Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA, TINGKAT PENGETAHUAN DAN

PERAN KADER POSYANDU TERHADAP KEJADIAN STUNTING

(Studi Kasus di Wilayah Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulue)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:
Marnia Amelia
NIM. 6411417047

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masa tumbuh kembang pada anak merupakan masa yang berlangsung cepat

dan tidak akan pernah terulang, oleh karena itu sering disebut golden age atau

masa keemasan, namun di masa ini akan rentan mengalami penyakit yang

berdampak pada status gizi di masa depan anak (Trenggonowati, 2018). Stunting

ialah kondisi gagal tumbuh pada anak karena kekurangan asupan gizi sehingga

anak tumbuh terlalu pendek pada usianya. Hal ini menyebabkan gangguan pada

pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik maupun kognitif. Anak yang

mengalami stunting akan terlihat ketika memasuki usia 2 tahun ditunjukkan

berdasarkan indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan

menurut Umur (TB/U) memiliki Z-score kurang dari -2 SD (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2021).

Berdasarkan data PBB tahun 2018 secara global, sebanyak 21,9% atau 149

juta anak dari total penduduk mengalami stunting (UNICEF & WHO, 2019). Pada

tahun 2019, menurut data WHO sebanyak 21,3% atau sekitar 144,0 juta, dua

pertiganya tinggal di wilayah Afrika dan Asia Tenggara (World Health

Organization, 2020). Pada tahun 2020, angka kejadian stunting naik menjadi

149,2 juta atau sebanyak 22,0% anak mengalami stunting (UNICEF, WHO,

2021). Hal tersebut belum mencapai target dari WHO yaitu dibawah 20%.

Sementara pada tahun 2018, prevalensi stunting di Indonesia sebanyak 30,8%

(Warta Kesmas Edisi 01, 2019).


Pada tahun 2019 prevalensi stunting di Indonesia menurun dari tahun

sebelumnya yaitu di angka 27.7% (Kementerrian Kesehatan Republik Indonesia,

2020). Walaupun prevalensi stunting menurun pada tahun 2020, tetap saja

Indonesia menempati urutan kelima dunia dengan prevalensi stunting tertinggi.

(Fatonah et al., 2020). Aceh merupakan salah satu kota di Indonesia dengan

prevalensi stunting tertinggi yaitu berada di urutan ketiga.

Berdasarkan data Riskesdas yang dipublikasikan tahun 2018 angka prevalensi

stunting di Aceh sebanyak 37,3% (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Pada tahun

2019 Provinsi Aceh berada di posisi ke-5 dengan kejadian stunting sebanyak

34,2% dibawah Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Barat (Kementerrian

Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Sejak tahun 2018-2020 Provinsi Aceh

merupakan salah satu provinsi yang menjadi lokasi fokus intervensi penurunan

stunting terintegrasi (Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional, 2021). Menurut data perkabupaten,

Simeulue merupakan salah satu kabupaten di provinsi Aceh dengan angka

prevalensi stunting tertinggi yaitu di urutan kedua setelah Subussalam dengan

jumlah 47,3% anak menderita stunting (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam hal pencegahan stunting

salah satunya ditetapkannya sebagai program prioritas nasional yang harus

dimasukkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2018 hingga 2021.

Pemerintah telah menetapkan penanganan stunting sebagai prioritas

pembangunan nasional melalui rencana Aksi Nasional Gizi dan Ketahanan

Pangan, sesuai dengan UU tentang Desa, maka terhadap upaya penanganan


stunting yang sudah menjadi prioritas nasional sangat memungkinkan bagi desa

untuk menyusun kegiatan-kegiatan yang relevan dan yang bersifat skala desa

melalui APBDes, Rujukan Belanja Desa untuk penangan stunting diperkuat

dengan telah dikeluarkannya Permendesa No. 19 Tahun 2017 tentang Prioritas

Penggunaan dana desa 2018 terkait stunting. Bab III Pasal 7 Kegiatan bidang

pemberdayaan masyarakat meliputi dukungan pengelolaan kegiatan pelayanan

sosial dasar di bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan dan anak

(Koordinator Kementerian Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan,

2018).

Stunting pada anak merupakan masalah kesehatan yang terjadi diseluruh

dunia terutama di negara-negara berkembang salah satunya Indonesia. Dampak

dari stunting ini sangat mempengaruhi masa depan anak, salah satunya dapat

mempengaruhi proses tumbuh kembang anak, misalkan pada perkembangan

berpikirnya, ingatannya, dan bagaimana anak menyelesaikan masalahnya. Semua

itu membantu anak dalam memahami dunia disekitarnya. Menurut Md Ashraful

Alam (2019), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perkembangan kognitif

pada anak yang mengalami stunting lebih rendah dari pada anak yang tidak

pernah mengalami stunting (Alam et al., 2020). Stunting juga berdampak besar

terhadap prestasi anak (Pratiwi et al., 2021).

Penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang hubungan sosial budaya,

tingkat pengetahuan, dan peran kader posyandu berhubungan terhadap kejadian

stunting. (1) Penelitian yang ditulis oleh Munandar dan Asfur (2021), mengatakan

bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terdapat hubungan yang signifikan


(Munandar & Asfur, 2021). (2) penelitian yang dilakukan oleh Yulfira, dkk

(2021), sosial budaya berhubungan denagn kejadian stunting yaitu terdapat

perilaku dan kebiasaan pemberian makanan pada balita yang kurang

mendukung upaya pencegahan serta penanggulangan stunting pada balita

(Media & Nilda, 2021). (3) hasil dari penelitian Heni, dkk (2020) bahwa peran

kader ada hubungannya dengan kejadian stunting di Provinsi Sumatera Barat

(Wulandari & Kusumastuti, 2020).

Kabupaten Simeulue merupakan salah satu kabupaten di Aceh dengan

prevalensi stunting tertinggi yaitu sebanyak 20,8% (Dinas Kesehatan Aceh,

2020). Berdasarkan survei awal yang diakukan pada tanggal 15 Juli s.d 26 Juli

2021 di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, diperoleh data selama dua

tahun terakhir yakni, pada tahun 2020 sebanyak 1.791 dari 7.176 balita (Dinas

Kesehatan Kabupaten Simeulue, 2021b) yang dipublikasikan pada januari 2021.

Untuk data terbaru yang diberikan dinas kesehatan kabupaten Simeulue pada 09

april 2021 prevalensi stunting turun menjadi 1458 kasus sampai sekarang (Dinas

Kesehatan Kabupaten Simeulue, 2021a).

Kecamatan Teupah Selatan merupakan salah satu kecamatan dengan

prevalensi stunting tertinggi yaitu berada diurutan ketiga. Pada tahun 2020 jumlah

stunting di Kecamatan Teupah Selatan yaitu 139, kemudian tahun 2021 dari bulan

Januari s.d bulan Maret berjumlah 178 kasus. Selama kurun waktu dua tahun

terakhir angka kejadian stunting terus bertambah. Hal ini membuktikan bahwa

masih banyaknya anak yang menderita stunting di Kecamatan Teupah Selatan.


Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Sosial Budaya, Tingkat Pengetahuan dan

Peran Kader Posyandu Terhadap Kejadian Stunting (Studi Kasus di Wilayah

Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulue)” .

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

1.2.1.1 Apakah terdapat hubungan antarasisoal budaya, tingkat pengetahuan dan

peran posyandu dengan kejadian stunting di Kabupaten Simeulue?

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

1.2.2.1 Apakah sosial budaya berhubungan dengan kejadian stunting di Kabupaten

Simeulue?

1.2.2.2 Apakah tingkat pengetahuan berhubungan dengan kejadian stunting di

Kabupaten Simeulue ?

1.2.2.3 Apakah peran kader posyandu berhubungan dengan kejadian stunting di

Kabupaten Simeulue ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran

kader posyandu dengan kejadian stunting di Kapubaten Simeulue.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui peran kader posyandu di Kabupaten Simeulue

1.3.2.2 Mengetahui kejadian stunting di Kabupaten Simeulue.


1.3.2.3 Mengetahui hubungan kader posyandu dengan kejadian stunting di

Kabupaten Simeulue.

1.4 MANFAAT

1.4.1 Bagi Peneliti

Pengalaman berharga untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam

hal merencanakan, melaksanakan, dan menyusun laporan hasil penelitian tentang

Hubungan Sosial Budaya, Tingkat Pengetahuan dan Peran Kader Posyandu

Terhadap Kejadian Stunting (Studi Kasus di Wilayah Kecamatan Teupah Selatan

Kabupaten Simeulue)

1.4.2 Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai Hubungan Sosial

Budaya, Tingkat Pengetahuan dan Peran Kader Posyandu Terhadap Kejadian

Stunting (Studi Kasus di Wilayah Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten

Simeulue).

1.4.3 Bagi Instansi terkait

Manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitian ini yaitu hasil penelitian

dapat digunakan sebagai sumber informasi dan masukan dalam pembuatan

program yang berhubungan dengan penuntasan kejadian stunting pada anak di

Indonesia.
1.4.4 Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat UNNES

Sebagai bahan Pustaka, informasi dan referensi yang dapat digunakan

sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan ilmu di

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.

