Tinggi
Sangat
10 0 0 0 0 0 0 26 28 67 72 4,72
Tinggi
Sangat
11 0 0 0 0 0 0 15 16,1 78 83,9 4,84
Tinggi
Sangat
12 0 0 0 0 0 0 14 15,1 79 84,9 4,85
Tinggi
Sangat
13 0 0 0 0 1 1,1 17 18,3 75 80,6 4,8
Tinggi
Sangat
14 0 0 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 4,74
Tinggi
Sangat
15 0 0 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 4,74
Tinggi
Sangat
16 0 0 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 4,74
Tinggi
Sangat
17 0 0 0 0 0 0 5 5,4 88 94,6 4,95
Tinggi
Sangat
18 0 0 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 4,74
Tinggi
Sangat
19 0 0 0 0 0 0 20 21,5 73 78,5 4,78
Tinggi
Sangat
20 0 0 0 0 0 0 16 17,2 77 82,8 4,83
Tinggi
Sangat
21 0 0 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 4,74
Tinggi
Sangat
22 0 0 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 4,74
Tinggi

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


8
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
4
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 5 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F % F %
Sangat
Rata-rata Sikap Tentang Mengelola Sampah 4,79
Tinggi

Berdasarkan tabel 4.20 dapat dilihat dari hasil kuesioner peserta didik terhadap
Indikator Sikap Tentang Mengelola Sampah terpusat pada alternatif jawaban 4 (skor 4).
Disimpulkan peserta didik kelasVII A sampai VII F sesi A SMPN 2 Bojongpicung
menunjukkan bahwa ada 24 peserta didik menjawab setuju, 69 peserta didik menjawab
sangat setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju, tidak setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 8, 16 peserta didik menjawab tidak setuju, 77 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 9, 26 peserta didik menjawab tidak setuju, 67 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 10, 15 peserta didik menjawab tidak setuju, 78 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 11, 14 peserta didik menjawab tidak setuju, 79 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 12, 17 peserta didik menjawab tidak setuju, 75 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, 1 peserta didik menjawab ragu, dan tidak ada yang menjawab sangat
setuju, setuju untuk pertanyaan nomor 13, 24 peserta didik menjawab tidak setuju, 69 peserta
didik menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau
ragu untuk pertanyaan nomor 14, 24 peserta didik menjawab tidak setuju, 69 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 15, 24 peserta didik menjawab tidak setuju, 69 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 16, 5 peserta didik menjawab tidak setuju, 88 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 17, 24 peserta didik menjawab tidak setuju, 69 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 18, 20 peserta didik menjawab tidak setuju, 73 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


8
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
5
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
untuk pertanyaan nomor 19, 24 peserta didik menjawab tidak setuju, 77 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 20, 24 peserta didik menjawab tidak setuju, 69 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 21, 24 peserta didik menjawab tidak setuju, 69 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 22. Rata-rata jawaban peserta didik indikator frekuensiSikap
Tentang Mengelola Sampah 4,79 apabila dihubungkan dengan skala penafsiran pada tabel
4.20 skor rata-rata, maka angka tersebut berada pada rentang 3,5 - 5,0 atau berada dalam
kategori Sangat Tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk Mendukung SDGs
Pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri 2 Bojongpicung dilihat dari indikator Frekuensi
Mendukung SDGs dipersepsikan tinggi. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada grafik
berikut:
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
n n
yaa yaa a an a an a an a an a an a an a an a an a an a an a an a an a an
n n ny ny ny ny ny ny ny ny ny ny ny ny ny
erta erta rta rta rta rta rta rta rta rta rta rta rta rta rta
P P Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe

Ragu-ragu Setuju Selalu

Gambar 4.14 Grafik hasil kuesioner sikap tentang mengelola sampah

4.2.4. Tanggapan Peserta didik Terhadap Perilaku Dalam Mengelola Sampah Rumah
Tangga
Indikator Prilaku Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga diukur dengan 15 item
pertanyaan yaitu item nomor 23 sampai nomor 37 kecenderungan jawaban peserta didik
terhadap item tersebut tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.21 Hasil Kuesioner Peserta didik Terhadap Indikator Prilaku Dalam
Mengelola Sampah Rumah Tangga
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 5 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F % F %
Sangat
23 0 0 0 0 0 0 41 44,1 52 55,9 4,56
Tinggi

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


8
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
6
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 5 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F % F %
Sangat
24 0 0 0 0 0 0 11 11,8 82 88,2 4,88
Tinggi
Sangat
25 0 0 0 0 0 0 34 36,6 59 63,4 4,63
Tinggi
Sangat
26 0 0 0 0 0 0 25 26,9 68 73,1 4,73
Tinggi
Sangat
27 0 0 0 0 0 0 21 22,6 72 77,4 4,77
Tinggi
Sangat
28 0 0 0 0 0 0 17 18,3 76 81,7 4,82
Tinggi
Sangat
29 0 0 0 0 1 1,1 27 29 65 69,9 4,69
Tinggi
Sangat
30 0 0 0 0 0 0 27 29 66 71 4,71
Tinggi
Sangat
31 0 0 0 0 0 0 27 29 66 71 4,71
Tinggi
Sangat
32 0 0 0 0 0 0 26 28 67 72 4,72
Tinggi
Sangat
33 0 0 0 0 0 0 31 33,3 62 66,7 4,67
Tinggi
Sangat
34 0 0 0 0 0 0 30 32,3 63 67,7 4,68
Tinggi
Sangat
35 0 0 0 0 0 0 31 33,3 62 66,7 4,67
Tinggi
Sangat
36 0 0 0 0 0 0 32 34,4 61 65,6 4,66
Tinggi
Sangat
37 0 0 0 0 0 0 27 29 66 71 4,71
Tinggi
Sangat
Rata-rata Prilaku Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga 4,71
Tinggi

Berdasarkan tabel 4.21 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik terhadap
Indikator Prilaku Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga terpusat pada alternatif jawaban
4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik kelasVII A sampai VII F sesi A SMPN 2 Bojongpicung
menunjukkan bahwa ada 41 peserta didik menjawab tidak setuju, 52 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 23, 11 peserta didik menjawab tidak setuju, 82 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 24, 34 peserta didik menjawab tidak setuju, 59 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


8
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
7
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
pertanyaan nomor 25, 25 peserta didik menjawab tidak setuju, 68 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 26, 21 peserta didik menjawab tidak setuju, 72 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 27, 17 peserta didik menjawab tidak setuju, 76 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju dan ragu untuk
pertanyaan nomor 28, 27 peserta didik menjawab tidak setuju, 66 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju,1 peserta didik menjawab ragu dan tidak ada yang menjawab sangat
setuju, setuju untuk pertanyaan nomor 29, 27 peserta didik menjawab tidak setuju, 66 peserta
didik menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau
ragu untuk pertanyaan nomor 30, 27 peserta didik menjawab tidak setuju, 66 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 31, 26 peserta didik menjawab tidak setuju, 67 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 32, 31 peserta didik menjawab tidak setuju, 62 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 33, 30 peserta didik menjawab tidak setuju, 63 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 34, 31 peserta didik menjawab tidak setuju, 62 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 35, 32 peserta didik menjawab tidak setuju, 61 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 36, 27 peserta didik menjawab tidak setuju, 66 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 37. Rata-rata jawaban peserta didik indikator frekuensi Prilaku
Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga 4,71 apabila dihubungkan dengan skala penafsiran
pada tabel penafsiran tabel 4,21 skor rata-rata, maka angka tersebut berada pada rentang 3,5 -
5,0 atau berada dalam kategori Sangat Tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
untuk Mendukung SDGs Pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri 2 Bojongpicung dilihat
dari indikator Frekuensi Mendukung SDGs dipersepsikan tinggi. Untuk lebih jelasnya lagi
dapat dilihat pada grafik berikut:

