Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Konsep sustainable development adalah pola pemanfaatan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan tetap memelihara lingkungan, sehingga kebutuhan itu bukan hanya terpenuhi hari ini tetapi juga untuk generasi mendatang Sustainable development as development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs. Pembangunan/pengembangan berkelanjutan adalah pembangunan/pengembangan yang mampu memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. EFSD adalah pendidikan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, yaitu pendidikan yang memberi kesadaran dan kemampuan kepada semua orang terutama generasi mendatang untuk berkontribusi lebih baik bagi pengembangan berkelanjutan pada masa sekarang dan yang akan datang. Berbagai teori dan pendekatan pendidikan telah dirumuskan oleh pakar pendidikan dunia, beberapa sudah menjadi deklarasi dunia seperti yang telah diprakarsai oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), salah satunya adalah konsep pendidikan untuk pengembangan berkelanjutan (Education for Sustainable Development - EfSD). Konsep EfSD telah lama dikemukakan di dunia Internasional (UNESCO) akan tetapi di Indonesia secara implisit belum dituangkan dalam pendidikan nasional, meskipun secara parsial terdapat dalam pendidikan lingkungan hidup, ekonomi dan sosial. Ide tentang EfSD pertama kali dincetuskan oleh Prof. Dr. Hans J. A. Van Ginkel, mantan rektor United Nations (UN) University dan Staf Ahli Sekjen UN. EfSD lahir dilatarbelakangi kondisi dunia kontemporer yang menghadapi persoalan makin kompleks dan mengarah pada situasi chaos. Hal ini terlihat dari makin meningkatnya pertumbuhan populasi dunia melebihi kapasitas produktivitas natural bumi. Semakin cepatnya perkembangan komunikasi dan transportasi, melahirkan sejumlah masalah besar dalam hal globalisasi, perdagangan, lingkungan, pembangunan, dan kemiskinan. Melalui EfSD diharapkan terbangun kapasitas komunitas atau bangsa yang mampu membangun, mengembangkan, dan mengimplementasikan rencana kegiatan yang mengarah kepada sustainable development.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan EFSD? 1.2.2 Bagaimana penerapan EFSD di Indonesia ? 1.2.3 Bagaimana metode atau upaya untuk menerapkan konsep EFSD di Indonesia? 1.2.4 Apakah pentingnya diterapkannya konsep EFSD di Indonesia?

1.3 Tujuan 1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari EFSD. 1.3.2 Untuk mengetahui penerapan EFSD di Indonesia. 1.3.3 Untuk mengetahui metode dan upaya penerapan EFSD di Indonesia. 1.3.4 Untuk mengetahui pentingnya penerapan konsep EFSD di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFSD (Education For Susrainable Development) adalah sebuah pendekatan untuk pengajaran dan pembelajaran berdasarkan cita-cita dan prinsip-prinsip yang mendasari keberlanjutan hak asasi manusia, pengentasan kemiskinan, mata pencaharian yang berkelanjutan perdamaian, perlindungan lingkungan, demokrasi, kesehatan, biologi dan keragaman lanskap, perubahan iklim, kesetaraan gender, dan perlindungan adat budaya yang merupakan konsep pendidikan untuk pengembangan berkelanjutan. Konsep ini telah lama dikemukakan di dunia internasional (UNESCO). EFSD pertama kali dicetuskan oleh Prof. Dr. Hans J. A. Van Ginkel, mantan rektor United Nations (UN) University dan Staf Ahli Sekjen PBB, berfokus pada Climate Change Challenge (C3) dan penindaklanjutan atas laporan-laporan masalah ke PBB, seperti masalah lingkungan, social (Anonymous, 2011). EFSD sebagai ruh pengembangan pendidikan dapat diinternalisasikan pada kurikulum pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Bahkan lebih dari itu, EFSD juga dapat diterapkan dalam keluarga maupun masyarakat dengan cara melakukan pembiasaan-pembiasaan kepada anak-anak untuk melakukan kegiatan yang mengarah pada aspek pembangunan keberlanjutan, seperti menjaga kebersihan, menjalin hubungan baik antar sesama, menanam pohon, membiasakan jujur, membuang sampah pada tempatnya, menjaga kelestarikan lingkungan dan lain sebagainya (Zamroni, 2011). Fungsi dan manfat EFSD (Sinaga, 2009): 1. Terbangun kapasitas komunitas/bangsa yang mampu membangun, mengembangkan, dan mengimplementasikan rencana kegiatan yang mengarah kepada sustainable development, yaitu kegiatan yang mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dengan mempertimbangkan ekosistem. 2. Mendidik manusia agar sadar tentang individual responsibility yang harus dikontribusikan, menghormati hak-hak orang lain, alam dan diversitas, dapat menentukan pilihan/keputusan yang bertanggungjawab, dan mampu mengartikulasikan semua itu dalam tindakan nyata. 3. Menumbuhkan komitmen untuk berkontribusi dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik, dunia yang lebih aman dan nyaman, baik sekarang maupun di masa mendatang. EFSD memiliki tiga pilar, yaitu (Anonymous, 2011):

