Sosialisasi Kebersihan Sanitasi Lingkung 0a702b61
Sosialisasi Kebersihan Sanitasi Lingkung 0a702b61
1Jurusan Teknik Sipil Unversitas Mataram, 2Program Studi Agribisnis Universitas Mataram,
3Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Mataram
*
Alamat korespondensi : kencanawati@unram.ac.id
ABSTRAK
Sanitasi lingkungan yang buruk berdampak pada kesehatan masyarakat, salah satunya yaitu
timbulnya gejala stunting pada anak. Stunting merupakan keterlambatan pertumbuhan pada anak. Stunting
pada anak merupakan konsekuensi dari beberapa faktor yang salah satunya sering dikaitkan dengan masalah
sanitasi dan lingkungan. Menurut Dinas Kesehatan NTB (2017) , Kabupaten Lombok Utara merupakan salah
satu kabupaten dengan tingkat stunting yang tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat dimana Desa Jenggala
adalah salah satu desa yang terdapat para penderita stunting. Berdasarkan observasi di lapangan, Desa
Jenggala tercatat memiliki permasalahan sanitasi lingkungan yang kurang baik dengan minimnya jumlah
fasilitas sanitasi dan terdapat 38 anak mengalami stunting. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
dilakukan dengan memberikan sosialisasi mengenai sanitasi hygiene dan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) yang sangat dibutuhkan dalam rangka menekan angka stunting pada masyarakat Desa Jenggala
Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara. Metode kegiatan dibagi dalam beberapa tahapan yaitu tahap
pertama adalah pengumpulan data primer (kondisi sanitasi) dan sekunder (data penderita stunting). Tahap
kedua analisis data dan identifikasi masalah. Tahap terakhir adalah kegiatan sosialisasi dengan memberikan
solusi berdasarkan hasil analisis data dan identifikasi masalah yang ada. Kegiatan sosilaisasi terbagi dalam dua
sesi yaitu yang pertama penyuluhan dan diskusi dan yang kedua penguasaan materi dengan memberikan
pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan. Sasaran sosialisasi yang utama adalah pada kelompok ibu-
ibu PKK. . Kelompok berikutnya ditujukan pada anak-anak sekolah dasar yang menerima sosialisasi sekaligus
praktek cara mencuci tangan yang benar. Hasil evaluasi menunjukkan sekitar 87% para Ibu dapat menjawab
pertanyaan dan diskusi yang diberikan. Hal menunjukkan kemampuan mereka dalam menyerap materi yang
bagus. Dengan demikian diharapkan Ibu-ibu PKK mampu menyebarkan materi ke teman ataupun keluarga.
Sebaliknya, hampir seluruh anak-anak sekolah peserta sosialisasi tidak mengetahui cara mencucui tangan
yang benar. Namun, setelah sosialisasi sekitar 80% siswa dapat melakukannya dengan baik dan benar.
Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Jenggala terhadap kebersihan sanitasi lingkungan,
diharapkan tingkat penderita stunting dapat menurun.
186
Available online : http://abdiinsani.unram.ac.id P-ISSN 2356-2935
Doi article : http://doi.org/10.29303/abdiinsani.v7i2.317 E-ISSN 2657-0629
Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020
hubungan antara sanitasi dan hygiene keluarga fasilitas MCK khusus disediakan untuk penderita
serta tumbuh kembang balita dan anak sangat stunting.
dipengaruhi oleh peran ibu dalam rumah tangga Berdasarkan data primer dan sekunder,
dan peran individu anak itu sendiri (Prastiti dan selanjutnya dilakukan analisis identifikasi
Sofyan, 2019). permasalahan yang ada meliputi:
1. Mengidentifikasi kondisi santitasi dan
METODE KEGIATAN hygiene di Desa Jenggala.
Kegiatan dilakukan di Desa Jenggala, 2. Mengidentifikasi fasilitas MCK disetiap
Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. keluarga.
