Anda di halaman 1dari 76

HORMON Definisi 1.

Williams: sinyal kimia yang disekresikan ke dalam aliran darah yang bekerja pada jaringan yang jauh, biasanya sebagai peregulasi. 2. Greenspan (Indonesia, edisi 4): suatu zat yang dilepaskan oleh suatu kelenjar dan diangkut melalui darah ke jaringan lain dimana ia bekerja untuk mangatur fungsi jaringan target. HORMON-HORMON HIPOTHALAMUS Dapat terbagi menjadi: 1. Disekresikan ke pembuluh darah portal hipofisial 2. Disekresikan oleh neurohipofisis langsung ke pituitary Pada hypothalamus, terdapat nukleus-nukleus NUKLEUS Supraoptic NEUROHORMON UTAMA ATAU FUNGSI ADH: osmoregulasi, dan regulasi volume ECF Oksitosin: regulasi kontraksi uterus dan ejeksi Paraventrikular air susu Magnocelluler paraventrikular nucleus (PVN): ADH, oksitosin (fungsi sama dengan di atas) Parvocellular PVN TRH: regulasi fungsi thyroid CRH: regulasi fungsi adrenocortical, regulasi sistem syaraf simpatis, dan medulla adrenal, serta regulasi nafsu makan ADH: diekspresikan bersama CRH, regulasi fungsi adrenoxortical VIP (Vasoaktif Intestinal Peptide): prolaktinSuprachiasmatic releasing factor (?) Regulator ritme circadian dan fungsi pineal (Zeitgeber [pacemaker]): VIP, ADH neurons project mainly to the PVN

Page 1

Arcuate

GHRH: stimulasi GH GnRH: regulasi gonadotropin pituitary (FSH dan LH) Dopamin: berfungsi sebagai PIH (ProlaktinInhibiting Hormon) Somatostatin: inhibisi pelepasan GHRH Regulasi nafsu makan Somatostatin: inhibisi sekresi GH oleh aksi langsung pituitary: lokasi SIRF yang paling banyak GHRH (seperti di atas) Somatostatin: inhibisi pelepasan GHRH Pusat rasa kenyang Titik fokal pengintegrasian informasi: menerima input dari ventromedial nucleus (VMN), dan lateral hypothalamus serta menonjol ke PVN Pusat rasa lapar Peregulasi utama ovulasi pada hewan pengerat,. Hanya sedikit neuron GnRH pada primate Thermoregulasi: pusat dingin Regulasi rasa haus Thermoregulasi: pusat panas

Periventrikular

Ventromedial

Dorsomedial

Lateral Hipothalamus Preoptic Area

Anterior Hipothalamus Posterior Hipothalamus

Hipophisiotrophic Hormon Merupakan hormon-hormon yang meregulsi sekresi hormon pituitary, meliputi: a. GHRH (Growth Hormon-Releasing Hormon) b. Somatostatin atau disebut juga GHIH (Growth Hormon-Inhibiting Hormon) c. Dopamin atau disebut juga PIH (Prolaktin-Inhibiting Hormon)

Page 2

d. TRH (Thyrotrophin-Releasing Hormon) e. CRH (Corticotropin-Releasing Hormon) f. GNRH (Gonadotropin-Releasing Hormon) Kebanyakan hormon pituitary dikontrol oleh hormon pengstimulasi, tetapi GH (Growth Hormon) dan PRL (prolaktin) juga diregulasi oleh hormon penginhibisi. Beberapa hormon hipofisiotropic ini juga multifungsional. Hormon-hormon hypothalamus disekresikan secara periodik dan tidak terus-menerus, dan pada saat tertentu disekresikan di bawah ritme circadian. A. GHRH Menstimulasi sekresi GH dari somatotrop. Oleh sebab itulah, trophic bagi somatotrop. Neuron penyekresi GHRH terletak di arcuate nuleus. GHRH memiliki half-life selama 50 menit

B. Somatostatin Menginhibisi GH dan TSH Sel-sel penyekresi somatostatin terletak di bagian paraventrikular. Somatostatin merupakan sebuah tertradecapeptide yang tidak hanya disekresikan oleh hypothalamus tetapi juga oleh sel D pancreatic islet, mukosa gastrointestinal, dan sel C (sel parafollicular) thyroid. Somatostatin terdiri dari somatostatin 14 yang merupakan spesies terbanyak di hypothalamus, dan somatostatin 28 yang ditemukan di usus. Selain menginhibisi GH, somatostatin juga memiliki efek inhibisi terhadap insulin, glucagon, gastrin, sekretin, dan VIP

Page 3

Somatostatin juga memiliki peran dalam sekresi fisiologis TSH dengan menambah efek inhibisi langsung dari hormon thyroid terhadap thyrotrop.

C. Regulasi prolaktin C.1 Dopamine o Merupakan penginhibisi primer dari prolaktin. Oleh sebab itulah biasa juga disebut PIH. o Ditemukan pada sirkulasi darah portal hipofisis dan juga ditemukan berikatan pada reseptor dopamine di laktotrop. o Kontrol hypothalamus pada prolaktin berupa kontrol inhibisi, tidak seperti pada hormon lain. Jadi adanya gagguan pada hubungan Hipothalamus-Pituitary seperti karena stalk section, lesi hypothalamus, dan autotransplantasi pituitary dapat menyababkan kenaikan kadar prolaktin. o Neuron penyekresi dopamine terletak pada arcuate nucleus. C.2 Prolactin-Releasing Factor (PRF) o Faktor yang telah dipelajari dengan baik yang berhubungan dengan aktifitas pelepasan prolaktin adalah TRH, tetapi hanya sedikit bukti untuk peran fisiologis. Kenaikan PRL saat tidur, stress, dan setelah stimulasi nipple atau sucking tidak disertai dengan kenaikan TRH maupun TSH. o Peptide hypothalamus yang kain, VIP, juga menstimulasi pelepasan PRL.
o

Pengaruh pathway serotonergic terhadap sekresi PRL: 1. Administrasi precursor serotonin PRL 2. Treatment dengan serotonin antagonist PRL

Page 4

D. TRH Sebuah tripeptide dan merupakan faktor utama hipothalamus yang meregulasi sekresi TSH.

Neuron penyekresi TRH terletak di nucleus paraventrikular

E. CRH Menstimulasi sekresi ACTH dan produk lain dari precursor molekulnya, POMC. Half-life CRH dalam plasma sekitar 60 menit. Struktur CRH manusia identik dengan CRH tikus. ADH dan angiotensin II melalui CRH akan meningkatkan sekresi ACTH. Sedangkan oksitosin, melalui CRH akan menurunkan sekresi ACTH Neuron penyekresi CRH terdapat di nucleus paraventrikular. CRH juga disekresikan oleh plasenta dan kadar CRH ini meningkat secara signifikan pada akhir kehamilan dan saat melahirkan. F. GnRH Mengontrol sekresi gonadotropin (FSH dan LH). GnRH merupakan decapeptide linear yang hanya menstimulasi LH dan FSH. GnRh tidak memiliki efek terhadap hormon pituitary yang lain kecuali pada pasien acromegaly dan Cushings Syndrome. Neuron penyekresi GnRH terletak di area preoptic

Gangguan Hormon Hipothalamus A. Hiposekresi


1. GnRH Kallmans syndrome

Page 5

2. TRH hypothalamic hypothyroidism 3. GHRH dwarfism 4. CRH insufisiensi adrenal 5. Oksitosin gangguan ejeksi air susu 6. ADH diabetes insipidus B. Hipersekresi
1. GnRH Precocious puberty (laki-laki, spermatogenesis saat usia

< 9 atau 10 tahun dan pada perempuan, menstruasi terjadi pada usia < 8 tahun) 2. CRH Cushings Syndrome 3. GHRH acromegali 4. ADH SIADH (Syndrome of Insufficiency ADH)

Definisi II

Hormon adalah substansi kimia yang di hasilkan dalam tubuh oleh organ, sel-sel organ atau sel yang tersebar, yang memiliki efek regulatorik spesifik terhadap aktifitas satu atau beberapa organ. Kelenjar adalah kelompok sel, dikhususkan untuk mensekresi / mengeksresikan zat yang tidak berhubungan dengan kebutuhan metabolisme biasa kelenjar tersebut

Klasifikasi Hormon
Berdasarkan Kerja Hormon Circulating hormon Local Hormon : dihasilkan oleh sel sekretori untuk

ditransportasikan lewat aliran pembuluh darah. : dihasilkan oleh sel sekretori tidak ditransportasikan lewat aliran pembuluh darah. Jenis-jenis local hormon, yaitu : - Paracrine: bekerja pada sel tetangga yang tidak memproduksi hormon.

Page 6

- Autocrine: dikeluarkan dan bekerja pada reseptor yang terletak di sel yang sama. - Intracrine : bekerja di dalam sel tanpa dikeluarkan terlebih dahulu

Berdasarkan Tipe Reseptor Glukokortikoid, mineralkortikoid Berdasarkan Tipe Ligand 1. Inactive compound 2. Agonist 3. Antagonist 4. Partial agonist- Partial antagonist 5. Mixed agonist antagonist 6. Ligand dengan reverse pharmacology Kelas Kimia Hormon

Page 7

- Lipid-Soluble hormon (dalam darah kebanyakan berikatan dengan protein transport). Hormon steroid (derivat kolesterol) Hormon tiroid (T3 dan T4) Gas NO - Water-Soluble hormon (dalam darah kebanyakan tidak berikatan dengan protein transport). Hormon amine : cathecolamine, histamine, melatonin, serotonine. Hormon peptida : semua hormon hipotalamus, pituitari, pankreas,

paratiroid, calcitonin, leptin dan eritropoietin. Eicosanoid arakhidonat). : prostaglandin, leukotrien (derivat asam

Mekanisme Kerja Hormon


Hormon terikat secara spesifik terhadap reseptor dengan afinitas tinggi dan menyebabkan perubahan alosterik dalam molekul reseptor yang mentranslate sinyal menjadi aktivitas biologis. A.Hormon Lipid Soluble 1. Molekul hormon yang bebas berdifusi dari darah lalu masuk ke cairan interstisial melewati lipid bilayer dari membran plasma ke sel 2. Jika sel tersebut merupakan target sel, hormon akan berikatan dengan reseptor yang berada dalam sitosol atau nukleus. Aktivasi receptor-hormone complex akan mengubah ekspresi gen. 3. DNA ditranskipsikan sehingga terbentuk mRNA, lalu mRNA keluar dari nukleus dalam ke sitoso dan dikirim ke ribosom.

Page 8

4. Protein baru ini akan mengubah aktivitas sel dan merupakan respon dari hormon.

B.Hormon Water Soluble 1. Molekul hormon berdifusi dari darah ke cairan interstisialkemudian berikatan dengan reseptor permukaan membran plasma sel target. Hormone-receptor complex mengaktifkan protein membran (GProtein) sehingga mengaktifkan adenylate cyclase. 2. Adenylate cyclase mengubah ATP menjadi cAMP di sitosol.