1.5 KEASLIAN PENELITIAN

N Peneliti Judul Rancanga Variabel Hasil


o n Penelitian
Penelitian
1 Heni Pengaruh Kuantitatif Variabel Variabel
wulandari Peran Bidan, terikat : peran yang paling
dan Istiana Peran Kader, bidan, peran dominan
Kusumastut Dukungan kader mempengaru
i, Keluarga dan Variabel bebas hi perilaku
(Wulandari Motivasi Ibu : ibu dalam
& terhadap dukungan pencegahan
Kusumastut Perilaku Ibu keluarga dan stunting pada
i, 2020). dalam motivasi ibu balitanya
Pencegahan adalah
Stunting pada variabel
Balitanya motivasi ibu.
Dalam
penelitian ini
peneliti
menyarankan
, bidan dan
kader untuk
selalu
memberikan
penyuluhan
berupa
informasi dan
edukasi
tentang
stunting, agar
para ibu yang
memiliki
balita dapat
ikut serta atau
hadir untuk
mendengarka
n penyuluhan
tersebut,
sehingga
termotivasi
untuk mau
melakukan
pencegahan
stunting
2 Yulfira Permasalahan kualitatif Variabel Berdasarkan
Media dan Sosial Budaya terikat : hasil
Elfemi dan Alternatif penanggulanga penelitian
Terungkap
Nilda Kebijakan n stunting.
bahwa ada
(Media & Dalam Upaya Variabel bebas beberapa
Nilda, Penanggulanga : sosial budaya potensi lokal
2021) n Stunting yang dapat
Pada Balita di dimanfaatkan
Kabupaten dalam upaya
Solok, Provinsi pencegahan
dan
Sumatera
penanggulan
Barat gan stunting.
3 Taufiq Asri Hubungan Cross Variabel Terdapat
Munandar Tingkat sectional terikat: hubungan
dan Robitah Pengetahuan Kejadian yang
Asfur Masyarakat stunting. signifikan
(Munandar Terhadap Variabel bebas antara tingkat
& Asfur, Kejadian : tingkat pengetahuan
2021) Stunting di pengetahuan masyarakat
Desa terhadap
Secanggang kejadian
Kabupaten stunting di
Langkat Desa
Secanggang,
Kabupaten
Langkat
1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulue

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian dilakukan pada tahun 2021

1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan

Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kesehatan masyarakat

khususnya dalam Promosi Kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Alam, M. A., Richard, S. A., Mohammad, S., Id, F., Id, M. M., Nahar, B., Id, S.

Das, Shrestha, B., Koshy, B., Mduma, E., Seidman, J. C., Id, L. E. M., Id, L.

E. C., & Id, T. A. (2020). Impact of early-onset persistent stunting on

cognitive development at 5 years of age : Results from a multi-country

cohort study. 10, 1–16.

Dinas Kesehatan Aceh. (2020). Profil Kesehatan Aceh. 56.

Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue. (2021a). BAPPEDA data bulan maret

(GEBRAK STUNTING).

Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue. (2021b). Pencegahan dan Penanganan

Stunting 2021.

Fatonah, S., Jamil, N., & Risviatunnisa, E. (2020). Hubungan Pola Asuh Ibu

Dalam Pemberian Makan Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 24-59

Bulan Di Puskesmas Leuwigajah Cimahi Selatan Tahun 2019. Jurnal

Kesehatan Budi Luhur, 13(2), 293–300.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Laporan Kinerja Kementrian

Kesehatan Tahun 2020. Kemenkes, 1–209.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar.

Riskesdas, 614.

Kementerrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). STUDI STATUS GIZI

BALITA TERINTEGRASI SUSENAS 2019.

Koordinator Kementerian Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

(2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting).


Media, Y., & Nilda, E. (2021). Permasalahan Sosial Budaya dan Alternatif

Kebijakan Dalam Upaya Penanggulangan Stunting Pada Balita di Kabupaten

Solok, Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Ekologi Kesehatan, 20(1), 56–68.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional. (2021). Salinan Keputusan Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor Kep 42/M.Ppn/Hk/04/2020 tentang Penetapan Perluasan

Kabupaten/Kota Lokasi Fokus Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi

Tahun 2021.

Munandar, T. A., & Asfur, R. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan

Masyarakat Terhadap Kejadian Stunting di Desa Secanggang Kabupaten

Langkat. 5(2), 32–36.

Pratiwi, R., Sari, R. S., & Ratnasari, F. (2021). View of Dampak Status Gizi

Pendek (Stunting) Terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Nursing Update- Edisi

Khusus, 12(2), 10. https://stikes-nhm.e-journal.id/NU/article/view/317/284

Trenggonowati, D. L. (2018). ANALISIS FAKTOR OPTIMALISASI GOLDEN

AGE ANAK USIA. 4(1), 48–56.

UNICEF, WHO, W. B. G. (2021). Joint Child Malnutrition Estimates. Who,

24(2), 51–78. https://www.who.int/publications/i/item/9789240025257

UNICEF, & WHO. (2019). Levels and Trends in Child malnutrition - Unicef

WHO The World Bank Joint Child Malnutrition Estimates, key findings pf

the 2019 edition. Unicef, 4.

http://www.unicef.org/media/files/JME_2015_edition_Sept_2015.pdf
%0Ahttps://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30430613/

Warta Kesmas Edisi 01. (2019). Gizi seimbang, Prestasi Gemilang.

World Health Organization. (2020). Monitoring Health For The SDGs

Sustainable Development Goals.

Wulandari, H., & Kusumastuti, I. (2020). Peran Bidan, Peran kader, Dukungan

Keluarga dan Motivasi Ibu terhadap Perilaku Ibu dalam Pencegahan

Stunting. 19(2), 73–80.

Anda mungkin juga menyukai