Anda di halaman 1dari 85

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI GUDANG MATERIAL MESIN DI PT.

IP

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata-1

DISUSUN OLEH: Meita Rahmatiyah : 206.415.005

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA 2010

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan investasi pembangunan gudang material mesin di PT. Indonesia Power unit Indralaya, Sumatera Selatan. Analisis ini dilihat dari aspek finansial dengan menggunakan metode kriteria investasi yaitu Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) dan Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return). Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui diterima atau tidaknya rencana investasi pembangunan gudang material mesin di PT. Indonesia Power unit Indralaya, Sumatera Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perhitungan NPV dengan menggunakan tingkat suku bunga 8,732% adalah Rp. 1.935.310.855,11, yang berarti NPV bernilai positif (NPV > 0), dan perhitungan IRR sebesar 45,31%. yang menunjukkan bahwa IRR > 8,732%. Dari hasil perhitungan kedua metode tersebut dapat disimpulkan bahwa rencana pembangunan gudang material mesin di PT. Indonesia Power unit Indralaya, Sumatera Selatan layak diterima.

Kata Kunci: Analisis Kelayakan Investasi Gudang Material, Net Present Value, Internal Rate of Return

iv

ABSTRACT
The aim of this research is to analyzing of feasibility investment for machine material warehouse construction on PT. Indonesia Power, Indralaya unit, South Sumatera. This analysis viewed by financial aspects using investment criteria method, those are Net Present Value (NPV) and Internal Rate of Return (IRR). The focus of this research is to know whether or not acceptable plan of investment for machine material warehouse construction on PT. Indonesia Power, Indralaya unit, South Sumatera. The result of this reseacrh shows that the calculation of NPV using interest rate 8,732% is Rp. 1.935.310.855,11, which means positive NPV (NPV > 0), and the calculation of IRR is 45,31%, it shows that IRR > 8,732%. From the calculation result of those two methods can be concluded that the plan of machine material warehouse construction on PT. Indonesia Power, Indralaya unit, South Sumatera is acceptable.

Keywords: feasibility investment for material warehouse investment, Net Present Value, Internal Rate of Return.

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Semakin meningkatnya kepadatan penduduk dan padatnya

pemukiman maka semakin banyak pula permintaan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Salah satunya adalah listrik dimana listrik memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan sangat menunjang segala aktivitas manusia sehari-hari. Pemenuhan listrik tersebut dilakukan oleh PT. PLN. Sebagai distributor listrik PT. PLN harus tetap menjaga kualitas dan kuantitas listrik yang disalurkan kepada masyarakat. Oleh karena itu, PT. PLN menugaskan kepada anak perusahaannya yaitu PT. Indonesia Power (PT. IP) untuk memproduksi listrik. PT. IP adalah sebuah perusahaan pembangkit tenaga listrik yang memiliki tanggung jawab sebagai produsen listrik di Indonesia. Dalam memproduksi listrik, PT. PLN dan PT. IP membuat suatu perjanjian dimana PT. PLN bertindak sebagai konsumen dan PT. IP sebagai produsennya. Dalam perjanjian antara PT. IP dengan PT. PLN, PT. IP harus memenuhi segala permintaan listrik yang telah diperjanjikan. Jika terjadi pelanggaran atas isi perjanjian atau ketidaksesuaian dengan pemesanan, maka PT. IP akan dikenakan denda atau disebut dengan penalty. Penalty

adalah hukuman yang berupa keharusan membayar dalam bentuk uang (karena melanggar aturan, undang-undang, dan sebagainya). Jenis penalty yang ada di dalam perjanjian tersebut, diantaranya denda daya mampu, denda jam ketersediaan, denda Gross HeatRate pada beban 30MW, dan denda keterlambatan operasi. Penalty atau denda yang sangat sering terjadi adalah denda daya mampu. Padahal ketidasesuaian daya mampu dapat menurunkan kualitas dan kuantitas listrik yang disalurkan oleh PT. PLN. Jadi selain PT. PLN yang dirugikan, penurunan daya mampu juga dapat merugikan masyarakat kerena listrik akan padam. Salah satu cabang PT. IP ada yaitu PT. IP unit Indralaya, Sumatera Selatan. Berdasarkan data laporan penjualan PT. IP unit Indralaya, Sumatra Selatan, pada tahun 2009 tingkat penjualan menurun karena terjadinya penurunan dalam produksi kWh-nya, dimana penurunan kWh tersebut diakibatkan oleh kerusakan pada mesin pembangkit. Kerusakan yang terjadi tidak dapat segera diperbaiki karena kurangnya ketersediaan material mesin yang dibutuhkan untuk menjalankan produksi secara optimal. Kurangnya persediaan material mesin produksi tersebut dikarenakan tidak adanya tempat untuk penyimpanan barang material atau gudang sehingga perbaikan kerusakan pada mesin pembangkit harus menunggu material mesin dikirim dari kantor pusat yang berada di Jakarta. Akibatnya PT. IP akan terkena penalty daya mampu.

Data biaya penalty yang dikeluarkan perusahaan selama tahun 20072009, yaitu:

Tabel. 1.1 Biaya Penalty Selama Tahun 2007-2009 Tahun 2007 2008 2009 Total Rata-rata pertahun
Sumber: PT. IP

Jumlah penalty pertahun Rp. 878.417.655,Rp. 1.022.005.154,Rp. 1.250.280.500,Rp. 3.150.703.309,Rp. 1.050.234.437,-

Setiap tahunnya PT. IP harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk biaya penalty seperti yang terlihat pada tabel 1.1. Atas pertimbangan tersebut perusahaan merencanakan untuk membangun gudang sebagai fasilitas pendukung demi kelancaran produksi. Dengan adanya rencana tersebut, PT. IP diharapkan dapat meningkatkan kinerja produksinya sesuai jadwal dan memenuhi permintaan konsumen. Dengan meningkatnya kinerja produksi tersebut, pada akhirnya akan dapat mengurangi biaya penalty yang diakibatkan ketidaktersediaan material mesin. Berdasarkan hal-hal yang telah dijabarkan oleh peneliti diatas, maka peneliti terdorong untuk meneliti mengenai rencana pembangunan gudang yang akan dilakukan oleh PT. IP unit Indralaya tersebut.

B.

Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulisan ini merupakan penelitian dibidang analisis kelayakan. Adapun yang menjadi permasalahan disini, yakni bagaimanakah kelayakan dalam investasi gudang material mesin di PT. IP ?

C.

Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan pada PT. IP memiliki tujuan yang hendak dicapai berdasarkan rumusan masalah yang ada, yakni untuk mengukur tingkat kelayakan investasi gudang material mesin di PT. IP unit Indralaya, Sumatera Selatan.

D.

Batasan Masalah Agar pemecahan masalah yang dilakukan lebih terarah dan tidak menyimpang dari ruang lingkup permasalahan, maka dilakukan pembatasan seperti dibawah ini : 1. Penelitian dilakukan pada PT. IP unit Indralaya sebagai pembangkit listrik untuk wilayah Sumatera Selatan. 2. Penelitian dan pembahasan difokuskan pada rencana investasi pembangunan gudang material mesin di unit Indralaya. 3. Analisis kelayakan pembangunan gudang hanya dilihat dari aspek finansial.

4.

Penilaian kelayakan investasi berdasarkan pada Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) dan Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return).

5.

Kondisi

persediaan

material

mesin

setelah

adanya

gudang

diasumsikan baik (sistem tidak ada stock out). 6. Biaya penalty selama umur ekonomis gudang dianggap tetap.

E.

Sistematika Penulisan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dibuat dalam bentuk suatu laporan yang tersusun secara sistematik. Sistematika penulisan yang digunakan oleh peliti terdiri dari 6 (enam) bab yang terdiri dari: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini merupakan suatu bab pengantar berisikan 5 bagian. Adapun isinya meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Pembatasan Masalah, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI Landasan Teori merupakan bagian dari hasil penelitian yang berisikan paparan teori yang ada berkaitan dengan permasalahan yang diteli.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini memuat uraian tentang kerangka pemecahan masalah dimulai dari sumber data, desain penelitian, pengumpulan data, analisis data.

BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Data yang diperoleh dari penelitian ditampilkan pada bab tersendiri yang memaparkan datadata hasil penelitian yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang diteliti. Pada bab ini data hasil penelitian ditulis sesuai dengan data yang didapat dari PT. IP.

BAB V : ANALISIS Analisis merupakan bab yang menguraikan atau menganalis permasalahan yang ada. Pada bab ini akan menganalisis mengenai kelayakan investasi gudang dari aspek finansial dalam rangka mengoptimalkan persediaan meterial mesin dan mengurangi biaya penalty.

BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN Penutup merupakan bab terakhir di dalam penulisan skripsi. Pada bab ini diuraikan kesimpulan penelitian berdasarkan analisis permasalahan. Selain itu, pada bab ini juga akan dicantumkan

saran yang dipandang perlu sehubungan dengan ditemukannya kendala dalam melaksanakan penelitian, ataupun saran yang berisikan solusi mengenai permasalahan yang dibahas oleh penulis.

BAB II LANDASAN TEORI

A.

Pengertian Investasi Investasi secara umum diartikan sebagai keputusan untuk

mengeluarkan dana pada saat ini dengan tujuan untuk menghasilkan arus dana yang jumlahnya lebih besar dari dana yang dikeluarkan pada saat investasi awal (initial investment). Dalam investasi terdapat elemen waktu dan elemen risiko, dimana investasi yang dilakukan saat ini baru diperoleh hasilnya di masa yang akan datang. Dan masa depan tidak pernah dapat dipastikan, sehingga ketika anda berniat untuk melakukan investasi anda harus siap menghadapi segala risikonya. Gitman (2000:332:334) pada dasarnya berpendapat bahwa investasi (jangka panjang) atau pengeluaran modal (capital expenditure) adalah komitmen untuk mengeluarkan dana sejumlah tertentu pada saat sekarang untuk memungkinkan perusahaan menerima manfaat di waktu akan datang, dua tahun atau lebih. Pengeluaran yang manfaatnya akan diterima dalam waktu satu tahun atau kurang disebut pengeluaran operasi (operating or revenue expenditure). Investasi dapat dilakukan dalam dua ruang lingkup yaitu investasi pada aktiva nyata (real assets atau real investment) yang secara umum meliputi aset berwujud seperti tanah, pabrik, atau mesin dan investasi pada

aktiva keuangan (financial assets atau financial investment) meliputi kontrak-kontrak tertulis seperti saham, obligasi, atau surat berharga.

Ide proyek 1. Hasil Survei 2. Pemerintah

Studi Regional

Studi Sektoral

Identifikasi Potensi Regional

Evaluasi Pasca Pelaksanaan

Identifikasi Rencana Investasi

Studi Pendahuluan

Pelaksanaan Proyek

Evaluasi

Rncana Pendanaan Proyek

Laporan Studi Akhir

Gambar 2.1 Bagan Siklus Penilaian Rencana Investasi

10

1.

Jenis dan Tujuan Investasi Menurut Awat (1999), ditinjau dari jangka waktunya, investasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: a. b. Investasi jangka pendek Investasi jangka panjang Investasi jangka pendek yaitu investasi yang ukuran jangka waktunya kurang dari satu tahun. Investasi seperti ini biasanya bersifat sementara yang bertujuan untuk mendayagunakan atau memanfaatkan dana yang sementara menganggur. Oleh karena itu biasanya investasi ini bersifat mudah diperjualbelikan (marketable) dan harganya relative stabil. Investasi jangka panjang yaitu investasi yang ukuran jangka waktunya lebih dari satu tahun. Dengan demikian harapan (expected) keuntungan di masa mendatang akan lebih dari satu periode. Investasi semacam ini biasanya tidak mudah diperjualbelikan, karena investasi ini menyangkut kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang. Menurut Mulyadi (2001), investasi dapat dibedakan menjadi empat kelompok yaitu: a. b. Investasi yang tidak menghasilkan laba (non profit investment) Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non measurable profit investment) c. Investasi dalam penggantian ekuipmen (replacement investment)

11

d.

Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment) Investasi yang tidak menghasilkan laba timbul karena adanya

peraturan pemerintah atau syarat-syarat kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakannya tanpa

mempertimbangkan laba atau rugi. Misalnya, karena air limbah yang telah digunakan dalam proses produksi dapat menyebabkan timbulnya bencana lingkungan, sehingga pemerintah mewajibkan perusahaan untuk memasang instalasi pengolah air limbah, sebelum air tersebut dibuang ke luar pabrik. Sifat investasi sejenis ini merupakan kewajiban yang harus dilakukan, maka tidak memerlukan pertimbangan ekonomis sebagai kriteria untuk mengukur perlu tidaknya pengeluaran tersebut. Investasi yang tidak dapat diukur labanya dimaksudkan untuk menaikan laba, namun laba yang diharapkan dari investasi tersebut sulit untuk dihitung secara teliti. Sebagai contoh adalah pengeluaran untuk biaya promosi produk jangka panjang, biaya penelitian dan pengembangan, biaya program pendidikan dan pelatihan karyawan. Sulit untuk mengukur tambahan laba yang dapat diperoleh dengan adanya pengeluaran biaya promosi produk, begitu juga sulit untuk mengukur penghematan biaya karena adanya biaya efisien akibat adanya program pelatihan dan pendidikan karyawan. Biasanya yang dipakai sebagai pedoman dalam

mempertimbangkan jenis investasi ini adalah persentase tertentu dari

12

hasil penjualan (untuk biaya promosi produk), persentase tertentu dari laba bersih perusahaan (untuk biaya penelitian dan pengembangan), investasi yang sama yang dilakukan perusahaan pesaing, dan jumlah uang kas yang tersedia. Dalam pertimbangan investasi jenis ini, pedoman persentase tertentu dari hasil penjualan seperti di atas tidaklah merupakan kriteria yang memuaskan, dan biasanya manajemen puncak lebih banyak mendasarkan pada pertimbangan daripada atas dasar analisa data kuantitatif. Investasi dalam pengertian ekuipmen merupakan pengeluaran untuk penggantian mesin dan ekuipmen yang ada. Dalam pemakaian mesin dan ekuipmen pada suatu saat akan terjadi biaya operasi mesin dan ekuipmen menjadi lebih besar dibandingkan biaya operasi jika mesin tersebut diganti dengan yang baru atau produktivitasnya tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan. Pada saat itu, operasi dengan mesin dan ekuipmen yang ada menjadi tidak ekonomis lagi. Informasi penting dan perlu dipertimbangkan dalam keputusan penggantian mesin dan ekuipmen biasanya dilakukan atas dasar pertimbangan adanya penghematan biaya (biaya diferensial) yang akan diperoleh atau adanya kenaikan produktifitas (pendapatan diferensial) dengan adanya penggantian tersebut. Jika biaya diferensial yang berupa penghematan biaya yang diperlukan dari penggantian mesin dan ekuipmen berjumlah pantas

13

bila dibandingkan dengan aktiva diferensial yang berupa tambahan investasi untuk penggantian tersebut, maka penggantian tersebut secara ekonomis memang diperlukan. Dengan kata lain, jika aktiva berupa investasi dalam penggantian aktiva tetap akan menghasilkan kembalian investasi (retun on investment) yang dikehendaki, yang berupa perbandingan biaya dengan investasi yang akan dilakukan, maka penggantian mesin dan ekuipmen secara ekonomis menguntungkan. Meskipun penghematan biaya merupakan kriteria yang umum dipakai dalam jenis investasi ini, namun seringkali pendapatan diferensial juga perlu dipertimbangkan, yaitu jika kapasitas produksi ekuipmen yang baru melebihi kapasitas yang dimiliki sekarang dan pasar masih dapat menampung tambahan produk yang dijual. Investasi dalam perluasan usaha merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi atau operasi menjadi lebih besar dari sebelumnya. Tambahan kapasitas akan memerlukan aktiva diferensial berupa tambahan investasi dan akan menghasilkan pendapatan diferensial, yang berupa tambahan pendapatan (revenue), serta memerlukan biaya diferensial, yang berupa tambahan biaya karena tambahan kapasitas. Untuk memutuskan jenis investasi ini, yang perlu

dipertimbangkan adalah apakah aktiva diferensial yang diperlukan untuk perluasan usaha diperkirakan akan menghasilkan laba

14

diferensial (yang merupakan selisih antara pendapatan diferensial dengan biaya diferensial) yang jumlahnya memadai. Kriteria yang perlu dipertimbangkan adalah taksiran laba masa yang akan datang (yang merupakan selisih pendapatan dengan biaya) dan kembalian investasi (return on investment) yang akan diperoleh karena adanya investasi tersebut. Penting juga dipertimbangkan faktor risiko yang berbeda-beda untuk tiap-tiap investasi, pajak penghasilan, dan nilai waktu uang (time value of money), karena ketiga faktor tersebut menentukan arus kas (cash flow) di masa yang akan datang.

2.