1.

Prespektif Sosial-Budaya : hak-hak manusia, ketahanan perdamaian dan manusia, persamaan gender, keragaman budaya dan kesehatan, HIV/AIDS dan pemerintah.

2.

Prespektif Lingkungsn : sumber daya alam, perubahan iklim, perubahan tingkat desa, urbanisasi berkelanjutan dan pencegahan bencana dan mitigasi

3.

Prespektif Ekonomi : pengurangan kemiskinan, hubungan antara tanggung jawab dan akuntabilitas, serta ekonomi pasar.

BAB III PEMBAHASAN

Kehidupan di Indonesia ini semakin kompleks dan bahkan mengarah kepada kondisi chaosticuncontrollable. Kondisi tersebut dikarenakan antara lain oleh dua hal pokok, yaitu: 1. Pertumbuhan populasi manusia di dunia yang terus meningkat dan melebihi kapasitas produktivitas alami bumi 2. Makin cepatnya perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi yang

menghasilkan makin dinamis dan kompleksnya (rumitnya) saling keterkaitan secara global (world interlinkages), seperti pada satu sisi terjadi globalisasi ekonomi, perdagangan dan pembangunan; pada sisi lain berdampak pada kerusakan lingkungan, perubahan iklim, perubahan pola penularan penyakit, dan bahkan peningkatan kemiskinan. Untuk menghadapi permasalahan global tersebut di atas perlu adanya suatu usaha sungguh-sungguh yang mampu menghentikan proses kerusakan dan perusakan lingkungan global tanpa harus mengurangi proses produktifitasnya. Dibutuhkan suatu konsep pendidikan dan pembelajaran yang bersifat futuristik yang tidak hanya mampu membangkitkan kesadaran dan rasa tanggung jawab tetapi juga memberikan pengetahuan dan kemampuan kepada seseorang untuk dapat memperbaiki kondisi lingkungan lokal yang berdampak global secara berkesinambungan. Dengan demikian lahirlah Education for Sustainable Development (EfSD) sebagai program yang perlu dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan (baik formal, nonformal, dan informal) agar dapat memberikan informasi, penyadaran, pengetahuan, pembelajaran, dan kemampuan sehingga dapat untuk memobilisasi massa/komunitas, serta menggerakkan bangsa ke arah kehidupan masa depan yang berkembang secara lebih berkelanjutan (more sustainably developed). Pendidikan berkelanjutan atau pendidikan berkarakter yang dikenal dengan EFSD bertujuan untuk mengurangi prilaku destruktif pada anak, remaja, dan orang dewasa. Sehingga dapat merespon meningkatnya berbagai prilaku destriktif yang berkaitan dengan kurangnya keteladanan yang menyebabkan prilaku menyimpang pada anak dan remaja.

