Anda di halaman 1dari 5

Pemberian obat per parenteral di samping mempunyai banyak manfaat, juga sering pula membawa masalah-masalah lain.

Salah satu di antaranya adalah menyangkut mengkombinasikan dua obat atau lebih dalam satu alat suntik yang sama. Mengkombinasikan obat secara demikian memang sering dikerjakan oleh banyak dokter khususnya dalam pengobatan preoperatif. Sebagai contoh untuk menghilangkan rasa sakit yang hebat sering diberikan obat-obat sedatif atau antiemetic bersama-sama dengan narkotik. Pencampuran obat dalam satu alat suntik memang mempunyai beberapa keuntungan tersendiri : selain lebih murah, praktis dan menghemat waktu dibandingkan dengan penyuntikan ganda/berkali-kali juga lebih dapat diterima dipandang dari sudut si pasien. Namun sebaliknya, dari pengalaman kasus-kasus klaim yang diteliti khususnya mengenai larutan obat suntik dapatlah dikatakan bahwa banyak kelainan obat terjadi karena masalah inkompatibilitas obat (tidak tercampurkannya suatu obat), yaitu pengaruh-pengaruh yang terjadi jika obat yang satu dicampurkan dengan yang lainnya Inkompatibilitas obat dapat dibagi atas 3 golongan : I. Inkompatibilitas terapeutik.-Inkompatibilitas golongan ini mempunyai arti bahwa bila obat yang satu dicampur/ dikombinasikan dengan obat yang lain akan mengalami per-ubahan-perubahan demikian rupa hingga sifat kerjanya dalam tubuh (in vivo) berlainan daripada yang diharapkan. Hasilkerjanya kadang-kadang menguntungkan, namun dalambanyak hal justru merugikan dan malah dapat berakibat fatal. Sebagai contoh : Absorpsi dari tetrasiklin akan terhambat bila diberikan bersama-sama dengan suatu antasida (yang mengandung kalsium, aluminium, magnesium atau bismuth). Fenobarbitaldengan MAO--inhibitors menimbulkan efek potensiasi dari barbituratnya. Kombinasi dari quinine dengan asetosal dapat menimbulkan chinotoxine yang tidak dapat bekerja lagi terhadap malaria. Mencampur hipnotik dan sedatif dengan kafein hanya dalam perbandingan yang tertentu saja rasionil.Pun harus diperhatikan bahwa mengkombinasikan berbagai antibiotik tanpa indikasi bakteriologis yang layak sebaiknya tidak dianjurkan. (Cermin Dunia Kedokteran No. 23, 1981.3 3) II. Inkompatibilitas fisika.-Yang dimaksudkan di siniadalah perubahan-perubahan yang tidak diinginkan yang timbul pada waktu obat dicampur satu sama lain tanpa terjadi perubahan-perubahan kimia. Contoh : -- Meleleh atau menjadi basahnya campuran serbuk. --Tidak dapat larut dan obat-obat yang apabila disatukan tidak dapat bercampur secara homogen. --Penggaraman (salting out). -- Adsorpsi obat yang satu terhadap obat yang lain. III. Inkompatibilitas kimia.-Yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pen campuran obat yang disebabkan oleh berlangsungnya reaksi kimia/interaksi. Termasuk di sini adalah : -- Reaksi-reaksi di mana terjadi senyawa baru yang mengendap. -- Reaksi antara obat yang bereaksi asam dan basa.