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


8
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
8
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
a n a n a n a n a n a n a n a n a n a n a n a n a n a n a n
a a a a a a a a a a a a a a a
ny ny ny ny ny ny ny ny ny ny ny ny ny ny ny
rta rta rta rta rta rta rta rta rta rta rta rta rta rta rta
Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe

Setuju Sangat Setuju

Gambar 4.15 Grafik hasil kuesioner siswa perilaku dalam mengelola sampah rumah tangga

Hal ini dimungkinkan pembuatan eco enzyme memberikan perubahan sikap Tentang
Mengelola Sampah dan Perilaku Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga. Peningkatan
aspek sikap peserta didik ini tidak lain dipengaruhi dari pengetahuan yang mereka terima.
Gerungan (2009) menyatakan bahwa sikap tidak dapat terbentuk sebelum seseorang
mendapatkan informasi dan melihat atau mengalami secara langsung. Menurut teori
perubahan sikap Krech (1983) ada empat faktor yang mempengaruhi perubahan sikap yang
bisa membuat perbedaan yaitu, informasi, keinginan, affiliasi kelompok, kepribadian.
Sejalan dengan itu, Sarwono dalam Sirupa, dkk., (2016) menyatakan bahwa sikap
seseorang dapat berubah dengan dibertambahnya informasi yang diperoleh. Djahir & Alfitri
(2015) menyatakan bahwa pengetahuan yang baik memiliki hubungan yang positif dengan
sikap dan perilaku yang baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat O’Brien (2007)
menyatakan bahwa pengetahuan dapat meningkatkan kepedulian terhadap banyak hal.
Sejalan dengan hal tersebut memahami dan menjelaskan perilaku pengelolaan sampah
dapat menggunakan pendekatan teori psikologi mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan
perilaku. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada tidak didasari oleh
pengetahuan. Studi yang menyelidiki hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku
dikenal dengan nama studi KAP (knowledge, attitudes and practice). Studi ini menjelaskan
apa yang orang tahu tentang sesuatu, apa yang dia rasakan, dan bagaimana dia berperilaku
(Siwakoti, 2009). Kumar (2012) juga menyatakan bahwa pengetahuan lingkungan
berhubungan dengan sikap terhadap produk ramah lingkungan. Komunikasi dan upaya
pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan terhadap isu yang terkait dengan kepedulian

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


8
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
9
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
lingkungan telah efektif dalam mendorong disposisi perilaku yang dianggap baik untuk
lingkungan alami (Sidique et al, 2010).
Pembuatan eco enzyme dengan memanfaatkan sampah organik pada materi pemanasan
global ini dapat membekali peserta didik secara pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan dan masyarakat yang berkelanjutan.
Secara pengetahuan, peserta didik diberi pengetahuan dasar dan pemahaman tentang
fenomena perubahan iklim dan faktor manusia atau aktivitas manusia didalamnya,
konsekuensinya, dan langkah- langkah mengurangi dampak dan peringatan dini perubahan iklim
(pencegahan dan mitigasi). Dan yang paling penting adalah peserta didik mendapat
pengetahuan, menumbuhkan kesadaran berperilaku dalam pengelolaan sampah dan sikap
tentang pengelolaan sampah rumah tangga pemahaman yang beragam tentang konsekuensi
perubahan iklim . Dan secara sikap atau perilaku peserta didik diharapkan mau untuk
memulai merefleksikan tindakannya sendiri, menentukan tindakan apa yang harus diambil,
memiliki empati dan memastikan.
4.3 Pembuatan Eco Enzyme Dengan memanfaatkan sampah organik Mendukung
Pencapaian Target SDGs N0. 13.2 Indikator 13.2.2 (a) Mengintegrasikan tindakan
antisipasi perubahan iklim ke dalam kebijakan, strategi dan perencanaan nasional
Data dijaring dengan lembar praktikum (LKPD) pembuatan Eco Enzyme dan
wawancara peserta didik. Berdasarkan hasil penjaringan data tentang Pembuatan Eco Enzyme
Dengan memanfaatkan sampah organik Mendukung Pencapaian Target SDGs No. 13.2
Indikator 13.2.2 (a) Mengintegrasikan tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam
kebijakan, strategi dan perencanaan nasional, diperoleh data penilaian proses praktikum
pembuatan Eco Enzyme dan wawancara peserta didik. Data pembuatan eco enzyme dengan
memanfaatkan sampah organik mendukung Pencapaian Target SDGs No. 13.2 Indikator
13.2.2 (a) Mengintegrasikan tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam kebijakan, strategi
dan perencanaan nasional. SDGs Pada Mata Pelajaran IPA SMP dalam penelitian ini diukur
menggunakan LKPD, Lembar Observasi Praktikum, dan wawancara peserta didik. Data pada
pengisian LKPD diambil menggunakan instrumen berupa soal essay yang dikerjakan oleh
peserta didik secara individu. LKPD diberikan kepada peserta didik selama 1x pertemuan.
Rekapitulasi perolehan nilai LKPD dapat dilihat pada Tabel 4.22:
Tabel 4.22 Hasil Pengolahan Data Lembar Kerja Peserta didik
LKPD
Komponen
Individu
Rata-rata 75,44
Nilai Terendah 60

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


9
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
0
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Nilai Tertinggi 85

Berdasarkan Tabel 4.22 hasil pengolahan data LKPD diperoleh nilai rata-rata LKPD
yaitu 75,44. Nilai tertinggi dan nilai terendah pada LKPD yaitu 60 dan 85. Berdasarkan
hasil Lembar Observasi Praktikum yang terdiri dari empat kategori, yaitu kerjasama,
mengumpulkan data , dan mengambil kesimpulan serta solusi diperoleh nilai rata-sata skill
problem solving sebesar 83,20 dengan kategori skill problem solving yaitu Baik,
rekapitulasi penilaian aspek keterampilan dapat dilihat pada Lampiran . Persebaran jumlah
peserta didik menurut kategori aspek keterampilan praktikum yaitu 43 peserta didik pada
kategori sangat baik, 37 peserta didik pada kategori baik dan 13 peserta didik pada kategori
cukup, Gambar 4.2 menunjukan persebaran jumlah peserta didik menurut kategori
pencapaian aspek keterampilan pada materi pemanasan global.