Page 9

3. cAMP mengaktifkan satu atau lebih protein kinase. 4. Protein kinase yang teraktivasi memfosforilasi selular protei lain. 5. Protein yang terfosforilasi memproduksi respon fisiologis. 6. Setelah sekian waktu, enzim fosfodiesterase menginaktivasi cAMP sehingga terjadi respon torn off pada kerja sel target

Page 10

Regulasi Pengeluaran Hormon


Hormon dihasilkan diakibatkan respon dari perubahan lingkungan selular atau pada proses menjaga regulasi kadar hormon atau substansi tertentu. Pengeluaran hormon yang diatur oleh faktor kimia, endokrin atau hormonal (hormon dari satu kelenjar endokrin mengontrol kelenjar endokrin lain) san saraf. Mekanisme regulasi ini, regulasi endokrin dengan jalur feedback circuit (sistem) merupakan salah satu yang paling penting pada sekresi hormonal yang dijaga di dalam range fisiologi. Positive / Negative Feedback dari kerja hormon

Page 11

Contoh : Hormon Corticotrophs (20%)

*** Terstimulasi juga oleh stress, kadar cortisol rendah, dan vasopressin Effects? Menstimulasi pertumbuhan dan sintesis dari hormon steroid di adrenal cortex When? In a circadian pattern high burst in the morning, declining afterwards Feedback Loop Hormone

Page 12

1. Long Feedback Loop : terdiri dari input endokrin dari sirkulasi ke pituitari atau hipothalamus 2. Short Feedback Loop : hormon pituitari mengirim sinyal feedback ke hipotalamus 3. Ultrashort Feedback Loop : organ mensekresi hormon yang secara langsung feedback ke organ tersebut

Feedback system Tubuh dapat mengatur atau meregulasi lingkungan internalnya melalui feedback system Feedback system adalah serangkaian dimana kondisi tubuh kita dimonitor, diubah atau dievaluasi kembali Setiap variable seperti suhu tubuh, tekanan darah, dll sidebut kondisi yg terkontrol. Hal yang megubah kondisi yang terkontrol disebut stimulus Feedback system terdiri atas 3 komponen, yaitu: 1. Receptor 2. Control center 3. Effector

Page 13

Terdapat 2 jenis feedb ack, yaitu positive feedb ack dan negarive feedback 1. Postive feedback system Feddback positif merupakan proses untuk memperkuat perubahan dari kondisi terkontrol Feedback ini terjadi jika kadar hormone dalam darah mengakibatkan endoktrin Contoh peristiwa: Selama siklus menstruasi sebelum ovulasi, estrogen dalam jumlah yang sedikit dihasilkan oleh ovarium. Esterogen tersebut menstimulasi pengeluaran GnRH dari hipotalamus. GnRH menstimulasi pengeluaran LH dari hipofisi anterior. Pengeluaran LH ini menyebabkan pengeluaran estrogen dari ovarium bertambah banyak. Kadar GnTH dan LH dalam darah meningkat karena efek dari positif feedback 2. Negative feedback system Feedback negatif merupakan proses yang melawan perubahan kondisi yang terkontrol Feedback ini terjadi jika peningkatan kadar hormon dalam darah mengakibatkan inhibisi sektesi hormon selanjutnya Contoh peristiwa: Selama siklus menstruasi setelah ovulasi, ovarium memulai pengeluaran progesterone sebagai respon dari pengeluaran LH. Progesteron akan menghambat pengeluaran GnRH dari hipotalamus dan LH dari hipofisi peningkatan sekresi pada kelenjar

Page 14

anterior. Kadar GnRH dan LH dalam darah menurun karena efek dari negative feedback Feedback negative dapat berupa long axis dan short. Adapun perbedaan keduanya adalah sebagai berikut: 1. Feedback long axis Dilaksanakan oleh hormone yang dihasilkan oelh organ sasaran Bekerja secara langsung pada hipofisis atau pada hipotalamus hipofisi. Contoh peristiwa: Kortisol menghambat sekresi CRH dari hipotalamus dan menurunkan kepekaan sel-sel penghasil ACTH terhadap CTH dengan bekerja langsung pada hipogisi anterior. Fungsinya adalah untuk menstabilkan konsentrasi kortisol itu sendiri di dalam plasma 2. Feedback short axis Dilaksanakan oleh hormon yang dikeluarkan oleh yang nantinya akan mengatur fungsi

hipofisis yang akan menghambat pengeluaran hormone yang dihasilkan oelh hipotalamus Contoh itu sendiri. peristiwa:prolaktin akan menghambat

pengeluaran hormone yang mengatur sektesi prolaktin

Cortisol test Mengunakan darah dan urien tes yg berguna untuk mendiagnosa Cushing syndrome & Addisons diasease

Page 15

Kadar kortisol akan rendah saat tidur malam, lalu tinggi saat bangun pagi namun berbeda bagi org yang bekeja malam dan istirahat pada pagi hari. Meningkat pada pagi dan tidak menurun pada malam menunjukkan kelebihan kadar kortisol. Kortisol berlebih dapat disebabkan kehamilan, fisikal atau stress emosi, sakit, hypertiroidisme, obesity, obat-obatan
Orang dewasa memiliki kortiso > anak-anak Hypotiroidisme dan steroid hormone dapat mengurangi kadar kortisol Cortisol count Urine(free): 20-70 g/dl ; 55-193 nmol/24h

Glicosuria Akobat dari kelebihan glukosa, sering akibat ginjal mengalami masalah pada reabsorpsi yang disebut renal glycosuria. Darah difilter oleh nepron yang mengalir dari artery ke dalam glomerulus yang dikelilingi oleh bowman capsul. Produk yg difiltrasi adalah urea, elektrolit, asam amino, glukosa. Produk tsb melewati renal tubules dan glukosa akan direabsorpsi di proximal tubule. Apabila jumlah lebih dari 160-180 mg/dl (8,9-10 mmol/l) akan membawa produk tsb ke urin. Daya ginjal untuk merabsorpsi kembali disebut RTG (Renal threshold of glukosa). Pada anak-anak dan wanita memiliki RTG yang lebih kecil yaitu 7mmol/l. Apabila RTG lebih kecil dari seharusnya disebut renal gllycosuria

Body Mass Index Penilaiannya : BMI = Berat Badan dalam Kilogram : (Tinggi Badan dalam meter)2 Hasilnya : 1. Underweight

Page 16

a. Over underweight b. underweight 2. Normal 3. Overweight a. Pre-diabetes b. Diabetes Glukosa darah

: <16

: 16-18,5 : 18,5-24,9

: 25-29,9 : > 30

1. Glukosa darah saat puasa : a. 110-200 mg/dL : kemungkinan diabetes

b. > 200 mg/dL : pasti diabetes 2. Glukosa darah setelah makan: <200 mg/dL 3. Glukosa darah akan berada di urine apabila kadar gula darah telah melampaui ambang batasnya, yaitu 180 mg/dL. Obat untuk retensi air Vasopresin MOA : 1. bekerja pada reseptor V1 yang ada di dalam sel mesangial glomerulus, vasa rekta, dan sel-sel interstitial di medula ginjal, berturut-turut terlibat dalam pengaturan filtrasi glomerulus aliran darah di medula ginjal dan sintesis prostaglandin. juga berepran dalam pengaturan vasokontriksi pembuluh darah arteriol eferen glomerulus. 2. bekerja pada reseptor v2 yang terletak di permukaan basolateral sel duktus koligentes. 3. dimetabolisme di hati dan ginjal.

Page 17

Efek : retensi air di tubuh. Efek samping : vasokontriksi terjadi di hampir pada semua pembuluh darah dan kontraksi otot uterus, peristaltik usus meningkat. RODA : inhalasi Masa paruh : 17-35 menit Anabolic steroid Pada manusia, androgen paling penting disekresikan oleh testis adalah testosteron. Sebanyak 8 mg testosteron diproduksi tiap harinya, 95% oleh sel leydig dan hanya 5 % oleh adrenal. Testis juga beberapa jumlah kecil androgen seperti menskeresikan

dihydrotestosterone, androstenedione, dan dehydroepiandrosterone yang merupakan androgen lemah. Dalam plasma terdapat 0,6 g/dL pada lakilaki dan 0,03 g/dL pada wanita, namun akan menyusut setelah usia 50 tahun. Testosteron memiliki efek pada tubuh adalah perubahan pada kulit termasuk tumbuhnya rambut pada pubis, axillary, dan janggut. Juga kelenjar sebaceous semakin aktif, dan kulit semakin tebal dan berminyak. Selanjutnya suara semakin menebal, berat tubuh meningkat, dan menstimulasi pertumbuhan rambut pada tubuh. Testosteron jalur masuk obatnya melalui mulut dan akan terjadi absorbsi yang cepat. sedangkan pada parenteral lambat. Testosteron beraksi pada intrasellular sel target dan berikatan dengan intracellular androgen receptor. Kegunaannya adalah untuk : 1. Androgen digunakan untuk terapi penambahan androgen pada lelaki yang hypogonadal. 2. Terapi pada pstmenopausal.

Page 18

3. Untuk diet dan penambahan massa tubuh. 4. Anemia 5. Osteoporosis

Page 19

Anatomi Suprarenal Gland


Suprarenal gland merupakan organ berwarna kuning dan berjumlah sepasang. Organ ini terletak diantara ginjal dan diphragma, superomedial terhadap ginjal. Suprarenal gland dikelilingi oleh connective tissue yang mengandung banyak perinephric fat dan dikelilingi oleh Renal Fascia serta menempel pada crura of the diaphragma. Meskipun namanya suprarenal tetapi tempat penempelan yang utamanya itu adalah pada crura diaphragma bukan pada ginjal. Ukuran dari kelenjar ini adalah : panjang 4-6 cm, lebar : 1-2 cm, tebal : 4-6 cm dengan berat 8 gr untuk sepasang kelenjar ) Suprarenal ini dipisahkan oleh suatu septum tipis yang merupakan bagian dari Renal Fascia. Masing-masing suprarenal memiliki batas dan bentuk yang berbeda. a. Pyramidal right Gland ( posisinya lebih horizontal ) Terletak disuperior pole dari ginjal kanan Anterolateral terhadap Right crus dari diaphragma dan liver. Berdekatan dengan IVC disebelah anteromedialnya. b. Crescent shaped left Gland ( posisinya lebih vertical ) Berdekatan dengan spleen, stomach, pancreas da left crus dari diaphragma. Masing-masing kelenjar memiliki hillum.Hillum merupakan tempat

keluarnya pembuluh darah vena dan lymphatic. Sedangkan arteri dan saraf masuk melalui banyak sisi dari kelenjar. Masing-masing kelenjar suprarenal memiliki 2 bagian : a. Suprarenal cortex Berasal dari mesoderm serta mensekresikan hormone corticosteroid dan androgen

Page 20

b. Suprarenal medulla Berasal dari neural crest serta mensekresikan hormone cathecolamine ( epinephrine dan norepinephrine )

Vaskularisasi Fungsinya sebagai kelenjar endokrin menyebabkan kelenjar suprarenal memerlukan supply pembuluh darah yang banyak. Kurang lebih terdapat sekitar 50-60 cabang arteri yang berpenetrasi pada lapisan kapsul yang melapisi seluruh permukaan dari kelenjar. Suprarenal arteri berasal dari 3 sumber : a. Superior suprarenal arteries yang berasal dari inferior phrenic arteri

Page 21

b. Middle suprarenal arteries yang berasal dari abdominal aorta c. Inferior suprarenal arteries yang berasal dari renal arteri Awalnya arteri akan menyuplai bagian kapsul dari suprarenal, membentuk plexus capsular, kemudian akan berpenetrasi semakin kedalam mambentuk plexus subcapsular dan kemudian akan membentuk plexus sinusoid. Plexus-plexus ini akan menyuplai darah bagian korteks (cortical arteries ). Kemudian plexus ini akan beranstomosom membentuk plexus medularis yang akan menyuplai darah kebagian medulla.

Sedangkan pembuluh darah vena dari suprarenal terdiri dari : a. Short Right Suprarenal vein yang dialirkan langsung ke Inferior vena cava

Page 22

b. Longer left suprarenal vein yang begabung dengan dengan inferior phrenic vein dan bermuara ke left renal vein.

Inervasi Nerve supply dari suprarenal gland paling banyak berasal dari celiac plexus dan abdominopelvic ( greater, lesser, dan least ) splanchnic nerve. Myelinated presynaptic symphatetic fiber terutama berasal dari

intermediolateral cell column ( IML ) atau lateral horn dari gray matter spinal cord segment T10-L1 kemudian melewati baik itu ganglia paravertebral dan prevertebral tanpa sinaps untuk disebarkan pada selsel chromaffin pada suprarenal medulla.

Histologi Suprarenal Gland


Kelenjar adrenal memiliki dua lapisan : a. Lapisan perifer ( korteks adrenal ) , berwarna kuning b. Lapisan sentral ( medulla adrenal ), berwarna coklat kemerahan Kelenjar dibungkus oleh suatu kapsul yang tersusun atas jaringan ikat padat kolagen yang menjulur ke bagian dalam kelenjar membentuk septa tipis yang disebut trabekula. Stromanya terutama terdiri atas serat-serat retikulin yang menyokong sel-sel pensekresi.

Page 23

Kortek adrenal Dibagi menjadi 3 lapisan : a. Zona glomerolusa menempati 15 % volume total kelenjar adrenal. Tersusun atas sel-sel silindris atau pyramidal banyak yang berhimpitan membentuk halus. kelompok Zona ini membulat atau melengkung dan dikelilingi oleh kapiler. Sel-selnya mengandung reticulum endoplasma mensekresikan hormone mineralkortikoid terutama aldosteron yang berfungsi dalam pengaturan keseimbangan elektrolit dan air.

Page 24

A
b. Zona fasciculata menempati 65 % volume total kelenjar adrenal. Sel-selnya tersusun berupa tumpukan lurus setebal satu atau dua sel yang tersusun tegak lurus terhadap permukaan organ ini dan memiliki kapiler diantaranya. Selselnya Sel-sel berbentuk fasciculata polyhedral tampak dengan banyak tetesan ini lipid dalam sitoplasmanya yang diakibatkan disolusi lipid selama pembuatan jaringan. bervakuola. Zona glukokortikoid terutama kortisol.

