Anda di halaman 1dari 9

Isolasi

Isolasi berfungsi untuk memisahkan bagian-bagian yang mempunyai beda tegangan agar diantara bagian tersebut tidak terjadi lompatan listrik (flashover) atau percikan (sparkover). Kegagalan isolasi pada peralatan tegangan tinggi yang terjadi pada saat peralatan sedang beroperasi bisa menyebabkan kerusakan alat sehingga kontinyuitas sistem menjadi terganggu.Kegagalan pada material isolasi cair disebabkan oleh adanya kavitasi, adanya butiran pada zat cair dan tercampurnya material isolasi cair. Kekuatan dielektrik merupakan ukuran kemampuan suatu material untuk bisa tahan terhadap tegangan tinggi tanpa berakibat terjadinya kegagalan.Kekuatan dielektrik ini tergantung pada sifat atom dan molekul cairan itu sendiri.Namun demikan dalam prakteknya kekuatan dielektrik tergantung pada material dari elektroda, suhu, jenis tegangan yang diberikan, gas yang terdapat dalam cairan dan sebagainya yang dapat mengubah sifat molekul cairan.Dalam isolasi cairan, kekuatan dielektrik setara dengan tegangan kegagalan yang terjadi. Kegagalanisolasi (insulation breakdown, insulation failure) disebabkan karena beberapa hal antara lain isolasi tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya kekuatan dielektrik dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih. Pada prinsipnya tegangan pada isolator merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress) yang harus dilawan oleh gaya dalam isolator itu sendiri agar isolator tidak gagal. Dalam struktur molekul material isolasi, elektron-elektron terikat erat pada molekulnya, dan ikatan ini mengadakan perlawanan terhadap tekanan yang disebabkan oleh adanya tegangan.Bila ikatan ini putus pada suatu tempat maka sifat isolasi pada tempat itu hilang. Bila pada bahan isolasi tersebut diberikan tegangan akan terjadi perpindahan elektron-elektron dari suatu molekul ke molekul lainnya sehingga timbul arus konduksi atau arus bocor. Karakteristik isolator akan berubah bila material tersebut kemasukan suatu ketidakmurnian (impurity) seperti adanya arang atau kelembaban dalam isolasi yang dapat menurunkan tegangan gagal. 7.1 RANGKAIAN EKUIVALEN SISTEM ISOLASI Rangkaian ekuivalen untuk sebuah sistem isolasi dengan rugi-rugi dielektrik menurut standar IEEE 286-2000 dapat direpresentasikan dengan sebuah rangkaian paralel yang terdiri dari komponenkomponen pasif. Isolasi direpresentasikan oleh sebuah kapasitor tanpa rugi-rugi.Sedangkan rugi-rugi dielektrik direpresentasikan oleh sebuah resistor.

Gambar 7.1.1. Rangkaian Paralel dan Diagram Vektor Dengan: CP = kapasitans paralel G = konduktansi ac ekuivalen RP = resistor paralel ac ekuivalen XP = reaktans paralel = 2f (untuk sinyal sinus) = sudut fase = sudut rugi-rugi 7.2. PARAMETER SISTEM ISOLASI 7.2.1. Kapasitans Sifat yang dimiliki oleh sistem yang terdiri dari konduktor dan dielektrik yang memungkinkan penyimpanan muatan yang terpisah secara elektris ketika perbedaan potensial terjadi di antara konduktor-konduktor. Kapasitans C, adalah perbandingan dari suatu besaran q, muatan listrik yang tersimpan dalam kapasitor terhadap beda potensial (V).

Satuan SI dari kapasitans adalah farad, yang sama dengan 1 coulomb per volt.

7.2.2. Permisivitas, kapasitivitas () Permisivitas merupakan besaran fisis yang didefinisikan dengan persamaan :

D = E
Dengan: E: kekuatan medan listrik D: rapat fluks listrik

7.2.3. Permisivitas vakum, konstanta elektrik (0) Permisivitas vakum menurut SI nilainya sama dengan 8,8542 pF/m. Nilai tersebut merupakan hasil elektromagnet. Karena nilai tersebut dipakai sebagai standar terhadap permisivitas pada mediamedia isolasi lain maka dipilih istilah konstanta elektrik. Dalam beberapa sistem cgs yang terlebih dulu digunakan dalam dunia kelistrikan, konstanta elektrik ditetapkan sama dengan satu. 7.2.4. Permisivitas relatif, kapasitivitas relative (r) Permisivitas relatif adalah hasil bagi permisivitas dengan konstanta elektrik.