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Sangat Baik Baik Cukup

Gambar 4.16 Hasil praktikum peserta didik


Girl dkk (2002) menyatakan bahwa skill problem solving adalah proses yang
melibatkan penerapan pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan untuk mencapai tujuan.
Krulik dan Rudnick (1988) menekankan bahwa skill problem solving adalah suatu proses,
dimana seseorang menggunakan pengetahuan dan pemahaman mereka untuk menghadapi
situasi baru. Hal ini sejalan dengan pendapat Puumeechanya dan Wannipiroon (2013) yang
menyatakan bahwa skill problem solving dapat ditingkatkan dengan menerapkannya di kelas.
Chaury dan Rasool (2012) juga mengatakan bahwa keterampilan pemecahan masalah dapat
ditingkatkan melalui proses praktik dan praktik yang berkelanjutan. Sehingga penting bagi
guru untuk mengembang skill problem solving dalam proses pembelajaran dalam hal ini
dalam praktik pembuatan eco enzyme. Berdasarkan tabel 4.22 dan grafik 4.16 dapat
diinterpretasikan bahwa Pembuatan Eco Enzyme Dengan memanfaatkan sampah organik
Mendukung Pencapaian Target SDGs N0. 13.2 Indikator 13.2.2 (a) Mengintegrasikan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


9
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
1
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam kebijakan, strategi dan perencanaan nasional.
Hal ini dimungkinkan berdasarkan jurnal M.Ichwan Fauzi, Chatarina Muryani, Sigit
Santoso yang berjudul Hubungan Antara Pengetahuan Lingkungan Hidup Dan Prestasi
Belajar Geografi Dengan Sikap Peduli Lingkungan Pada Peserta didik SMA Negeri Di
Kabupaten Karanganyar menyatakan bahwa Ada hubungan positif antara pengetahuan
lingkungan hidup dengan sikap peduli lingkungan pada peserta didik SMA Negeri di
Kabupaten Karanganyar, senada dengan itu Dr. Rosukon Poompanvong, pendiri Asosiasi
Pertanian Organik di Thailand menyatakan bahwa eco enzyme bisa melepaskan gas ozon
(O3). O3 sendiri bisa mengurangi karbondioksida di atmosfer yang memerangkap panas di
awan sehingga Eco Enzyme bisa mengurangi efek rumah kaca dan global warming.
Selanjutnya penelitian Tuti Kustiasih, Lya Meylani S., Fitrijani A., Sri Darwati, Aryenti
dalam jurnalnya yang berjudul Faktor Penentu Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Pengelolaan
Sampah Perkotaan.
Determinant Factor Of Greenhouse Gas Emission In Urban Waste Management
menyimpulkan bahwa Pada RAN-GRK terdapat kebijakan pengelolaan sampah dalam rangka
mitigasi perubahan iklim dilakukan dengan pengelolaan sampah dengan penerapan konsep
3R (reduce, reuse, recycle), fasilitasi prasarana pengumpulan/pengangkutan sampah,
pembangunan/ peningkatan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah menjadi sanitary
landfill dan juga pengembangan TPA yang terpadu dengan teknologi pemanfaatan GRK
untuk energi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada peserta didik setelah
kegiatan pembelajaran dan praktikum pembuatan Eco Enzyme dengan pemanfaatan sampah
organik dihasilkan data sebagai brikut:
Tabel 4.23 Hasil wawancara peserta didik

Indikator Rata-rata Penafsiran


Mampu menjelaskan proses
pemanasan global 80 Tinggi

Mampu menjelaskan gas-gas yang


78 Tinggi
dapat menimbulkan efek rumah kaca

Mampu menyebutkan kegiatan


90 Tinggi
penghasil gas rumah kaca
Mampu menyebutkan hubungan
antara pengelolaan sampah makanan 84 Tinggi
terhadap peningkatan gas metana.
Mampu menyebutkan kontribusi 90 Tinggi
Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
9
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
2
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Indikator Rata-rata Penafsiran
manusia dalam pemanasan global
terutama dalam menghasilkan sampah
dan pengelolaan sampah
Mampu menyebutkan perubahan
yang terjadi pada lingkungan 90 Tinggi
(dampak pemanasan global)
Mampu menyebutkan tindakan ramah
lingkungan berkaitan dengan kegiatan 90 Tinggi
Eco Enzyme yang dilakukan.
Mampu menganalisis produk Eco
Enzyme terhadap pengurangan gas 84 Tinggi
metana

Rata - rata 85,75 Tinggi

Berdasarkan tabel 4.23 di atas dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan eco enzyme
dengan pemanfaatan sampah organik hasil dari sampah sayuran dan buah-buahan yang
dihasilkan oleh rumah tangga peserta didik di rumahnya masing-masing menunjukkan
pemahaman yang tinggi mengenai hubungan antara sampah dan peningkatan gas metana
dalam pemanasan global. Saat kita membuang makanan dan sampah taman ke dalam tempat
sampah, maka sampah-sampah tersebut akan dibawa dan terkubur di tempat-tempat
pembuangan sampah. Saat sampah yang berada paling bawah mengalami pembusukan,
terbentuklah gas metana. Gas metana akan merusak lapisan ozon bumi karena gas metana
termasuk gas-gas rumah kaca yang dapat mengakibatkan perubahan iklim (WWF, n.d).
Menurut Wardhana (2010), sampah organik yang menumpuk pada TPA dan tidak
mendapatkan penanganan yang benar akan terjadi proses fermentasi pada tumpukan bagian
bawah secara anaerob. Fermentasi sampah organik secara anaerob ini akan dapat
menghasilkan gas yang bila sampai ke atmosfer berperan sebagai gas rumah kaca (GRK) dan
zat sisa sebagai hasil dari penguraian protein. Gas yang dihasilkan dalam proses fermentasi
anaerob tersebut bila masih menumpuk pada TPA, dapat meningkatkan temperatur pada
lokasi tersebut. Inilah yang menyebabkan temperatur pada TPA biasanya lebih tinggi bila
dibandingkan dengan di luar lokasi TPA tersebut. Demikian juga halnya dengan zat sisa
(waste) dari hasil penguraian protein sampah organik, dapat menimbulkan bau busuk pada
lokasi TPA. Bahkan Sastrawijaya (1991) menyatakan sampah organik yang tidak terurus
pada TPA merupakan salah satu sumber polusi udara dan polusi panorama. Sumber polusi
Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
9
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
3
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
udara adalah gas yang dihasilkan dalam proses fermentasi anaerob yang dapat berperan
sebagai Gas Rumah Kaca dan zat sisa hasil penguraian protein sampah organik berupa bau
busuk yang sangat menyengat. Sedangkan tumpukan sampah organik yang berserakan dan
tidak terurus, merupakan sumber polusi keindahan alam bagi desa yang digunakan sebagai
TPA. Di lain pihak, sampah organik bila ditangani secara serius dapat mendatangkan
keuntungan yang cukup tinggi bagi pengelolanya. Puger (2009) menganjurkan untuk
mengolah sampah organik menjadi kompos. Pengolahan sampah organik menjadi kompos
dapat dilakukan melalui fermentasi aerob, yaitu salah satunya dengan pembuatan eco
enzyme.
Pemanasan global telah menjadi isu Internasional yang hangat, meskipun sebenarnya
masih terdapat ketidakpastian yang besar. Isu tersebut timbul mengingat pemanasan global
akan mempunyai dampak yang sangat besar, apabila ia benar terjadi. Dampak itu ialah
perubahan iklim sedunia dan kenaikan permukaan air laut. Rincian perubahan iklim yang
akan terjadi itu belum diketahui. Diperkirakan hujan secara global akan bertambah, tetapi ada
daerah yang hujannya akan berkurang dan ada pula yang bertambah. Hal ini akan
mengacaukan sistem pertanian yang ada dan akan diperlukan biaya yang sangat besar untuk
melakukan penyesuaian. Frekuensi dan intensitas badai dan topan mungkin meningkat.
Perubahan iklim juga akan menyebabkan kepunahan banyak jenis. Sampai pada akhir dekade
1970-an, pemanasan global hanyalah diperdebatkan di kalangan para ilmuwan. Masyarakat
umum belumlah mempunyai perhatian terhadapnya. Akan tetapi, dengan makin banyaknya
didapatkan petunjuk tentang kemungkinan terjadinya pemanasan global dan dengan makin
banyak diketahuinya pula dampak yang dapat ditimbulkan olehnya, masyarakat ramai pun
ikut memperbincangkannya. Dengan perkembangan ini, para politisi pun tidak lagi dapat
mengabaikannya. Sehubungan dengan itu, pada tahun 1987, Kongres Amerika Serikat telah
mengadakan dengar pendapat dengan para ilmuwan. Dari dengar pendapat itu, para wakil
rakyat itu mengambil simpulan bahwa pemanasan global itu memang perlu diperhatikan.
Sejak itu, permasalahan pemanasan global menjadi isu yang hangat, tidak saja di Amerika
Serikat, melainkan di seluruh dunia.
Soemarwoto (1992) menyatakan pemanasan global merupakan gejala naiknya suhu
permukaan bumi karena naiknya intensitas efek rumah kaca. Oleh karena itu, untuk dapat
memahami pemanasan global, kita perlu menelaah lebih dahulu efek rumah kaca. Efek rumah
kaca dalam kaitan dengan pemanasan global disebabkan oleh adanya gas rumah kaca (GRK)
di atmosfer. Gas rumah kaca tersebut dapat memantulkan sinar matahari yang terperangkap