Capsu
mensekresika

Page 25

A
c. Zona retikularis menempati 7 % volume total kelenjar adrenal. Terletak diantara zona fasciculata dan medulla, merupakan lapisan adrenal korteks yang paling dalam. Tersusun atas tumpukan sel-sel yang tidak teratur membentuk anyaman yang bersinambungan. Sel-selnya berbentuk lebih kecil dari dua lapisan lainnya. Terdapat granula pigmen lipofusin yang besar-besar dan cukup banyak.

Ad
Page 26

Medulla adrenal

Tersusun atas sel parenkim polyhedral bertumpuk atau berkelompok serta disokong oleh fiber-fiber retikulin. Terdapat kapiler diantara tumpukan yang bersebelahan dan terdapat sel ganglion parasimpatis. Sel parenkima medulla berasal dari sel-sel neural crest dan merupakan neuron pasca ganglionic simpatis yang dimodifikasi, yang telah dihilangkan akson dan dendritnya selama perkembangan embrional dan menjadi sel-sel sekretorik. Sel ini disebut dengan chromafin cells. Sel sel ini memiliki ciri mengandung banyak granula sekretorik padat electron bermembran dengan diameter 150-350 nm. Granulanya mengandung katekolamin ( epinephrine dan norepinephrin ), ATP, protein yang disebut kromogranin, -hidroksilase dopamine, serta peptda mirip opiate ( enkefalin ). Adrenal medulla ini berfungsi untuk mensekresikan hormone katekolamin ( epinephrine dan norepinephrin ). Ephinephrin dan norepinephrin disekesikan oleh dua sel yang berbeda : a. Sel pengsekresi epinephrine, memiliki granula lebih kecil dan kurang padat electron b. Sel pengsekresi norepinephrine, memiliki granula lebih besar dan lebih padat electron

Page 27

Fisiologi kelenjar Adrenal

Zona reticularis
(DOC). Aldosteron diproduksi

Sintesis, metabolism dan aksi dari hormone mineralkortikoid 1. Sintesis Produksi utama minarelkortikoid yang disekresikan oleh adrenal adalah aldosteron dan 11-deoxycorticosteron secara eksclusive oleh zona glomerolusa dan terutama dikontrol oleh sistem Renin- Angiostensin. Regulator lain yang mengatur sekresi hormone aldosteron ini adalah : Natrium dan kalium level ACTH Dopamin

Page 28

Karena perbedaan secara enzimatik antara zona glomerolusa dan zonazona lainnya maka terdapat perbedaan hormone yang disekresikan oleh masing-masing zona . Zona glomerolusa khusus memproduksi hormone aldosteron karena mamiliki sedikit aktivitas 17-hydroksilase dan tidak mensintesis 17-hydroxypregnolon dan 17-hydroxyprogesteron yang merupakan precursor dari kortisol dan adrenal androgen. Proses sintesisnya : Cholesterol Pregnenolon Progesteron 21-OH ( P450c21 (21-hydroxylase) activity ) 11-deoxycorticsterone 11-OH (P450c11 ( 11-hydroxylase ) activity ) Corticosteron CMO I ( corticosteron methyloxidase I (18hyroxylase)Activity ) 18-hydroxycorticosteron CMO II (corticosteron methyloxidaseII(18-

hyroxgenase)Activity) Aldosteron Keterangan : Kolesterol dikonversi menjadi pregnenolon didalam mitokondria.

Kolesterol ditransport dari outer mitokondria ke inner mitokondria menggunakan STAR ( Steroidogenic Acute Regulating Protein )

Page 29

Pregnenolon deoksikortikosteron endoplasma

dikonversikan oleh

menjadi yang

progesterone berada di

dan

enzim-enzim

Retikulum

- Deoksikortikosteron diubah menjadi kortikosteron kemudian menjadi 18hidroksikortikosteron mitokondria dan akhirnya menjadi aldosteron didalam

2. Sirkulasi Berbeda dengan steroid yang dihaslilkan oleh zona fasciculata, aldosteron : 1. Kebanyakan berikatan dengan albumin 2. Sisanya berikatan secara lemah dengan CBG (Corticosteroid Binding Globulin ) Aldosteron ini memiliki short half laife yaitu sekitar 15-20 menit. Aldosteron secara cepat menjadi inective di dalam liver dalam bentuk tertrahydroaldosteron. DOC disekresikan dengan kecepatan yang sama dengan aldosteron, secara keseluruhan berikatan dengan CBG dan hanya ada sekitar 5% yang berada dalam keadaan bebas. DOC dimetabolisme di hati menjadi tetrahydrodeoxycorticosteron, dikonjugasikan oleh asam glucoronic dan dieksresikan di urine. Aktivitas mineralkortikoid bergantung pada : a. Ketersediaan free hormone b. Afinitas hormone terhadap reseptor aldosteron dan DOC memiliki afinitas yang sama dan tinggi terhadap receptor mineralkortikoid dan bersirkulasi dengan konsentrasi yang

Page 30

hampir sama, tetapi aldosteron secara kuantitas lebih penting karena lebih banyak berada dalam keadaan bebas. 3. Efek Biologis Efek mineralkortikoid adalah untuk mempertahankan konsentrasi normal dari Na+ dan K+ serta volume ekastracelullar fluid. Mekanismenya : 1. Mineral kortikoid melewati membrane sel dan bergabung dengan reseptor mineralkortikoid yang berada disitosol. 2.Active steroid reseptor kompleks bergerak kedalam nucleus dari target sel. 3. Mengubah kecepatan transkripsi gen yang merespon terhadap

mineralkortikoid. 4. Merubah rangkaian spesifik mRNAs dan produk proteinnya. 5. Mineralkortikoid aldosteron menginduksi protein, termasuk faktor-faktor yang meregulasi luminal Na+ channel dan memfasilitasi pergerakan Na+ kedalam sel serta meregulasi komponen Na+K+ ATP ase pump. Efek awal dari aldosteron adalah pada Na+ channel Aldosteron terutama bekerja pada collecting tubule dan bagian distal dari convoluted tubule. Aldosteron meningkatan aktivitas channel NA+. Efek selanjutnya terdiri dari : Untuk Aktivitas Na+K+ ATPase Perubahan morfologi sel dan energy metabolism keefektifan absorpsi Na+, efek utama aldosteron untuk

menginduksi transport ion adalah dengan meningkatkan perbedaan potensial elektrik yang melewati renal tubule. Peningkatan potensial bagian luminal menjadi lebih negatife akan meningkatkan sekresi K+

Page 31

tubular dan H+ oleh intercalated cell.Menyebabkan Na+ tubular melalui Na+ pump masuk ke ekstraselular fluid dan membantu mempertahankan komposisi dan volume normal ECF. 4. Regulasi sekresi Stimulus utama untuk pelepasan aldosteron adalah penurunan volume darah intravascular dan penurunan Blood Pressure Menurunkan Renal perfusion pressure Terdeteksi oleh juxtaglomerular dan menstimulasi disekresikannya renin Kadar Renin meningkat Renin mengubah angiostensin menjadi angiostensin I Di paru-paru angiostensin I dirubah menjadi angiostensin II oleh ACE ( Angioatensin Converting enzyme ) Peningkatan angiostensin II akan meningkatkan sekresi aldosteron, dimana angiostensin ini terlebih dahulu akan menstimulasi sekresi dari ACTH Aldosteron akan meningkatkan reabsorpsi Na+ dan air serta meningkatkan sekresi K+ dan H+ Volume darah meningkat sampai batas normal dan Blood Pressure normal kembali

5. Kelainan sekresi aldosteron 1. Primary hyperaldosteronism ( Conn Syndrome ) Disebabkan autonomus benign tumor dari adrenal gland yang

menyebabkan hypersekresi dari aldosteron 2. Secondary hyperaldosteronism

Page 32

Disebabkan Renin dependent phenomenon 3. Tertiary hyperaldosteronism Disebabkan reaktif hypereninism ( peningkatan pelepasan rennin ) 4. Pseuhyperaldosteronism Disebabkan : Congenital adrenal hyperplasia karena peningkatan produksi 11deoxycorticosteron Deficiency dari 11-hydroxysteroid dehydrogenase Primary glucocorticoid resistance

Pharmakologi
A to Z Drug Facts

Cortisone (Cortisone Acetate)


Class: Corticosteroid Action Merupakan short-acting glucocorticoid Menekan pembentukan, pelepasan da aktivitas dari mediator inflamasi endogen dan menyebabkan retensi beberapa garam. Indications Treatment untuk primary or secondary adrenal cortex insufficiency, rheumatic disorders, collagen diseases, dermatologic diseases, allergic, respiratory diseases, hematologic disorders, neoplastic diseases, edematous (disebabkan nephrotic syndrome), GI diseases, multiple

Page 33

sclerosis;

tuberculous

meningitis,

trichinosis

dengan

neurologic

or

myocardial involvement. Contraindications Systemic fungal infections, administrasi dari live virus vaccines pada pasien yang menerima immunosuppressive doses. Route/Dosage ADULTS: Per Oral : 25300 mg/day. IM 20300 mg/day. Pada kasus yang tidak terlalu parah < 20 mg/hari mungkin cukup, pada kasus yang berat > 300 mg/hari mungkin diperlukan Adverse Reactions CardioVaskular: Thromboembolism atau fat embolism; thrombophlebitis; necrotizing angiitis; cardiac arrhythmias atau perubahan ECG ; syncopal episodes; hypertension CNS: Convulsions; peningkatan tekanan intracranial dengan papilledema; vertigo; sakit kepala; neuritis/paresthesias; psychosis; fatigue; insomnia. Dermato:Petechiae and ecchymoses; erythema; lupus erythematosuslike lesions; subcutaneous fat atrophy; purpura; hirsutism; acneiform eruptions; allergic dermatitis; urticaria; angioneurotic edema; perineal irritation; hyperpigmentation atau hypopigmentation. EENT: Cataracts; glaucoma; exophthalmos. GI: Pancreatitis; abdominal distention; ulcerative esophagitis; nausea; vomiting; peningkatan appetite dan berat badan; peptic ulcer

Page 34

GenitoUrinary: spermatozoa.

peningkatan

atau

penurunan

motility

dan

jumlah

HEMA: Leukocytosis. META: Sodium and fluid retention; hypokalemia; hypokalemic alkalosis; metabolic alkalosis; peningkatan
131

serum

cholesterol; endocrine

hypocalcemia; abnormalities

hypothalamicpituitary-axis (penurunan T3, T4 and

suppression;

I uptake, menstrual irregularities, cushingoid

state, penekanan pertumbuhan pada anak-anak, banyak mengeluarkan keringat, hyperglycemia, glycosuria, manifestasi latent diabetes mellitus, negative nitrogen balance karena protein catabolism, hirsutism). Lain-lain: Musculoskeletal effects (eg, muscle weakness, myopathy, tendon rupture, osteoporosis, aseptic necrosis femoral dan humeral heads, spontaneous fractures; anaphylactoid reactions; aggravation atau masking of infections; malaise.