Karena kapasitans sebanding dengan permisivitas, perbandingan kapasitans Cx darikonfigurasi elektrode suatu material sebagai dielektrik terhadap kapasitans Co dengan konfigurasi yang sama dengan vakum, diberikan sebagai berikut:

Konstanta dielektrik adalah sinonim dari permisivitas relatif.

7.2.5. Permisivitas relatif nyata (r) Permisivitas relatif nyata adalah bagian nyata dari permitivitas relative kompleks.Sifat tersebut yang menentukan muatan listrik yang disimpan per satuan volume untuk satu gradien potensial. 7.3. PARAMETER PENGUJIAN ISOLASI 7.3.1. Faktor Disipasi Dielektrik (tan /DF) Salah satu karakteristik material isolasi yang penting adalah faktor daya atau tangen rugi-rugi dielektrik.Nilainya dapat digunakan sebagai petunjuk bagaimana kualitas dielektrik tersebut.Karakteristik tangen delta (tan ) merupakan alat yang berharga untuk mengevaluasi dielektrik dan cukup peka untuk mendeteksi dan menilai kerusakan dielektrik karena telah dipergunakan dalam waktu yang cukup lama.Pengujian tangen dapat menentukan apakah zat-zat kontaminan yang ada masih dalam batas yang diizinkan. Rugi dielektrik pada tegangan bolak-balik diakibatkan oleh rugi polarisasi dan rugi konduksi dari ion.Sifat rugi-rugi ini merupakan ukuran kualitas isolasi.Selain itu nilai-nilai tersebut juga dapat menjelaskan mekanisme fisik yang terjadi dan dapat membantu pemilihan isolasi yang sesuai untuk penerapan-penerapan khusus. Penempatan nilai fungsi tangen = f (V) pada tegangan mula Ve dapat disimpulkan rugi-rugi ionik tambahan, akan tetapi perubahan konduktivitas elektrolit yang bergantung pada kuat medan juga menghasilkan bentuk kurva yang sama. Bentuk tangen = f (V) menunjukkan nilai temperatur batas dengan rugi konduksi ion melebihi rugi polarisasi ion. Rugi dielektrik dari suatu isolasi dengan kapasitansi C pada frekuensi jaringan dapat dihitung dengan menggunakan faktor disipasi. Pdiel = Ve C tan
Dengan : Pdiel = kekuatan dielektrik minyak transformator Ve = tegangan awal = frekuensi sudut (rad/s) C = rugi dielektrik isolasi Tan = faktor disipasi

Untuk menentukan kekuatan dielektrik dan breakdown dari suatu minyak transformator yang belum dipakai, minyak campuran (minyak transformator baru ditambah minyak transformator yang sudah dipakai), dan minyak transformator yang sudah dipakai dapat dilakukan melalui pengujian. 7.3.2. Delta tan delta ( tan ) Delta tan delta adalah kenaikan pada faktor disipasi dielektrik (tan ) dari pengukuran isolasi pada tegangan. Faktor disipasi adalah perbandingan dari indeks rugi-rugi dielektrik terhadap konstanta relatif dielektrik.

Dimana: r : r :