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


9
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
4
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
di bumi secara berulangulang ke bumi. Pemantulan sinar matahari ke bumi secara berulang-
ulang oleh gas rumah kaca ini, mengakibatkan temperatur permukaan bumi meningkat.
Bahkan Wardhana (2010) menyatakan suhu atmosfer bumi pada saat ini terasa lebih panas
daripada sebelumnya. Para ahli klimatologi memperkirakan bahwa suhu atmosfer bumi telah
naik rata-rata sebesar 0,5 0C dari 100 tahun yang lalu. Bahkan berdasarkan pengamatan 30
tahun terakhir ini, kenaikan suhu rata-rata udara di seluruh dunia 2 0 C. Pada beberapa bagian
belahan bumi ada yang kenaikan suhu rata-rata udaranya lebih besar dari 2 0 C, misalnya kota
Bandung sampai mencapai hampir 4 0 C, kota Jakarta mencapai hampir 5 0 C, Kanada dan
Amerika, khususnya di daerah California mencapai kedaan sangat panas yag menyebabkan
kekeringan yang sangat dan kebakaran hutan. Kenaikan suhu rata-rata tersebut akan terus
bertambah bila tidak ada usaha pencegahan. Artinya, bencana benar-benar mengancam umat
manusia! Bencana itu berupa dampak pemanasan global akibat efek rumah kaca.
Perlu ditegaskan bahwa efek rumah kaca disebabkan oleh adanya gas rumah kaca di
atmosfer. Gas rumah kaca sendiri adalah gas yang timbul secara alamiah dan merupakan
akibat kegiatan industri. Contoh gas rumah kaca (GRK) adalah CO 2 (karbon dioksida), CH4
(methana), N2O (nitrogen oksida), CFC (chloro fluoro karbon), HFC (hidro fluro karbon),
PFC (perfluoro karbon), dan SF6 (sulphur heksafluoro). Jika GRK terlepas ke atmosfer dan
sampai pada ketinggian troposfer akan terbentuklapisan selimut atau rumah kaca yang
mengungkung bumi. Adapun partikel yang melayang-layang di atmosfer bumi berasal dari
letusan gunung berapi berupa debu (abu) vulkanik. Saat melayang-layang di atmosfer bumi
sebelum kemudian jatuh ke bumi, debu (abu) vulkanik tersebut berlaku sebagai lapisan
selimut yang mengungkung bumi. Salah satu gas rumah kaca yang dapat berperan sebagai
gas rumah kaca yang berasal dari sampah organik adalah methana (CH 4). Sampah organik
yang ditampung di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah akan mengalami proses
pembusukan secara alamiah. Dalam pembusukan sampah organik tersebut akan keluar gas
methana (CH4). Oleh karena itu, pengumpulan dan penampungan sampah di tempat
pembuangan akhir (TPA) hanya merupakan penyelesaian sementara, terutama dikaitkan
dengan kebersihan kota. Tempat pembuangan sampah akhir (TPA) yang membiarkan
pembusukan justru akan menjadi masalah baru, yaitu sumber pencemar gas methana (CH 4)
yang terjadi secara alamiah (Harian Republika, 2019). Gas methana (CH4) merupakan salah
satu komponen gas rumah kaca yang kekuatannya lebih kuat dibandingkan gas CO 2. Gas
methana (CH4) ternyata 21 kali lebih kuat dari gas CO 2 dan ini sangat berpengaruh terhadap
pemantulan panas dari bumi kembali ke bumi. Pembebasan gas methana (CH 4) secara alami

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


9
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
5
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
dari proses pembusukan sampah organik lepas ke atmosfer tak terkendali. Pembusukan
sampah organik dapat juga terjadi pada limbah pertanian, kotoran ternak dan lain sebagainya,
akan menambah beban atmosfer menerima gas methana (CH 4) alamiah (Puger, 2009).
Mengingat hal tersebut di atas, perlu pemikiran untuk mengendalikan emisi gas methana
(CH4) agar tidak terlepas ke atmosfer begitu saja, tanpa ada usaha untuk memanfaatkannya.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan sampah organik dengan
pembuatan eco enzyme. Pembakaran sampah dapat menghasilkan gas rumah kaca, seperti
CO2, N2O, NOx, NH3, dan karbon organik. CO2 menjadi gas utama yang dihasilkan oleh
pembakaran sampah dan dihasilkan cukup lebih tinggi dibandingkan emisi gas lainnya.
(Johnke, n.d.)
Pemerintah memiliki komitmen kuat dalam pengelolaan sampah di Tanah Air.
Targetnya, Indonesia sudah bersih dan bebas sampah pada 2025. Target itu telah diamanatkan
dalam Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengelolaan Sampah (Jakstranas). Jakstranas merupakan arah kebijakan dan strategi dalam
pengurangan dan penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga tingkat nasional yang terpadu dan berkelanjutan. Langkah yang diambil ialah
mengurangi 30% sampah dari sumbernya, serta memproses dan mengelola 70% sampah agar
tidak terkumpul dan menumpuk di tempat pembuangan. Dengan itu, target pengelolaan
sampah sebesar 100% diharapkan bisa tercapai pada 2025 mendatang. Pemerintah Indonesia
juga berkomitmen dalam menindaklanjuti Paris Agreement dengan menetapkan kontribusi
target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) yang disebut dengan Nationally Determined
Contribution (NDC).Dokumen NDC menetapkan target pengurangan emisi GRK di
Indonesia, yakni sebesar 29% tanpa syarat (dengan usaha sendiri) dan 41% bersyarat (dengan
dukungan internasional yang memadai) pada 2030. Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (Dirjen PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati
menjelaskan, sampah merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi dalam
peningkatan emisi GRK. Jumlah signifikan gas metan yang dihasilkan dari TPA sampah
mengambil peran besar dalam menciptakan efek gas rumah kaca.