Dexamethasone
Class: Corticosteroid Action Synthetic long-acting glucocorticoid Menekan pembentukan, pelepasan dan aktivitas dari mediator inflamasi endogen termasuk prostaglandins, kinins, histamine dan liposomal enzymes.Juga memodifikasi respon imun tubuh Indications

Page 35

Adrenal cortical hyperfunction; management primary atau secondary adrenal cortex insufficiency, rheumatic disorders, collagen diseases, dermatologic ophthalmic diseases, processes, allergic states, allergic and inflammatory bronchial ), respiratory diseases (asthma

hematologic disorders, neoplastic diseases, cerebral edema dengan primary atau metastatic brain tumor, craniotomy atau head injury, edematous (disebabkan nephrotic syndrome), GI diseases, multiple sclerosis, tuberculous meningitis, trichinosis dengan neurologic atau myocardial involvement. Contraindications Systemic fungal infections; penggunaan melalui IM pada idiopathic

thrombocytopenic purpura; administrasi live virus vaccines; topical monotherapy pada infeksi primary bacterial; penggunaan ophthalmic pada acute superficial herpes simplex keratitis, fungal diseases of ocular structures, vaccinia, varicella dan ocular tuberculosis. Pharmakokinetik Absorpsi Distribusi : secara cepat dan lengkap : Di plasma corticosteroid berikatan dengan protein sirkulasi. 90% corticosteroid berikatan dengan corticosteroid-bindingglobulin (CBG) dan 2 globulinyang dihasilkan oleh hati, 5% berikatan dengan albumin daripada CBG. Metabolisme : dimetabolisme di hati Eksresi : Sebanyak 1% corticosteroid langsung dieksresi di ginjal dan kebanyakan corticosteroid dimetabolisme dahulu di hati baru kemudian dieksresi ke ginjal Dosage Regimen Oral : 0,5 mg/kg per hari, 5 mg setiap 12 jam dan 5-10% lagi bebas, tetapi dexamethasone lebih banyak berikatan dengan albumin

Page 36

Parenteral : 4 ml Topical : 0,01 0,1% Pada mata 0,1 %

Adverse Reactions CV: Thromboembolism atau fat embolism; thrombophlebitis; necrotizing angiitis; cardiac arrhythmias atau perubahan ECG; syncopal episodes; hypertension; myocardial rupture. CNS: Convulsions; peningkatan tekanan intracranial dengan papilledema (pseudotumor cerebri); vertigo; sakit kepala; neuritis; paresthesias; psychosis. DERM: thin fragile skin; petechiae dan ecchymoses; erythema; lupus erythematosuslike lesions; subcutaneous fat atrophy; striae; hirsutism; acneiform eruptions; allergic dermatitis; urticaria; angioneurotic edema, perineal irritation; hyperpigmentation atau hypopigmentation. Pengunaan Topical menyebabkan: Burning; itching; irritasi; erythema; dryness; folliculitis; hypertrichosis; pruritus; perioral dermatitis; allergic contact dermatitis; stinging, cracking; secondary infections; skin atrophy; striae; miliaria; telangiectasia. EENT: Posterior subcapsular cataracts; glaucoma; exophthalmos. HEMA: Leukocytosis. META: Sodium retansi cairan; hypokalemia; hypokalemic alkalosis;

metabolic alkalosis; hypocalcemia. RESPIRATORY: Oral inhalation: Wheezing. Lain-lain: Musculoskeletal effects (eg, weakness, myopathy, muscle mass loss, osteoporosis, spontaneous fractures); endocrine abnormalities (eg, menstrual irregularities, cushingoid state, penekanan pertumbuhan pada anak, penurunan carbohydrate tolerance, hyperglycemia, glycosuria,

Page 37

anaphylactoid atau hypersensitivity reactions);maskin infections; malaise; leukocytosis; fatigue; insomnia. Intra-articular: Osteonecrosis; tendon rupture; infeksi; atrophy kulit.

Prednisone
Class: Corticosteroid Action Intermediate-acting glucocorticoid Menekan pembentukan, pelepasan dan aktivitas dari mediator inflamasi endogen termasuk prostaglandins, kinins, histamine dan liposomal enzymes.Juga memodifikasi respon imun tubuh Indications Endocrine disorders; rheumatic disorders; collagen diseases; dermatologic diseases; allergic states; allergic dan inflammatory ophthalmic processes; respiratory diseases; hematologic disorders; neoplastic diseases; edematous states (disebabkan nephrotic syndrome); GI diseases; multiple sclerosis; tuberculous meningitis; trichinosis dengan neurologic atau myocardial involvement. Contraindications Systemic fungal infections; administrasi live virus vaccines. Route/Dosage ADULTS: Per Oral 5 to 60 mg/day. Adverse Reactions CV: Thromboembolism atau fat embolism; thrombophlebitis; necrotizing angiitis; cardiac arrhythmias atau perubahan ECG; syncopal episodes; hypertension; myocardial rupture.

Page 38

CNS: Convulsions; peningkatan tekanan intracranial dengan papilledema (pseudotumor cerebri); vertigo; sakit kepala; neuritis; paresthesias; psychosis. DERM: thin fragile skin; petechiae dan ecchymoses; erythema; lupus erythematosuslike lesions; subcutaneous fat atrophy; striae; hirsutism; acneiform eruptions; allergic dermatitis; urticaria; angioneurotic edema, perineal irritation; hyperpigmentation atau hypopigmentation. Pengunaan Topical menyebabkan: Burning; itching; irritasi; erythema; dryness; folliculitis; hypertrichosis; pruritus; perioral dermatitis; allergic contact dermatitis; stinging, cracking; secondary infections; skin atrophy; striae; miliaria; telangiectasia. EENT: Posterior subcapsular cataracts; glaucoma; exophthalmos. HEMA: Leukocytosis. META: Sodium retansi cairan; hypokalemia; hypokalemic alkalosis;

metabolic alkalosis; hypocalcemia. RESPIRATORY: Oral inhalation: Wheezing. Lain-lain: Musculoskeletal effects (eg, weakness, myopathy, muscle mass loss, osteoporosis, spontaneous fractures); endocrine abnormalities (eg, menstrual irregularities, cushingoid state, penekanan pertumbuhan pada anak, penurunan carbohydrate tolerance, hyperglycemia, glycosuria, anaphylactoid atau hypersensitivity reactions);maskin infections; malaise; leukocytosis; fatigue; insomnia. Intra-articular: Osteonecrosis; tendon rupture; infeksi; atrophy kulit

Methylprednisolone
Class: Corticosteroid

Page 39

Action Menekan pembentukan, pelepasan dan aktivitas dari mediator inflamasi endogen termasuk prostaglandins, kinins, histamine dan liposomal enzymes.Juga memodifikasi respon imun tubuh Indications Therapy pada primary atau secondary adrenal cortex insufficiency; rheumatic disorders; terapi perawatan pada collagen diseases; treatment dermatologic diseases; management respiratory diseases; treatmen hematologic disorders; palliative management dari neo-plastic diseases; management cerebral edema dengan primary atau metastatic brain tumor, craniotomy atau head injury; induksi diuresis in edematous (dari nephrotic syndrome); management critical exacerbations GI diseases; management acute exacerbations multiple sclerosis; treatment tuberculous meningitis; management trichinosis dengan neurologic atau myocardial involvement. Contraindications Systemic fungal infections; idiopathic thrombocytopenic purpura (IM administration); administrasi of live virus vaccines; topical monotherapy pada infeksi primary bacterial;penggunaan topical pada wajah, inguinal atau axilla; penggunan pada premature infants (sodium succinate salt). Route/Dosage Methylprednisolone Adults: Per Oral 448 mg/day.

Adverse Reactions

Page 40

CV: Thromboembolism atau fat embolism; thrombophlebitis; necrotizing angiitis; cardiac arrhythmias atau perubahan ECG; syncopal episodes; hypertension; myocardial rupture. CNS: Convulsions; peningkatan tekanan intracranial dengan papilledema (pseudotumor cerebri); vertigo; sakit kepala; neuritis; paresthesias; psychosis. DERM: thin fragile skin; petechiae dan ecchymoses; erythema; lupus erythematosuslike lesions; subcutaneous fat atrophy; striae; hirsutism; acneiform eruptions; allergic dermatitis; urticaria; angioneurotic edema, perineal irritation; hyperpigmentation atau hypopigmentation. Pengunaan Topical menyebabkan: Burning; itching; irritasi; erythema; dryness; folliculitis; hypertrichosis; pruritus; perioral dermatitis; allergic contact dermatitis; stinging, cracking; secondary infections; skin atrophy; striae; miliaria; telangiectasia. EENT: Posterior subcapsular cataracts; glaucoma; exophthalmos. HEMA: Leukocytosis. META: Sodium retansi cairan; hypokalemia; hypokalemic alkalosis;

metabolic alkalosis; hypocalcemia. RESPIRATORY: Oral inhalation: Wheezing. Lain-lain: Musculoskeletal effects (eg, weakness, myopathy, muscle mass loss, osteoporosis, spontaneous fractures); endocrine abnormalities (eg, menstrual irregularities, cushingoid state, penekanan pertumbuhan pada anak, penurunan carbohydrate tolerance, hyperglycemia, glycosuria, anaphylactoid atau hypersensitivity reactions);maskin infections; malaise; leukocytosis; fatigue; insomnia. Intra-articular: Osteonecrosis; tendon rupture; infeksi; atrophy kulit.A to Z Drug Facts

Prednisolone

Page 41

Class: Corticosteroid Action Intermediate-acting glucocorticoid. Menekan pembentukan, pelepasan dan aktivitas dari mediator inflamasi endogen termasuk prostaglandins, kinins, histamine dan liposomal enzymes.Juga memodifikasi respon imun tubuh

Indications Oral/Parenteral administration: Endocrine disorders: rheumatic disorders; collagen diseases; dermatologic diseases; allergic dan inflammatory ophthalmic processes; respiratory diseases; hematologic disorders; neoplastic diseases; edematous disebabkan nephrotic syndrome; GI diseases; multiple sclerosis; tuberculous meningitis; trichinosis dengan neurologic atau myocardial involvement. Intra-articular atau bursitis, acute soft tissue administration: epicondylitis, rheumatoid arthritis, acute nonspecific

gouty

arthritis,

tenosynovitis, posttraumatic osteoarthritis. Intralesional administration: Treatment lesion: keloids; localized

hypertrophic, infiltrated, inflammatory lesions of lichen planus, psoriatic plaques, granuloma annulare, lichen simplex chronicus; discoid lupus erythematosus; necrobiosis lipoidica diabeticorum; alopecia areata; cystic tumors aponeurosis atau tendon. Ophthalmic administration: Treatment steroid-responsive inflammatory

palpebral dan bulbar conjunctiva, lid, cornea dan anterior segment globe. Contraindications

Page 42

Oral/Parenteral: vaccines.

Systemic

fungal

infections;

administrasi

live

virus

IM: Idiopathic thrombocytopenic purpura; sulfite sensitivity. Ophthalmic: Acute superficial herpes simplex keratitis; fungal diseases dari struktur ocular , vaccinia, varicella dan viral diseases lainnya dari cornea dan conjunctiva; ocular tuberculosis. Route/Dosage ADULTS: PO 5 60 mg/hari (prednisolone, prednisolone sodium

phosphate). IM 4 - 60 mg/hari (prednisolone acetate). IV/IM 4 -60 mg/hari (prednisolone sodium phosphate). Intra-Articular, Intralesional,atau Soft Tissue Administration ADULTS: 4 - 100 mg (prednisolone acetate); 4-30 mg atau lesions (prednisolone tebutate),atau 2 -30 mg prednisolone sodium phosphate.

Adverse Reactions CV: Thromboembolism atau fat embolism; thrombophlebitis; necrotizing angiitis; cardiac arrhythmias atau perubahan ECG; syncopal episodes; hypertension; myocardial rupture. CNS: Convulsions; pseudotumor cerebri (peningkatan tekanan intracranial dengan papilledema); vertigo; sakit kepala; neuritis; paresthesias; psychosis. DERM: thin, fragile skin; petechiae dan ecchymoses; erythema; lupus erythematosuslike lesions; subcutaneous fat atrophy; striae; hirsutism; acneiform eruptions; allergic dermatitis; urticaria; angioneurotic edema; perineal irritation; hyperpigmentation atau hypopigmentation.

Page 43

EENT: Posterior subcapsular cataracts; peningkatan tekanan intraocular; glaucoma; exophthalmos GI: Pancreatitis; abdominal distention; ulcerative esophagitis; nausea; vomiting; peningkatan appetite andberat badan; peptic ulcer dengan perforation dan hemorrhage; GU: Peningkatan atau penurunan motility dan jumlah spermatozoa. HEMA: Leukocytosis. META: retensi sodium dan cairan , hypokalemia; hypokalemic alkalosis; metabolic alkalosis; hypocalcemia; negative nitrogen balance. OTHER: Musculoskeletal effects (eg, weakness, myopathy, muscle mass loss, tendon rupture, osteoporosis, aseptic necrosis femoral dan humoral heads, spontaneous fractures); endocrine abnormalities (eg, menstrual irregularities, cushingoid state, growth suppressionpada anak, sweating, penuruana carbohydrate tolerance, hyperglycemia, glycosuria, hirsutism); anaphylactoid , masking of infections; fatigue; insomnia. Dengan intraarticular administration: osteonecrosis; tendon rupture; infection, skin atrophy; postinjection flare; hypersensitivity; facial flushing.

Androgen Adrenal Hormon androgen yang disekresi oleh corteks adrenal adalah androstenedione, dehydroepiandrosterone (DHEA0 dan dehydroepiandrosterone sulfate (DHEAS). 1. Struktur Kimia

Page 44

Dehydroepiandrosterone -

- Androestenedione -

2. Sintesis Kolesterol yang dibawa oleh LDL memasuki sel

ACTH berikatan dengan reseptor. Lalu berikatan dengan G-protein

Adenylate cyclase menjadi sktif, lalu membantu perubahan ATP menjadi cAMP

cAMP lalu mengaktifkan protein kinase A. Sehingga CEH merubah cholesterol esterase menjadi kolesterol

Kolesterol lalu di bawa ke mitokondria dan dirubah menjadi

Page 45

Pregnenolone

17 alfa hydroxy pregnenolone

17 alfa hydroxy progesteron

Dehydroepiandrosterone

Androstenedione

DHEAS

Testosteron

Perubahan DHEA. DHEAS, dan Androstenedione menjadi testosteron terjad di jaringan perifer.