Manfaat Investasi Investasi dapat dilakukan oleh investor swasta, baik perorangan maupun perusahaan, serta koperasi, badan usaha milik negara, dan yayasan yang sedang membangun proyek baru atau memperluas kegiatan usahanya yang sudah berjalan. Adapun manfaat yang hendak dicapai para investor secara garis besar adalah sebagai berikut: a. Manfaat finansial, seperti memperoleh keuntungan atau

likuiditas keuangan. b. Manfaat makro ekonomi, misalnya meningkatkan jumlah perdagangan ekspor, menciptakan lapangan kerja baru,

penghematan pengeluaran devisa.

15

c.

Manfaat politis, sosial, budaya dan sebagainya. Investor swasta cenderung mengetengahkan pencapaian manfaat

finansial, misalnya mendapatkan keuntungan lebih dari cukup, sedangkan investor BUMN lebih mengetengahkan manfaat makro ekonomi. Walaupun demikian, investasi yang dibiayai BUMN sebaiknya tidak menderita kerugian, minimum dalam jangka waktu menengah.

B.

Aliran Kas Proyek 1. Definisi Aliran Kas Larren (1971:530), Graham Mott (1985:31), Sharpe, Alexander dan Bailey (1995:611), dan Gitman (2000:11) pada pokoknya menyatakan bahwa arus kas adalah penerimaan yang dihasilkan oleh operasi bisnis dalam periode waktu tertentu. Di samping itu aliran kas dapat didefinisikan sebagai pendapatan bersih yang dapat dibelanjakan (net spendable income) yang ditentukan dengan seluruh biaya-biaya operasi dan tetap dari pendapatan kotor. Bila biaya lebih besar dari pendapatan hasilnya adalah aliran kas negatif (negative cash flow). Aliran kas juga dapat diturunkan dari keuntungan operasi dengan melakukan penyesuaian untuk pos-pos yang mempengaruhi pembayaran (misalnya depresiasi) dan pos-pos yang mempengaruhi

16

pembayaran tapi tidak tercatat dalam keuntungan operasi (misalnya perubahan modal kerja). Dalam studi kelayakan rencana investasi, arus kas merupakan unsur analisis yang sangat penting kedudukannya karena kelayakan finansial sebuah usulan rencana investasi diukur pada nilai sekarang arus kasnya. Secara sederhana, jika nilai sekarang arus kas masuk lebih besar daripada nilai sekarang arus kas keluar, maka rencana investasi itu dari sudut aspek finansial adalah layak dilaksanakan. Demikian pula jika terjadi sebaliknya, maka rencana investasi tidak layak dilaksanakan. Manfaat (benefit) dari investasi yang diterima di masa mendatang juga dinyatakan dalam bentuk arus kas, bukan dalam bentuk laba akuntansi. Seorang investor atau pengusaha yang telah membuat keputusan untuk malaksanakan suatu usulan investasi pada saat sekarang ini, selalu mengharapkan agar arus kas yang diterimanya pada masa yang akan datang adalah lebih besar daripada pengeluaran kasnya sekarang.

2.

Jenis Arus Kas Untuk mempermudah analisis, aliran kas proyek dikelompokkan menjadi tiga, yaitu aliran kas awal, aliran kas periode operasi produksi, dan aliran kas terminal.

17

a.

Arus Kas Awal (initial cash outflow) adalah arus kas yang terjadi pada waktu investor melaksanakan pembangunan sebuah proyek. Arus kas awal ini lazim didefinisikan terjadi pada periode ke-0, dan pengeluaran yang bersangkutan berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan sebuah proyek.

b.

Arus Kas Periode Operasi adalah arus kas yang terjadi pada sebuah proyek atau perusahaan yang sudah dan sedang beroperasi, meliputi arus kas keluar dan arus kas masuk. Arus kas masuk dapat berupa penerimaan hasil penjualan, dan arus kas keluar dapat berupa pengeluaran biaya. Tingkat biaya operasi umumnya tidak tetap, bergantung pada jumlah produksi yang ditargetkan.

c.

Arus Kas Terminal (terminal cash flow) adalah arus kas yang terjadi pada saat sebuah proyek sudah tiba pada akhir usia ekonomis, meliputi penerimaan nilai sisa proyek atau pemulihan nilai modal kerja. Bila terjadi penjualan barang sisa, harus pula diperhatikan pajak penjualannya.

Dari ketiga arus kas menurut sisi pandang waktu terjadinya tersebut di atas, yang terpenting ialah arus kas terminal. Dengan demikian, dari semua tipe arus kas yang telah dikemukakan, ada tiga macam yang terpenting artinya dalam analisis kelayakan investasi, yaitu: (i) arus kas awal, (ii) arus kas periode operasi, dan (iii) arus kas terminal.

18

C.

Analisa Kelayakan Investasi Analisa kelayakan investasi didefinisikan sebagai penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek atau investasi dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian berhasil dalam artian yang terbatas adalah berhasil memberikan menfaat finansial dari investasi tersebut, dengan kata lain adalah bahwa investasi tersebut menguntungkan bagi investornya. Pengkajian yang bersifat menyeluruh dan mencoba menyoroti segala aspek kelayakan proyek atau investasi dikenal sebagai studi kelayakan. Studi kelayakan atas rencana investasi harus dilakukan untuk semua aspek yang terkait sehingga keputusan investasi yang dibuat didukung oleh kelayakan dari semua aspek yang terkait dimaksud, dan tidak hanya karena kelayakan aspek finansialnya saja.

Adapun beberapa aspek terkait dalam suatu studi kelayakan yaitu: 1. Aspek Finansial. Studi mengenai aspek finansial merupakan aspek kunci dari suatu studi kelayakan. Dikatakan demikian, karna sekalipun aspek lain tergolong layak, jika studi aspek finansial memberikan hasil yang tidak layak, maka usulan proyek akan ditolak karena tidak akan memberikan manfaat ekonomi. Studi aspek finansial ini paling tidak mencakup : a. Kajian terhadap jumlah dana yang diperlukan, baik untuk keperluan investasi awal maupun untuk kebutuhan modal kerja.

19

b.

Kajian terhadap sumber dana, sekaligus perhitungan mengenai biaya atas modal yang direncanakan ditarik, termasuk rancangan terhadap struktur modal yang tergolong layak.

c.

Proyeksi arus kas yang memuat rincian prospek arus masuk dan prospek arus kas keluar. Proyeksi arus kas tersebut berguna sebagai landasan untuk melakukan analisis kelayakan finansial dengan menggunakan

berbagai metode yang lazim, seperti payback method, net present value (NVP), profitability index (PI), internal rate of return (IRR), average rate of return (ARR), dan benefit-cost-ratio analysis (BCRA). d. Kajian terhadap pengaruh indikator ekonomi makro terhadap kelayakan keuangan proyek, baik terhadap arus kas masuk dan arus kas keluar. 2. Aspek Ekonomi dan Sosial. Studi aspek ekonomi dan sosial ini bertujuan untuk mengemukakan pengaruh positif proyek terhadap perekonomian dan masyarakat sekitar proyek.

Pengaruh terhadap perekonomian perlu dari sisi lokal, regional, dan nasional. 3. Aspek Pasar dan Pemasaran. Studi aspek pasar dan pemasaran sangatlah penting, artinya dalam studi kelayakan karena studi itu akan merinci potensi penerimaan (arus kas masuk) selama usia

20

ekonomi proyek. Di samping itu, studi pasar akan memberikan gambaran mengenai intensitas persaingan, informasi tentang kebutuhan dan keinginan konsumen, pendapatan rata-rata calon konsumen, ketersediaan saluran distribusi, dan kondisi sarana angkutan. 4. Aspek Teknis dan Teknologi. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab berkaitan dengan kapasitas proyek, lokasi, tata letak alat produksi, bentuk bangunan, kajian atas bahan dan sumbernya, desain produk, dan analisis biaya produksi. Pengkajian aspek teknis dalam studi kelayakan dimaksudkan untuk memberi batasan garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik proyek. Pengkajian aspek teknis amat erat hubungannya dengan aspek-aspek lain, terutama aspek ekonomi, finansial dan pasar. Aspek teknis memiliki pengaruh besar terhadap perkiraan biaya dan jadwal, karena akan memberikan batasan-batasan lingkup proyek secara kuantitatif. Pada studi kelayakan aspek ini masih dalam bentuk konseptual, baru nanti di tahap-tahap berikutnya dilanjutkan dan dikembangkan menjadi desainengineering terinci, dan menjadi cetak biru proyek yang akan dibangun.