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


9
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
6
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan , bahwa pembuatan eco enzyme dengan
pemanfaatan sampah organik dapat mewujudkan pembelajaran berkelanjutan. Hal tersebut
diindikasikan dari analisis RPP untuk pembelajaran berkelanjutan, hasil observasi aktivitas
pembelajaran, angket Peserta didik tentang Eco Enzym dalam pembelajaran IPA, dan angket
umpan balik Peserta didik dalam mewujudkan pembelajaran berkelanjutan pada kategori
baik.
Pembuatan Eco Enzyme dengan memanfaatkan sampah organik dapat mendukung
pencapaian target SDGs No.13.2 Indikator 13.2.2.(a) Mengintegrasikan tindakan antisipasi
perubahan iklim ke dalam kebijakan, strategi dan perencanaan nasional dan target SDGs
No.13.3 Indikator 13.3.1.(a) Meningkatkan pendidikan, penumbuhan kesadaran, serta
kapasitas manusia dan kelembagaan terkait mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan
peringatan dini perubahan ikim, pada materi pemanasan global juga terlaksana dengan baik.
Hal ini terindikasi dari respon peserta didik melalui angket, kuesioner, LKPD, dan
wawancara peserta didik yang memberikan hasil positif dan dianalisis dengan nilai baik
terhadap pencapaian target SDGs. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pembuatan eco
enzyme dalam pemanfaatan sampah organik sebagai upaya mewujudkan pembelajaran
berkelanjutan untuk mendukung SDGs pada mata pelajaran IPA SMP.
5.2. Implikasi
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada guru tentang
pembelajaran berkelanjutan pada materi pemanasan global. Hasil penelitian ini juga
memberikan gambaran kepada peserta didik untuk mengelola sampah organik melalui
pembuatan eco enzyme dan dapat memberikan informasi bagi peneliti lain untuk
mengembangkan keilmuan dan sebagai dasar dalam penelitian selanjutnya.
5.3. Rekomendasi
Mengacu pada hasil dan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan maka peneliti
memberikan rekomendasi untuk guru dan penelitian selanjutnya:
1. Bagi guru; pembelajaran pada materi pemanasan global dengan pembuatan eco enzyme
dapat menjadi pertimbangan dalam pembelajaran materi IPA lainnya. Guru perlu

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 97
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
memberikan pandangan yang lebih luas tentang esensi pembelajaran berkelanjutan dan
cara sederhana untuk mengurangi dampak dari bencana perubahan iklim yang terjadi
baik dalam lingkup lokal maupun global.
2. Bagi siswa; siswa perlu dibekali motivasi dalam setiap proses pembelajaran dan siswa
secara terus-menerus ditanamkan cara pengelolaan sampah yang baik sehingga bisa
menularkan kebiasannya dalam mengelola sampah ke lingkup yang lebih luas.
3. Bagi penelitian; peneliti dapat mencoba mengembangkan target dan indicator SDGs
penelitian selanjutnya.

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 98
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
DAFTAR PUSTAKA

Agusti, K. A. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan


Konteks Education For Sustainable Development untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis dan Profil Sustainability Awareness Siswa Pada Materi Pemanasan
Globa.l (Doctoral Universitas Indonesia).
Ajaps, S., & McLellan, R. (2015). “We don’t know enough”: Environmental education and
pro-environmental behaviour perceptions. Cogent education, 2(1), 1124490.
Alfajri, Suwignyo dan Luerdi. (2020). Pelatihan Dan Pemberdayaan Tunas Sustainable
Development Goals (SDGs) Siswa Tingkat Sma/Ma Sederajat Di Kota Pekanbaru
Untuk Mewujudkan Tujuan Sustainable Cities And Communities Dan Responsible
Consumption And Production. Volume 3 No. 3. ISSN: 2715-8187
Antasena. (2017). Perubahan Iklim. Penyebab, Dampak dan Antisipasi. Vol.2 No.2.
ISSN:2541-1837
Armi, A., & Mandasari, D. (2017). Pengelolaan sampah organik menjadi gas metana.
Serambi Saintia: Jurnal Sains dan Aplikasi, 5(1)
Asep Saepul Hamdi dan E. Baharuddin. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Deepublish.
Association of Talent Development (ATD). https://maglearning.id/2021/05/24/bagaimana-
melakukan-proses-pembelajaran-berkelanjutan-dalam-organisasi/
Azhar, M. Djahir Basyir, Alfitri. (2015). Hubungan Pengetahuan Dan Etika Lingkungan
Dengan Sikap Dan Perilaku Menjaga Kelestarian Lingkungan. Volume 13 Issue 1:
36-4. ISSN:1829-8907.
Aziz, Ali, Moh, Suhartini, Rr, Halim, A, (2005). Dakwah Pemberdayaan Masyarakat:
Paradigma Aksi Metodologi, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Nusantara.
Azmi, S. (2016). Self regulated learning salah satu modal kesuksesan belajar dan mengajar.
In Jurnal Seminar Asean, Psychology dan Humanty.
Azizah, N. (2021). Dampak dari sampah rumah tangga mengakibatkan pencemaran
lingkungan.

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 99
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
BAPPENAS. (2017). Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Aksi Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan. Jakarta: BAPPENAS.
Budimanta, A. (2005). Memberlanjutkan Pembangunan di Perkotaan melalui Pembangunan
Berkelanjutan dalam Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam Abad 2.
Chandra, Y. N., Hartati, C. D., Wijayanti, G., & Gunawan, H. G. (2020, December).
Sosialisasi pemanfaatan limbah organik menjadi bahan pembersih rumah tangga.
In Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat (Vol. 1, pp.
SNPPM2020LPK-9).
Cofie, O., & Bradford, A. (2006). 1 Recycling of Urban Organic Waste for Urban
Agriculture 1.
Cutting dan Summers. (2016). Education for Sustainable Development in Further
Education.
Clarisa, G., Danawan, A., Muslim, M., & Wijaya, A. F. (2020). Penerapan Flipped
Classroom dalam Konteks ESD untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan
Membangun Sustainability Awareness Siswa. Journal of Natural Science and
Integration, 3(1), 13. https://doi.org/10.24014/jnsi.v3i1.8953
Departemen of Education and Skills. (2013). Education for Sustainability The National
Strategy on Education for Sustainable Development in Ireland, 2014-2020. Ireland.
Depdiknas. (2003). Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang system pendidikan
nasional.
Dimyati, Mahmud. (1989). Psikologi Pendidikan, Jakarta, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Endro, S., & Budiyanto, S. (2017). The influence of transformational leadership and
personal value toward profession commitment and its impact on
performance. International Journal of Education and Social Science, 4(4), 11-18.
Eviati dan Sulaeman. (2009). Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk.
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/juknis/juknis_kimia2 .pdf.
Diakses 06 April 2017
Faradina. (2018). Integrasi Nilai Karakter Dan Keterampilan Abad-21 Dalam
Pengembangan Eksperimen Kimia Inovatif Berbasis Education For Sustainable