3. Sekresi dan regulasi Setelah disekresikan , maka androgen akan bersirkulasi ke organ melalui plasma darah. Androstenedione, DHEA , dan DHEAS akan berikatan lemah dengan albumin. Sedangkan tetosteron akan berikatan kuat dengan globulin spesifik yang disebut Sex Hormone Binding Globulin (SHBG). Pengaturan sekresi androgen juga melibatkan ACTH

4. Distribusi Dan MOA

Page 46

Testosteron masuk ke dalam sel dan mengalami dua perlakuan

Direduksi oleh enzim 5alfa-reduktase menjadi estradiol

Diaromatisasi

Berikatan dengan androgen reseptor di Sitoplasma

Memicu terjadinya perubahan bentuk pada reseptor Dan memfasilitasi pengeluaran heat shock protein (HSP)

HSP mengalami dimerisasi dan diangkut ke nukleus

HSP berikatan dengan spesifik hormon elemen di DNA Memicu terjadinya transkripsi dan translasi protein

Timbulnya efek androgen

5. Efek di dalam tubuh Pada pria, testosteron yang dihasilkan dari perubahan hormon androgen adrenal jumlahnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh testis, sehingga androgen adrenal pada pria tidak begitu memberikan efek yang signifikan.

Page 47

Sedangkan pada wanita, adrenal androgen memilik efek yang begitu berarti, diantaranya adalah a. memicu libido b. diubah menjadi estrogen (estradiol) oleh jaringan tubuh yang lain c. setelah menopouse, sekresi estrogen oleh ovarium mulai berkurang, sehingga semua estrogen yang dihasilkan adalah dari konversi androgen adrenal. Androgen adrenal juga memicu pertumbuhan axillary dan pubic hair pada wanita dan pria.

Page 48

CATHECOLAMIN

- Struktur : Katekolamin terdiri dari struktur gugus aromatik cathecol + asam amino. Cathecolamine terdiri atas dopamine, norephinephrine, dan ephineprine. - Biosintesis : Katekolamin disintesis oleh sel chromafin, dan

disimpan dalam granule

yang ada di dalamnya. Juga

terdapat di neuro sel, jantung, hati, otot. Tyrosine tirosin hydroxilase Dopa dopa decarboxilase Dopamine dopamine hydroxilase Norephinephrine PNMT (phenilmetenolamine N metiltransferase) Ephineprine - Mekanisme : Pada ujung sinaps akson, tyrosine akan berdifusi dari

ekstraseluler bila terdapat influx Na+. Tyrosine kemudian ditransfer menjadi dopa, lalu dopa menjadi dopamine. Dengan transport tertentu, dopamine diubah menjadi norephinephrine dan di simpan dalam vesicle.

Page 49

Apabila ada rangsangan dari influx Ca2+ pada sinaps, maka norephinephrine akan dikeluarkan sebagai neorotransmiter dari dalam vesicle melalui proses eksositosis. - Transport : Dalam darah cathecolamine ditransport dengan

albumin. - Sekresi : Dipicu oleh stress, sakit, infarct, hemmorhage, hipoglikemi.

Distimulus sekresinya oleh asetilkolin dari preganglionic fibers yang menstimulus jaringan sel-sel chromaffin untuk melepaskan cathecolamine ke sirkulasi. - Target organ : yang mengandung adrenergic reseptor. 1 = vasoconstriction, increase contraction smooth muscle. 2 = mengurangi pelepasan glukagon. 1 = meningkatkan kontraksi jantung. 2 = relaksasi otot polos uterus, bronchial. 3 = meningkatkan lipolisis dopamine 1 = dilatasi renal artery. dopamine 2 = mengurangi pelepasan neurotransmitter. - Metabolisme : metabolisme katekolamin oleh 2 jalur. COMT akan mengubah Kemudian norepinephrine metanephrine menjadi dan

mengubah epinephrine menjadi metanephrine, dan meta-Omethylation normetanephrine.

normetanephrine dioksidasi oleh monoamine oksidase (MOA) menjadi vanillymandelic acid (VMA). COMT ditemukan diluar jaringan neuronal, MOA terdapat di membran luar mitokondria.

Page 50

Page 51

Glukokortikoid Sintesis Glukokortikoid

Page 52

Sekesi Glukortikoid

Mekanisme Of Action glukokortikoid

Page 53

Metabolisme Glukokortikoid Metabolisme glukokortikiod sebagian besar dilakukannnn di hati dan sebagian kecil di ginjal. Sedangkan ekskresinya paling banyak melalui urine dalam bentuk terkonjugasi. Ekskresi kedalam urin ini membutuhkan perubahan sifat dari lipofilik menjadi hidrofilik. Proses metabolisme giukokortikoid yang menjadikannya inaktif dan hidrofilik terdiri atas proses katabolisme (reduksi, oksidasi, hidroksilaai) dan konjugasi dengan derivate sulfat atau glukoronide.
Hasilnya adalah berupa tetrahidrokortisol dan tetrahidrokortison

yang juga dikenal sebagai 17-hydroxycorticosteroid. Kadar zat ini dalam urin bisa dijadikan uji diagnosa terhadap fungsi adrenaldalam menghasilkan steroid. Efek Glukokortikoid Sedikitnya 95 persen aktivitas giukokortikoid dari bahan sekresi adrenokortikal merupakan hasil dari sekresi kortisol, yang dikenal juga sebagai hidrokortison. Sebagai tambahan terhadap penjelasan ini, sejumlah kecil aktivitas giukokortikoid yang cukup bermakna disediakan oleh kortikosternn. Efek Kortisol terhadap Metabolisme Karbohidrat PERANGSANGAN GLUKONEOGENESIS. Sejauh ini efek metabolik yang paling terkenal dari kortisol dan giukokortikoid lainnya terhadap metabolisme adalah kemampuan kedua hormon ini untuk merangsang proses glukoneogenesis (pembentukan karbohidrat dari protein dan beberapa zat lain) oleh hati, sering-kali meningkatkan kecepatan glukoneogenesis sebesar 6 sampai 10 kali lipat. Keadaan ini terutama di-sebabkan oleh dua efek kortisol. Pertama, kortisol meningkatkan semua enzim yang dibutuhkan untuk mengubah asam-asam amino menjadi glukosa dalam sel-sel hati. Hal ini dihasilkan dari efek giukokortikoid untuk mengaktifkan trans-kripsi DNA di dalam inti sel hati dalam cara yang sama dengan fungsi aldosteron

Page 54

di dalam sel-sel tu-bulus ginjal, disertai dengan pembentukan RNA messenger yang selanjutnya dapat dipakai untuk menyu-sun enzim-enzim yang dibutuhkan dalam proses glukoneogenesis. Kedua, kortisol menyebabkan pengangkutan asam-asam amino dari jaringan ekstrahepatik, terutama dari otot. Akibatnya, semakin banyak asam amino tersedia dalam plasma, untuk masuk dalam proses glukoneogenesis dalam hati dan oleh karena itu akan meningkatkan pembentukan glukosa. Salah satu efek peningkatan glukoneoge-nesis adalah sangat meningkatnya jumlah penyimpanan glikogen dalam sel-sel hati. PENURUNAN PEMAKAIAN GLUKOSA SEL. Kortisol juga menyebabkan

OLEH

penurunan kecepatan pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh. Walaupun pe-nyebab penurunan ini tidak diketahui, sebagian besar ahli fisiologi percaya bahwa pada suatu tempat yang terletak di antara tempat masuknya glukosa ke dalam sel dan tempat pecahnya kortisol yang terakhir, secara langsung memperlambat kecepatan pemakaian glukosa. Dugaan mekanisme ini didasari pada penga-matan yang menunjukkan bahwa giukokortikoid me-nekan proses oksidasi nikotinamid-adenindinukleo-tida fNADH) untuk membentuk NAD+. Oleh karena NADH harus dioksidasi agar menimbulkan glikolisis efek ini dapat berperan dalam mengurangi pemakaian glukosa oleh sel. PENINGKATAN KONSENTRASI GLUKOSA DARAH,
DAN

DIABETES

ADRENAL.

Peningkatan kecepatan glukoneogenesis dan berkurangnya kecepatan pemakaian glukosa oleh sel-sel dapat meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Adakalanya peningkatan konsentrasi ini cukup besar (50 persen atau lebih di atas normal) yang merupakan suatu keadaan yang di-sebut diabetes adrenal. Diabetes adrenal mempunyai banyak persamaan dengan diabetes hipofisis, Pada diabetes adrenal, pemberian insulin hanya sedikit menurunkan tingginya konsentrasi glukosa darah, jadi tidak sebanyak seperti pada diabetes pankreatik. Sebaliknya, insulin menyebabkan penurunan konsentrasi glukosa darah yang lebih besar pada diabetes adrenal daripada diabetes hipofisis. Oleh karena itu, pada

Page 55

diabetes hipofisis kepekaannya terhadap insulin paling lemah, diabetes adrenal cukup peka terhadap insulin, dan diabetes pankreatik sangat peka terhadap insulin.

Efek Kortisol terhadap Metabolisme Protein PENGURANGAN PROTEIN SEL. Salah satu efek utama dari kortisol terhadap sistem metabolisme tu-buh adalah kemampuannya untuk mengurangi pe-nyimpanan protein di seluruh sel tubuh kecuali protein dalam hati. Keadaan ini disebabkan oleh berkurangnya sintesis protein dan meningkatnya katabo-lisme protein yang suoah ada di dalam sel. Kedua efek ini mungkin sebagai akibat dari berkurangnya pengangkutan asam amino ke dalam jaringan ekstra hepatik, keadaan ini mungkin bukan merupakan satu-satunya penye-bab, oleh karena kortisol juga menekan pembentukan RNA dan sintesis protein selanjutnya di sebagian besar jaringan ekstrahepatik, terutama pada otot dan jaringan limfoid. Bila kelebihan kortisol sangat banyak, otot dapat menjadi begitu lemah sehingga orang tersebut tidak dapat berdiri dari posisi jongkok. Dan fungsi imunitas dari jaringan limfoid dapat diturunkan hingga sedikit kurang dari normal. Peningkatan Protein Hati dan Protein Plasma disebabkan oleh Kortisol. Bersamaan dengan berkurangnya protein di seluruh tubuh, ternyata protein di dalam hati malah meningkat. Lebih lanjut, protein plasma (yang dihasilkan oleh hati dan kemudian di-lepaskan ke dalam darah) juga akan meningkat Peningkatan ini merupakan pengecualian untuk pengurangan protein yang terjadi di bagian tubuh yang lain. Diyakini bahwa perbedaan ini dihasilkan oleh suatu efek kemungkinan dari kortisol yang meningkatkan pengangkutan asam amino ke dalam sel-sel hati (teta-pi bukan ke dalam sebagian besar sel-sel lain) dan peningkatan jumlah enzim-enzim hati yang dibutuhkan untuk sintesis protein. PENINGKATAN ASAM AMINO DARAH, BERKURANGNYA PENGANGKUTAN ASAM AMINO
KE

SEL SEL EKSTRAHEPATIK,

DAN

PENINGKATAN PENGANGKUTAN ASAM AMINO

KE

SEL-

Page 56

SEL

HATI.

Pe-nelitian

akhir-akhir

ini

pada

jaringan

yang

diisolasi

menunjukkan bahwa kortisol menekan pengangkutan asam amino ke dalam sel-sel otot dan mungkin juga ke sel-sel ekstrahepatik lainnya.. Berkurangnya asam amino yang diangkut ke sel-sel ekstrahepatik akan mengurangi konsentrasi asam amino intraselular dan akibatnya akan mengurangi sintesis protein. Namun proses katabolismef protein yang terjadi di dalarn sel terus melepaskan asam amino dari protein yang sudah ada, dan asam amino ini akan berdifusi keluar dari sel-sel untuk meningkatkan konsentrasi asam amino dalam plasma. Oleh karena itu, kortisol memobilisasi asam amino dari jaringan-jaringan nonhepatik dan dalam melakukannya juga akan mengurangi simpanan protein di dalam jaringan. Konsentrasi asam amino yang meningkat dalam plasma, ditambah dengan fakta bahwa kortisol juga meningkatkan pengangkutan asam amino ke dalam sel-sel hati, dapat juga berperan dalam meningkatkan pemakaian asam amino cleh hati yang menyebabkan timbulnya pengaruh seperti (1) peningkatan kecepatan deaminasi asam amino oleh hati, (2) peningkatan sintesis protein dalam hati, (3) peningkatan pembentukan protein plasma oleh hati, dan (4) peningkatan perubahan asam amino menjadi glukosayaitu, meningkatkan glukoneogenesis. Jadi, mungkin sebagian besar efek kortisol terhadap sistem metabolisme tubuh terutama berasal dari kemampuan kortisol untuk memobilisasi asam amino dari jaringan perifer sementara pada waktu yang sama meningkatkan enzim-enzim hati yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek hepatik.