21

Maksud dan tujuan pengkajian aspek teknis adalah sebagai berikut: a. Pada tahap awal bertujuan merumuskan gagasan yang timbul ke dalam batasan yang kongkret dari segi teknis. b. Selanjutnya hasil pengkajian aspek teknis (yang semakin mendalam) dipakai sebagai masukan pengkajian aspekaspek seperti finek, AMDAL, perkiraan biaya dan jadwal. c. Akhirnya lingkup aspek teknis sampai kepada kegiatan desain engineering terinci, menghasilkan cetak biru (blue print) proyek yang akan dibangun. Pengkajian aspek teknis mencakup hal-hal sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) Menentukan letak geografis lokasi. Mencari dan memilih teknologi proses produksi. Menentukan kapasitas produksi. Denah atau tata letak intalasi. Bangunan instalasi (plant building). yang diambil dari pengkajian di atas

Keputusan

merupakan keputusan penting menyangkut keberhasilan proyek secara keseluruhan. Setidaknya terdapat tiga alasan mengapa keputusan tersebut penting bagi kelanjutan proyek, yaitu: a) Merupakan komitmen jangka panjang, bila tidak tepat sulit untuk diperbaiki.

22

b)

Berpengaruh

besar

terhadap

biaya

pembangunan proyek. c) Mempunyai dampak permanen terhadap biaya operasi/produksi. 5. Aspek Hukum. Studi aspek hukum mampu menjelaskan berbagai hal yang berhubungan dengan masalah ligitasi, kesepakatan, hubungan industrial, perizinan, status perusahaan, dan desain mengenai hak dan kewajiban pendiri, pemegang saham, tim manajemen, dan karyawan. 6. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia. Aspek ini mencakup penelitian jenis dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mengelola dan mengoperasikan proyek, kualifikasi tenaga kerja, sumber pengadaan tenaga kerja, program training yang diperlukan, tempatnya serta jenis dan jumlah nilai balas jasa tenaga kerja.

D.

Nilai Uang Terhadap Waktu Pengertian bahwa satu rupiah saat ini akan bernilai lebih tinggi dari waktu yang akan datang, merupakan konsep dasar dalam pembuatan keputusan investasi. Pada umumnya masalah finansial atau arus kas suatu investasi mencakup waktu yang cukup lama, bertahun-tahun, sehingga perlu diperhitungkan pengaruh waktu terhadap nilai uang. Ini dirumuskan sebagai bunga (interest) atau tingkat arus pengembalian (rate of return).

23

Uang dapat menurun (depreciate) atau bertambah (appreciate) nilai terhadap waktu. Perbedaan nilai uang karena faktor waktu tersebut ditunjukkan oleh nilai tukar uang (exchange value of money) yang bersangkutan yang semakin menurun di masa mendatang. Faktor yang menyebabkan penurunan nilai uang adalah karena adanya inflasi, tingkat bunga, perubahan nilai tukar terhadap valuta asing, dan variable ekonomi makro serta indikator moneter lainnya. Compounding dan Discounting. Karena uang memiliki nilai waktu, jadi kita tidak mungkin menggabungkan begitu saja arus uang yang terjadi pada waktu-waktu yang berbeda. Untuk menyesuaikan arus kas investasi bagi nilai waktunya yang berbeda, kita perlu menggunakan gagasan compounding (penggandaan) dan discounting (pemotongan). Compounding adalah proses penentuan nilai sejumlah uang sekarang pada masa yang akan datang. Sedangkan discounting adalah kebalikan proses compounding, yakni proses menemukan nilai sekarang sejumlah uang di masa mendatang. Nilai masa depan jumlah uang akan dapat dihitung dengan mempergunakan rumus future value atau compound interest berikut: FV = PV (1 + r)n ......(2.1) dimana: FV = future value, nilai uang yang akan diterima yang akan datang PV = present value, nilai uang pada saat ini r n = tingkat bunga yang diperhitungkan = periode waktu

24

Demikian juga halnya apabila kita akan menghitung nilai sekarang dari sejumlah uang dimasa depan yang mungkin akan kita hitung saat ini, dapat dihitung sebagai berikut: PV = Dimana faktor
n.........

(2.2)

, disebut Discount Factor

Semakin tinggi suku bunga yang dipandang relevan, semakin besar perbedaan antara nilai sekarang dengan nilai yang akan diterima kemudian hari.

1.

Metode Net Present Value Metode Nilai Sekarang (Net Present Value) adalah metode penilaian kelayakan investasi yang menyelaraskan nilai akan datang arus kas menjadi nilai sekarang melalui pemotongan arus kas dengan memakai faktor pengurangan (diskon) pada tingkat biaya modal tertentu yang diperhitungkan. Metode ini untuk menghitung nilai uang dari semua arus kas proyek yaitu menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. NVP dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : NPV = - I0.... (2.3)

25

Dimana: NPV (C)t I0 n i t = Nilai sekarang bersih = Aliran kas masuk tahun ke-t = Initial Investment, jumlah investasi awal = Umur unit usaha hasil investasi = Arus pengembalian (rate of return) = Waktu

Kriteria kelayakan : a. NPV = positif (>0), usulan proyek dapat diterima, semakin tinggi angka NPV semakin baik. b. NPV = negatif (<0), usulan proyek ditolak. Kriteria NPV adalah keputusan penganggaran modal yang paling baik. NPV berkaitan dengan arus kas bebas. NPV juga peka terhadap pemilihan waktu yang benar dari manfaat yang dihasilkan proyek. Nilai waktu uang juga memungkinkan untuk membandingkan dari manfaat dan biaya-biata secara logis. Karena suatu proyek diterima hanya jika nilai sekarang positif maka penerimaan terhadap sebuah proyek yang menggunakan kriteria ini akan meningkatkan nilai dari perusahaan yang konsisten dengan tujuannya berupa memaksimalkan kekayaan perusahaan atau pemegang saham. Kelemahan metode NPV berasal dari kebutuhan peramalan jangka panjang yang rinci atas penambahan arus kas bebas yang

26

diukur dari penerimaan proyek. Selain kelemahan ini, NPV secara teoritis merupakan kriteria yang tepat karena mengukur dampak dari penerimaan proyek pada nilai ekuitas perusahaan. Selain kelemahan di atas, menurut Murdifin dan Salim (2003), kelemahan dari penggunaan metode NPV ini, jika proyek memiliki nilai investasi inisial yang berbeda, maka nilai NPV yang lebih besar belum menjamin sebagai proyek yang lebih baik.

2.

Metode Internal Rate of Return Metode Internal Rate of Return menghitung besarnya tingkat bunga yang akan diperoleh suatu proyek investasi selama usia ekonomis proyek tersebut. Besarnya bunga dihitung dengan mencari diskon komulatifnya sehingga menghasilkan Net Present Value aliran kas masuk = Net Present Value aliran kas keluar. Rumus sebagai berikut:

- (Cf) = 0 ...... (2.4)


Dimana: (C)t (Cf) n i t = Aliran kas masuk tahun ke-t = Aliran kas keluar = Umur unit usaha hasil investasi = Arus pengembalian (rate of return) = Waktu

27

Metode Internal Rate of Return (IRR) ini menggunakan metode coba-coba untuk mempoeroleh nilai bersih sekarang sama dengan nol, maka diperlukan beberapa kali perhitungan untuk mencari nilai bersih sekarang positif dan nilai bersih sekarang negatif yang mendekati nol. Caranya, hitung nilai sekarang dari arus kas bersih dari suatu investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar, lalu bandingkan dengan biaya investasi, jika nilai investasi lebih kecil, maka dicoba lagi dengan suku bunga yang lebih tinggi demikian seterusnya hingga biaya investasi menjadi sama besar. Sebaliknya, dengan suku bunga wajar tadi nilai investasi lebih besar, maka coba lagi dengan suku bunga yang lebih rendah sampai mendapatkan nilai investasi yang sama besar dengan nilai bersih sekarang. Menganalisis usulan proyek dengan IRR memberi kita petunjuk sebagai berikut: IRR > arus pengembalian (i) yang diinginkan (required rate of return - IRR), proyek diterima. IRR < arus pengembalian (i) yang diinginkan (required rate of return - IRR), proyek ditolak. IRR = arus pengembalian (i) yang diinginkan (required rate of return - IRR), proyek diterima. Jika tingkat pengembalian internal pada suatu proyek, sama dengan tingkat pengembalian yang diinginkan pemegang saham, maka

28

proyek harus diterima, sebab perusahaan sedang mendapatkan tingkat yang diinginkan oleh pemegang saham. Jika NPV positif, maka IRR harus lebih besar dari tingkat pengembalian yang diinginkan. Dengan begitu, semua kriteia-kriteria arus kas diskonto, konsisten dan akan memberi keputusan menerima atau menolak yang serupa. Dikarenakan tingkat pengembalian internal merupakan kriteria arus kas diskonto yang lain, maka IRR berada di dalam sebagai contoh keuntungan dan kerugian umum yang sama seperti nilai bersih sekarang.

3.