Contohnya adalah prilaku ugal-ugalan dijalan, premanisme di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pembangunan bangsa saat ini harus lebih terarah dan berkesinambungan. Pendidikan berkarakter atau pendidikan berkelanjutan sebaiknya ditanamkan sejak dini melalui penerapan nilai-nilai keteladanan tentang kebajikan dan keteladanan. Nilai-nilai kebajikan ini dapat berkarakter pada agama, budaya, kewarganegaraan, dan consensus umum tentang budi pekerti. Diagram EFA

PENGETAHUAN

PENDIDIKAN / PEMBELAJARAN

INOVASI

Semua pendidikan/ pembelajaran (baik formal dan non-formal) di semua tingkat dan bidang harus dipertimbangkan kembali dan ditransformasikan agar dapat

mempersiapkan generasi mendatang untuk berkonstribusi secara lebih baik terhadap terwujudnya pengembangan berkelanjutan bagi komunitasnya. EFA dan EFSD merupakan dua sisi dari sebuah COIN yang tak terpisahkan. Isi dari EFSD tidak boleh berbeda dari isi semua mata pelajaran yang telah ada (EFA), tetapi isi semua mata pelajaran yang ada harus mengandung atau menstransformasikan/ mentranslasikan EFSD. Tujuan akhir dari pelaksanaan EFSD bukanlah mengajarkan pengembangan berkesinambungan, melainkan menyiapkan generasi mendatang untuk berkonstribusi lebih baik bagi terlaksananya pengembangan berkesinambungan. Tujuannya bukanlah untuk mengganti semua pendidikan yang ada, melainkan meningkatkan mutu program dan metode pembelajaran. Semua konsep, teori, pengetahuan, dll. Harus dapat diajarkan kepada anakanak atau siswa pada semua tingkat, meskipun dalam bentuk-bentuk yang telah disesuaikan. EFSD yang diajarkan harus mencakup 3 pilar yaitu social,lingkungan dan ekonomi. EFSD memiliki beberapa pilar dalam pelaksanaannya 1. Dimensi Ekonomi

Dari dimensi ekonomi, intinya adalah mendidik dan melatih masyarakat yang tidak memiliki ketrampilan (unskill), tidak bekerja (non job) dan tidak sekolah dengan berbagai ketrampilan produktif dan pengelolaan usaha guna meningkatkan

kesejahteraan. Kegiatan produktif ini lebih cocok diterapkan pada program PNFI yang sasarannya adalah orang dewasa seperti Kesetaraan , KF, Kursus ketrampilan, Kursus wira usaha desa, kursus wirausaha kota, kursus para profesi dan pemberdayaan perempuan. Sedangkan pada program PAUD, dimensi ekonomi diarahkan untuk membiasakan hidup hemat dengan menabung. Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa peserta didik tidak hanya dilatih memanfaatkan sumber daya alam untuk kegiatan produktif saja, tetapi sekaligus juga merupakan proses pembelajaran, penyadaran dan tanggungjawab bersamasama melakukan tindakan menjaga dan melestarikan lingkungan 2. Dimensi Lingkungan Penerapan dimensi ekonomi harus dibarengi dengan dimensi lingkungan. Dimensi lingkungan menitikberatkan pada pada upaya menanamkan kesadaran dan

tanggungjawab individu secara sendiri-sendiri atau bersama menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman dengan membudayakan perilaku green dalam aktivitas keseharian: 1. Penghijauan/ menanam pohon dip anti belajar dan sekitarnya 2. Menjaga kebersihan tempat belajar dan sekitarnya 3. Membuang sampah pada tempatnya 4. Tidak menggunakan bahan kimia pada makanan, minuman, dll 5. Budidaya obat-obatan herbal 6. Tidak menebang pohon seenaknya 7. Tidak membunuh binatang seenaknya 8. Tidak memelihara binatang yang dilindungi 3. Dimensi Sosial Budaya Penerapan dimensi ekonomi dan sosial budaya pada program PNFI harus mempertimbangkan sosial budaya masyarakat. Aspek sosial budaya pada intinya adalah upaya menjaga, mengembangkan sistem nilai, budaya, adat-istiadat, norma-norma yang sudah baik yang berlaku di masyarakat dan membawa perubahan-perubahan pada halhal yang kurang baik.

