Draf Revisi Tesis 28 Agustus-2
Draf Revisi Tesis 28 Agustus-2
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA
Disusun Oleh:
R. Aditias Hermawan
2002213
2022
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
R. ADITIAS HERMAWAN
PEMBUATAN ECO ENZYME DALAM PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK
SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN BERKELANJUTAN UNTUK
MENDUKUNG SDGs PADA MATA PELAJARAN IPA SMP
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
Dr. Hj. Siti Sriyati, M.Si. Dr. Hj. Widi Purwianingsih, M.Si.
NIP. 196409281989012001 NIP. 196209211991012001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam,
Oleh
R. Aditias Hermawan, S.Pd.
Universitas Pasundan, 2017
© R. Aditias Hermawan
Universitas Pendidikan Indonesia
April 2022
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,
penyelesaian tesis ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan
hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. Riandi, M.Si selaku dosen pembimbing 1 yang telah membimbing dengan
memberikan yang terbaik untuk kelancaran tesis penulis. Terima kasih atas waktu
serta masukan yang sangat bermanfaat.
2. Prof. Dr. Topik Hidayat, M.Si.,Ph.D selaku dosen pembimbing 2 yang telah sabar
membimbing penulis dalam menyusun tesis ini. Terimakasih untuk selalu sabar dan
selalu dapat meluangkan waktu untuk membimbing tesis ini.
3. Dr Ida Kaniawati, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam terima kasih yang telah memotivasi dan memfasilitasi agar penulis cepat
menyelesaikan studi.
4. Dosen-dosen di jurusan Pendidikan IPA Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Pendidikan Indonesia yang selama ini banyak berperan
memberikan pengalaman serta pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
5. Kedua orang tua mamah, N. Tuti Rohayati terima kasih untuk hari-hari yang telah
kau habiskan untuk menjaga, menyayangi, mendidik dan membimbing serta selalu
mendoakan penulis, papah R. Bambang Hermawan ,S.Pd, M.MPd terima kasih
untuk support, kerja keras dan pengorbanannya. Gelar magister ini penulis
persembahkan untuk kalian.
6. Kakak dan adik-adik tercinta R.Fuji Astuti Herdias, R. Hermawan Indra Cipta, R.
Lasardi Hermawan, terima kasih untuk canda tawa, suka dan duka yang kalian beri
selama penyelesaian tesis ini. Terima kasih telah membuat warna dalam kehangatan
keluarga.
7. Teman-teman seperjuangan di jurusan Pendidikan IPA selama perkuliahan. Terima
kasih untuk menjadi teman yang selalu memotivasi untuk penyelesaian tesis ini.
Semoga kelak kita bertemu kembali dengan kabar kesuksesan masing-masing.
8. Kepala Sekolah SMPN 2 Bojongpicung, Bapak Asep Sonny, S.Pd (alm) yang telah
memberikan support dan ijin penelitian kepada penulis.
Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata iii
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
9. Siswa- siswi SMPN 2 Bojongpicung khususnya kelas VII A s/d VII F terima kasih
banyak untuk kesediaan yang telah kalian berikan untuk menjadi subyek dalam
penelitian tesis ini.
10. Hera Asriana, selaku support system terima kasih banyak untuk waktu dan
ketersediaan dalam membersamai penulis dari awal perkuliahan sampai selesainya
tesis ini.
11. Semua orang yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penyelesaian tesis ini terima kasih banyak
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat atas amalan dan bantuan
yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaian tesis ini.
Abstrak
Abstract
The results of the study show that population growth and increasing community consumption
patterns are the main factors that cause the rate of waste production to continue to increase.
For this reason, efforts are needed to utilize the waste in order to reduce the volume, manage
the environment, increase income and control the climate crisis, one of which is to process it
into eco-enzyme. This study aims to determine the effect of making eco enzyme as a means
to realize sustainable learning. In addition to these objectives, this research tries to practice
the manufacture of Eco enzymes in an effort to support the achievement of the SDGs No.
13.3 target. Indicator 13.3.1. (a) Integrate anticipatory actions on climate change into national
policies, strategies and planning indicators of potential for reducing greenhouse gas (GRK)
emissions and targets 13.2 Indicator 13.2.2.(a) Improving education, raising awareness, as
well as human and institutional capacities related to mitigation , adaptation, impact reduction
and early warning of climate change indicators of the number of formal education units and
institutions/communities who care and are environmentally cultured. This study uses a
descriptive method by emphasizing the analysis of learning planning and student activities
during learning. Data collection techniques in this study were carried out through analysis of
lesson plans, learning observations, and distributing questionnaires to students after learning
related to making Eco Enzyme. Based on the results of research and discussion, it is known
that the manufacture of eco enzymes by utilizing organic waste can realize sustainable
learning. This is indicated by the characteristics of the lesson plans for continuous learning,
the results of observing learning activities, student questionnaires about Eco Enzymes in
science learning and student feedback questionnaires in realizing sustainable learning in the
good category. The production of Eco Enzyme by utilizing organic waste can support the
achievement of SDGs No.13.2. Indicator 13.2.2.(a) Integrating anticipatory actions on
climate change into national policies, strategies and planning and 13.3.1.(a) Improving
education, raising awareness, as well as human and institutional capacities related to
mitigation, adaptation, impact reduction and early warning of climate change, on the subject
of global warming also well implemented seen from the results of questionnaires and student
questionnaires. Thus, it can be concluded that the manufacture of eco enzymes in the use of
organic waste as an effort to realize sustainable learning to support SDGs in science subjects
in junior high school can be achieved.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan.......................................................... 2
Gambar 1.2 IKLH Nasional Tahun 2014-2017................................................................... 4
Gambar 2.1 Implementasi ESD dari Perspektif Terikat......................................................14
Gambar 2.2 Pengorganisasian ESD.....................................................................................18
Gambar 2.3 Tujuan SDGs...................................................................................................20
Gambar 2.4 Kerangka ISWM..............................................................................................30
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian......................................................................................41
Gambar 4.1 Grafik umpan balik peserta didik kategori 1 kompetensi A............................56
Gambar 4.2 Grafik umpan balik peserta didik kategori 1 kompetensi B............................58
Gambar 4.3 Grafik umpan balik peserta didik kategori 1 kompetensi C............................60
Gambar 4.4 Grafik umpan balik peserta didik kategori 1 kompetensi D............................61
Gambar 4.5 Grafik umpan balik peserta didik kategori 2 kompetensi A............................63
Gambar 4.6 Grafik umpan balik peserta didik kategori 2 kompetensi B............................64
Gambar 4.7 Grafik umpan balik peserta didik kategori 2 kompetensi C............................66
Gambar 4.8 Grafik umpan balik peserta didik kategori 2 kompetensi D............................67
Gambar 4.9 Grafik umpan balik peserta didik kategori 3 kompetensi A............................69
Gambar 4.10 Grafik umpan balik peserta didik kategori 3 kompetensi B..........................70
Gambar 4.11 Grafik umpan balik peserta didik dalam mewujudkan pembelajaran
berkelanjutan.....................................................................................................