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 100
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Development. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Yogyakarta.
Fitria, L. (2009). Program Langit Biru: Kontribusi Kebijakan Pengendalian Pencemaran
Udara Kota terhadap Penurunan Penyakit Pernapasan pada Anak. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, Vol. 04, No. 03, Hal. 109- 112.
Gardner, Howard. (1993). Multiple Intelligence: The Teory in Practice A Reader.USA:
Basic Book.
Gerungan. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
Hanna Brauers and Pao-Yu Oei. (2020). The political economy of coal in Poland: Drivers
and barriers for a shift away from fossil fuels. vol. 144, issue C
Hapsari, D., & Prasetio, A. (2017). Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Prestasi Belajar
Siswa SMK Negeri 2 Bawang. eProceedings of Management, 4(1).
Hidup, D. L. (2019). Pengertian dan pengelolaan sampah organik dan anorganik. Tersedia
di https://www. bulelengkab. go. id/detail/artikel/pengertian-dan-pengelolaan-
sampah-organik-dan-anorganik-13 (5 Februari 2020) Go to reference in article.
Indrati & Hariadi. (2016). ESD (Education For Sustainable Development) Melalui
Pembelajaran Biologi. Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
Indonesia, B. P. P. N., & Nasional, B. P. P. (2015). Bappenas. RI. Buku II RPJMN, 2019.
Jegstad & Sinnes. (2015). Chemistry Teaching for the Future: A model for secondary
chemistry education for sustainable development
https://doi.org/10.1080/09500693.2014.1003988
Johannesburg. (2002). A Critical Analysis and Assessment of the Outcomes.
https://doi.org/10.1080/09644010410001689214
Jahnke, R., Larkey, L., Rogers, C., Etnier, J., & Lin, F. (2010). A comprehensive review of
health benefits of qigong and tai chi. American journal of health promotion, 24(6),
e1-e25.
Karaarslan, G., & Teksöz, G. (2016). Integrating Sustainable Development Concept into
Science Education Program. International Journal of Environmental Science
Education, 11(15), 8403– 8425.
Kemendikbud. (2014). Konsep dan implementasi kurikulum 2013.

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 101
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
https://www.kemdikbud.go.id.
Kemendikbud. (2014). Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kemendikbud. (2016). Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. (2019). Laporan Hasil Ujian Nasional. https://hasilun.puspendik.
kemdikbud.go.id.
KEMENPERIN, B. P. (2012). Perencanaan Kebutuhan Energi Sektor Industri Dalam
Rangka Akselerasi Industrialisasi. Kajian Kementrian Perindustrian Republik
Indonesia. Jakarta, Indonesia.
Kementerian Lingkungan Hidup. (2012). Panduan Adiwiyata. Jakarta: Kementerian
Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Klarin, T. (2018). The Concept of Sustainable Development: From its Beginning to the
Contemporary Issues, Zagreb International Review of Economics and Business, Vol.
21, no. 1, pp. 67-94.
Kumari, P.; Kumari, C. (2017). "Erythrina variegata L." The coral tree: A Review. J. Med.
Sci. Clin. Res., 5 (8): 26705-26715
Kwakfwaan, J. E. (2011). Exploring Literary Perspectives on Environmental Education for
Sustainable Development. Journal of Educational and Social Research, 1(3), 39-39.
Latifah et al. (2018). Analysis of community income on suren (Toona sureni (Blume) Merr.)
and cacao crops (Theobroma cacao L.) in Simalungun, North Sumatera-Indonesia.
Laurie, R., Nonoyama-Tarumi, Y., Mckeown, R., & Hopkins, C. (2016). Contributions of
education for sustainable development (ESD) to quality education: A synthesis of
research. Journal of Education for Sustainable development, 10(2), 226-242.
Listiawati, N. (2013). Pelaksanaan Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan oleh
Beberapa Lembaga. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdikbud.
Luthfiyyah, A., & Farabi, A. (2010). Konsep Eco-Community Melalui Pengembangan Eco-
Enzyme Sebagai Usaha Pengolahan Sampah Organik Secara Tuntas pada Level
Rumah Tangga.
Mahromah, L. A., & Manoy, J. T. (2013). Identifikasi tingkat metakognisi siswa dalam

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 102
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
memecahkan masalah matematika berdasarkan perbedaan skor matematika. Jurnal
Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 2(1).
Manning, C., & Clayton, S. (2018). Threats to mental health and wellbeing associated with
climate change. In Psychology and climate change (pp. 217-244). Academic Press.
Marno & Idris, M. (2010). Strategi & metode pengajaran: Menciptakan ketrampilan
mengajar yang efektif dan edukatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mathar, Reiner. (2015). Chapter 2 in Schooling for Sustainable Development in Europe.
Springer : Heidelberg, New York, Dordrecht, London
McLeskey, J., & Waldron, N. L. (2002). School change and inclusive schools: Lessons
learned from practice. Phi Delta Kappan, 84(1), 65-72.
M. Hemalatha and P.Visantini. (2020). Potential use of eco-enzyme for the treatment of
metal based effluent. IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering 716, 1-6
Mujianto, M. (2016). Pendekatan fungsional-struktural dalam adat pernikahan
Sunda. Jurnal Linguistik Terapan, 37-46.
Németh, Á. (2016). European capitals of culture–digging deeper into the governance of the
mega-event. Territory, Politics, Governance, 4(1), 52-74.
Nikolopoulou, A, Abrahamâ, Taisha & Farid Mirbagheri. (2010). Education for Sustainable
Development Challenges, Strategies, and Practices in a Globalizing World.Sage:
India.
Nirwana, M. A., & SH, A. (2017). Pengaturan dan Strategi Penanggulangan Dampak
Lingkungan Pencemaran Sampah Rumah Tangga di Bantaran Sungai Banjir Kanal
Timur Kota Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).
Nizar, M., Munir, E., Munawar, E., & Irvan, I. (2017). Manajemen Pengelolaan Sampah
Kota Berdasarkan Konsep Zero Waste: Studi Literatur. Jurnal Serambi
Engineering, 1(2).
Norhasri, M. M., Hamidah, M. S., & Fadzil, A. M. (2017). Applications of using nano
material in concrete: A review. Construction and Building Materials, 133, 91-97.
Novidsa Et Al. (2020). Exploring Knowledge Of Prospective Biology Teacher About
Education For Sustainable Development
Nurbantoro, E., Risman, H., Widjayanto, J., & Anwar, S. (2021). Analisa Kebijakan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2015 tentang Kebijakan