indeks rugi-rugi dielektrik permitivitas relatif nyata

7.3.3. Sudut Fase Dielektrik Sudut fase dielektrik adalah perbedaan sudut antara tegangan AC sinusoidal yang diberikan pada dielektrik dan komponennya dengan arus yang memiliki periode sama dengan tegangan. Dan juga sudut dimana cotangent sudut tersebut adalah factor disipasi (arccot r/r). 7.3.4. Faktor Daya Dielektrik Faktor dissipasi daya dari minyak dibawah tekanan bolak balik dan tinggi akan menentukan unjuk kerjanya karena dalam kondisi berbeban terdapat sejumlah rugi rugi dielektrik. Faktor dissipasi sebagai ukuran rugi rugi daya merupakan parameter yang penting bagi kabel dan kapasitor. Minyak transformator murni memiliki faktor dissipasi yang bervariasi antara 10-4 pada 20 oC dan 10-3 pada 90oC pada frekuensi 50 Hz. 7.3.5. Tip-up Faktor Daya5 7.3.6. Partial Discharge Partial discharge (peluahan parsial) adalah peristiwa pelepasan/loncatan bunga api listrik yang terjadi pada suatu bagian isolasi (pada rongga dalam atau pada permukaan) sebagai akibat adanya beda potensial yang tinggi dalam isolasi tersebut. Partial discharge dapat terjadi pada bahan isolasi padat, bahan isolasi cair maupun bahan isolasi gas. Adanya partial discharge di dalam bahan isolasi dapat ditentukan dengan tiga metode yaitu : dengan pengukuran tegangan pada objek, dengan pengukuran arus di dalam rangkain luar dan mengukur intensitas radiasi gelombang elektromagnetik yang disebabkan karena adanya partial discharge. 7.3.7. Discharge Extinction Voltage (DEV) Discharge Extinction Voltage (DEV) adalah tegangan dimana pulsa peluhan yang diamati dalam sistem isolasi dengan detector peluhan yang memiliki sensitivitas tertentu, tidak lagi dengan terdeteksi saat tegangan yang dikenakan pada sistem diturunkan. 7.3.8. Discharge Inception Voltage (DIV) Discharge Inception Voltage (DIV) adalah tegangan dimana pulsa peluhan pada sistem isolasi dapat diamati dengan detector peluha yang memiliki sensitivitas tertentu, seiring dengan penaikan tegangan yang dikenakan. 7.4. SIFAT-SIFAT LISTRIK CAIRAN ISOLASI Sifat sifat listrik yang menentukan unjuk kerja cairan sebagai isolasi adalah : Withstand Breakdown kemampuan untuk tidak mengalami kegagalan dalam kondisi tekanan listrik (electric stress ) yang tinggi. Kapasitansi Listrik per unit volume yang menentukan permitivitas relatifnya. Minyak petroleum merupakan subtansi nonpolar yang efektif karena meruapakan campuran cairan hidrokarbon. Minyak ini memiliki permitivitas kira-kira 2 atau 2.5 . Ketidak bergantungan permitivitas subtansi nonpolar pada frekuensi membuat bahan ini lebih banyak dipakai dibandingkan dengan bahan yang bersifat polar. Misalnya air memiliki permitivitas 78 untuk frekuensi 50 Hz, namun hanya memiliki permitivitas 5 untuk gelombang mikro. Faktor daya Faktor dissipasi daya dari minyak dibawah tekanan bolak balik dan tinggi akan menentukan unjuk kerjanya karena dalam kondisi berbeban terdapat sejumlah rugi rugi dielektrik. Faktor dissipasi sebagai ukuran rugi rugi daya merupakan parameter yang penting bagi kabel dan kapasitor. Minyak transformator murni memiliki faktor dissipasi yang bervariasi antara 10-4 pada 20 oC dan 10-3 pada 90oC pada frekuensi 50 Hz. Resistivitas Suatu cairan dapat digolongkan sebagai isolasi cair bila resitivitasnya lebih besar dari 109 W-m. Pada sistem tegangan tinggi resistivitas yang diperlukan untuk material isolasi adalah 10 16 W-m atau lebih. (W=ohm)

7.5.

MEKANISME KEGAGALAN ISOLASI CAIR Ada beberapa alasan mengapa isolasi cair digunakan, antara lain yang pertama adalah isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi gas, sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi menurut hukum Paschen. Kedua isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak melalui proses konversi menghilangkan panas yang