Peta lokasi Desa Jenggala terlihat pada Gambar 1. 3. Mengidentifikasi perkembangan jumah
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah penderita stunting.
pengumpulan data secara primer dan sekunder. 4. Mengidentifikasi fasilitas MCK bagi
Data primer terkait permasalahan sanitasi penderita stunting.
diperoleh melalui observasi pada lokasi. Beberapa Setelah permasalahan diidentifikasi,
visualisasi mengenai kondisi sanitasi di tangkap rancangan materi penyuluhan dan solusi-solusi dari
dengan bantuan kamera untuk selanjutnya permasalahan tersebut diatas dipersiapkan.
dilakukan analisis gambaran kondisi sanitasi dan Tahapan kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2.
hygiene didaerah tersebut.
Data sekunder didapatkan dari lembaga
terkait yaitu kantor desa, Dinas Kesehatan Daerah
setempat dan Puskesmas. Data yang didapatkan Desa
berupa profil Desa Jenggala, jumlah penduduk, Jenggala
187
Available online : http://abdiinsani.unram.ac.id P-ISSN 2356-2935
Doi article : http://doi.org/10.29303/abdiinsani.v7i2.317 E-ISSN 2657-0629
Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020
188
Available online : http://abdiinsani.unram.ac.id P-ISSN 2356-2935
Doi article : http://doi.org/10.29303/abdiinsani.v7i2.317 E-ISSN 2657-0629
Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020
Secara umum di beberapa tempat di Desa Penderita stunting memiliki ukuran yang
Jenggala terdapat wilayah dengan sanitasi berbeda dari normal sehingga mereka
lingkungan yang kurang baik seperti yang terilihat kesulitan dalam melakukan proses buang
pada Gambar 3. Beberapa kondisi yang air.
menunjukkan sanitasi yang kurang baik adalah: Berdasarkan hasil observasi, hal-hal
1. Tidak adanya bak sampah yang tersedia tersebut diatas terjadi akibat kurangnya disiplin
secara umum bagi masyarakat. dan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk
Dengan tidak adanya bak sampah umum, menjaga kebersihan lingkungan. Masih banyak
maka banyak sampah menumpuk di dijumpai masyarakat yang membuang sampah
jalanan dan beberapa tempat lainnya sembarangan, membuang air besar sembarangan,
2. Tidak adanya tempat penampungan akhir dan prasarana sanimas yang tidak terurus.
sampah, Menurut Ruel dan Arimond (2003) kebersihan yang
Dampaknya adalah sampah seringkali buruk dan sanitasi merupakan indikator utama
dibuang ke selokan penyakit yang menyebabkan kekurangan gizi.
3. Terdapat genangan air selokan yang tidak Apabila sanitasi buruk, kemungkinan terserang
terurus penyakit dan prevalensi gizi buruk meningkat
Akibat pembuangan sampah ke selokan (Ningsih,2013). Sanitasi yang buruk meliputi, 1)
maka aliran air menjadi menjadi terhalang masih banyaknya warga yang buang air besar
dan kondisinya sangat kotor karena tidak sembarangan (BABS), 2) membuang sampah
pernah dibersihkan sembarangan, 3) tidak adanya pengelolaan
4. Tidak semua rumah memiliki fasilitas MCK pembuangan limbah rumah tangga seperti sabun,
Hal ini berpengaruh pada meningkatnya tinja, limbah dapur dan lainnya seperti halnya yang
kebiasaan buang air sembarangan masih ditemui di Desa Jenggala. Khusus
5. Tidak ada fasilitas MCK dengan struktur penyandang stunting seharusnya terdapat
yang sesuai untuk penderita stunting prasarana khusus MCK yang strukturnya
disesuaikan dengan keadaan tubuh mereka.