Gambar 4.12 Grafik hasil kuesioner siswa variable pengetahuan dan kegiatan social
peserta didik......................................................................................................
Gambar 4.13 Grafik hasil kuesioner siswa variable kompetensi sikap tentang
mengelola sampah dan perilaku dalam mengelola sampah rumah tangga.......
Gambar 4.14 Grafik hasil kuesioner sikap tentang mengelola sampah...............................84
DAFTAR LAMPIRAN
Pada konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup yang diadakan di Stockholm pada
Tahun 1972 dan Deklarasi Lingkungan Hidup Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio
de Janeiro pada Tahun 1992, dunia menyepakati prinsip bahwa pembangunan harus
memperhatikan dimensi lingkungan dan manusia (Fitria, 2009). Kesepakatan ini sejalan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Berkelanjutan
2.1.1 Education for Sustainable Development (ESD)
Education for Sustainable Development (ESD) didefinisikan sebagai pendidikan yang
mendorong perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan sikap untuk
memungkinkan masyarakat yang lebih berkelanjutan dan adil bagi semua
(https://pengabdian.ugm.ac.id). ESD bertujuan untuk memberdayakan dan melengkapi
generasi sekarang dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka menggunakan
pendekatan yang seimbang dan terpadu untuk dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan dari
pembangunan berkelanjutan (Direktorat Pengabdian Masyarakat UGM, 2019). Permasalahan
yang ditemukan di sekitar masyarakat adalah kurangnya kesadaran terhadap lingkungan.
Pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan agar dapat melestarikan lingkungan dengan baik
telah menjadi tanggung jawab dan tantangan tersendiri bagi generasi saat ini dan yang akan
datang (Purnamasari & Hanifah, 2021). Pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan yang baik
dapat menjamin ketersediaan sumber daya alam. Sehingga dibutuhkan pendidikan bagi
masyarakat agar memiliki kesadaran terkait permasalahan lingkungan dan dapat membuat
keputusan penting bagi lingkungan dan masyarakat (Karaarslan & Teksöz, 2016; Wilujeng et
al., 2019). Masalah penanganan sampah yang belum sesuai dengan kaidah pengelolaan
sampah, pemahaman pengelolaanampah organik dan anorganik dan sampah sayuran yang
penangannya belum benar menjadi permasalahan yang seringkali ditemukan di sekitar
lingkungan kita. Salah satu penyebab munculnya berbagai permasalahan di atas karena
pembelajaran di sekolah belum menerapkan prinsip-prinsip Education for Sustainable
Development (ESD) (Rosana, 2018). Dengan demikian, sangat terbuka kemungkinan akan
timbulnya kerusakan lingkungan yang lebih parah dan mengancam keamanan manusia
Indonesia di masa depan (Yuniarto, 2014).
Sustainability menjadi kunci meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat global untuk
hari ini dan masa yang akan datang (Supriatna, 2018). Sustainability development merupakan
Gambar Implementasi ESD dari Perspektif Terikat di atas menunjukan pendekatan baru
yang terdiri dari 6 pilar yang saling terkait. Pendidikan akan mengikat pemerintah untuk
berperan dalam keberlanjutan lingkungan, keragaman budaya dan masyarakat. Teknologi
juga dapat menjadi faktor yang menentukan keberlanjutan lingkungan sehingga masyarakat
memperoleh kesejahteraan di bidang ekonomi (Nikolopoulou, A, Abrahamâ, Taisha & Farid
Mirbagheri, 2010). Menurut Marthar Rainee (2015), Ruang lingkup yang terkait dengan ESD
itu cukup luas, hal itu termasuk;
a. Isu lingkungan (perubahan iklim; penanggulangan resiko bencana; biodiversitas;
perlindungan lingkungan; sumber daya alam; kerusakan kota; kerberlanjutan air bersih.
b. Isu sosial ekonomi (pertumbuhan ekonomi; kemiskinan; harga makanan; tenaga kerja
anak-anak; keadilan; HAM; kesehatan; perbedaan gender; perbedaan budaya; pola
konsumsi dan produksi; tanggung jawab perusahaan; pertumbuhan populasi; migrasi).
c. Isu politik (kewarganegaraan; perdamaian; etika; HAM; demokrasi dan pemerintahan.
Isu-isu yang menjadi ruang lingkup ESD memiliki keterkaitan dengan isu global, juga
yang berkaitan dengan keberlanjutan manusia hidup. Masalah yang menjadi isu utama ESD
diharapkan akan disadari oleh manusia dan akhirnya akan memunculkan perilaku yang fokus
pada pelestarian lingkungan sosial budaya. ESD tidak hanya menuntun manusia untuk sadar
terhadap pemulihan dari kerusakan lingkungan yang terjadi sekarang ini, tapi memikirkan
bagaimana cara agar pelestarian itu mampu bertahan dan dapat memenuhi kehidupan di masa
yang akan dating (Departemen of Education and Skills, 2013). Ruang lingkup ESD yang luas
tidak hanya berorientasi pada perlindungan kelestarian lingkungan fisik saja, akan tetapi
fokus juga pada permasalahan-permasalahan sosial ekonomi. Dunia saat ini mengalami
2.2 SDGs
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan rencana aksi global oleh beberapa
negara untuk 15 tahun ke depan yang tergabung dalam perserikatan bangsa-bangsa (PBB),
dimana salah satu tujuannya yaitu memastikan adanya pendidikan yang inklusif dan
berkualitas setara, serta mendukung kesempatan belajar untuk semua orang (Panuluh & Fitri,
2016). Pendidikan merupakan sektor penting yang harus diperhatikan pemerintah untuk
mempersiapkan masyarakat yang berkualitas demi pembangunan yang berkelanjutan.
Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa:
“Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
Tujuan SDGs
Tujuan-tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Bappenas, 2017).
TUJUAN 1. Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun.
2.5.1 Implementasi SDGs No.13.2 Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
Perubahan Iklim mulai menjadi perhatian masyarakat global pada saat diadakannya
First World Climate Conference pada 12–13 Februari 1979 di Jenewa, konfrensi ini memberi
pandangan kepada masyarakat global mengenai peran manusia dalam perubahan iklim serta
menjadi dasar bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam membentuk Intergovenmental Panel
on Climate Change (IPCC) pada 1988 yang bertugas mempelajari secara lebih mendalam
mengenai Perubahan Iklim (Childress, 2012).
Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
2
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
7
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Pemerintah Indonesia sudah mulai menujukkan perhatian pada permasalahan
perubahan iklim dengan mengeluarkan Peraturan Presiden No 61 Tahun 2011 tentang
Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca (RAN-GRK). Penerbitan RAN-GRK ini
menjadi pedoman bagi Kementerian/Lembaga untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan
dan monitoring evaluasi rencana aksi penurunan emisi GRK serta sebagai pedoman
Pemerintah Daerah dalam penyusunan RAD-GRK.
Pada Tahun 2015, dibentuk Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen
PPI) dibawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang bertugas dalam
penyelenggaraan mitigasi, adaptasi, penurunan emisi GRK, penurunan dan penghapusan
bahan perusak ozon, inventarisasi GRK serta pengendalian kebakaran hutan. Pembentukan
Ditjen PPI ini menjadi harapan baru implementasi nasional kegiatan pengendalian perubahan
iklim di Indonesia (ditjenppi.menlhk.go.id).
Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas yang terkandung dalam atmosfir, baik alami
maupun antropogenik, yang menyerap dan memancarkan kembali radiasi inframerah. Upaya
penurunan emisi GRK adalah pelaksanaan rencana kerja dari berbagai kegiatan yang secara
langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target
pembangunan nasional maupun pembangunan daerah. Penurunan emisi GRK tahunan adalah
penurunan emisi GRK tahunan melalui kegiatan yang dijalankan berdasarkan rencana
kegiatan untuk lima sektor prioritas yaitu kehutanan dan lahan gambut, pertanian, energi dan
transportasi, industri, limbah serta ekosistem pesisir dan laut (blue carbon) (Kemenprin,
2012).
2.6. Pendidikan Lingkungan Dan Upaya Mengatasi Perubahan Iklim Melalui Program
Pembuatan Eco Enzyme Di Sekolah
Upaya aktif berbagai pihak untuk mengatasi terjadinya perubahan iklim perlu terus
dilakukan oleh seluruh pihak termasuk generasi muda. Upaya untuk mengatasi perubahan
iklim dilakukan melalui aksi mitigasi dan adaptasi, yang dapat dilakukan pada tingkat
individu, kelompok, masyarakat dan negara. Berbicara tentang aksi mitigasi dan adaptasi
pada dasarnya berbicara tentang perilaku manusia. Dalam arti, masyarakat dapat memberikan
kontribusi signifikan melalui perubahan perilaku yang mendukung upaya mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim. Misalnya mengurangi timbulan sampah dengan menghindari
penggunaan barang sekali pakai, memanfaatkan sampah organik menjadi kompos, mendaur
ulang barang, mematikan peralatan elektronik pada saat tidak diperlukan, mengganti
peralatan elektornik dengan jenis yang lebih hemat listrik dan mengoperasikan sesuai
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode deskriptif
dengan menekankan kepada analisis perencanaan pembelajaran dan aktivitas siswa selama
pembelajaran. Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017). Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Hamdi dan Bahruddin (2014) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif
adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena secara nyata
apa adanya, dapat berlangsung saat ini maupun masa lampau. Penelitian deskriptif adalah
suatu metode penelitian yang memperlihatkan karakteristik populasi atau fenomena yang
tengah diteliti. Hingga akhirnya metode penelitian ini utamanya fokus pada menjelaskan
objek penelitian dan menjawab peristiwa atau fenomena apa yang terjadi. Metode ini berbeda
dengan metode lain yang cenderung lebih fokus pada pembahasan
(https://www.sampoernauniversity.ac.id). Menurut Etna Widodo Muchtar (2000), Penelitian
deskriptif merupakan metode riset yang digunakan untuk memperjelas gejala sosial melalui
berbagai variabel penelitian yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Penelitian yang
2 rb
ri=
1+rb
Dimana:
ri = reabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasiproduct moment antara belahan pertama dan ke dua
Jadi reabilitas dari instrumen belajar berkelanjutan = 0,741 > 0,6 dan upaya
mendukung SDGs = 0,838 > 0,6 maka instrument ini reliabel. Berdasarkan uji coba
validitas dan reabilitas instrument ini sudah valid dan reliabel maka instrument ini dapat
digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengolahan data.
3.4.5. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Pelaksanakan penelitian mengenai mewujudkan pembelajaran berkelanjutan untuk
mendukung SDGs pada mata pelajaran IPA Selama Pandemi Covid-19 Di SMP Negeri 2
Bojongpicung. Terdapat 4 tahapan sistematis diantaranya adalah; (1) tahap perencanaan, (2)
Pembelajaran/Praktikum (3) tahap survei, (4) tahap hasil dan analisis. Harapannya setelah
melakukan dengan terstruktur, penelitian ini dapat terlaksana dengan efektif dan efisien guna
memperoleh hasil berupa informasi yang akurat dan terbaru. Sehingga dapat menjadi bahan
evaluasi bagi pihak pemerintah, pihak sekolah, dan pihak orangtua siswa.
3.4.6. Rancangan Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan dalam pengumpulan data dan
penelitian. Dalam pengumpulan data tersebut membutuhkan teknik-teknik tertentu, sehingga
data diharapkan dapat terkumpul dengan benar dan relevan sesuai dengan permasalahan yang
Gejala/latar Hipotesis
belakang
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi paparan hasil penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif
deskriptif. Paparan penelitian dengan ruang lingkup meliputi analisis pembuatan eco enzyme
dengan pemanfaatan sampah organik dalam mewujudkan pembelajaran berkelanjutan dan
mendukung pencapaian target SDGs No. 13.
4.1 Peran Eco Enzyme Dalam Pembelajaran Berkelanjutan
Data dijaring melalui instrument RPP, observasi kegiatan pembelajaran, dan angket
yang dijawab oleh peserta didik setelah proses pembelajaran Eco Enzym.
4.1.1. Karakteristik RPP untuk pembelajaran berkelanjutan dalam pembuatan eco
enzyme
Data yang ditampilkan dijaring melalui rubrik yang telah divalidasi oleh ahli. Hasil
yang diperoleh disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel di bawah ini adalah hasil analisis perbanidngan RPP Pembelajaran Berkelanjutan
dalam hal ini menggunakan RPP Berdiferensiasi dengan RPP K13.
Tabel 4.1 Perbandingan RPP Pembelajaran Berkelanjutan dengan RPP K13 dalam
pembuatan eco enzyme
Aspek Kriteria Keterangan
RPP Berkelanjutan RPP K13
(RPP
Berdiferensiasi)
Indikator Sama Sama Indikator pada RPP
Dari data yang ditampilkan di atas perbandingan RPP berkelanjutan dengan RPP K13
perbedaannya terletak pada proses pembuatannya, RPP berkelanjutan dalam proses
pembuatannya yaitu dengan mempertimbangkan kebutuhan belajar peserta didik (dengan
melihat pada kesiapan, minat, profil belajar peserta didik). Skenario pembelajaran dalam RPP
berkelanjutan dapat mendeskripsikan cara memenuhi kebutuhan belajar peserta didik
tersebut. Sedangkan dalam RPP K13 tidak mempertimbangkan kebutuhan anak secara jelas,
proses KBM berlaku untuk semua peserta didik tanpa melihat aspek kesiapan, minat, dan
profil peserta didik.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat ditafsirkan, bahwa RPP yang umum dalam hal ini RPP
K13 dengan RPP yang mengembangkan pembelajaran berkelanjutan perbedaannya terletak
pada bagian materi, media, langkah pembelajaran, sumber belajar, penilaian, dan rencana
tindak lanjut. Hal ini senada dengan isi buku Inklusif School in Action (Budiyanto, 2017),
kurikulum yang digunakan dalam sekolah inklusi adalah dengan memodifikasi kurikulum, di
mana kurikulum itu didesain sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang berisi berupa
pelajaran dan keterampilan sesuai dengan tingkat kemampuan anak dengan memberikan
materi-materi pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. Hal tersebut bisa
juga dengan mengubah isi dari kurikulum dan strategi pembelajaran yang diberikan guru
kepada peserta didik atau disebut sebagai Differentiated of instruction dan juga menggunakan
metode student-center (metode pengajaran berpusat pada anak dan sesuai dengan kebutuhan
anak) (Leskey & Waldron, 2000).