timbul akibat rugi energi. Ketiga isolasi cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing) jika terjadi pelepasan muatan (discharge).Namun kekurangan utama isolasi cair adalah mudah terkontaminasi. Beberapa macam faktor yang diperkirakan mempengaruhi kegagalan minyak transformator seperti luas daerah elektroda, jarak celah (gap spacing), pendinginan, perawatan sebelum pemakaian (elektroda dan minyak ), pengaruh kekuatan dielektrik dari minyak transformator yang diukur serta kondisi pengujian atau minyak transformator itu sendiri juga mempengaruhi kekuatan dielektrik minyak transformator. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi mekanisme kegagalan yaitu : *Partikel Ketidak murnian memegang peranan penting dalam kegagalan isolasi.Partikel debu atau serat selulosa dari sekeliling dielektrik padat selalu tertinggal dalam cairan. Apabila diberikan suatu medan listrik maka partikal ini akan terpolarisasi. Jika partikel ini memiliki permitivitas e 2 yanglebih besar dari permitivitas carian e 1, suatu gaya akan terjadi pada partikel yang mengarahkannya ke daerah yang memiliki tekanan elektris maksimum diantara elektroda elektroda. Jika partikel tersebut lembab atau basah maka gaya ini makin kuat karena permitivitas air tinggi. Partikel yang lain akan tertarik ke daerah yang bertekanan tinggi hingga partikel partikel tersebut bertautan satu dengan lainnya karena adanya medan. Hal ini menyebabkan terbentuknya jembatan hubung singkat antara elektroda.Arus yang mengalir sepanjang jembatan ini menghasilkan pemanasan lokal dan menyebabkan kegagalan. *Air Air yang dimaksud adalah berbeda dengan partikel yang lembab. Air sendiri akan ada dalam minyak yang sedang beroperasi/dipakai. Namun demikian pada kondisi operasi normal, peralatan cenderung untuk mambatasi kelembaban hingga nilainya kurang dari 10 %. Medan listrik akan menyebabkan tetesan air yang tertahan didalam minyak yang memanjang searah medan dan pada medan yang kritis, tetesan itu menjadi tidak stabil. Kanal kegagalan akan menjalar dari ujung tetesan yang memanjang sehingga menghasilkan kegagalan total. *Gelembung Pada gelembung dapat terbentuk kantung kantung gas yang terdapat dalam lubang atau retakan permukaan elektroda, yang dengan penguraian molekul molekul cairan menghasilkan gas atau dengan penguatan cairan lokal melalui emisi elektron dari ujung tajam katoda. Gaya elektrostatis sepanjang gelembung segera terbentuk dan ketika kekuatan kegagalan gas lebih rendah dari cairan, medan yang ada dalam gelembung melebihi kekuatan uap yang menghasilakn lebih banyak uap dan gelembung sehingga membentuk jembatan pada seluruh celah yang menyebabkan terjadinya pelepasan secara sempurna. 7.6. PEMURNIAN MINYAK TRANSFORMATOR Minyak transformator dapat terkontaminasi oleh berbagai macam pengotor seperti kelembaban, serat, resin dan sebagainya. Ketidakmurnian dapat tinggal di dalam minyak karena pemurnian yang tidak sempurna. Pengotoran dapat terjadi saat pengangkutan dan penyimpanan, ketika pemakaian, dan minyak itu sendiri pun dapat membuat pengotoran pada dirinya sendiri. Beberapa metode pemurnian minyak transformator dijelaskan dalam bagian berikut ini: a) Mendidihkan (boiling) Minyak dipanaskan hingga titik didih air dalam alat yang disebut Boiler. Air yang ada dalam minyak akan menguap karena titik didih minyak lebih tinggi dari pada titik didih air. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana namun memiliki kekurangan.Pertama hanya air yang dipindahkan dari minyak, sedangkan serat, arang dan pengotor lainnya tetap tinggal.Kedua minyak dapat menua dengan cepat karena suhu tinggi dan adanya udara. Kekurangan yang kedua dapat diatasi dengan sebuah boiler minyak hampa udara (vacum oil boiler).Alat ini dipakai dengan minyak yang dipanaskan dalam bejana udara sempit (air tight vessel) dimana udara dipindahkan bersama dengan air yang menguap dari minyak.Air mendidih pada suhu rendah dalam ruang hampa oleh sebab itu menguap lebih cepat ketika minyak dididihkan dalam alat ini pada suhu yang relatif rendah.Alat ini tidak menghilangkan kotoran pada kendala pertama, sehingga pengotor tetap tinggal. b)Alat Sentrifugal (Centrifuge Reclaiming) Air serat, karbon dan lumpur yang lebih berat dari minyak dapat dipindahkan minyak setelah mengendap.Untuk masalah ini memerlukan waktu lama, sehingga untuk mempercepatnya minyak dipanaskan hingga 45 - 55 oC dan diputar dengan cepat dalam alat sentrifugal. Pengotor akan tertekan ke sisi bejana oleh gaya sentrifugal, sedangkan minyak yang bersih akan tetap berada ditengah bejana. Alat ini mempunyai efesiensi yang tinggi.Alat sentrifugal hampa merupakan pengembangannya.