Membandingkan NPV dan IRR Telah dibahas kriteria seleksi proyek dengan mengunakan metode NVP dan IRR. Pertanyaan yang mungkin timbul adalah apakah kedua metode tersebut memberikan hasil yang sama dilihat dari sudut menarik tidaknya proyek yang bersangkutan untuk diterima atau tidak. Dari peninjauan lebih lanjut akan terlihat bahwa kedua kriteria di atas menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

a.

Memberikan Hasil Kesimpulan yang Sama Kedua kriteria akan memberikan hasil ranking yang sama terhadap menarik tidaknya suatu usulan proyek, dengan catatan berikut:

29

1)

Aliran kas proyek harus mengikuti pola yang sejenis (aliran keluar pada masa awal dan selanjutnya aliran kas masuk berkesinambungan sampai akhir umur proyek).

2)

Proyek berdiri sendiri dan bukan proyek yang bersifat saling meniadakan (mutually exclusive project).

b.

Memberikan Kesimpulan yang Berbeda Kriteria yang satu dapat memberikan keputusan ditolak atau diterima yang berbeda dengan kriteria yang lain bilamana terdapat hal-hal berikut: 1) Pada aliran kas proyek tidak sejenis, terjadi beberapa kali perubahan tanda (+) dan (-). 2) 3) Proyek-proyek bersifat saling meniadakan. Proyek-proyek tersebut memiliki ukuran atau skala yang banyak berbeda. Fakta yang perlu diperhatikan adalah bahwa NPV memberikan

angka absolut sedangkan IRR memberi angka perbandingan sehingga tidak memasukkan faktor skala atau ukuran proyek. Dengan demikian, NPV dianggap lebih superior dibanding metode IRR. Oleh karena itu, metode NPV inilah yang dianjurkan untuk digunakan dalam menganalisis aliran kas rencana proyek (investasi).

30

E.

Depresiasi Salah satu faktor yang diperlukan dalam membuat arus kas adalah depresiasi dan pajak. Sesungguhnya depresiasi bukanlah suatu pengeluaran kas, tetapi suatu metode perhitungan akuntansi yang bermaksud

membebankan biaya perolehan aktiva tetap atau aset dengan menyebar selama periode tertentu, di mana aset tersebut masih berfungsi. Karena menurut peraturan, depresiasi dianggap sebagai pengeluaran yang dapat dipotong dari bagian yang akan dikenakan pajak (tax-deductible expense) maka tentu saja ada suatu rangsangan untuk mendepresiasikan aset dalam periode sesingkat mungkin dalam batas-batas yang diijinkan oleh peraturan yang ada. Dengan demikian, akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar pada tahun-tahun awal operasi dan produksi, sehingga dapat meningkatkan aliran kas masuk dan mempercepat pengembalian (recovery) biaya perolehan asset. Selanjutnya, depresiasi juga akan mengurangi resiko yang mungkin timbul. Depresiasi pada suatu property atau asset biasanya disebabkan karena satu atau lebih faktor-faktor berikut: 1. 2. 3. 4. Kerusakan fisik akibat pemakaian dari alat atau property tersebut. Kebutuhan produksi atau jasa yang lebih baru dan lebih besar. Penurunan kebutuhan produksi atau jasa. Property atau aset tersebut menjadi usang karena adanya

perkembangan teknologi.

31

5.

Penemuan fasilitas-fasilitas yang bisa menghasilkan produk yang lebih baik dengan ongkos yang lebih rendah dan tingkat keselamatan yang lebih memadai. Besarnya depresiasi tahunan yang dikenakan pada suatu property akan

tergantung pada beberapa hal yaitu (1) ongkos investasi dari properti tersebut, (2) tanggal pemakaian awalnya, (3) estimasi masa pemakaian, (4) nilai sisa yang ditetapkan, dan (5) metode depresiasi yang digunakan. Tidak semua jenis property atau aset bisa didepresiasi. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu aset atau properti bisa

didepresiasikan, antara lain: 1. Harus digunakan untuk keperluan bisnis atau memperoleh

penghasilan. 2. 3. 4. Umur ekonomisnya bisa dihitung. Umur ekonominya lebih dari satu tahun. Harus merupakan sesuatu yang digunakan, sesuatu yang menjadi usang, atau sesuatu yang nilainya menurun karena sebab-sebab alamiah. Untuk menghitung depresiasi, terlebih dahulu perlu diketahui hal-hal berikut:

32

1.

Basis atau biaya pertama Basis adalah nilai yang sesuai dengan prosedur pajak untuk suatu aset. Umumnya terdiri dari nilai perolehan ditambah pengeluaran yang dikapitalisasikan. Pengeluaran yang dikapitalisasikan dapat terdiri dari biaya pengangkutan dan pemasangan sampai siap pakai.

2.

Periode recovery Periode recovery atau umur depresiasi adalah masa dimana aset diperkirakan masih dapat beroperasi pada tingkat efisiensi yang diharapkan. Setelah itu aset dihapuskan dari perhitungan akuntansi (written-off). Mungkin saja aset tersebut setelah written-off masih laku dijual di pasar bebas.

3.

Arus depresiasi Kecepatan atau arus depresiasi yaitu berapa besar bagian nilai aset yang didepresiasikan atau dikeluarkan dari nilai buku perusahaan per tahun.

4.

Nilai sisa Nilai sisa adalah harga penjualan aset pada akhir umur depresiasi. Umumnya untuk memudahkan perhitungan, nilai sisa dianggap = 0. Akan tetapi bila kemudian aset pada akhir umur depresiasi masih laku terjual, maka pajak penjualan yang bersangkutan harus

diperhitungkan. Dari sini dapat dinyatakan :

Nilai sisa = nilai jual ongkos pemindahan.... (2.5)

33

Sering kali pada waktu membuat perkiraan aliran kas dibuat asumsi bahwa aset tersebut pada saat written-off masih memiliki nilai sisa (salvage value). Dalam hal ini aturan dasar yang menentukan nilai dan depresiasi tidak berkurang dengan adanya perkiraan nilai sisa. Hanya saja perlu diperhatikan bila nanti ternyata realisasi harga penjualan aset tersebut lebih tinggi dari nilai buku, maka selisihnya harus dikenakan pajak sesuai besarnya persentase (%) pajak pendapatan perusahaan tersebut. Namun, bila harga penjualannya lebih rendah akan berakibat adanya penghematan pajak. Banyak metode yang bisa dipakai untuk menentukan beban depresiasi tahunan dari suatu aset. Diantara metode-metode tersebut, yang sering dipakai adalah: 1. Metode garis lurus (Straight Line atau SL) Metode depresiasi garis lurus didasarkan atas asumsi bahwa berkurangnya nilai suatu aset secara linier (proporsional) terhadap waktu atau umur dari aset tersebut. Metode ini cukup banyak dipakai karena perhitungannya memang cukup sederhana. Besarnya depresiasi tiap tahun dengan metode SL dihitung berdasarkan: Dt = Dimana: Dt P S = besarnya depresiasi pada tahun ke-t = ongkos awal dari aset yang bersangkutan = nilai sisa dari aset tersebut .... (2.6)

34

= masa pakai (umur) dari asset tersebut dinyatakan dalam tahun.

2.

Metode jumlah digit tahun (Sum of Years Digit atau SOYD) SYOD adalah salah satu metode yang dirancang untuk membebankan depresiasi lebih besar pada tahun-tahun awal dan semakin kecil untuk tahun-tahun berikutnya. Ini berarti metode SOYD membebankan depresiasi yang lebih cepat dari metode SL. Cara perhitungan depresiasi dengan metode SYOD dimulai dengan jumlah digit tahun dari 1 sampai N angka yang diperoleh dinamakan jumlah digit tahun (SOYD). Besarnya depresiasi tiap tahun diperoleh dengan

mengalihkan ongkos awal dikurangi nilai sisa (P-S) dari aset tersebut dengan rasio antara jumlah tahun sisa umur aset terhadap nilai SOYD. Secara matematis besarnya depresiasi tiap tahun dapat ditulis: Dt = = Dimana: Dt SOYD = beban depresiasi pada tahun ke-t = jumlah digit tahun dari 1 sampai N.

, (t = 1, 2,N).... (2.7)

35

3.

Metode keseimbangan menurun (Declining Balance atau DB) Seperti halnya metode jumlah digit tahun, metode keseimbangan menurun juga menyusutkan nilai suatu aset lebih cepat dari tahuntahun awal dan secara progresif menurun pada tahun-tahun selanjutnya. Metode ini bisa dipakai bila umur aset lebih dari 3 tahun. Besarnya depresiasi pada tahun tertentu dihitung dengan mengalikan suatu persentase tetap dari nilai buku aset tersebut pada akhir tahun sebelumnya. Dengan demikian maka besarnya beban depresiasi pada tahun ke-t adalah: Dt = dBVt-1 (2.8) Dimana: d BVt-1 = tingkat depresiasi yang ditetapkan = nilai buku aset pada akhir tahun sebelumnya (t-1).