Efek Kortisol terhadap Metabolisme Lemak MOBILISASI ASAM LEMAK. Dengan pola yang sangat mirip dengan pola yang dipakai oleh kortisol untuk meningkatkan mobilisasi asam amino dari otot kortisol ini juga meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak. Peristiwa ini akan meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas di dalam plasma, yang juga akan meningkatkan pemakaiannya untuk

Page 57

energi.

Kortisol

tampaknya

juga

memiliki

efek

langsung

untuk

meningkatkan oksidasi asam lemak di dalam sel. Mekanisme apa yang dipakai oleh kortisol untuk meningkatkan mobilisasi asam lemak masih belum diketahui. Akan tetapi, sebagian efek itu mungkin dihasilkan dari berkurangnya pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel lemak. Dalam hal ini diingatkan bahwa oc-gliserofosfat, yang berasal dari glukosa, dibutuhkan untuk penyimpanan dan mempertahankan jumlah trigliserida di dalam sel-sel lemak, dan bila bahan ini tidak ada maka sel-sel lemak itu akan mulai melepas-kan asanasam lemaknya. Peningkatan mobilisasi lemak oleh kortisol digabungkan dengan peningkatan oksidasi asam lemak di dalam sel membantu menggeser sistem metabolisme sel pada saat kelaparan atau stres yang lain dari peng-gunaan glukosa untuk energi menjadi penggunaan asam lemak. Akan tetapi, mekanisme kortisol ini, membutuhkan waktu beberapa jam untuk bekerja dengan penuhtidak secepat atau sekuat efek per-geseran yang disebabkan oleh penurunan insulin Walaupun demikian, peningkatan penggunaan asam lemak untuk energi metabolisme merupakan suatu faktor yang penting untuk penyimpanan glukosa tubuh dan glikogen jangka panjang. Kegemukan Akibat Kortisol. Walaupun kortisol dapat

menyebabkan timbulnya mobilisasi asam lemak secukupnya dari jaringan lemak, banyak penderita yang kelebihan sekresi kortisol seiingkali menderita kegemukan yang khas, dengan penumpuk-an lemak yang berlebihan di daerah dada dan di dae-rah kepalanya, sehingga badannya seperti sapi dan wajahnya bulat yang disebut "moon face." Walaupun penyebabnya tidak diketahui, ada pendapat yang mengatakan bahwa kegemukan ini disebabkan oleh pe-rangsangan asupan bahan makanan secara berlebihan, sehingga pada beberapa jaringan tubuh, pembentukan lemak berlangsung lebih cepat daripada mobilisasi dan oksidasinya.

Fungsi Kortisol pada Stres dan Peradangan

Page 58

Sangat mengagumkan bahwa hampir semua jenis stres, apakah bersifat fisik atau neurogenik, akan menyebabkan peningkatan sekresi ACTH dengan segera dan bermakna oleh kelenjar hipofisis anterior.. Beberapa jenis stres yang meningkatkan pelepasan kortisol adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Hampir semua jenis trauma Infeksi Kepanasan atau kedinginan yang hebat Penyuntikan norepinefrin dan obat-obat sim-patomimetik lainnya Pembedahan Penyuntikan bahan yang bersifat nekrolisis di bawah kulit Mengekang seekor binatang sehingga tak dapat bergerak Hampir setiap penyakit yang menyebabkan ke-lemahan Jadi, sebenarnya ada banyak rangsangan nonspesifik yang dapat menyebabkan peningkatan kecepatan sekresi kortisol secara bermakna oleh korteks adrenal Walaupun kita sudah mengetahui bahwa sekresi kortisol sering sangat meningkat dalam keadaan stres, kita masih belum yakin mengapa hal ini sangat ber-manfaat bagi binatang tersebut. Salah satu dugaan, yang mungkin lebih baik daripada dugaan yang lain-nya, adalah bahwa giukokortikoid dapat menyebabkan pengangkutan asamamino dan lemak dengan cepat dari cadangan sel-selnya7 sehingga dapat dipa-kai untuk energi dan sintesis senyawa lain, termasuk glukosa, yang dibutuhkan oleh berbagai jaringan tubuh yang berbeda. Memang, sudah jelas diketahui dari beberapa penelitian bahwa jaringan-jaringan yang rusak, yang sementara sangat kekurangan protein, dapat menggunakan asam amino yang baru tersedia untuk membentuk protein baru yang penting untuk kehidupan sel. Juga, asam-asam amino itu mungkin dipergunakan untuk mensintesis beberapa bahan intraselular penting lain misalnya purin, pirimidin, dan fosfat kreatin, yang berguna untuk mempertahankan kehidupan sel dan reproduksi sel-sel baru. Namun semuanya ini hanya merupakan dugaan saja. Dugaan ini hanya didukung oleh kenyataan bahwa kortisol biasanya tidak

Page 59

memobilisasi protein-protein dasar fungsional dari sel-sel, seperti protein kontraktil otot dan protein neuron, sampai hampir semua protein lainnya itu sudah dilepaskan. Efek khu-sus kortisol dalam memobilisasi protein yang labil ini dapat menyebabkan tersedianya asam amino yang berguna bagi sel untuk mensintesis bahan-bahan yang berguna untuk hidup. EFEK ANTI-INFLAMASI KORTISOL Bila jaringan rusak akibat trauma, infeksi bakteri, atau pada keadaan apapun, maka jaringan itu hampir selalu akan "meradang." Pada beberapa keadaan, radang ini justru lebih merusak daripada trauma atau penyakit penyebabnya sendiri, seperti artritis reumatoid; Pemberian kortisol dalam jumlah besar biasanya dapat menghambat proses inflamasi ini atau malah dapat membalikkan sebagian besar efeknya segera ketika proses inflamasi mulai terjadi. Sebelum kita mencoba menjelaskan cara yang dipakai oleh kortisol untuk menghambat proses inflamasi, marilah kita me-ngulang dulu tahap-tahap dasar dari proses inflamasi itu Ada limatahap utama inflamasi: 1. sel-sel jaringan yang rusak melepaskan bahan-bahan kimia yang akan mengaktifkan proses inflamasi bahan bahan kimia seperti histamin, bradikinin, enzim proteolitik, prostaglandin, dan leukotrien; 2. peningkatan aliran darah dalam daerah yang meradang yang disebabkan oleh pelepasan beberapa ptoduk jaringan, suatu efek yang disebut eritema; 3. kebocoran banyak sekali plasma yang hampir murni keluar dari pembuluh ka-piler masuk ke daerah yang meradang karena meningkatnya nonpitting; 4. infiltrasi leukosit ke dalam daerah radang tersebut dan kemudi-an, setelah berhari-hari atau berminggu-minggu 5. penyembuhan jaringan, yang seringkali disertai dengan pertumbuhan jaringan fibrosa ke arah dalam. permeabilitas kapiler, yang akan diikuti dengan membekunya cairan jaringan, jadi menyebabkan timbulnya edema tipe

Page 60

Bila ada banyak sekali kortisol yang disekresikan atau yang diinjeksikan pada seseorang, maka kortisol mempunyai dua efek dasar anti-inflamasi: kortisol dapat menghambat tahap awal dari proses inflamasi bila proses inflamasi sudah yang dimulai, cepat proses dan ini akan bahkan sebelum inflamasi itu sendiri mulai terjadi, dan menyebabkan berikut: Pencegahan Perkembangan Inflamasi. Kortisol mempunyai efek berikut ini dalam mencegah proses inflamasi. 1. Salah satu efek anti-inflamasi kortisol yang paling penting adalah kemampuan kortisol untuk menyebabkan stabilisasi membran lisosom. Yaitu, kortisol membuat membran lisosom in-traselular menjadi lebih sulit pecah daripada keadaan normal. Oleh karena itu, sebagian besar enzim proteolitik yang dilepaskan oleh sel-sel yang rusak untuk menimbulkan inflamasi, yang terutama disimpan dalam lisosom, dilepaskan dalam jumlah yang sangat berku-rang. 2. Kortisol menurunkan permeabilitas kapiler, mungkin sebagai efek sekunder dari penurunan pelepasan enzim proteolitik. Hal ini mencegah terjadinya kehilangan plasma ke dalam jaringan. 3. Kortisol menurunkan migrasi sel darah putih ke dalam daerah inflamasi dan fagositosis dari sel yang rusak. Efek ini mungkin dihasilkan dari kenyataan bahwa kortisol .menghilangkan pembentukan prostaglandin dan leukotrien yang kalau tidak akan meningkatkan vasodi-latasi, permeabilitas kapiler, dan mobilitas sel darah putih. 4. Kortisol menekan sistem imun, menyebabkan reproduksi limfosit menurun dengan nyata / Limfosit T terutama sangat ditekan. Selanjutnya, jumlah sel T dan antibodi yang berkurang di daeiah inflamasi akan mengurangi reaksi jaringan yang kalau tidak akan memacu proses inflamasi lebih lanjut. 5. Kortisol menurunkan demam terutama karena kortisol mengurangi pelepasan interleukin-1 dari sel darah putih, yang merupakan salah resolusi inflamasi meningkatkan

kecepatan penyembuhan. Efek ini dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai

Page 61

satu

perangsang

utama

terhadap

sistem

pengatur

temperatur

hipotalamus. Penurunan temperatur selanjutnya mengurangi derajat vasodi-latasi. Jadi, kortisol memiliki efek yang hampir menyeluruh dalam

mengurangi semua akibat dari proses inflamasi. Berapa besar hasil dari efek kortisol yang sederhana ini dalam menstabilkan lisosom dan membran sel dibandingkan dengan efek kortisol dalam mengurangi pembentukan prostaglandin dan leukotrien dari asam arakidonat pada membran sel yang rusak dan sebaliknya, masih belum diketahui. Efek Kortisol dalam Menyebabkan Penyembuhan inflamasi. Bahkan setelah timbul proses inflamasi, pemberian timbul kortisol adalah

seringkali dapat mengurangi proses inflamasi selama beberapa jam sampai beberapa hari lamanya. Efek yang segera penghambatan sebagian besar faktor yang meningkatkan terjadinya inflamasi. Selanjutnya, kecepatan penyembuhan juga akan ditingkatkan. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh hal yang sama, terutama oleh faktor yang tidak diketahui, yang menyebabkan tubuh dapat melawan berbagai stres fisik sewaktu banyak sekali kortisol disekresikan; keadaan ini mungkin diakibatkan oleh adanya pengangkutan asam amino dan pemakaian bahan ini untuk memper-baiki jaringan yang rusak; keadaan ini mungkin disebabkan oleh peningkatan glukoneogenesis yang membuat cadangan glukosa tersedia dalam sistem metabolisme kritis; atau mungkin dihasilkan dari peningkatan jumlah asam lemak yang tersedia untuk energi sel; atau keadaan ini mungkin bergantung pada adanya beberapa efek kortisol yang menginaktivasi atau membuang produk inflamasi. Tanpa memperhatikan bagaimana tepatnya mekanisme efek antiinflamasi dapat terjadi, efek kortisol ini memainkan peranan penting dalam melawan beberapa penyakit tertentu, misal artritis reumatoid, demam rematik, glomerulonefritis akut. Semua penyakit ini mempunyai gejala khas yakni adanya inflamasi setempat yang parah, dan efek yang merusak bagi tubuh terutama disebabkan oleh adanya proses inflamasi