Bagian utama dari drum adalah drum dengan sejumlah besar piring / pelat (hingga 50) yang dipasang pada poros vertikal dan berputar bersama-sama.Karena piring mempunyai spasi sepersepuluh millimeter, piring piring ini membawa minyak karena gesekan dan pengotor berat ditekan keluar. c) Penyaringan (Filtering) Dengan metode ini minyak disaring melalui kertas peyaring sehingga pengotor tidak dapat melalui pori-pori penyaring yang kecil, sementara embun atau uap telah diserap oleh kertas yang mempunyai hygroscopicity yang tinggi.Jadi filter press ini sangat efisien memindahkan pengotor padat dan uap air minyak yang merupakan kelebihan daripada alat sentrifugal. Walaupun cara ini sederhana dan lebih mudah untuk dilakukan, keluaran yang dihasilkan lebih sedikit jika dibandingkan dengan alat sentrifugal yang menggunakan kapasitas motor penggerak yang sama. Filter press ini cocok digunakan untuk memisahkan minyak dalam circuit breaker (CB), yang biasanya tercemari oleh partikel jelaga (arang) yang kecil dan sulit dipisahkan dengan menggunakan alat sentrifugal. d)Regenerasi Produk-produk penuaan tidak dapat dipindahkan dari minyak dengan cara sebelumnya. Penyaringan hanya baik untuk memindahkan bagian endapan yang masih tersisa dalam minyak.Semua sifat minyak yang tercemar dapat dipindahkan dengan pemurnian menyeluruh yang khusus disebut regenerasi. 7.7. MEKANISME KEGAGALAN ISOLASI PADAT 7.7.1. Kegagalan Asasi (Intrinsik) Kegagalan asasi (intrinsik) adalah kegagalan yang disebabkan oleh jenis dan suhu bahan (dengan menghilangkan pengaruh luar seperti tekanan, bahan elektroda, ketidakmurnian, kantong kantong udara).Kegagalan ini terjadi jika tegangan yang dikenakan pada bahan dinaikkan sehingga tekanan listriknya mencapai nilai tertentu yaitu 106 volt/cm dalam waktu yang sangat singkat yaitu 10-8 detik. 7.7.2. Kegagalan Elektromekanik Kegagalan elektromekanik adalah kegagalan yang disebabkan oleh adanya perbedaan polaritas antara elektroda yang mengapit zat isolasi padat sehingga timbul tekanan listrik pada bahan tersebut.Tekanan listrik yang terjadi menimbulkan tekanan mekanik yang menyebabkan timbulnya tarik menarik antara kedua elektroda tersebut.Pada tegangan 106volt/cm menimbulkan tekanan mekanik 2 s.d 6 kg/cm2. Tekanan atau tarikan mekanis ini berupa gaya yang bekerja pada zat padat berhubungan dengan Modulus Young.

Dengan rumus Stark dan Garton

Jika kekuatan asasi (intrinsik) tidak tercapai pada , tegangan V dinaikkan lagi. Jadi kekuatan listrik maksimumnya adalah:
Dengan: F : gaya yang bekerja pada zat padat L : pertambahan panjang zat padat L : panjang zat padat A : pertambahan zat yang dikenai gaya d0 : tebal zat padat sebelum dikenai tegangan V d : tebal setelah dikenai tegangan V e0er : permitivitas

maka zat isolasi akan gagal bila

7.7.3. Kegagalan Streamer Kegagalan streamer adalah kegagalan yang terjadi sesudah suatu banjiran (avalance). Sebuah elektron yang memasuki band conduction di katoda akan bergerak menuju anoda dibawah pengaruh medan memperoleh energi antara benturan dan kehilangan energi pada waktu membentur. Jika lintasan bebas cukup panjang maka tambahan energi yang diperoleh melebihi pengionisasi latis (latice).Akibatnya dihasilkan tambahan elektron pada saat terjadi benturan.Jika suatu tegangan V dikenakan terhadap elektroda bola, maka pada media yang berdekatan (gas atau udara) timbul