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 103
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Umum Pertahanan Negara Tahun 2015-2019.
Nur Rahmawati Sulistiyorini, Rudi Saprudin Darwis, & Arie Surya Gutama. 2015.
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di lingkungan margaluyu
kelurahan cicurug. Share Social Work Jurnal Vol. 5.
O’Brien JA. dan Marakas GM. (2007). Management Information System: Managing
Information Technology in The E-Business Enterprises. 10th edition, Irwin Inc.
Boston.
Otto Soemarwoto. (1994). Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan,
Jakarta, (Edisi Revisi).
Panuluh, S., & Fitri, M. R. (2016). Perkembangan pelaksanaan sustainable development
goals (SDGs) di Indonesia. Biefing Paper, 2, 1-25.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). (2016). Laporan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
2016. New York: Bersatu Bangsa. Diterima
darihttps://unstats.un.org/sdgs/report/2016/
Pranata, L., Kurniawan, I., Indaryati, S., Rini, M. T., Suryani, K., & Yuniarti, E. (2021).
Pelatihan Pengolahan Sampah Organik Dengan Metode Eco Enzym. Indonesian
Journal Of Community Service, 1(1), 171-179.
Pratiwi, N. I. (2020). Degradasi Sampah Organik Dengan Bantuan Maggot Black Soldier
Fly (Doctoral dissertation, Universitas Bakrie).
Priatna, L., Hariadi, W., & Purwendah, E. K. (2020). Pengelolaan Sampah di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Tugel, Desa Kedungrandu, Kecamatan Patikraja,
Kabupaten Banyumas. Prosiding, 9(1).
Pribadi. (2017). Implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) Dalam
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Papua. eJournal Ilmu Hubungan
Internasional, 2017, 5 (3): 917-932
Prof. Dr. Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Puger, I G.N. (2019). “Konsentrasi Nipah (Nypa fruticans Linn) Sebagai Alternatif Desa
Banjarasem dalam Kaitannya dengan Penekanan Pemanasan Global. Dalam

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 104
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Prosiding Seminar Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak
Pemanasan Global. Bali, 14 Juli 2009 ISBN: 978-979-799-447.
Purhayani, A. S. (2019). Strategi Dinas Lingkungan Hidup Dalam Menanggulangi Sampah
(Studi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung) (Doctoral dissertation, UIN
Raden Intan Lampung).
Rabbani, A. R. D. M. (2020). Takakura Sebagai Solusi Penanganan Sampah Organik
Rumah Tangga. Abdimas Galuh, 2(1), 53-64.
Rahma, R. A. A. (2014). Pengaruh Paparan Gas Metana (Ch4), Karbon Dioksida (Co2) Dan
Hidrogen Sulfida (H2S) Terhadap Keluhan Gangguan Pernapasan Pemulung Di
Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Klotok Kota Kediri (Doctoral
dissertation, UNS (Sebelas Maret University)).
Rahman, A., Heryanti, L. M., & Ekanara, B. (2019). Pengembangan modul berbasis
education for sustainable development pada konsep ekologi untuk siswa kelas X
SMA. Jurnal Eksakta Pendidikan (JEP), 3(1), 1-8.
Raka Joni. (1984). Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Pendidikan Guru. Jakarta: Ditjen Dikti
Rahmawati et al. (2021). Potensi implementasi Education for Sustainable Development
(ESD) dalam pembelajaran IPA di MTs Nahdlatul Ulama Mranggen Kabupaten
Demak. Vol. 2, No. 1, April2021, pp. 15-27
Ridley-Duff, R.J., dan Bull, M., (2011). Understanding Social Enterprise: Theory and
Practice, Sage Publication, London.
Rinto Alexandro, M. M., Misnawati, M. P., & Wahidin, M. P. (2021). Profesi Keguruan
(Menjadi Guru Profesional). gue.
Rosana, M. (2018). Kebijakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di
Indonesia. Kelola: Jurnal Sosial Politik, 1(1), 148-163.
Rosihan, A., Widodo, W., Bayu, I. S., & Eko, S. (2015). Effect pH on demineralization
dental erosion. International Journal of Chemical Engineering and
Applications, 6(2), 138-141.
Rochyani, L. (2020). The inhibition of leaf extract Moringaoleifera on the formation biofilm
bacteria Enterococcus faecalis. DENTA, 14(1), 44-50.
Rubin, M.B. (2001). The History of Ozone. The Schonbein Period, 1839- 1868. Bull. Hist.
Chem. 26 (1) : 71-76

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 105
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Sahil, J., Al Muhdar, M. H. I., Rohman, F., & Syamsuri, I. (2016). Sistem pengelolaan dan
upaya penanggulangan sampah di Kelurahan Dufa-Dufa Kota Ternate. Jurnal
Bioedukasi, 4(2).
Saifuddin, A. (2013). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. (EGC).
Santos, DL, Moraes, JS, de Souza Araújo, ZT, & da Silva, IR (2019). Pengetahuan
tradisional tentang tanaman obat dalam konservasi keanekaragaman hayati
Amazon. Sains dalam Fokus , 12 (1).
Sarwono, S. W. (2002). Psikologi sosial individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta:
Balai Pustaka.
Sastrawijaya. (1991). Pencemaran Lingkungan. Bandung: Rineka Cipta.
Septi, D. (2016). Hubungan persepi siswa tentang kompetensi pedagogik guru matematika
dan motivasi belajar dengan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP N 1
JETIS tahun pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2), 323-328.
Segara, N. B. (2015). Education for sustainable development (ESD) sebuah upaya
mewujudkan kelestarian lingkungan. SOSIO-DIDAKTIKA: Social Science
Education Journal, 2(1), 22-30.
Setiadi, A. (2015). Studi pengelolaan sampah berbasis komunitas pada kawasan
permukiman perkotaan di Yogyakarta. Jurnal Wilayah dan Lingkungan, 3(1), 27-38.
Setiawan, A. R., & Saputri, W. E. (2014). Pembelajaran Literasi Saintifik untuk Pendidikan
Dasar. Media Penelitian Pendidikan: Jurnal Penelitian dalam Bidang Pendidikan dan
Pengajaran, 14(2), 144-152.
Shaw, Rajib & Oikawa, Yukihiko. (2014). Educa- tion for Sustainable Development and
Disaster Risk Reduction.Springer: Japan.
Sidique, S. F., Lupi, F., & Joshi, S. V. (2010). The effects of behavior and attitudes on drop-
off recycling activities. Resources, conservation and recycling, 54(3), 163-170.
Slamet, Juli Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Cetakan Kedelapan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.Publishing..
Sitepu, S. (2011). Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Motivasi
Belajar Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Sma
Negeri 1 Lubuk Pakam (Doctoral dissertation, UNIMED).
Sitorus. (2017). Integrasi Pendidikan Kependudukan Kedalam Kurikulum Dalam Rangka