Page 62

itu sendiri dan bukan disebabkan oleh aspek-aspek lain dari penyakit tersebut. Bila penderita penyakit ini diberi kortisol alau giukokortikoid lain, maka sebagian besar proses inflamasi akan hilang dalam waktu 24 sampai 48 jam. Dan walaupun kortisol tidak memperbaiki kondisi dasar dari penyakitnya, hanya dengan mencegah efek pengrusakan dari respons inflamasinya saja, keadaan ini sendiri sudah merupakan tindakan untuk menyelamaikan jiwa. Efek terhadap Alergi Dengan cara yang mirip seperti pada penghambatan berbagai respons inflamasi lain, kortisol menghambat respons inflamasi terhadap reaksi alergi. Dasar reaksi alergi antara antigen dan antibodi itu tidak dipengaruhi oleh kortisol, dan bahkan beberapa efek sekunder dari reaksi alergi masih terjadi. Akan tetapi, oleh karena respons inflamasi itu bertanggung jawab terhadap banyak efek yang berat dan kadangkala dapat mematikan, maka pemberian kortisol, yang diikuti oleh efek kortisol dalam mengurangi inflamasi dan pelepasan produk inflamasi, dapat menyelamatkan jiwa. Contohnya, kortisol sangat efektif untuk mencegah timbulnya renjatan atau kematian akibat reaksi anafilaksis, yang kalau tidak malah akan mematikan banyak orang Efek terhadap Sel Darah dan Imunitas pada Penyakit Infeksi Kortisol mengurangi jurnlah eosinofil dan limfosit di dalam darah; etek ini mulai timbul dalam waktu beberapa menit sesudah pemberian injeksi kortisol dan akan menjadi lebih jelas dalam waktu beberapa jam. Tentu saja, penemuan limfositopeni dan eosinopeni merupakan suatu kriteria diagnostik penting untuk produksi kortisol yang berlebihan oleh kelenjar adrenal. Demikian juga, pemberian dosis besar kortisol akan menyebabkan atrofi yang bermakna pada jaringan limfoid di seluruh tubuh, yang kemudian akan mengurangi keluarnya sel-sel T dan antibodi dari jaringan limfoid. Akibatnya, tingkat kekebalan terhadap sebagian besar benda asiiig yang mema-suki tubuh akan berkurang. Keadaan ini adakala-nya

Page 63

dapat menimbulkan infeksi fulminan dan kematian dari penyakit yang sebenamya tidak mematikan, misalnya tuberkulosis fulminan pada penderita yang sebelumnya sudah sembuh. Sebaliknya, kemampuan kortisol dan giukokortikoid yang lain untuk menekan imunitas membuat keduanya menjadi obat yang sangat berguna untuk mencegah penolak'an imunologik pada transplantasi jantung, ginjal, dan jaringan lain. Kortisol juga meningkatkan produksi sel-sel darah merah, namun penyebabnya masih belum dir ketahui. Bila sekresi kortisol oleh kelenjar adrenal berlebihan, maka seringkali timbul polisitemia, dan sebaliknya, bila tidak ada sekresi kortisol oleh kelenjar adrenal, maka seringkali akan timbul anemia Efek pada Sekresi ACTH Giukokortikoid menghambat sekresi ACTH, dan sekresi ACTH meningkat pada hewan yang mengalami adrenalektomi. Konsekuensi efek umpan balik kortisol pada sekresi ACTH dibahas di bawah dalam bagian pengaturan sekresi giukokortikoid. Reaktivitas Vaskular Pada hewan yang mengalami insufisiensi adrenal, otot polos vaskular menjadi tidak responsif terhadap norepinefrin dan epinefrin. Kapiler berdilatasi dan, pada akhirnya, menjadi permeabel terhadap zat warna koloid. Kegagalan berespons terhadap norepinefrin yang dilepaskan di ujung-ujung saraf noradrenergik mungkin mengganggu kompensasi vaskular terhadap hipovolemia akibat insufisiensi adrenal dan mendorong vaskular. Efek pada Sistem Saraf Perubahan dalam sistem saraf pada insufisiensi adrenal yang dipulihkan hanya oleh glukokortikoid adalah munculnya gelombang elektroensefalografik yang lebih lambat daripada ritme a normal, perubahan kepribadian, dan peningkatan kepekaan terhadap rangsang kolaps vaskular. Giukokortikoid memulihkan reaktivitas

Page 64

olfaktorius dan gustatorius. Perubahan kepribadiannya ringan, mencakup iritabilitas, ketakutan, dan ketidakmampuan berkonsentrasi. Efek pada Metabolisme Air Insufisiensi adrenal ditandai oleh ketidakmampuan mengekskresikan kelebihan beban air, dan hanya giukokortikoid yang memperbaiki defisit ini. Beban akhirnya diekskresikan, tetapi ekskresi berlangsung sedemikian lambat sehingga terdapat bahaya intoksikasi air. Pada pasien insufisiensi adrenal yang tidak mendapat glukokortikoid, pemberian infus glukosa dapat menimbulkan demam tinggi ("demam glukosa") diikuti oleh kolaps dan kematian. Diperkirakan glukosa dimetabolisis, air melarutkan plasma, dan gradien osmotik yang terjadi antara plasma dan sel menyebabkan sel-sel di pusat pengaturan suhu hipotalamus membengkak sampai ke tahap yang menyebabkan fungsinya terganggu. Perlu dicatat bahwa intoksikasi air dapat terj adi pada insufisiensi adrenal walaupun tidak terdapat kelebihan air absolut didalam tubuh; faktor penting adalah retensj air dalam kelebihan Na. Penyebab gangguan ekskresi air pada insufisiensi adrenal masih belum diketahui. Kadar vasopresin. plasma meningkat pada insufisiensi adrenal dan menurun dengan pemberian glukokortikoid. Kecepatan filtrasi glomerulus rendah, dan bal ini mungkin berperan dalam defisiensi ekskresi air. Efek-selektif giukokortikoid pada ekskresi air yang abnoraial konsisten dengan kemungkinan ini, karena walaupun mineralokortikoid memperbaiki filtrasi dengan memulihkan volume plasma, namun giukokortikoid meningkatkan kecepatan filtrasi glomerulus ke tingkat yang lebih tinggi. Efek pada Sel-sel Darah dan Organ Limfatik Glukokortikoid menurunkan jumlah eosinofri dalam darah dengan meningkatkan sekuestrasinya di limpa dan paru. Glukokortikoid juga menurunkan jumlah basofil dalam sirkulasi dan meningkatkan jumlah neutrofil, , trombosit, dan sel darah merah ' Glukokortikoid menurunkan hitung limfosit dalam darah dan ukuran kelenjar limfe dan timus dengan menghambat aktivitas mitosis limfosit.

Page 65

Tampaknya efekprimernya adalah menghambat pembentukan IL-2 oleh limfosit T, sehingga secara efektif menghentikan proliferasi limfosit Pembentukan IL-1 olehmonosit dan makrofag juga terhambat. Resistensi terhadap "Stres" Selye mendefinisikan rangsang mengganggu yang meningkatkan sekresi ACTH sebagai "stresor", dan sekarang telah menjadi kebiasaan menyatukan rangsangan-rangsangan tersebut sebagai "stres". Kata ini adalah sebuah kata singkat yang bermuatan emosi untuk sesuatu yang sebenarnya memerlukan banyak kata imtuk menjelaskannya dan kata ini adalah istilah yang memadai digunakan asalkan dipahami bahwa, dalam konteks buku ini, stres hanya menyatakanrangsangan-rangsangan yahg terbukti meningkatkan sekresi ACTH pada hewan dan orang normal. Penyebab perlunya peningkatan kadar giukokortikoid dalam darah untuk menahan stres sebagian besar tidak diketahui. Sebagian besar rangsang stres yang meningkatkan sekresi ACTH juga mengaktifkan sistem saraf , simpatis, dan sebagian fungsi glukokortikoid dalam darah mungkin adalah untuk mempertahankan reaktivitas vaskular terhadap katekolamin. Glukokortikoid juga penting bagi katekolamin untuk menerapkan efek mobilisasi asam lemak bebas secara penuh, dan. ALB adalah pasokan energi darurat yang penting. Namun, hewan yang disimpatektomi dapat mentoleransi berbagai stres dengan cukup baik. Teori lain berpendapat bahwa giukokortikoid mencegah perubahanperubahan yang diinduksi oleh stres agar tidak terlalu berlebihan. Saat ini, yang dapat dikatakan adalah bahwa stres menyebabkan peningkatan kadar glukokortikqid plasma ke kadar "fafmakologik"yang tinggi yang. dalam jangka pendek ' bersifat. rnenyelamatkan nyawa tetapi dalam jangka panjang membahayakan dan mengganggu

Pharmacy and Medications

Tapering off prednisone 08/16/2007

Question:

Page 66

I have tried twice before to taper off prednisone and had to go back on it again. This time I am doing much better and have been totally off it for 2 weeks now. The past few days I have been getting the chills and I dont have a fever. I am also anemic for which I take iron pills and have rheumatoid arthritis. My last blood test (July 16) my hemoglobin was normal. I am wondering whether the chills could be related to stopping the Prednisone. I was on 2.5mg per day for 2 months. I feel great other then the chills. What are the signs of Prednisone withdrawal? Is chills with no fever one of them? Answer: Prednisone is a type of medicine called a glucocorticoid. These medicines have multiple actions in the body and are used to treat many inflammatory and autoimmune conditions including rheumatoid arthritis. The body makes its own glucocorticoid called cortisol in the adrenal gland. Under normal conditions small amounts of cortisol are released on a daily cycle to help the body deal with normal activities. Large amounts are also released in response to injury and other stressors like surgery. The normal cortisol levels in the body are not adequate for the treatment of inflammatory diseases so medications are used. When prednisone is used for extended periods, the body stops making cortisol. The body system for production and control of cortisol is suppressed and may actually atrophy. It can be dangerous to stop taking prednisone abruptly so must be stopped by slowly reducing the dose (tapering). The rate at which the prednisone can be tapered will depend on the dose and duration of use. A typical taper protocol aims to decreases dosage by 2.5 to 5 mg prednisone every 3 to 7 days until a dosage of 5 mg of prednisone is reached. Five milligrams of prednisone is roughly equivalent to the total normal daily release of Cortisol. The idea is that the slow reduction will allow the body to take over normal daily Cortisol production. However, even with a slow taper it may take some patients several months to a year or longer for the body to make sufficient cortisol to respond the stress associated with injury, surgery and other illnesses. Common signs and symptoms of too rapid tapering of prednisone and other glucocorticoids include:

headache dizziness fainting fatigue lethargy muscle pain joint pain shortness of breath low blood pressure

Page 67

nausea vomiting anorexia weight loss fever and low blood sugar.

Chills are not something we would typically expect, but could indicate you have some sort of infection. It is important to continue to watch for fever if the chills continue. Experiencing chills may also be the effect of other medications or other conditions such as thyroid disorder. This response was prepared by Matt Brown, a PharmD student at the University of Cincinnati College of Pharmacy Pembagian Tumor Intrakranial secara Sederhana Proses neoplastik di susunan saraf dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan asalnya, yaitu : (1) neoplasma sarafi primer dan (2) nonsarafi atau metastatik. Neoplasma sarafi primer ada kecenderungan untuk berkembang di tempat-tempat tertentu. Misalnya ependioma hampir selamanya berlokasi di dekat dinding ventrikel atau kanalis sentralis medulla spinalis. Selain itu, jenis neoplasma sarafi mempunyai kecenderungan untuk berkembang pada umur tertentu. Contohnya adalah neoplasma serebelar yang lebih banyak ditemui pada anak-anak daripada orang dewasa. Neoplasma sarafi primer juga tidak mempunyai kecenderungan utnuk bermetastasis di luar susunan saraf Disi lain, jenis neoplasma metastatik di dalam ruang kranium kebanyakan sesuai dengan neoplasma dari bronkus dan prostat pada pria serta mammae pada wanita. Hal lain yang kontras dari neoplasma sarafi primer adalah bahwa neoplasma metastatik lebih umum pada orang dewasa daripada anak-anak.