Sebelum membuat RPP, perlu diketahui terlebih dahulu beberapa aspek yang
menentukan ada keragaman di dalamnya. Perbedaannya dengan RPP Kurikulum 2013 adalah
dari konten, proses, dan juga produk pembelajaran. Ada beberapa aspek penting yang perlu
Tidak
Kategori Kompetensi Terlaksana
Terlaksana
syntak model/strategi
pembelajaran.
Pembelajaran peserta didik
menumbuhkan kebiasaan
positif (nurturant effect)
Penerapan Pembelajaran Ketepatan teknik
Penerapan Teknik
Kesesuaian dengan jenjang
Pembelajaran Kompetensi
pendidikan peserta didik
Sosial dan Emosional
Penggunaan alat/media Terampil menggunakan
alat/media pembelajaran
yang sesuai untuk peserta
didik
Peserta didik terlibat dalam
pemanfaatan alat/media
pembelajaran.
Peserta didik termotivasi
dalam belajar
Peserta didik dapat belajar
secara interaktif
Penggunaan Sumber Peserta didik dapat
Belajar memanfaatkan sumber
belajar yang diberikan Guru
Peserta didik memperoleh
sumber belajar yang relevan.
Peserta didik terlibat dalam
pemanfaatan sumber belajar
Mendukung pembelajaran
aktif dan interaktif peserta
didik
Penggunaan Bahasa yang Menggunakan bahasa lisan
Benar dan Tepat dalam sesuai PUEBI.
Pembelajaran. Menggunakan bahasa lisan
yang komunikatif.
Menggunakan bahasa tulis
sesuai PUEBI.
Menggunakan bahasa tulis
yang komunikatif untuk
peserta didik
Kegiatan Penutup dalam Peserta didik terlibat dalam
pembelajaran melakukan refleksi atau
membuat rangkuman
Melaksanakan penilaian
akhir atau mengumpulkan
28
% Keterlaksanaan RPP= x 100 %=93 , 3 %
30
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran pada table 4.2 kegiatan pembelajaran dengan
mengembangkan Eco Enzym pada umumnya terlaksana dengan sangat baik dilihat dari
proses pembelajaran dan keterlaksanaan RPP. Hal ini dapat dilihat dari keterlaksanaan
aktivitas pembelajaran terlihat bahwa guru telah melaksanakan hampir semua tahapan
pembelajaran dengan sangat baik.
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 dapat diuraikan beberapa hal berdasarkan data tersebut.
Pertama, pengimplementasian pembelajaan diawali dengan menggunakan permasalahan yang
hangat tentang isu sampah terkait keberlanjutan untuk menggiring peserta didik ke dalam
pembelajaran IPA. Sintaks kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah (PBL). Pada pembelajaran dengan model PBL dalam sintak 1 yaitu Orientasi peserta
didik pada masalah, masalah yang dihadirkan pembelajaran adalah masalah sampah dan
pengelolaannya yang ada di sekitar lingkungan masyarakat. Selanjutnya pada sintak 2 yaitu
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, peserta didik menganalisis penyebab dan
dampak dari masalah sampah yang terjadi. Pada prosesnya dalam sintak 3 yaitu Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok, peserta didik mendaur ulang sampah kulit buah dan
sayur menjadi eco enzyme yang dapat dimanfaatkan. Selanjutnya hasil percobaan mereka
disajikan dan dianalisis pada sintak 4 dan 5 yaitu Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya; dan Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kegiatan penilaian
yang dilakukan mengacu pada hasil belajar (pengetahuan, sikap dan keterampilan),
Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00-4,00 adalah pada kategori “Selalu” dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa kegiatan tersebut
secara terus menerus dilakukan oleh peserta didik. Kemudian dari hasil tanggapan peserta
didik terhadap kategori 1 mengembangkan diri dan orang lain kompetensi A menunjukkan
praktik pengembangan diri yang didasari kesadaran dan kemauan pribadi (Self Regulated
Learning) terpusat pada alternatif jawaban 4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik kelas VII A
sampai VII F sesi A SMPN 2 Bojongpicung menunjukkan bahwa ada 50 peserta didik
menjawab sering, 43 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak
pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 1, 21 peserta didik menjawab sering, 72 peserta
didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 2, 44 peserta didik menjawab sering, 49 peserta didik menjawab selalu,
dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 3, 38
peserta didik menjawab sering, 55 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 4, 45 peserta didik menjawab
sering, 48 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan
sesekali untuk pertanyaan nomor 5, 17 peserta didik menjawab sering, 76 peserta didik
menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan
nomor 6. Rata-rata jawaban peserta didik indikator frekuensi pembelajaran berkelanjutan
sebesar 3,62 apabila dihubungkan dengan skala penafsiran pada tabel 4.3 skor rata-rata, maka
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertangaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6
Sering Selalu
kemampuan sebagai hasil berajar yang diharapkan.
Dalam pembelajaran dengan percobaan eco enzyme ini self regulated learning (SRL)
sangat dibutuhkan. Peserta didik dituntut untuk mengembangkan diri dengan belajar mandiri
untuk memecahkan permasalahan terkait pemanasan global. Secara mandiri peserta didik
dapat mencoba metode, strategi maupun model pembelajarannya sendiri untuk dapat
mengatasi permasalahan pembelajaran di kelasnya, atau bekerja secara kolaboratif dengan
temannya untuk menemukan solusi dari masalah-masalah pembelajarannya, hal ini
merupakan kesuksesan peserta didik dalam belajar.
Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap kategori 1 mengembangkan diri dan orang lain kompetensi B Mengembangkan
Kompetensi Warga Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas Peserta didik (Facilitating,
Coaching, Mentoring) terpusat pada alternatif jawaban 4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik
kelas VII A sampai VII F sesi A SMPN 2 Bojongpicung menunjukkan bahwa ada 32 peserta
didik menjawab sering , 61 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab
tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 7, 63 peserta didik menjawab sering , 30
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 8, 20 peserta didik menjawab sering, 73 peserta didik menjawab selalu,
dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 9, 51
Sering Selalu
Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap kategori 1 mengembangkan diri dan orang lain kompetensi C Berpartisipasi Aktif
Dalam Organisasi Profesi Kepemimpinan Sekolah Dan Komunitas Lain Untuk
Pengembangan Karir terpusat pada alternatif jawaban 4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik
kelas VII A sampai VII F sesi A SMPN 2 Bojongpicung menunjukkan bahwa ada 37 peserta
didik menjawab sering , 56 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab
tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 14, 56 peserta didik menjawab sering, 37
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 15, 24 peserta didik menjawab sering , 69 peserta didik menjawab selalu,
dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 16, 42
peserta didik menjawab sering , 51 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 17. Rata-rata jawaban peserta
didik indikator frekuensi pembelajaran berkelanjutan sebesar 3,57 apabila dihubungkan
dengan skala penafsiran pada tabel 4.5 skor rata-rata, maka angka tersebut berada pada
rentang 3,40 - 4,0 atau berada dalam kategori Selalu. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa untuk mewujudkan pembelajaran berkelanjutan di SMP Negeri 2 Bojongpicung dilihat
dari indikator Frekuensi Pembelajaran Berkelanjutan dipersepsikan tinggi. Untuk lebih
jelasnya lagi dapat dilihat pada grafik berikut:
80
70
60
Pembuatan
50
Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
6
Mewujudkan
40
Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
0
30
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
20
10
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4
Sering Selalu
Tabel 4.6 Hasil Angket Peserta didik Terhadap Kategori 1 Mengembangkan Diri
dan Orang lain Kompetensi D Menunjukkan Kematangan Moral, Emosi, Dan
Spiritual Untuk Berperilaku Sesuai Kode Etik
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F %
18 0 0 0 0 51 54,8 42 45,2 3,45 Selalu
19 0 0 0 0 25 26,9 68 73,1 3,73 Selalu
20 0 0 0 0 29 31,2 64 68,8 3,69 Selalu
21 0 0 0 0 38 40,9 55 59,1 3,59 Selalu
22 0 0 0 0 37 39,8 56 60,2 3,6 Selalu
23 0 0 0 0 56 60,2 37 39,8 3,4 Selalu
24 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 3,74 Selalu
Rata-rata Kategori 1 Kompetensi D 3,60 Selalu
Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap kategori 1 mengembangkan diri dan orang lain kompetensi D Menunjukkan
Kematangan Moral, Emosi, Dan Spiritual Untuk Berperilaku Sesuai Kode Etik terpusat pada
alternatif jawaban 4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik kelas VII A sampai VII F sesi A
SMPN 2 Bojongpicung menunjukkan bahwa ada 42 peserta didik menjawab sering , 51
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 18, 25 peserta didik menjawab sering , 68 peserta didik menjawab selalu,
Sering Selalu
lagi dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.4 Grafik umpan balik peserta didik kategori 1 kompetensi D
Tabel 4.7 Hasil Angket Peserta didik Terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran
Kompetensi A Memimpin Upaya Membangun Lingkungan Belajar Yang Berpusat
Pada Peserta didik
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7
Sering Selalu
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 26, 37 peserta didik menjawab
sering , 56 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan
sesekali untuk pertanyaan nomor 27, 56 peserta didik menjawab sering , 37 peserta didik
menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan
nomor 28, 24 peserta didik menjawab sering , 69 peserta didik menjawab selalu, dan tidak
ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 29, 56 peserta didik
menjawab sering , 37 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak
pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 30, 24 peserta didik menjawab sering , 69
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 31. Rata-rata jawaban peserta didik indikator frekuensi pembelajaran
berkelanjutan sebesar 3,59 apabila dihubungkan dengan skala penafsiran pada tabel 4.7 skor
rata-rata, maka angka tersebut berada pada rentang 3,40 - 4,0 atau berada dalam kategori
Selalu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan pembelajaran
berkelanjutan di SMP Negeri 2 Bojongpicung dilihat dari indikator Frekuensi Pembelajaran
Berkelanjutan dipersepsikan tinggi. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 4.5 Grafik umpan balik peserta didik kategori 2 kompetensi A
Tabel 4.8 Hasil Angket Peserta didik Terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran
Kompetensi B Memimpin Perencanaan Dan Pelaksanaan Proses Belajar Yang
Berpusat Pada Peserta didik
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F %
32 0 0 0 0 50 53,8 43 46,2 3,46 Selalu
33 0 0 0 0 21 22,6 72 77,4 3,77 Selalu
34 0 0 0 0 44 47,3 49 52,7 3,53 Selalu
35 0 0 0 0 38 40,9 55 59,1 3,59 Selalu
36 0 0 0 0 45 48,4 48 51,6 3,52 Selalu
37 0 0 0 0 17 18,3 76 81,7 3,82 Selalu
Rata-rata Kategori 2 Kompetensi B 3,62 Selalu
Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran Kompetensi B Memimpin Perencanaan Dan
Pelaksanaan Proses Belajar Yang Berpusat Pada Peserta didik terpusat pada alternatif
jawaban 4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik kelas VII A sampai VII F sesi A SMPN 2
Bojongpicung menunjukkan bahwa ada 50 peserta didik menjawab sering , 43 peserta didik
menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan
nomor 32, 21 peserta didik menjawab sering , 72 peserta didik menjawab selalu, dan tidak
ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 33, 44 peserta didik
menjawab sering , 49 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak
pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 34, 38 peserta didik menjawab sering , 55
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 35, 45 peserta didik menjawab sering , 48 peserta didik menjawab selalu,
dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 36, 17
peserta didik menjawab sering , 76 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 37. Rata-rata jawaban peserta
Sering Selalu
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7
Sering Selalu
Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap Kategori 2 Memimpin Pembelajaran Kompetensi D Melibatkan Orang Tua Sebagai
Pendamping Dan Sumber Belajar Di Sekolah terpusat pada alternatif jawaban 4 (skor 4).