Implementasi education for sustainable development (EfSD) di masyarakat Indonesia masih banyak menghadapi kendala dan tantangan yang tidak sederhana. Bukan hanya karena masalah mengembangkan metode yang relevan untuk mempertahankan dan memelihara keanekaragaman serta kelestarian bio-hayati, tetapi juga berpapasan dengan kemauan dan pengetahuan masyarakat. EFSD yang saat ini mulai dikembangkan melalui media pendidikan ini, terutama lingkup perguruan tinggi adalah salah satu upayayang dilakukan untuk mulai mengajarkan konsep ini. Karena perguruan tinggi menjadi salah satu lembaga yang berperan aktif dalam pembangunan karakter dan pembangunan bangsa.namun sesuatu yang dianggap baik dan ilmiah di ruang kuliah, tidaklah serta-merta dapat diterima oleh masyarakat, karena boleh jadi dirasakan masyarakat bertentangan dengan keyakinan, keinginan serta ritual yang telah lama tumbuh dan berkembang dalam kehidupan mereka. Untuk itu implementasi EfSD memerlukan strategi agar hasilnya sesuai yang diharapkan. Alternatif strategi tersebut perlu dibangun berdasarkan asumsi bahwa dalam masyarakat sebenarnya terdapat pengetahuan tentang masalah-masalah yang muncul sebagai konsekuensi dari degradasi lingkungan. Namun, masyarakat tidak berdaya mengembangkan pengetahuan semacam itu karena selalu kalah dengan kepentingan bisnis produk dari konspirasi atau persekongkolan antara penguasa dan pengusaha. Education for Sustainable Development atau biasa disingkat dengan EFSD itu adalah pola pemanfaatan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan tetap memelihara lingkungan, jadi kebutuhan itu bukan hanya terpenuhi hari ini tetapi juga bisa buat generasi mendatang. Hal ini sangat penting dilakukan di Indonesia mengingat penduduk Indonesia yang terus menerus bertambah tiap tahunnya. Penerapan konsep ini sangat menguntungkan bagi masyarakat Indonesia baik dalam bidang ekonomi, budaya, serta lingkungan. Penerapan yang berkelanjutan tidak hanya member keuntungan bagi masyarakat saat ini, namun juga pda generasi mendatang.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan EFSD adalah pendidikan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, yaitu pendidikan yang memberi kesadaran dan kemampuan kepada semua orang terutama generasi mendatang untuk berkontribusi lebih baik bagi pengembangan berkelanjutan pada masa sekarang dan yang akan datang. EFSD menekankan pada 3 pilar yaitu ekonomi, ekologi atau lingkungan, dan sosial. Konsep EFSD sangat enting untuk diterapkan di Indonesia karena hal tersebut sangat berguna dan menguntungkan bagi masyarakat. Di aindonesi EFSD mulai dikembangkan terutama melalui media pendidikan.

4.2 Saran Konsep EFSD di Indonesia perlu dipelajari kembali dan diterapkan agar tercipta kelanjutan bagi konsep-kosep yang ditrapkan oleh generasi sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous,

2011,

Education

for

Sustainable

Development

(EfSD),

http://lumutlumuthijau.blogspot.com/2011/08/education-for-sustainabledevelopment.html, diakses tanggal 11 Mei 2012. Sinaga, L.A., 2009, Education for Sustainable Development (EfSD) : Peran Pendidikan Non Formal ?, http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/read.php?id=82, diakses tanggal 11 Mei 2012. Unjianto, Bambang, 2012, Implementasi EfSD Masih Hadapi Banyak

Kendalahttp://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/03/08/111753/Imple mentasi-EfSD-Masih-Hadapi-Banyak-Kendala, diakses tanggal 13 Mei 2012. Zamroni, I,. 2009, Pendidikan Berparadigma Pembangunan Berkelanjutan,

http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1846%3Apendi dikan-berparadigma-pembangunan-berkelanjutan&catid=159%3Aartikelkontributor&Itemid=228, diakses tanggal 11 Mei 2012.

Anda mungkin juga menyukai