Kondisi Tumbuh Kembang Anak dan tersebut, menunjukkan angka stunting sebanyak
Penderita Stunting 38 anak dengan kategori gizi kurang, gizi lebih dan
Data terakhir dari Puskesmas Kecamatan gizi buruk. Sedangkan 155 anak lainnya termasuk
Tanjung (2019) menunjukkan jumlah anak-anak di kategori gizi baik. Rincian data kondisi gizi anak
Desa Jenggala adalah 193 anak. Dari total nilai ditampilkan pada Tabel 1.
189
Available online : http://abdiinsani.unram.ac.id P-ISSN 2356-2935
Doi article : http://doi.org/10.29303/abdiinsani.v7i2.317 E-ISSN 2657-0629
Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020
Berdasarkan pengamatan yang telah antara sanitasi lingkungan tidak baik dengan
dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat kejadian stunting pada balita. Hasil tersebut
beberapa faktor yang menjadi penyebab masih sejalan dengan pengamatan yang dilakukan di
terdapatnya kejadian stunting pada wilayah Desa Jenggala.
tersebut, diantaranya: 1) akses kesehatan bagi
masyarakat yang berada jauh dari daerah Tabel 1. Kondisi Gizi Anak (Puskesmas
perkotaan, 2) pengetahuan akan kesehatan dan Kecamatan Tanjung, 2019)
kebersihan yang masih minim dikalangan anak Kondisi Tinggi Berat Jumlah
dan orang tua, 3) kurangnya praktek sanitasi yang Gizi Badan Badan Anak
baik dalam lingkungan masyarakat, 4) masih Gizi baik Pendek Normal 113
banyak budaya membuang sampah Sangat
Gemuk 6
sembarangan, 5) masih terdapat kebiasaan buang pendek
air besar sembarangan pada beberapa wilayah Pendek Gemuk 24
pesisir pantai, dan 6) kurangnya pengelolaan Sangat
terhadap fasilitas sanitasi masyarakat. Normal 12
pendek
Hubungan signifikan menunjukkan Gizi
bahwa status gizi anak prasekolah memiliki Pendek Normal 21
kurang
hubungan yang sangat signifikan dengan praktek Sangat
sanitasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak- Normal 9
pendek
anak yang memiliki praktek sanitasi yang baik juga Pendek Kurus 2
memiliki status gizi normal. Keadaan sanitasi
Gizi lebih Pendek Gemuk 2
lingkungan yang buruk akan berdampak pada
Gizi buruk Pendek Kurus 2
kesehatan balita yang sebagian besar mengarah
Sangat
pada kejadian stunting. Badan Kesehatan Dunia,
pendek Kurus 1
WHO, mengkategorikan angka stunting 20%
Pendek Kurus 1
sampai dengan kurang dari 30% sebagai tinggi,
Total jumlah anak-
dan lebih dari atau sama dengan 30% sangat
anak 193
tinggi. WHO juga mencatat 60 dari 134 negara
masih memiliki tingkat stunting di bawah standar
20%. Padahal stunting merupakan indikator kunci Kegiatan Penyuluhan dan Praktik Kebersihan
kesejahteraan anak secara keseluruhan. Sebuah Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya
hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan sebuah kegiatan penanggulangan kembali
Darmawan (2019) menunjukkan sebuah terhadap masalah stunting pada daerah tersebut
keterkaitan antara sanitasi lingkungan dengan dengan penyuluhan ataupun pelatihan untuk
kejadian stunting pada balita. Hasil penelitian menekan kembali angka stunting pada daerah
tersebut menunjukkan bahwa balita dengan melalui pengetahuan. Selain itu, perlu adanya
status gizi normal sebagian besar memiliki sanitasi perbaikan terhadap fasilitas sanitasi masyarakat
lingkungan dengan kategori baik yaitu 100%. yang terdapat pada beberapa lokasi di Desa
Balita dengan status gizi stunting sebagian besar Jenggala, perbaikan akses kesehatan bagi
memiliki sanitasi lingkungan dengan kategorri baik masyarakat yang tinggal jauh dari sarana
yaitu sebesar 68,4%, namun balita dengan status kesehatan yang tersedia, melengkapi fasilitas MCK
gizi stunting sebesar 31,6% memiliki sanitasi bagi penderita stunting, sarana pembuangan
lingkungan dengan kategori tidak baik. Sehingga sampah dan perbaikan infrastruktur jalan untuk
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan kemudahan dalam mobilisasi.