Disimpulkan peserta didik kelas VII A sampai VII F sesi A SMPN 2 Bojongpicung
menunjukkan bahwa ada 32 peserta didik menjawab sering , 61 peserta didik menjawab
selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 45,
63 peserta didik menjawab sering , 30 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 46, 20 peserta didik menjawab
sering , 73 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan
sesekali untuk pertanyaan nomor 47, 51 peserta didik menjawab sering , 42 peserta didik
menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan
nomor 48, 25 peserta didik menjawab sering , 68 peserta didik menjawab selalu, dan tidak
ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 49, 29 peserta didik
menjawab sering , 64 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak
pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 50, 38 peserta didik menjawab sering , 55
Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
6
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
8
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 51. Rata-rata jawaban peserta didik indikator frekuensi pembelajaran
berkelanjutan sebesar 3,60 apabila dihubungkan dengan skala penafsiran pada tabel 4.10 skor
rata-rata, maka angka tersebut berada pada rentang 3,40 - 4,0 atau berada dalam kategori
Tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan pembelajaran
berkelanjutan di SMP Negeri 2 Bojongpicung dilihat dari indikator Frekuensi Pembelajaran
Berkelanjutan dipersepsikan Selalu. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada grafik
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7
Sering Selalu
berikut:
Gambar 4.8 Grafik umpan balik peserta didik kategori 2 kompetensi D
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F %
52 0 0 0 0 50 53,8 43 46,2 3,46 Selalu
53 0 0 0 0 21 22,6 72 77,4 3,77 Selalu
Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap Kategori 3 Memimpin Manajemen Sekolah Diperkecil Untuk Kelas Kompetensi A
Memimpin Upaya Mewujudkan Visi Sekolah Menjadi Budaya Belajar Yang Berpihak Pada
Peserta didik terpusat pada alternatif jawaban 4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik kelas VII
A sampai VII F sesi A SMPN 2 Bojongpicung menunjukkan bahwa ada 50 peserta didik
menjawab sering , 43 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak
pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 52, 21 peserta didik menjawab sering , 72
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
pertanyaan nomor 53, 44 peserta didik menjawab sering , 49 peserta didik menjawab selalu,
dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 54, 38
peserta didik menjawab sering , 55 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan nomor 55, 45 peserta didik menjawab
sering , 48 peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan
sesekali untuk pertanyaan nomor 56, 17 peserta didik menjawab sering , 76 peserta didik
menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk pertanyaan
nomor 57. Rata-rata jawaban peserta didik indikator frekuensi pembelajaran berkelanjutan
sebesar 3,62 apabila dihubungkan dengan skala penafsiran pada tabel 4.11 skor rata-rata,
maka angka tersebut berada pada rentang 3,40 - 4,0 atau berada dalam kategori Tinggi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan pembelajaran berkelanjutan
di SMP Negeri 2 Bojongpicung dilihat dari indikator Frekuensi Pembelajaran Berkelanjutan
dipersepsikan Selalu. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada grafik berikut:
Sering Selalu
Kriteria angka untuk hasil dari rentang 3,00- 4,00 adalah pada kategori selalu dengan
skor maksimum 4,00. Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik
terhadap Kategori 3 Memimpin Manajemen Sekolah Diperkecil Untuk Kelas Kompetensi B
Memimpin Dan Mengelola Program Sekolah Yang Berdampak Pada Peserta didik terpusat
pada alternatif jawaban 4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik kelas VII A sampai VII F sesi
A SMPN 2 Bojongpicung menunjukkan bahwa ada 20 peserta didik menjawab sering , 73
peserta didik menjawab selalu, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah dan sesekali untuk
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6
Sering Selalu
Selalu. Untuk lebih jelasnya lagi lagi dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.10 Grafik umpan balik peserta didik kategori 3 kompetensi B
Tabel 4.13 Skala Penilian Angket Kuisioner Peserta didik Dalam Mewujudkan
Tabel 4.14 Hasil Penilaian Angket Peserta didik Dalam Mewujudkan Pembelajaran
Berkelanjutan
Kategori Kompetensi Item Rata-rata Penafsiran
1 Mengembangkan Kompetensi A
Diri dan Orang Menunjukkan Praktik
Lain Pengembangan Diri Yang
Didasari Kesadaran Dan Konsisten
1-9 3,1
Kemauan Pribadi (Self- Dilakukan
Regulated Learning)
Kompetensi B
Mengembangkan
Kompetensi Warga
Sekolah Untuk
Meningkatkan Kualitas
Peserta didik Konsisten
(Facilitating, Coaching, 10-14 3,2
Dilakukan
Mentoring)
Kompetensi C
Berpartisipasi Aktif
Dalam Organisasi Profesi
Kepemimpinan Sekolah
Konsisten
Dan Komunitas Lain 15-18 3,5
Dilakukan
Untuk Pengembangan
Karir
Kategori 2 Kompetensi A
Memimpin Memimpin Upaya
Pembelajaran Membangun Lingkungan Konsisten
25-29 3,8
Belajar Yang Berpusat Dilakukan
Pada Peserta didik
Kompetensi B Memimpin
Perencanaan Dan
Pelaksanaan Proses Konsisten
30-33 3,25
Belajar Yang Berpusat Dilakukan
Pada Peserta didik
Kompetensi C Memimpin
Refleksi Dan Perbaikan
Kualitas Proses Belajar Konsisten
34-38 3,4
Yang Berpusat Pada Dilakukan
Peserta didik
Kompetensi D
Melibatkan Orang Tua
Sebagai Pendamping Dan Sering
39-43 3
Sumber Belajar Di Dilakukan
Sekolah
Kategori 3 Kompetensi A
Memimpin Memimpin Upaya
Manajemen Mewujudkan Visi Sering
Sekolah Diperkecil Sekolah Menjadi Budaya 44-47 3
Dilakukan
Untuk Kelas Belajar Yang Berpihak
Pada Peserta didik
Kompetensi B Memimpin
Dan Mengelola Program
Konsisten
Sekolah Yang 48-53 3,67
Dilakukan
Berdampak Pada Peserta
didik
Konsisten
Rata-rata 3,36
Dilakukan
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
A B C D A B C D A B
si si si si si si si si si si
ten ten ten ten ten ten ten ten ten ten
pe pe pe pe pe pe pe pe pe pe
m m m m m m m m m m
Ko Ko Ko Ko Ko Ko Ko Ko Ko Ko
Gambar 4.11 Grafik umpan balik peserta didik dalam mewujudkan pembelajaran
berkelanjutan
Rata-rata 1,456 Ya
Jika rata-rata < 1 maka penafsirannya Tidak dan jika rata-rata >1 penafsirannya Ya.
Berdasarkan table 4.16 hasil kuesioner peserta didik pada indikator pengetahuan dan kegiatan
sosial menujukkan bahwa rata-rata jawaban peserta didik adalah 1,456. Jika dihubungkan
dengan kriteria penafsiran alternatif jawaban pada tabel 4.16 maka jumlah tersebut berada di
dalam rentang 1,10 - 2,0 atau berada pada penafsiran Ya. Skor jawaban tertinggi berada pada
indikator Pengetahuan Peserta didik yaitu sebesar 1,832 dan skor rata-rata terendah adalah
Kegiatan Sosial yaitu sebesar 1,08. Hal ini menunjukkan bahwa skor-skor tersebut dapat
Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
7
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
9
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
Mendukung SDGs Pada Mata Pelajaran IPA SMP. Hal tersebut didasarkan pada hasil
jawaban kuesioner peserta didik setelah dilaksanakan pembelajaran dengan pembuatan eco
enzim memberikan gambaran pengetahuan dan kegiatan sosial peserta didik berada pada
hasil yang positif, artinya pembelajaran yang dilakukan memberikan pengaruh terhadap
pengetahuan dan kegiatan sosial peserta didik. Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka
peneliti mendapatkan gambaran jawaban peserta didik sehingga disajikan penjelasan lebih
rinci mengenai analisis tanggapan 93 peserta didik dari masing-masing indikator dalam
Mendukung SDGs Pada Mata Pelajaran IPA SMP.
1.5
0.5
0
Pengetahuan Kegiatan
Siswa Sosial Siswa
Gambar 4.12 Grafik hasil kuesioner siswa variable pengetahuan dan kegiatan social
peserta didik.
Berdasarkan grafik dan tabel 4.17, dapat dilihat hasil kuesioner peserta didik
mengindikasikan pengetahuan mereka terhadap pengetahuan dan sikap sosial peserta didik.