Nilai buku pada akhir tahun pertama : BV1 = BV0 D1. (2.9)

4.

Metode dana sinking (Sinking Fund atau SF) Asumsi dasar yang digunakan pada metode depresiasi sinking fund adalah bahwa penurunan nilai suatu aset semakin cepat dari suatu saat ke saat berikutnya. Peningkatan ini diakibatkan karena disertakannya konsep nilai waktu dari uang sehingga besarnya depresiasi akan meningkat seirama dengan tingkat bunga yang berlaku. Dengan kata lain, besarnya depresiasi akan lebih kecil pada tahun-tahun awal

36

periode depresiasi. Dengan sifat yang demikian maka pemakaian metode depresiasi sinking fund tidak akan menguntungkan bila ditinjau dari sudut pajak yang harus ditanggung perusahaan. Alasan inilah yang menyebabkan metode depresiasi ini jarang dipakai. Besarnya nilai patokan depresiasi tiap tahun dihitung dari konversi nilai yang akan didepresiasi (P-S) selama N periode ke-t nilai seragam tahunan dengan bunga sebesar i%, atau: A = (P-S)(A/F,i%,N).... (2.10) Dengan demikian maka besarnya depresiasi pada tahun ke-t adalah jumlah dari nilai patokan depresiasi (A) dengan bunga yang dihasilkan. Jadi, depresiasi pada tahun pertama adalah A, pada tahun kedua adalah A(1+i), dan pada tahun ke-t adalah A(1+t)t-1, atau sama dengan A(F/P,i%,t-1). Dari sini bisa dihitung besarnya depresiasi pada tahun ke-t adalah: Dt = (P-S)(A/F,i%,N)(F/P,i%,t-1)..... (2.11)

5.

Metode unit produksi (Production Unit atau UP) Apabila penyusutan suatu aset lebih ditentukan oleh intensitas pemakaiannya dibandingkan dengan lamanya alat tersebut dimiliki maka depresiasinya bisa didasarkan atas unit produksi atau unit output dari aset atau properti tersebut. Pada prinsipnya, unit produksi bisa dinyatakan dari salah satu ukuran berikut:

37

a.

Output produksi, misalnya volume atau berat dari material yang dipindahkan oleh suatu alat pengangkutan material pada tahun tertentu dibandingkan dengan berat atau volume material yang diperkirakan bisa dipindahkan selama masa pakai dari alat tersebut.

b.

Hari operasi, menunjukkan jumlah hari operasi suatu aset selama tahun tertentu dibandingkan dengan ekspektasi total hari operasi dari aset tersebut selama masa pakainya.

c.

Proyeksi pendapatan, menunjukkan estimasi pendapatan pada tahun tertentu dari suatu aset yang disewakan dibandingkan dengan estimasi pendapatan dari penyewaan alat tersebut selama masa pakainya.

Pada metode depresiasi unit produksi ini, besarnya depresiasi diperhitungkan sama untuk tiap satuan output produksi dari aset tersebut, tanpa memperhitungkan berapa lama output tersebut dicapai. Unit output atau unit produksi ini bisa dinyatakan dengan salah satu dari 3 ukuran yang diuraikan di atas. Misalkan Ut adalah jumlah unit produksi suatu aset selama tahun t dan U adalah total unit produksi dari aset tersebut selama masa pakainya, maka besarnya depresiasi pada tahun t adalah jumlah yang boleh didepresiasi (P-S) dikalikan dengan rasio Ut / U . Dengan kata lain, Dt= .. (2.12)

38

Dengan demikian maka nilai buku pada akhir tahun ke-t diberikan oleh: BVt = P -

(U1 + U2 ++ U1)... (2.13)

F.

Penalty atau Denda Penalty dalam arti lain di sini dapat juga diartikan sebagai denda. Denda adalah hukuman yang berupa keharusan membayar dalam bentuk uang (karena melanggar aturan, undang-undang, dan sebagainya). Denda dikeluarkan ketika salah satu pihak melakukan pelanggaran terhadap perjanjian yang telah disepakati antara dua belah pihak. Besarnya denda yang dikeluarkan juga disesuaikan berdasarkan perjanjian yang telah dibuat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Sumber Data Subjek penelitian ini adalah PT. IP. Perusahaan ini merupakan badan usaha yang didirikan dengan tujuan untuk menjalankan usaha dalam bidang pengadaan jasa penghasil listrik. Penelitian ini memfokuskan pada analisis studi kasus yang terjadi pada perusahaan saat ini, yaitu menganalisis kelayakan rencana investasi gudang material mesin berdasarkan tingkat pengembalian investasinya. Data-data yang dibutuhkan diperoleh langsung dari PT. IP yaitu data-data yang berkaitan dengan investasi gudang material mesin seperti data-data biaya, umur ekonomis aset, peralatan yang digunakan, dan data biaya penalty selama tiga tahun.

B.

Desain Penelitian Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis atau studi kelayakan investasi gudang material mesin di PT. IP yang dilihat dari aspek finansial dengan menggunakan metode kriteria investasi yaitu Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) dan Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return). Data-data yang berkaitan dengan biaya pembangunan gudang yaitu, perkiraan peghematan biaya penalty dan perkiraan biaya operasional gudang selama umur ekonomis gudang, peralatan-peralatan yang digunakan di gudang dan harga pembelian peralatan.

39

40

C.

Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai investasi maupun hal-hal lainnya yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, misalnya biaya pembangunan gudang, harga mesin serta perlengkapannya yang digunakan di gudang. Di dalam penelitian, pada umumnya dikenal tiga teknik pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau kepustakaan, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview. Ketiga teknik tersebut dapat dilakukan secara terpisah atau bergabung untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin. Teknik pengumpulan data-data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut: 1. Wawancara dan tanya jawab secara langsung dengan beberapa pimpinan eksekutif dan karyawan yang kompeten dalam memberikan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 2. Observasi. Mengadakan penelitian langsung ke perusahaan untuk memperoleh deskripsi yang relative lengkap mengenai aktifitas perusahaan serta mengadakan eksplorasi (penjelajahan) dalam perusahaan tersebut. 3. Penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis yang digunakan sebagai landasan teori dalam menganalisis penelitian ini.

41

Landasan teori ini dapat diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan berupa: buku, jurnal, tulisan ilmiah, dan juga sumber-sumber lainnya.

D.

Pengolahan Data Analisis data-data untuk mengetahui kelayakan investasi gudang material mesin meliputi: 1. Perkiraan Investasi Awal Perkiraan nilai awal investasi meliputi penganggaran pembangunan gudang (capital expenditure) dan pembelian aktiva tetap.

2.

Perhitungan Depresiasi Aset Perhitungan nilai depresiasi dilakukan untuk aset-aset perusahaan yang memiliki tingkat penurunan nilai akibat waktu dan

pemakaiannya, seperti bangunan gudang, perlengkapan dan peralatan gudang yang memiliki nilai ekonomis.

3.

Memperkirakan Penghematan Biaya Penalty Perkiraan penghematan biaya penalty merupakan perkiraan biaya manfaat setelah adanya gudang material.

4.

Proyeksi Aliran Kas Proyeksi aliran kas akan meliputi aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama umur ekonomis gudang, dimana selisih antara keduanya

42

(aliran kas masuk dikurangi aliran kas keluar) akan menghasilkan aliran kas bersih. a. Aliran Kas Masuk Aliran kas masuk merupakan penjumlahan dari aliran kas yang diperoleh dari aktivitas operasional, dalam hal ini adalah penghematan biaya penalty.

b.

Aliran Kas Keluar Aliran kas keluar merupakan arus kas yang keluar untuk membiayai kegiatan operasional (operating expenses) yang berhubungan dengan pembiayaan selama umur ekonomis gudang.

E.

Analisis Kelayakan Investasi Pada analisis kelayakan investasi, sistem persediaan material mesin setelah adanya gudang diasumsikan baik (tidak terjadi stock out), sehingga aliran kas yang ditimbulkan adalah aliran kas yang disebabkan oleh proyek investasi gudang material tersebut. Metode yang digunakan untuk menganalisis kelayakan pembangunan gudang material mesin dalam aspek finansial adalah:

43

1.

Analisis dengan Net Present Value (NPV) Analisis ini berdasarkan nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih (net cash flows) di masa yang akan datang (selama umur ekonomis). Dengan kriteria: Apabila NPV 0, berarti usulan proyek/investasi diterima. Apabila NPV < 0, berarti usulan proyek/investasi dianggap tidak layak.