tegangan. Karena gas mempunyai permitivitas lebih rendah dari zat padat sehingga gas akan mengalami tekanan listrik yang besar. Akibatnya gas tersebut akan mengalami kegagalan sebelum zat padat mencapai kekuatan asasinya. Karean kegagalan tersebut maka akan jatuh sebuah muatan pada permukaan zat padat sehingga medan yang tadinya seragam akan terganggu. Bentuk muatan pada ujung pelepasan ini dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan medan lokal yang cukup tinggi (sekitar 10 MV/cm). Karena medan ini melebihi kekuatan intrinsik maka akan terjadi kegagalan pada zat padat. Proses kegagalan ini terjadi sedikit demi sedikit yang dapat menyebabkan kegagalan total. 7.7.4. Kegagalan Termal Kegagalan termal, adalah kegagalan yang terjadi jika kecepatan pembangkitan panas di suatu titik dalam bahan melebihi laju kecepatan pembuangan panas keluar.Akibatnya terjadi keadaan tidak stabil sehingga pada suatu saat bahan mengalami kegagalan. Gambar kegagalan ini ditunjukkan seperti :

Gambar 7.7.1. Kegagalan Thermal


Dalam hukum konversi energi : U0 = U1+U2, dimana : U0 :panas yang dibangkitkan U1 :panas yang disalurkan keluar U2 :panas yang menaikkan suhu bahan

atau
Dengan : Cv : panas spesifik k : konduktivitas termal d : konduktivitas listrik E : tekanan listrik.

Pada arus bolak balik terdapat hubungan langsung antara konduktivitas dengan dengan frekuensi dan permitivitas yaitu : s=w
dimana: e0 : konstanta dielektrik er permitivitas relatif.
1e 0

e r dan e r = e

' r

+je

"

Karena adanya faktor ini, maka rugi rugi pada medan arus bolak balik lebih besar dari arus searah. Akibatnya kuat gagal termal pada tegangfan AC lebih kecil daripada kuat gagal termal medan arus DC. Kuat gagal termal untuk medan bolak balik juga menurun dengan naiknya frekuensi tegangan. 7.7.5. Kegagalan Erosi Kegagalan Erosi adalah kegagalan yang disebabkan zat isolasi pada tidak sempurna, karena adanya lubang lubang atau rongga dalam bahan isolasi padat tersebut. Lubang/rongga akan terisi oleh gas atau cairan yang kekuatan gagalnya lebih kecil dari kekuatan zat padat. Gambar kegagalan isolasi dan rangkaian ekivalennya ditunjukkan oleh gambar dibawah ini:

Gambar 7.7.2.Kegagalan Erosi dan Rangkaian Ekuivalen

Gambar 7.7.3.Bentuk Gelombang Rongga Isolasi Padat Ekuivalen

Untuk t <<< d yang mecerminkan keadaan sebenarnya, bila rongga terisi gas, maka tegangan pada C1 adalah: V1= e r .t/dt Va
Dengan: C1 :Kapasitansi rongga yang tebalnya t C2 : Kapasitansi rongga yang tebalnya d V1 : Tegangan pada rongga Va : Tegangan terminal e r : Permitivitas relatif zat isolasi padat

Jika tegangan AC yang dikenakan tidak menghasilkan kegagalan, maka bentuk gelombang yang terjadi pada rongga adalah V1, tetapi jika V1 cukup besar, maka bisa terjadi kegagalan pada tegangan V1'. Pada saat terjadi lucutan dengan tegangan V1' maka pada rongga tersebut terjadi busur api. Busur api yang terjadi diiringi oleh jatuhnya tegangan sampai V1" dan mengalirnya arus. Busur api kemudian padam. Tegangan pada rongga naik lagi sampai terjadi kegagalan berikutnya pada tegangan V 1'.Hal ini juga terjadi pada setengah gelombang (negatif) berikutnya. Rongga akan melucut pada waktu tegangan rongga mencapai -V1'. Pada waktu gas dala rongga gagal, permukaan zat isolasi padat merupakan katoda - anodadengan bentuk yang ditunjukkan seperti berikut:

Gambar 7.7.4.Bentuk Gas dalam Rongga Saat Mengalami Kegagalan Benturan elektron pada anoda mengakibatkan terlepasnya ikatan kimiawi pada isolasi padat tersebut. Demikian pula pemboman katoda oleh ion ion positif akan mengakibatkan kenaikan suhu yang menyebabkan ketidakstabilan termal, sehingga dinding zat padat lama kelamaan menjadi rusak, rongga menjadi semakin besar dan isolasi menjadi tipis. Hubungan antara tegangan lucutan dan umur dinyatakan dengan:

Dengan: Vi : tegangan dimana mulai terjadi lucutan Va : tegangan yang diterapkan n n : nilai antara 3 dan 10 A : konstanta