Tingkat pengetahuan peserta didik yang tinggi berpengaruh positif terhadap pencapaian target
4.2.2 Kompetensi Sikap Tentang Mengelola Sampah dan Perilaku Dalam Mengelola
Sampah Rumah Tangga
Tabel 4.18 Hasil Kuesioner Peserta didik Kompetensi Sikap Tentang Mengelola
Sampah dan Prilaku Dalam Mengelola Sampah Rumah
No Nilai/Skor Interpretasi
1 1-1,8 Sangat Rendah
2 >1,8-2,6 Rendah
3 >2,6-3,4 Sedang
4 >3,4-4,2 Tinggi
5 >4,2-5,0 Sangat Tinggi
Jika dilihat dari tabel 4.19, menujukkan bahwa rata-rata jawaban peserta didik pada
Variabel Mendukung SDGs adalah 4,75. jika dihubungkan dengan kriteria penafsiran
alternatif jawaban pada tabel 4,20 maka jumlah tersebut berada di dalam rentang 3,5 - 5,0
atau berada pada penafsiran Tinggi. Skor jawaban tertinggi berada pada indikator Sikap
Tentang Mengelola Sampah yaitu sebesar 4,79 dan skor rata-rata terendah adalah Prilaku
Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga yaitu sebesar 4,71 hal ini menunjukkan bahwa
skor-skor tersebut dapat Mendukung SDGs Pada Mata Pelajaran IPA SMP. Dari hasil
penelitian yang dilakukan, maka peneliti mendapatkan gambaran jawaban peserta didik
sehingga disajikan penjelasan lebih rinci mengenai analisis tanggapan 93 peserta didik dari
masing-masing indikator dalam Mendukung SDGs Pada Mata Pelajaran IPA SMP.
4.78
4.74
4.7
4.66
4.2.3. Hasil Kuesioner Peserta didik Terhadap Indikator Sikap Tentang Mengelola
Sampah
Indikator Sikap Tentang Mengelola Sampah diukur dengan 15 item pertanyaan yaitu
item nomor 8 sampai nomor 22 kecenderungan jawaban peserta didik terhadap item tersebut
tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.20 Hasil Kuesioner Peserta didik Terhadap Indikator Sikap Tentang
Mengelola Sampah
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 5 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F % F %
Sangat
8 0 0 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 4,74
Tinggi
Sangat
9 0 0 0 0 0 0 16 17,2 77 82,8 4,83
Tinggi
Sangat
10 0 0 0 0 0 0 26 28 67 72 4,72
Tinggi
Sangat
11 0 0 0 0 0 0 15 16,1 78 83,9 4,84
Tinggi
Sangat
12 0 0 0 0 0 0 14 15,1 79 84,9 4,85
Tinggi
Sangat
13 0 0 0 0 1 1,1 17 18,3 75 80,6 4,8
Tinggi
Sangat
14 0 0 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 4,74
Tinggi
Sangat
15 0 0 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 4,74
Tinggi
Sangat
16 0 0 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 4,74
Tinggi
Sangat
17 0 0 0 0 0 0 5 5,4 88 94,6 4,95
Tinggi
Sangat
18 0 0 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 4,74
Tinggi
Sangat
19 0 0 0 0 0 0 20 21,5 73 78,5 4,78
Tinggi
Sangat
20 0 0 0 0 0 0 16 17,2 77 82,8 4,83
Tinggi
Sangat
21 0 0 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 4,74
Tinggi
Sangat
22 0 0 0 0 0 0 24 25,8 69 74,2 4,74
Tinggi
Berdasarkan tabel 4.20 dapat dilihat dari hasil kuesioner peserta didik terhadap
Indikator Sikap Tentang Mengelola Sampah terpusat pada alternatif jawaban 4 (skor 4).
Disimpulkan peserta didik kelasVII A sampai VII F sesi A SMPN 2 Bojongpicung
menunjukkan bahwa ada 24 peserta didik menjawab setuju, 69 peserta didik menjawab
sangat setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju, tidak setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 8, 16 peserta didik menjawab tidak setuju, 77 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 9, 26 peserta didik menjawab tidak setuju, 67 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 10, 15 peserta didik menjawab tidak setuju, 78 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 11, 14 peserta didik menjawab tidak setuju, 79 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 12, 17 peserta didik menjawab tidak setuju, 75 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, 1 peserta didik menjawab ragu, dan tidak ada yang menjawab sangat
setuju, setuju untuk pertanyaan nomor 13, 24 peserta didik menjawab tidak setuju, 69 peserta
didik menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau
ragu untuk pertanyaan nomor 14, 24 peserta didik menjawab tidak setuju, 69 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 15, 24 peserta didik menjawab tidak setuju, 69 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 16, 5 peserta didik menjawab tidak setuju, 88 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 17, 24 peserta didik menjawab tidak setuju, 69 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
untuk pertanyaan nomor 18, 20 peserta didik menjawab tidak setuju, 73 peserta didik
menjawab sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu
4.2.4. Tanggapan Peserta didik Terhadap Perilaku Dalam Mengelola Sampah Rumah
Tangga
Indikator Prilaku Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga diukur dengan 15 item
pertanyaan yaitu item nomor 23 sampai nomor 37 kecenderungan jawaban peserta didik
terhadap item tersebut tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.21 Hasil Kuesioner Peserta didik Terhadap Indikator Prilaku Dalam
Mengelola Sampah Rumah Tangga
Skor Jawaban
Nilai
Item 1 2 3 4 5 Kategori
Rata-rata
F % F % F % F % F %
Sangat
23 0 0 0 0 0 0 41 44,1 52 55,9 4,56
Tinggi
Berdasarkan tabel 4.21 dapat dilihat dari hasil tanggapan peserta didik terhadap
Indikator Prilaku Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga terpusat pada alternatif jawaban
4 (skor 4). Disimpulkan peserta didik kelasVII A sampai VII F sesi A SMPN 2 Bojongpicung
menunjukkan bahwa ada 41 peserta didik menjawab tidak setuju, 52 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 23, 11 peserta didik menjawab tidak setuju, 82 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk
pertanyaan nomor 24, 34 peserta didik menjawab tidak setuju, 59 peserta didik menjawab
sangat tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat setuju, setuju atau ragu untuk
Gambar 4.15 Grafik hasil kuesioner siswa perilaku dalam mengelola sampah rumah tangga
Hal ini dimungkinkan pembuatan eco enzyme memberikan perubahan sikap Tentang
Mengelola Sampah dan Perilaku Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga. Peningkatan
aspek sikap peserta didik ini tidak lain dipengaruhi dari pengetahuan yang mereka terima.
Gerungan (2009) menyatakan bahwa sikap tidak dapat terbentuk sebelum seseorang
mendapatkan informasi dan melihat atau mengalami secara langsung. Menurut teori
perubahan sikap Krech (1983) ada empat faktor yang mempengaruhi perubahan sikap yang
bisa membuat perbedaan yaitu, informasi, keinginan, affiliasi kelompok, kepribadian.
Sejalan dengan itu, Sarwono dalam Sirupa, dkk., (2016) menyatakan bahwa sikap
seseorang dapat berubah dengan dibertambahnya informasi yang diperoleh. Djahir & Alfitri
(2015) menyatakan bahwa pengetahuan yang baik memiliki hubungan yang positif dengan
sikap dan perilaku yang baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat O’Brien (2007)
menyatakan bahwa pengetahuan dapat meningkatkan kepedulian terhadap banyak hal.