Hal penting yang perlu diingat ketika mempelajari tumor intrakranial adalah bahwa pembagian tumor ke dalam tumor benigna dan maligna tidak berlaku secara mutlak. Hal ini dikarenakan tumor benigna secara histologik dapat menduduki tempat yang strategis, sehingga dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat. Misalnya suatu pinealoma, yang benigna secara histologi, dapat menyumbat aquaductus dan dalam waktu singkat dapat menyebabkan tekanan intrakranium meninggi secara drastis. Manifestasi Klinis Tumor Intrakranial Terhadap Sistem Saraf Pusat

Page 68

Tumor intrakranium pada umumnya dapat menyebabkan : 1) Gangguan kesadaran akibat tekanan intrakranium yang meninggi Ganguan kesadaran akibat peningkatan tekana intrakranium dapat berakhir hingga koma. Tekanan intrakranium yang meninggi dapat mnyebabkan ruang tengkorak yang tertutup terdesak dan dapat pula menyebabkan perdarahan setempat. Selain itu, jaringan otak sendiri akan bereaksi dengan menimbulkan edema, yang berkembang karena penimbunan katabolit di sekitar jaringan neoplasmatik. Stasis dapat pula terjadi karena penekanan pada vena dan disusuk dengan terjadi edema. Pada umumnya tumor di fosa kranium posterior lebih cepat menimbulkan gejala-gejala yang mencerminkan tekanan intrakranium yang meninggi. Hal ini mungkin disebabkan karena aliran CSF pada aquaductus yang berpusat di fosa kranium posterior dapat tersebumbat sehingga tekanan dapat meninggi dengan cepat. Fenomena peningkatan tekanan intrakranium dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : a) Sindroma unkus atau sindroma kompresi diansefalon ke lateral Proses desak pertama kali terjadi pada bagian lateral dari fosa kranium medial dan biasanya mendesak tepi medial unkus dan girus hipokampus ke arah garis tengah dan ke kolong tepi bebas daun tentorium. Karena desakan itu, bukan diansefalon yang pertama kali mengalami gangguan, melainkan bagian ventral nervus okulomotoris. Akibatnya, pada awalnya akan kan terjadi dilatasi pupil kontralateral barulah disusul dengan gangguan kesadaran. Biasanya, setelah ini akan terjadi herniasi tentorial, yaitu keadaan terjepitnya diansefalon oleh tentorium. Pupil yang melebar merupakan cerminan dari terjepitnya nervus okulomotoris oleh arteri serebeli superior. Pada tahap berkembangnya paralisis okulomotoris, kesadaran akan menurun secara progresif. b) Sindroma kompresi sentral rostro-kaudal terhadap batang otak Suatu tumor supratentorial akan mendesak ruang supratentorial dan secara berangsur-angsur akan menimbulkan kompresi ke bagian rostral batang otak. Tanda bahwa suatu tumor supratentorial mulai menggangu diansefalon biasanya berupa gangguan perangai. Yang pertama-tama terjadi adalah keluhan cepat lupa, tidak bisa berkonsentrasi dan tidak bisa mengingat. Pada tahap dini, kompresi rostro-kaudal terhadap batang otak akan menyebabkan : Respirasi yang kurang teratur Pupil kedua sisi sempit sekali

Page 69

Kedua bola mata bergerak perlahan-lahan ke samping kiri dan kanan Gejala-gejala UMN pada kedua sisi Pada tahap kompresi rostro-kaudal yang lebih berat, akan terjadi : Kesadaran menurun sampai derajat paling rendah Suhu badan mulai meningkat dan cenderung untuk melonjak terus Respirasi cepat dan bersuara mendengkur Pupil yang tadinya sempit berangsur-angsur melebar dan tidak lagi bereaksi terhadap sinar cahaya c) Herniasi serebelum di foramen magnum Herniasi ini akan menyebabkan jiratan pada medula oblongata. Gejala-gejala gangguan pupil, pernafasan, okuler dan tekanan darah berikut nadi yang menandakan gangguan pada medula oblongata, pons, ataupun mesensefalon akan terjadi.

2)

Gejala-gejala umum tekanan intrakranium yang tinggi a) Sakit kepala Sakit kepala merupakan gejala umum yang dirasakan pada tumor intrakranium. Sifat dari sakit kepala itu adalah nyeri berdenyutdenyut atau rasa penuh di kepala seolah-olah mau meledak. Nyerinya paling hebat di pagi hari, karena selama tidur malam PCO2 arteri serebral meningkat sehingga mengakibatkan peningkatan dari CBF dan dengan demikian meningkatkan lagi tekanan intrakranium. Lokalisasai nyeri yang unilateral akan sesuai dengan lokasi tumornya. Pada penderita yang tumor serebrinnya belum meluas, mungkin saja sakit kepala belum dirasakan. Misalnya, glioma pada tahap dini dapat mendekam di otak tanpa menimbulkan manifestasi apapun. Sebaliknya, astrositoma derajat 1 sekalipun dapat berefek buruk jika menduduki daerah yang penting, misalnya daerah bicara motorik Brocca. Neoplasma di garis tengah fosa kranium posterior (tumor infratentorial) (lihat dorland hal 41) dapat dengan cepat menekan saluran css. Karena itu, sakit kepala akan terasa sejak awal dan untuk waktu yang lama tidak menunjukkan gejala defisit neurologik. Tumor infratentorial yang berlokasi di samping (unilateral) cepat menimbulkan gejala defisit neurologik akibat pergeseran atau atau desakan terhadap batang otak. Maka dari itu, tuli sesisi, vertigo, ataksia, neuralgia trigeminus, oftalmoplegia (paralisis otot-otot mata) dan paresis (paralisis ringan) perifer fasialis dapat ditemukan pada pemeriksaan.

Page 70

Definisi sakit kepala dan pusing harus dapat dibedakan dengan jelas. Pusing kepala biasanya disebabkan oleh oftalmoplegia (yang menimbulkan diplopia). Kombinasi pusing kepala ataupun sakit kepala dan diplopia harus menimbulkan kecurigaan terhadapa adanya tumor serebri, terutama tumor serebri infratentorial. b) Muntah Muntah sering timbul pada pagi hari setelah bangun tidur. Hal ini disebabkan oleh tekanan intrakranium yang meninggi selama tidur malam, di mana PCO2 serebral meningkat. Sifat muntah dari penderita dengan tekanan intrakranium meninggi adalah khas, yaitu proyektil atau muncrat yang tanpa didahului mual. Kejang fokal Kejang dapat timbul sebagai manifestasi dari tekanan intrakranium yang melonjak secara cepat, terutama sebagai manifestasi dari glioblastoma multiform. Kejang tonik biasanya timbul pada tumor di fosa kranium posterior. Gangguan mental Tumor di sebagian besar otak dapat mengakibatkan gangguan mental, misalnya demensia, apatia, gangguan watak dan serta gangguan intelegensi dan psikosis. Gangguan emosi juga akan terjadi terutama jika tumor tersebut mendesak sistem limbik (khususnya amigdala dan girus cinguli) karena sistem limbik merupakan pusat pengatur emosi.

c)

d)

3)

Tanda-tanda lokalisatorik a) Tumor di lobus frontalis Sakit kepala akan muncul pada tahap awal, sedangkan muntah dan papiludema akan timbul pada tahap lanjutan. Walaupun gangguan mental dapat terjadi akibat tumor di bagian otak manapun, namun terutama terjadi akibat tumor di bagian frontalis dan korpus kalosum. Akan terjadi kemunduran intelegensi, ditandai dengan gejala Witzelsucht, yaitu suka menceritakan lelucon-lelucon yang sering diulang-ulang dan disajikan sebagai bahan tertawaan, yang bermutu rendah. Kejang adversif (kejang tonik fokal) merupakan simptom lain dari tumor di bagian posterior lobus frontalis, di sekitar daerah premotorik. Tumor di lobus frontalis juga dapat menyebabkan refleks memegang dan anosmia b) Tumor di daeah presentralis

Page 71

Tumor di daerah presentralis akan merangsang derah motorik sehingga menimbulkan kejang pada sisi kontralateral sebagai manifestasi dini. Bila tumor di daerah presentral sudah menimbulkan destruksi strukturil, maka manifestasinya berupa hemiparesis kontralateral. Jika tumor bertumbuh di daerah falk serebri setinggi daerah presentralis, maka paparesis inferior akan dijumpai. c) Tumor di lobus temporalis Bila lobus temporalis kanan yang didudki, manifestasi klinis kurang menonjol. Kecuali, bila daerah unkus terkena, akan timbul serangan uncinate fit pada epilepsi. Kemudian akan terjadi gangguan pada funsgi penciuman serta halusinasi auditorik dan afasia sensorik. Hal ini logis bila dikaitkan dengan fungsi unkus sebagai pusat penciuman dan lobus temporalis sebagai pusat pendengaran. d) Tumor di lobus parietalis Tumor pada lobus parietalis dapat merangsang daerah sensorik. Jika tumor sudah menimbulkan destruksi strukturil, maka segala macam perasa pada daerah tubuh kontralateralyang bersangkutan tidak dapat dikenali dan dirasakan. Han ini akan menimbulkan astereognosia dan ataksia sensorik. Bila bagian dalam parietalis yang terkena, maka akan timbul gejala yang disebut thalamic over-reaction, yaitu reaksi yang berlebihan terhadap rangsang protopatik. Selain itu, dapat terjadi lesi yang menyebabkan terputusnya optic radiation sehingga dapat timbul hemianopsia. Daerah posterior dari lobus parietalis yang berdampingan dengan loebus temporalis dan lobus oskipitalis merupakan daeraj penting bagi keuyuhan fungsi luhur sehingga destruksi pada daerah tersebut akan menyebabkan agnosia (hilangnya kemampuan untuk mengenali rangsang sensorik) dan afasia sensorik, serta apraksia (kegagalan untuk melakukan gerakan-gerakan yang bertujuan walaupun tidak ada gangguan sensorik dan motorik).

e)

Tumor pada lobus oskipitalis Tumor pada lobus ini jarang ditemui. Bila ada, maka gejala yang muncul biasanya adalah sakit kepala di daerah oksiput. Kemudian dapat disusul dengan gangguan medan penglihatan. f) Tumor pada korpus kalosum Simdroma pada korpus kalosum meliputi gangguan mental, terutama menjadi cepat lupa sehingga melupakan sakit kepala yang baru dialami dan mereda. Demensia uga akan sering timbul dosertai kejang tergantung pada lokasi dan luar tumor yang menduduki korpus kalosum.

Page 72

Secara umum, tanda-tanda fisik yang dapat didiagnosis pada tumor intrakranium : 1. Papiludema (edema pada discus opticus) dapat timbul akibat tekanan intrakranium yang meninggi atauapun karena penekanan pada nervus optikus secara langsung. Papil akan terlihat berwarna merah tua dan ada perdarahan di sekitarnya. Untuk melihat papiledemea, dapat dilakukan funduskopi atau oftalmoskopi. Karena ruang subarachnoid pada otak berlanjut hingga medula spinalis, maka peningkatan tekanan intrakranial juga akan tercermin pada ruang subarachnoid di medula spinalis. Pada kedaan demikian, pungsi lumbal tidak boleh dilakukan dapat menyebabkan herniasi serebelum di foramen magnus yang dapat mengkahiri kehidupan. 2. Pada anak-anak, tekanan intrakranium yang meningkat dapat menyebabkan ukuran kepala membesar atau terenggannya sutura 3. Tekanan intrakranium yang meninggi mengakiabatkan iskemi dan ganggaun kepada pusat-pusat vasomorotik serebral, sehingga menimbulkan bradikardi (melambatnya denyut jantung) atau tekanan darah sistemik meningkat secara progresif 4. Irama dan frekuensi pernapasan berubah. Kompresi pada batang otak dari luar akan mempercepat pernafasan, sedangkan kompresi sentral rostro-kaudal terhadap batang otak menyebabkan pernafasan yang lambat namun dalam. 5. Bagian-bagian dari tulang tengkorak dapat mengalami destruksi. Penipisan tulang biasanya disebabkan meningioma yang bulat, sedangkan penebalan tulang sebagai akibat rangsang dari meningioma yang gepeng.

PERBEDAAN CUSHINGS SYNDROME DAN CUSHING DISEASE Cushings Syndrome: Gejala dan fitur fisik yang timbul karena kelebihan glukokortikoid yang kronis. Cushings Syndrome terdiri dari 1. ACTH dependent Ciri: hipersekresi ACTH yang kronis

Page 73

Patfis: ACTH hyperplasia zona fasciculate dan zona

retikularis peningkatan sekresi adrenocortical, yakni androgen, cortisol dan DOC Terdiri dari

a. Ectopic ACTH Syndrome: produksi ACTH oleh tumor non

pituitary Mayoritas di paru-paru (bronchial carcinoid) b. Cushings Disease: sekresi ACTH pituitary berlebih dari tumor pituitary 2. ACTH independent neoplasma primer adrenal atau hyperplasia nodular adrenal

cortisol negative feedback ke pituitary ACTH

Page 74

Mrs. Wati Wibowo, 35 thn

berat badan tidak sesuai

konsumsi green tablet (prednisone) k+ menurun (hipokalemia) Feedback (-) dari adrenal cortex Penurunan sekresi glukokortikoid alami Retensi natrium Peningkatan kadar lemak (cholesterol) peningkatan respon cardiac BP menurun Kompensasi peningkatan steroid lain abnormal akumulasi cairan anti inflamasi mobilisasi efek peningkatan glukokortikoid sintetik

edema kaki sulit ditekuk

vasokontriksi lemak deposisi

Androgen meningkat

peningkatan hormone sex irregular mens abdomen face

lemak supraclavicular dorsocervical fat pad

Hirsutism peningkatan kelenjar sebasea truncal Acne

moon face buffalo lump

Page 75

Sambungan patomekanisme dari efek peningkatan glucocrticoid sintetik Emosi labil efek peningkatan glukokortikoid sintetik

penigkatan pemecahan protein enterohepatik ekstrahepatik

glukoneogenesis

pembuluh darah

otot

kulit

peningkatan glukosa darah penurunan protein dinding pembuluh tipis easily bruished

penurunan massa otot ekstremitas

penipisan bawah kulit striae

Page 76

Anda mungkin juga menyukai