7.7.6. KEGAGALAN KIMIA DAN ELEKTRO-KIMIA a. Oksidasi Kehadiran udara atau oksigen, pada material padat seperti karet polyethilene mengalami oksidasi yang dapat menyebabkan keretakan pada permukaan isolator. b. Hidrolisis Ketika uap air dan embun muncul di atas permukaan suatu material padat, maka hidrolisis akan terjadi dan material tersebut dan menyebabkan material akan kehilangan atau berkurang sifat listrik maupun sifat mekanisnya. Hidrolisis biasanya terjadi pada material padat seperti kertas, kain, dan beberapa material seluler akan mengalami perubahan sifat kimiawi yang sangat cepat. Perubahan kimia (hidrolisis) juga terjadi pada material padat lainnya seperti plastik (polyethilene) yang menyebabkan penurunan umur pakai dari material tersebut (aging). c. Aksi Kimiawi Meskipun tidak terdapat medan listrik yang tinggi namun peningkatan penurunan sifat kimia pada material isolasi dapat menyebabkan terjadinya berbagai proses material isolasi

dapat menyebabkan terjadinya berbagai proses ketidakstabilan kimiawi karena adanya temperatur yang tinggi, oksidasi, maupun terbentuknya ozon. Meskipun material isolasi padat digunakan pada berbagai kepentingan penggunaan dan kondisi yang berbeda, reaksi kimia akan terjadi pada berbagai material yang dapat mendorong terjadinya penurunan sifat listrik maupun sifat mekanis yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kegagalan isolasi. 7.7.7. KEGAGALAN TRACKING DAN TREEING Jika suatu bahan isolasi padat diterapkan tekanan listrik dalam jangka waktu yang lama maka akan mengalami kegagalan. Secara umum, terdapat dua gejala yang dapat diamati pada material tersebut, yaitu: (a) Adanya bagian konduksi pada permukaan isolator. (b) Suatu mekanisme yang bekerja yang menyebabkan arus bocor melalui bagian konduksi yang pada akhirnya mendorong arah pembentukan suatu percikan (discharge). Percikan yang terjadi akan menyebar selama proses penjejakan karbon (tracking) dan membentuk cabang-cabang yang menyerupai pohon (pepohonan) yang dikenal dengan istilah treeing. Fenomena pepohonan listrik (treeing) dapat dijelaskan dengan menggunakan sebuah spesimen (conducting film) yang diletakkan di antara dua elektroda. Dalam prakteknya, spesimen tersebut diberikan suatu cairan pelembab kemudian diterapkan tegangan, dan dalam waktu tertentupada permukaan spesimen akan mengalami kekeringan. Pada saat yang sama terjadi percikan yang dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan material.Pada material padat seperti kertas, akan terbentuk karbonisasi di daerah terjadinya percikan api, dan selanjutnya karbonisasi yang terbentuk akan bertindak sebagai saluran konduksi permanen yang kemudiannya dapat meningkatkan tekanan yang berlebihan. Proses ini adalah merupakan proses kumulatif, dan isolator mengalami kegagalan akibat terjadinya jembatan karbon diantara elektroda. Fenomena ini dikenal dengan istilah tracking. Pada sisi yang lain, treeing terjadi karena erosi dari material pada ujung percikan. Erosi mengakibatkan permukaan menjadi kasar, dan oleh sebab itu dapat menjadi sumber pengotoran dan pencemaran. Kejadian ini akan meningkatkan konduktivitas, dan pada sisi yang lain akan membentuk jembatan antara bagian konduksi tadi dengan elektroda yang selanjutnya mengakibatkan kegagalan mekanik (keretakan) pada bahan isolator. Umumnya, tracking terjadi pada tegangan yang rendah yaitu sekitar 100 V, sedangtreeing terjadipada tegangan tinggi. Treeing dapat dicegah melalui usaha membersihkan permukaan material, menciptakan keadaan kering, dan pada permukaan yang halus (yang tidak terjadi kekasaran permukaan). Oleh karena itu pemilihan material harus didasarkan pada material yang mempunyai resistansi yang tinggi terhadap fenomena treeing.

Gambar 7.7.5. Pepohonan (treeing) Listrik dalam Isolasi Polimer (a) Proses Awal Terbentuknya Treeing; (b) Treeing Menjembatani Kedua Elektroda

Anda mungkin juga menyukai