Sejalan dengan hal tersebut memahami dan menjelaskan perilaku pengelolaan sampah
dapat menggunakan pendekatan teori psikologi mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan
perilaku. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada tidak didasari oleh
pengetahuan. Studi yang menyelidiki hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku
dikenal dengan nama studi KAP (knowledge, attitudes and practice). Studi ini menjelaskan
apa yang orang tahu tentang sesuatu, apa yang dia rasakan, dan bagaimana dia berperilaku
(Siwakoti, 2009). Kumar (2012) juga menyatakan bahwa pengetahuan lingkungan
berhubungan dengan sikap terhadap produk ramah lingkungan. Komunikasi dan upaya
pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan terhadap isu yang terkait dengan kepedulian
Berdasarkan Tabel 4.22 hasil pengolahan data LKPD diperoleh nilai rata-rata LKPD
yaitu 75,44. Nilai tertinggi dan nilai terendah pada LKPD yaitu 60 dan 85. Berdasarkan
hasil Lembar Observasi Praktikum yang terdiri dari empat kategori, yaitu kerjasama,
mengumpulkan data , dan mengambil kesimpulan serta solusi diperoleh nilai rata-sata skill
problem solving sebesar 83,20 dengan kategori skill problem solving yaitu Baik,
rekapitulasi penilaian aspek keterampilan dapat dilihat pada Lampiran . Persebaran jumlah
peserta didik menurut kategori aspek keterampilan praktikum yaitu 43 peserta didik pada
kategori sangat baik, 37 peserta didik pada kategori baik dan 13 peserta didik pada kategori
cukup, Gambar 4.2 menunjukan persebaran jumlah peserta didik menurut kategori
pencapaian aspek keterampilan pada materi pemanasan global.
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Berdasarkan tabel 4.23 di atas dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan eco enzyme
dengan pemanfaatan sampah organik hasil dari sampah sayuran dan buah-buahan yang
dihasilkan oleh rumah tangga peserta didik di rumahnya masing-masing menunjukkan
pemahaman yang tinggi mengenai hubungan antara sampah dan peningkatan gas metana
dalam pemanasan global. Saat kita membuang makanan dan sampah taman ke dalam tempat
sampah, maka sampah-sampah tersebut akan dibawa dan terkubur di tempat-tempat
pembuangan sampah. Saat sampah yang berada paling bawah mengalami pembusukan,
terbentuklah gas metana. Gas metana akan merusak lapisan ozon bumi karena gas metana
termasuk gas-gas rumah kaca yang dapat mengakibatkan perubahan iklim (WWF, n.d).
Menurut Wardhana (2010), sampah organik yang menumpuk pada TPA dan tidak
mendapatkan penanganan yang benar akan terjadi proses fermentasi pada tumpukan bagian
bawah secara anaerob. Fermentasi sampah organik secara anaerob ini akan dapat
menghasilkan gas yang bila sampai ke atmosfer berperan sebagai gas rumah kaca (GRK) dan
zat sisa sebagai hasil dari penguraian protein. Gas yang dihasilkan dalam proses fermentasi
anaerob tersebut bila masih menumpuk pada TPA, dapat meningkatkan temperatur pada
lokasi tersebut. Inilah yang menyebabkan temperatur pada TPA biasanya lebih tinggi bila
dibandingkan dengan di luar lokasi TPA tersebut. Demikian juga halnya dengan zat sisa
(waste) dari hasil penguraian protein sampah organik, dapat menimbulkan bau busuk pada
lokasi TPA. Bahkan Sastrawijaya (1991) menyatakan sampah organik yang tidak terurus
pada TPA merupakan salah satu sumber polusi udara dan polusi panorama. Sumber polusi
Pembuatan Eco Enzyme Dalam Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Upaya
9
Mewujudkan Pembelajaran Berkelanjutan Untuk Mendukung SDGs Pada Mata
3
Pelajaran IPA SMP_R.Aditias Hermawan (2002213)
udara adalah gas yang dihasilkan dalam proses fermentasi anaerob yang dapat berperan
sebagai Gas Rumah Kaca dan zat sisa hasil penguraian protein sampah organik berupa bau
busuk yang sangat menyengat. Sedangkan tumpukan sampah organik yang berserakan dan
tidak terurus, merupakan sumber polusi keindahan alam bagi desa yang digunakan sebagai
TPA. Di lain pihak, sampah organik bila ditangani secara serius dapat mendatangkan
keuntungan yang cukup tinggi bagi pengelolanya. Puger (2009) menganjurkan untuk
mengolah sampah organik menjadi kompos. Pengolahan sampah organik menjadi kompos
dapat dilakukan melalui fermentasi aerob, yaitu salah satunya dengan pembuatan eco
enzyme.
Pemanasan global telah menjadi isu Internasional yang hangat, meskipun sebenarnya
masih terdapat ketidakpastian yang besar. Isu tersebut timbul mengingat pemanasan global
akan mempunyai dampak yang sangat besar, apabila ia benar terjadi. Dampak itu ialah
perubahan iklim sedunia dan kenaikan permukaan air laut. Rincian perubahan iklim yang
akan terjadi itu belum diketahui. Diperkirakan hujan secara global akan bertambah, tetapi ada
daerah yang hujannya akan berkurang dan ada pula yang bertambah. Hal ini akan
mengacaukan sistem pertanian yang ada dan akan diperlukan biaya yang sangat besar untuk
melakukan penyesuaian. Frekuensi dan intensitas badai dan topan mungkin meningkat.
Perubahan iklim juga akan menyebabkan kepunahan banyak jenis. Sampai pada akhir dekade
1970-an, pemanasan global hanyalah diperdebatkan di kalangan para ilmuwan. Masyarakat
umum belumlah mempunyai perhatian terhadapnya. Akan tetapi, dengan makin banyaknya
didapatkan petunjuk tentang kemungkinan terjadinya pemanasan global dan dengan makin
banyak diketahuinya pula dampak yang dapat ditimbulkan olehnya, masyarakat ramai pun
ikut memperbincangkannya. Dengan perkembangan ini, para politisi pun tidak lagi dapat
mengabaikannya. Sehubungan dengan itu, pada tahun 1987, Kongres Amerika Serikat telah
mengadakan dengar pendapat dengan para ilmuwan. Dari dengar pendapat itu, para wakil
rakyat itu mengambil simpulan bahwa pemanasan global itu memang perlu diperhatikan.
Sejak itu, permasalahan pemanasan global menjadi isu yang hangat, tidak saja di Amerika
Serikat, melainkan di seluruh dunia.
Soemarwoto (1992) menyatakan pemanasan global merupakan gejala naiknya suhu
permukaan bumi karena naiknya intensitas efek rumah kaca. Oleh karena itu, untuk dapat
memahami pemanasan global, kita perlu menelaah lebih dahulu efek rumah kaca. Efek rumah
kaca dalam kaitan dengan pemanasan global disebabkan oleh adanya gas rumah kaca (GRK)
di atmosfer. Gas rumah kaca tersebut dapat memantulkan sinar matahari yang terperangkap