2.

Analisis dengan Internal Rate of Return (IRR) Metode ini ditujukan untuk mencari tingkat bunga (tingkat pengembalian investasi) dengan menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang aliran kas bersih di masa yang akan datang (selama umur ekonomis gudang). Dengan kriteria: Apabila IRR hasil perhitungan IRR yang diharapkan (expected return), maka usulan investasi bisa diterima (layak). Apabila IRR hasil perhitungan < IRR yang diharapkan (expected return), maka usulan investasi tidak bisa diterima (tidak layak).

F.

Simpulan dan Saran Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan analisis data tersebut. Selanjutnya dapat diberikan gambaran untuk dipertimbangkan oleh perusahaan layak atau tidaknya investasi ini dijalankan.

44

G.

Bagan Metodologi Penelitian Studi Pendahuluan

Studi Lapangan

Studi Pustaka

Identifikasi Masalah

Tujuan Penelitian

Pengumpulan dan Pengolahan Data Data biaya investasi (pembangunan gudang, peralatan ) Data operasional gudang Data biaya penalty Data depresiasi awal mesin,

Analisis Membuat aliran kas selama umur proyek Menyusun kriteria penilaian dengan metode Net Present Value dan Internal Rate of Return

Simpulan dan Saran Gambar 3.1 Bagan Metodologi Penelitian

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

A.

Pengumpulan Data Sesuai dengan tujuan penelitian, yakni untuk mengetahui sejauh mana tingkat kelayakan dalam investasi gudang material mesin di PT. IP unit Indralaya, Sumatera Selatan, apakah layak dijalankan atau tidak, maka dalam menganalisis data diperlukan data-data mengenai estimasi biaya pembangunan gudang dan sarana penunjang di PT. PT. IP unit Indralaya, Sumatera Selatan. Data diperoleh langsung dari perusahaan sesuai dengan metode pengumpulan yang digunakan, yaitu melalui wawancara dan observasi. Dalam perencanaan pembangunan gudang di PT. IP unit Indralaya, Sumatera Selatan, perusahaan memperkirakan biaya-biaya yang

dikeluarkan. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan modal dalam perencanaan pembangunan gudang tersebut yang dijadikan sebagai investasi awal. Data investasi awal diperlukan sebagai pertimbangan atas pengeluaran dana yang dilakukan perusahaan dalam pembangunan gudang material, pembelian aktiva tetap, dan peralatan lainya yang diperlukan diawal pembangunan gudang. Data-data yang didapat dari pengumpulan data di PT. IP, yaitu:

45

46

Tabel 4.1 Investasi Awal NO. NAMA ASET Bangunan Gudang (@ 1. Rp.2.500.000,-/m ) 2. 3. Pemasangan Listrik Pemasangan instalasi Internet Sarana Gudang: a. Hand Pallets Cap. 5 Ton b. Tool (kunci-kunci) 4. c. Rack Tool Cabinet d. Meja Kursi e. Personal Computer (PC) Mesin-mesin: a. Mesin Las b. Mesin Gerinda 5. c. Mesin Bor d. Mesin Gergaji e. Chain Block Cap. 2 Ton 2 unit 1 unit 2 unit Rp Rp 1.000.000,750.000,1 unit 2 unit Rp 12.000.000,Rp 1.300.000,2 unit 5 unit 2 unit Rp 30.000.000,Rp 20.000.000,Rp 16.000.000,2 unit 2 set Rp 10.000.000,Rp 10.000.000,1300 VA Rp Rp 2.000.000,800.000,2

KUANTITAS 187 m2

BIAYA TOTAL

Rp 467.500.000,-

Rp 16.000.000,-

Jumlah Investasi Awal Rp 587.350.000,Sumber: PT. IP

Gudang dibangun dengan luas 187 m2 dan akan digunakan sebagai tempat penyimpanan material dan mesin-mesin. Mesin-mesin tersebut digunakan sebagai alat penunjang gudang seperti perakitan material mesin

47

sebelum dipasangkan kedalam mesin pembangkit. Untuk membangkitkan mesin-mesin tersebut perusahaan telah menyediakan daya listrik sebesar 30.000VA dan listrik yang digunakan sebagai penerangan sebesar 1300VA. Gudang juga dilengkapi fasilitas telepon dan internet demi mempermudah perusahaan dalam pemesanan barang. Sistem gudang di PT. IP unit Indralaya, Sumatera Selatan mengacu pada gudang yang ada pada kantor pusat PT. IP UBP Priok yaitu Tata Usaha Gudang (TUG). Dikarenakan unit yang terdapat di Indralaya merupakan unit kecil maka kebutuhan material yang kritis sudah dipesan satu tahun sebelum dibutuhkan. Sedangkan untuk material yang tidak kritis perusahaan dapat memesan langsung kepada pemasok. Demi menunjang kinerja pada gudang, perusahaan telah

memperkirakan juga biaya-biaya yang akan dikeluarkan setiap bulannya. Data-data biaya operasional ini akan dimasukan ke dalam aliran kas keluar. Tabel 4.2 Estimasi Biaya Operasional per Tahun BIAYA NO. ACCOUNT PERBULAN 1. 2. 3. 4. Listrik Telepon dan Internet Perawatan Gudang dan Peralatan Gaji Pegawai (@ Rp 1.100.000,- x 4 orang) Rp 1.600.000,Rp 2.500.000,Rp 4.200.000,Rp 4.400.000,Rp Rp Rp TAHUN 19.200.000,30.000.000,50.400.000,BIAYA PER

Rp 52.800.000,-

Sumber: PT. IP

48

Seperti konsumen pada umumnya sumber listrik yang digunakan oleh perusahaan disalurkan oleh PLN. Pembayaran listrik bibagi menjadi dua yaitu untuk 30.000VA kurang lebih sebesar Rp 1.400.000,-/bulan dan untuk 1300VA sebesar Rp 200.000,-/bulan. Sehingga setiap bulannya perusahaan mengeluarkan dana operasional gudang untuk listrik sebesar Rp 1.600.000,-. Perusahaan menempatkan 4 pegawai outsourching pada gudang untuk menjalankan sistem gudang. Sebagian pegawai tersebut bekerja sebagai pengelola gudang yang bertugas sebagai pengendali ketersediaan material mesin yang dibutuhkan dan sebagian lagi sebagai teknisi perakit material yang akan digunakan. Dalam penelitian ini penghematan biaya penalty digunakan sebagai manfaat dari perencanaan pembangunan gudang material. Seperti tujuan awal dari penelitian ini, pembangunan gudang diharapkan akan memberikan manfaat dari segi persediaan material agar dapat menurunkan tingkat kegagalan produksi yang disebabkan ketidaktersediaan material dan

mengakibatkan terkenanya denda. Penghematan biaya penalty nantinya akan digunakan sebagai pendapatan yang diperoleh dari aktivitas operasional. Faktor penilaian perkiraan penghematan biaya penalty dapat dilihat pada gambar berikut:

49

Manusia

13%

10%

Mesin dan Peralatan 20%

24%

Sistem Pengendalian Persediaan Material

Komputer 33% Sistem Penyimpanan Material

Gambar 4.1 Grafik Penilaian Pengurangan Biaya Penalty Faktor-faktor tersebut menjadi dasar penilaian penghematan biaya penalty karena mempunyai keterkaitan sebagai berikut: 1. Manusia merupakan sebagai penggerak setiap kegiatan yang terdapat didalam gudang. Keterkaitan manusia dengan penilaian penghematan biaya penalty karena dengan semakin manusia memahami fungsi gudang dan sistem pengendalian material maka fungsi gudang menjadi optimum. Dengan demikian setiap kendala yang terjadi akibat material dapat diatasi sebelum terkena biaya penalty. Pada penilaian ini diasumsikan perekrutan dilakukan hanya sekali untuk masa kerja 10 tahun (mengikuti umur ekonomis gudang). Manusia memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman, dan setelah bekerja selama 3 tahun pegawai akan mencapai tingkat keterampilan yang optimum. Persentase penilaian dapat dilihat pada gambar 4.2.

50

12 10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 Tahun 6 7 8 9 10

Gambar 4.2 Grafik Penilaian Penghematan Berdasarkan Faktor Manusia

Persentase

2.