190
Available online : http://abdiinsani.unram.ac.id P-ISSN 2356-2935
Doi article : http://doi.org/10.29303/abdiinsani.v7i2.317 E-ISSN 2657-0629
Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020
Dalam kegiatan ini, penekanan terhadap yang diberikan. Hal menunjukkan kemampuan
angka stunting di Desa Jenggala dilakukan melalui mereka dalam menyerap materi yang bagus.
kegiatan sosialisasi Pola Hidup Bersih Dan Sehat Dengan demikian diharapkan Ibu-ibu PKK mampu
(PHBS) yang dilaksanakan selama dua kali dengan menyebarkan materi ke teman ataupun keluarga.
sasaran yang berbeda seperti terlihat pada Sebaliknya, hampir seluruh anak-anak sekolah
Gambar 4 dan 5. Sosialisasi pertama dilakukan peserta sosialisasi tidak mengetahui cara
dengan sasaran orang tua khususnya ibu-ibu PKK mencucui tangan yang benar. Namun, setelah
melalui pengarahan tentang PHBS dan diskusi sosialisasi sekitar 80% siswa dapat melakukannya
terkait permasalahan dan solusi. dengan baik dan benar.
Sasaran berikutnya adalah sosialisasi Kegiatan sosialisasi dan praktek ini
dilaksanakan pada hari berbeda di SDN 2 Jenggala diharapkan dapat memberikan dampat positif
dengan sasaran anak usia sekolah yang bertujuan kepada warga Desa Jenggala dengan cara:
untuk memberikan pengetahuan bagaimana 1. Meningkatkan partisipasi masyarakat
menjalankan PHBS dengan benar, serta dalam proses perubahan lingkungan yang
memberikan praktek secara langsung tentang lebih baik lagi
bagaimana mencuci tangan yang baik dan benar 2. Memberikan pemahaman serta
berdasarkan 6 langkah yang direkomendasikan pengetahuan kepada masyarakat akan
oleh WHO dengan tujuan mengurangi resiko pentingnya PHBS
terjangkit penyakit yang rentan pada anak usia 3. Menekan kembali angka stunting di daerah
sekolah. Dalam menciptakan lingkungan yang tersebut melalui pemberian kesadaran
sehat bagi kehidupan manusia, perlu adanya nilai- dalam hal sanitasi
nilai yang dibangun sejak kecil untuk menciptakan 4. Mengoptimalkan tumbuh kembah anak
kesadaran masyarakat yaitu dengan mulai dengan menghindarkan mereka dari
melakukan hal-hal yang kecil seperti menerapkan penyakit akibat lingkungan yang kotor
kebiasaan buang sampah pada tempatnya, 5. Melalui ibu-ibu PKK dan anak-anak peserta
membersihkan jamban secara teratur, mencuci kegiatan dapat menyebarkan materi ke
tangan dengan benar dan membersihkan teman ataupun keluarga di lingkungan
lingkungan sekitar. Desa Jenggala.
Hasil evaluasi menunjukkan sekitar 87%
para Ibu dapat menjawab pertanyaan dan diskusi
191
Available online : http://abdiinsani.unram.ac.id P-ISSN 2356-2935
Doi article : http://doi.org/10.29303/abdiinsani.v7i2.317 E-ISSN 2657-0629
Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020
192
Available online : http://abdiinsani.unram.ac.id P-ISSN 2356-2935
Doi article : http://doi.org/10.29303/abdiinsani.v7i2.317 E-ISSN 2657-0629
Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020
193
Available online : http://abdiinsani.unram.ac.id P-ISSN 2356-2935
Doi article : http://doi.org/10.29303/abdiinsani.v7i2.317 E-ISSN 2657-0629