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 106
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Pencapaian Target Sustainable Development Goals (SDGS) Di Indonesia. In:
Seminar Nasional Tahunan Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 20 Oct 2017, Medan.
Siwakoti, S. (2009). Knowledge, Attitudes, and Practices of Women and Men towards
Recycling in North St James Town, Toronto, Wellesley Insitute.
Soares, Maria Lucia de Amorim & Petarnella, Leandro. (2011). Schooling for Sustainable
Development in South America Policies, Actions and Educational Experiences.
Springer : New York
Stammes, H., Henze, I., Barendsen, E., & de Vries, M. (2020). Bringing design practices to
chemistry classrooms: studying teachers’ pedagogical ideas in the context of a
professional learning community. International Journal of Science Education, 42(4),
526-546.
Sudjana,Nana. (2016). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :PT Remaja
Rosdakarya.
Sund & Gericke. (2020). Teaching contributions from secondary school subject areas to
education for sustainable development – a comparative study of science, social
science and language teachers. Environmental Education Research, 26:6, 772-794,
DOI: 10.1080/13504622.2020.1754341
Sujarta P. (2020). Pelatihan pengolahan sampah organik dengan konsep eco ezyem. SMAN
2 Teruna Bhakti Waena. Jayapura.
Sulistyorini, L. (2005). Pengelolaan sampah dengan cara menjadikannya kompos. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 2(1).
Supriatna, A. (2018). Kegiatan Lesson Study sebagai Upaya Guru untuk Menemukan
Pembelajaran yang Memenuhi Keperluan Anak Hidup pada Zamannya (Era
Revolusi Industri 4.0). In Prosiding Seminar Nasional & Internasional (Vol. 1, No.
1).
Sutarti, S., Siswanto, S., & Mulyanto, J. (2020). Prototype Smart Trash Pemilah Sampah
Organik, Anorganik dan Logam Berbasis Arduino Uno. Jurnal Dinamika
Informatika, 9(2), 1-15.
Syakur, A. (2017). Education For Sustainable Development (ESD) Sebagai Respon dari Isu
Tantangan Global Melalui Pendidikan Berkarakter dan Berwawasan Lingkungan
yang Diterapkan pada Sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan Kejuruan di Kota

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 107
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Malang. Eduscience, 1(1), 37-47.
Taylor, B. N. (2001). The International System of Units (SI) 2001 Edition.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan
Implementasi Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana.
The Earth Charter Iniative International Secretariat (2005). The Earth Charter Iniative.
Costa Rica: Earth Charter International Secretariat.
Trilling B dan Hood. P. (1999). Learning, Technology and Education Reform in the
Knowlage Age. USA: Educational Technology.
Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang–Undang No.32 Tahun 2009. Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
UNESCO. (2015). MEDIA ADVISORY: APMED 2030 to Develop Roadmap for
Implementation of Education 2030 in Asia-Pacific. Bangkok: Asia- Pacific Meeting
on Education 2030 (APMED2030). Diakses pada tanggal 15 Maret 2016 dari
http://www.unescobkk.org/news/article/apmed2030-to-develop- roadmap-for-
implementation-of-education-2030-in-asia-pacific/
UNESCO. (2017). Education for Sustainable Development Goals: learning objectives.
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, 7, place de
Fontenoy, 75352 Paris 07 SP: France
UNESCO. (2018). Integrating Education for Sustainable Development (ESD) in Teacher
Education in South-East Asia: A Guide for Teacher Educators.
Utpalasari, R. L., & Dahliana, I. (2020). Analisis hasil konversi eco enzyme menggunakan
nenas (Ananas comosus) dan pepaya (Carica papaya L.). Jurnal Redoks, 5(2), 135-
140.
Pradipta, D. D., & Hariyono, E. (2021). The Effectiveness of Science Learning Tools Based
on Education Sustainable Development (ESD) to Improve Problem- Solving Skills.
IJORER: International Journal of Recent Educational Research, 2(3), 342-353.
Purnamasari, S., & Hanifah, A. N. (2021). Education for Sustainable Development (ESD)
dalam pembelajaran IPA. Jurnal Kajian Pendidikan IPA, 1(2), 69-75.

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 108
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Yuniarto, P. R. (2016). Masalah globalisasi di Indonesia: Antara kepentingan, kebijakan,
dan tantangan. Jurnal Kajian Wilayah, 5(1), 67-95.
Vama & Cherekar. (2020). Production, Extraction And Uses Of Eco-Enzyme Using Citrus
Fruit Waste: Wealth From Waste. Asian Jr. of Microbiol. Biotech. Env. Sc. Vol. 22
(2) : 2020 : 346-351
Viza, A., Muñoz, I., Oliva, F., & Menéndez, M. (2022). Contrary effects of flow
intermittence and land uses on organic matter decomposition in a Mediterranean
river basin. Science of The Total Environment, 812, 151424.
Vol. 6, No. 1, 2019; Neupane & Khadka. Production Of Garbage Enzyme From Different
Fruit And Vegetable Wastes And Evaluation Of Its Enzymatic And Antimicrobial
Efficacy
Vol. 19, No. 2, pp. 36ñ50, 2017; Ichinose. An Analysis of Transformation of Teaching and
Learning of Japanese Schools That Significantly Addressed Education for
Sustainable Development.
Wahyuningsih. (2017). Millenium Develompent Goals (Mdgs) Dan Sustainable
Development Goals (Sdgs) Dalam Kesejahteraan Sosial. Vol. 11, No.3,
DOI: https://doi.org/10.19184/bisma.v11i3.6479
Wals, A. E. (2015). Globalization, sense of plac e and transfor˜ mative learning in times of
unsustainability1. Panorama, (10), 60-81.
Wardhana, W.A. (2010). Dampak Pemanasan Global. Yogyakarta: Andi Offset.
WCED, S. W. S. (1987). World commission on environment and development. Our
common future, 17(1), 1-91.
Widarti, R., & Roshayanti, F. (2021). Potensi Implementasi STEAM (Science, Technology,
Engineering, Art and Mathematic) berorientasi ESD (Education for Sustainable
Development) dalam Pembelajaran Fluida. UPEJ Unnes Physics Education Journal,
10(3), 290-295.
Widodo, Erna dan Mukhtar. (2000). Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif. Yogyakarta:
Avirouz
Wilson, D. C., Rodic, L., Modak, P., Soos, R., Carpintero, A., Velis, K., ... & Simonett, O.
(2015). Global waste management outlook. UNEP.

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 109
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Wina Sumiati. (2018) . Upaya Southeast Asian Ministers of Education (SEAMEO) Dalam
Mewujudkan SDGs Poin 4.2 Periode 2017-2018.
WWF Indonesia. (n.d). Laporan Tahunan. Diakses dari (WWF Indonesia:
https://www.wwf.id/laporan-tahunan)
Yuliani & Hartanto. (2019). Education for Sustainable Development (ESD) dalam
Pembelajaran IPA. Vol. 1. Nomor 2.
Zahro, I. F., Atika, A. R., & Westhisi, S. M. (2019). Strategi Pembelajaran Literasi Sains
Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Potensia, 4(2), 121–130.
Zellatifanny, C. M., & Mudjiyanto, B. (2018). Tipe penelitian deskripsi dalam ilmu
komunikasi. Diakom: Jurnal Media Dan Komunikasi, 1(2), 83-90.
https://sdgs.bappenas.go.id/
ditjenppi.menlhk.go.id
https://hmgp.geo.ugm.ac.id
http://pojokiklim.menlhk.go.id
https://radarsemarang.jawapos.com
https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/penelitian-deskriptif-tujuan-hingga-contohnya/
https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/eco-enzyme/. Eco Enzyme.

Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya


Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata 110
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)

Anda mungkin juga menyukai