-- Reaksi yang terjadi karena proses oksidasi/reduksi maupun hidrolisa. --Perubahan-perubahan warna. --Terbentuknya gas dll. Inkompatibilitas Bahan Pembantu Obat Suatu obat jadi pada umumnya terdiri dari bahan obat berkhasiat dan bahan pembantu. Inkompatibilitas obat sering pula diakibatkan oleh bahan pembantu ini. Hal ini terjadi karena bahan pembantu yang digunakan dalam obat jadi jarang dicantumkan pada etiket obat jadi (hanya diketahui oleh produsen saja). Akibatnya di luar pengetahuan dokter yang akan menggunakan obat, khususnya pada waktu dicampur dengan obat lain mungkin timbul kelainan-kelainan yang tidak diinginkan. Kiranya untuk ini dapat diberikan sebuah contoh kasus yang pernah terjadi. Propyl gallate (derivat phenol) merupakan bahan pembantu yang berfungsi sebagai zat antioksidan. Bahan ini sering ditambahkan ke dalam preparat-preparat yang mengandung bahan berkhasiat yang mudah teroksidasi, misalnya preparat oxitetrasiklin injeksi dll. Bila preparat ini dicampur dengan preparat lain yang mengandung zat besi, maka akan terjadi reaksi kimia yaitu terbentuk senyawa baru (besi-phenolat) dan tergantung dari kepekatannya dapat berwarna biru sampai biru tua. Karena larutan obat suntik semula berwarna kuning (oxitetrasiklin), maka larutan akhirnya akan nampak berwarna kehijauan. Peristiwa di atas bisa terjadi melalui pemakaian satu jarum suntik yang sama untuk pengambilan dua jenis preparat secara beruntun. Inkompatibilitas obat IV Ada obat injeksi yang tidak kompatibel dengan kandungan larutan infus. Contoh khas adalah natrium bikarbonat dengan Ringer laktat atau Ringer asetat. Untuk mencegah inkompatibilitas, penting dipikirkan bagaimana obat bisa berinteraksi di dalam atau di luar tubuh. Jika anda harus mencampur suatu obat, selalu ikuti petunjuk pabrik seperti volume dan jenis diluen yang tepat; mana larutan yang bisa ditambahkan ke pemberian "piggy back"; dan larutan bilas apa yang harus digunakan di antara pemberian suatu produk dan produk lain untuk menghindari kejadian-kejadian, seperti pengendapan di dalam selang infus (sebagai contoh, jangan pernah memberikan fenitoin ke dalam infus jaga yang mengandung dekstrosa, atau jangan campur amphotericin B dengan normal saline). Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya elektrolit (misal. kalium klorida) yang dicampur ke infus kontinyu, misal pada sistem piggyback. Jika ingin mencampur obat dalam spuit untuk pemberian bolus, pastikan obat-obat ini kompatibel di dalam spuit. Jika tidak mendapat informasi dari referensi obat, kontak apoteker. Umumnya apoteker memiliki akses untuk informasi kompatibilitas ini. Waspada dengan obat yang dikenal memiliki riwayat inkompatibilitas bila berkontak dengan obat lain. Contoh-contoh furosemide (Lasix), phenytoin (Dilantin), heparin, midazolam (Versed), dan diazepam (Valium) bila digunakan dalam campuran IV. Klinisi perlu mengetahui bahwa beberapa masalah bisa timbul bila menggunakan PVC sebagai wadah untuk larutan infus. Plasticized polyvinyl Klorida (PVC) merupakan bahan polimer yang digunakan secara luas di bidang kedokteran dan yang terkait. Di bidang kedokteran, PVC yang lentur digunakan untuk kantong

penyimpan darah, selang transfusi, hemodialisis, pipa endotrakea, infuse set, serta kemasan obat. Ester asam ftalat, terutama di-(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP), merupakan pelentur yang paling disukai di bidang kedokteran. Karena zat aditif ini tidak berikatan kovalen dengan polimerm ada kemungkinan memisah dari matriks. Lepasnya DEHP dari kantong PVC ke dalam larutan sudah bertahun-tahun menimbulkan kekhawatiran. Toksisitas DEHP dan PVC telah mencetuskan pertanyaan serius mengapa produk ini masih digunakan. Pemisahan DEHP dari PVC disebut leaching. Leaching terjadi bila beberapa obat seperti paclitaxel atau tamoxifen diberikan dalam kantong PVC. Kekhawatiran lain dari penggunaan kantong PVC adalah penyerapan atau hilangnya obat dari kantong PVC: 1. Kowaluk dkk. memeriksa interaksi antara 46 obat suntik dengan kantong infus Viaflex (PVC). Kajian memperlihatkan bahwa derajat penyerapan obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat. 2. Migrasi obat ke dalam kantong plastik bisa mengarah ke penurunan kadar obat di bawah kadar terapi dari insulin, vit A, asetat, diazepam dan nitrogliserin.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran 1. Bila ingin mencampur obat dalam alat suntik yang sama, campurlah segera pada saat akan digunakan saja (paling lama 15 menit sebelumnya). 2. Jika terlihat perubahan-perubahan fisika (endapan, perubahan warna, berbusa, terbentuk kristal dll) janganlah digunakan. 3. Catatlah kejadiannya dan beritahukan kepada produsen (dapat melalui distributor, kantor cabang setempat atau medical representative) mengenai adanya problem inkompatibilitas. Janganlah lupa menyebutkan obat-obat apa yang dikombinasikan. 4. Dalam keadaan ragu-ragu sebaiknya jangan mencampur obat dalam alat suntik yang sama.

Daftar Pustaka

http://profileandry.blogspot.com/2008/12/inkompatibilitas-obat.html http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11MasalahInkompatbilitasObat023.pdf/11Masal ahInkompatbilitasObat023.html http://www.otsuka.co.id/?content=article_detail&id=48&lang=id http://www.untukku.com/artikel-untukku/interaksi-obat-apa-yang-patut-anda-ketahuiuntukku.html

Anda mungkin juga menyukai