Mesin dan peralatan

penunjang dari adanya gudang. Jika mesin

peralatan tersebut tersedia maka semakin efisien fungsi gudang tersebut dan semakin dapat mempercepat penanganan terhadap kerusakan sebelum terkena penalty. Karena mesin semakin tua semakin tidak efisien maka persentase setiap tahun menurun. Mengikuti umur ekonomis bangunan gudang, umur ekonomis mesin yang hanya 5 tahun membuat perusahaan melakukan pembelian

mesin kembali pada akhir tahun ke 5 sehingga persentase kembali dari awal. Persentase penilaian dapat dilihat pada gambar 4.3.
25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 Tahun 6 7 8 9 10

Gambar 4.3 Grafik Penilaian Penghematan Berdasarkan Faktor Mesin dan Peralatan

Persentase

51

3.

Sistem : a) Sistem pengendalian persediaan material mempunyai

keterkaitan tehadap penilaian pengurangan biaya penalty karena dengan semakin terkendaalinya material membuat gudang lebih efisien. Karena material telah tersedia maka kerusakan yang terjadi akibat material dapat cepat diatasi dan dapat mengurangi biaya penalty. Persentase berdasarkan sistem pengendalian material setiap tahun meningkat. Persentase penilaian dapat dilihat pada gambar 4.4.
35 30 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 Tahun 6 7 8 9 10

Persentase

Gambar 4.4 Grafik Penilaian Penghematan Berdasarkan Faktor Sistem Pengendalian Material

b)

Sistem komputer pada gudang berpengaruh karena setiap data material dan pemesanan material digudang menggunakan sistem komputerisasi dan pemesanan online. Dengan adanya sistem komputer yang baik maka gudang semakin lebih efisien. Umur ekonomis sistem komputer hanya 5 tahun dan pada 5 tahun pertama tersebut persentase beranjak peningkatan. Pada tahun

52

ke 6 setelah pembaharuan sistem komputer, persentase efisien bertambah lagi peningkatannya karena semakin lama sistem semakin canggih/baik sehingga gudang lebih efisien. Persentase penilaian dapat dilihat pada gambar 4.5.
30 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 Tahun 6 7 8 9 10

Persentase

Gambar 4.5 Grafik Penilaian Penghematan Berdasarkan Faktor Sistem Komputer

c)

Sistem penempatan material di gudang berkaitan dalam penilaian penghematan biaya penalty karena semakin tertatanya penempatan dalam gudang membuat lebih efisien dalam pencarian sehingga mempermudah penanganan saat terjadi kerusakan. Semakin lama persentase penilaian terhadap sistem penempatan material semakin meningkat. Persentase penilaian dapat dilihat pada gambar 4.6.

53

14 12 10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 Tahun 6 7 8 9 10

Persentase

Gambar 4.6 Grafik Penilaian Penghematan Berdasarkan Faktor Sistem Penempatan Material di Gudang Atas dasar penilaian-penilaian tersebut maka perkiraan penghematan biaya penalty dapat dinilai sebagai berikut: Tabel 4.3 Perkiraan Penghematan Biaya Penalty Selama Umur Gudang
Estimasi Penghematan
Faktor Manusia Mesin Persediaan Komputer Penyimpanan 1 3 20 3 2 1 29 2 7 16 7 5 3 38 3 10 12 10 7 4 43 4 10 8 13 10 5 46 Tahun Ke5 6 10 10 4 20 17 20 12 5 7 8 50 63 7 10 16 23 10 9 68 8 10 12 26 14 10 72 9 10 8 30 19 12 79 10 10 4 33 24 13 84

90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 Tahun 6 7 8 9 10

Gambar 4.7 Grafik Perkiraan Penghematan Biaya Penalty Selama Umur Gudang

Estimasi Penghematan (%)

54

Berdasarkan pada faktor penilaian dan nilai rata-rata biaya penalty per-tahun pada tabel 1.1, maka besar perkiraan penghematan biaya penalty selama umur gudang adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Perhitungan Penghematan Biaya Penalty Selama Umur Gudang Estimasi Penghematan Tahun Ke Biaya Penalty 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sumber: PT. IP

0 29% 38% 43% 46% 50% 63% 68% 72% 79% 84%

0 Rp. 304.567.986,73 Rp. 399.089.086,06 Rp. 415.600.807,91 Rp. 483.107.841,02 Rp. 525.117.218,50 Rp. 661.647.695,31 Rp. 714.159.417,16 Rp. 756.168.794,64 Rp. 829.685.205,23 Rp. 882.196.927,08

Nilai depresiasi berpengaruh langsung terhadap pajak yang digunakan saat perhitungan aliran kas. Hal tersebut dikarenakan depresiasi merupakan penurunan nilai aset akibat waktu dan pemakaiannya, maka aset yang bisa dihitung depresiasinya adalah aset yang memiliki nilai sisa dan umur ekonomis.

55

Tabel 4.5 Aset Untuk Perhitungan Depresiasi


UMUR METODE NO. NAMA ASET HARGA AWAL NILAI SISA ASET DEPRESIASI (TAHUN) Keseimbangan Menurun 1. Gudang Rp 467.500.000,Rp. 0,10 Ganda (DDB) Keseimbangan Menurun 2. Mesin Las Rp 12.000.000,Rp. 0,5 Ganda (DDB) Keseimbangan Menurun 3. Mesin Gerinda Rp 1.300.000,Rp. 0,5 Ganda (DDB) Keseimbangan Menurun 4. Mesin Bor Rp 1.000.000,Rp. 0,5 Ganda (DDB) Keseimbangan Menurun 5. Mesin Gergaji Rp 750.000,Rp. 0,5 Ganda (DDB) Keseimbangan Menurun 6. Chain Block Rp 16.000.000,Rp. 0,5 Ganda (DDB) Keseimbangan Menurun 7. Hand Pallets Rp 10.000.000,Rp. 0,5 Ganda (DDB) Personal 8. Computer(PC) Tool (kunci9. kunci) Rack Tool 10. Cabinet Rp. 30.000.000,Rp. 0,5 Ganda (DDB) Keseimbangan Menurun 11. Meja Kursi Rp. 20.000.000,Rp. 0,5 Ganda (DDB) Sumber: PT. IP Rp. 10.000.000,Rp. 0,5 Ganda (DDB) Keseimbangan Menurun Rp 16.000.000,Rp. 0,5 Ganda (DDB) Keseimbangan Menurun Keseimbangan Menurun

56

B.

Perhitungan Depresiasi Perhitungan depresiasi dalam penelitian ini menggunakan metode keseimbangan menurun ganda (DDB). Dalam metode keseimbangan menurun ganda (DDB), beban penyusutan makin menurun dari tahun ke tahun. Tarif penyusutan dalam metode garis lurus dapat dengan mudah dihitung sebagai 100% dibagi dengan taksiran masa manfaat, sedangkan tarif penyusutan metode keseimbangan menurun ganda dihitung sebesar dua kali tarif metode garis lurus yaitu 200% dengan tidak memperhatikan adanya nilai sisa. Berdasarkan tabel aset untuk perhitungan depresiasi (tabel 4.4), menggunakan tingkat depresiasi 200% dengan biaya awal yang berbeda-beda dan umur ekonomis untuk gudang selama 10 tahun sedangkan aset lainnya adalah 5 tahun.

1. Depresiasi Gudang D1 = d x BVt-0 =dxP = x Rp. 467.500.000,= Rp. 93.500.000,Nilai buku pada akhir tahun pertama : BV1 = BV0 D1 = P D1 = Rp. 467.500.000,- - Rp. 93.500.000,= Rp 374.000.000,-

57

Dan hasil-hasil perhitungan selama 10 tahun akan disajikan pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Depresiasi Gudang
UMUR NAMA EKONOMIS ASET (TAHUN) 0 1 2 3 4 GUDANG 10 200% 5 6 7 8 9 10 Sumber: Hasil Pengolahan Data 0 Rp 93.500.000,Rp 74.800.000,Rp 59.840.000,Rp 47.872.000,Rp 38.297.600,Rp 30.638.080,Rp 24.510.464,Rp 19.608.371,Rp 15.686.696,Rp 12.549.357,Rp 467.500.000,Rp 374.000.000,Rp 299.200.000,Rp 239.360.000,Rp 191.488.000,Rp 153.190.400,Rp 122.552.320,Rp 98.041.856,Rp 78.433.484,Rp 62.746.787,Rp 50.197.430,DEPRESIASI TAHUN TAHUN AKHIR TAHUN TINGKAT AKHIR DEPRESIASI NILAI BUKU

2. Depresiasi Mesin Las D1 = d x BVt-0 =dxP = x Rp. 12.000.000,= Rp. 4.800.000,-

58

Nilai buku pada akhir tahun pertama : BV1 = BV0 D1 = P D1 = Rp. 12.000.000,- - Rp. 4.800.000,= Rp 7.200.000,-

Dan hasil-hasil perhitungan selama lima tahun akan disajikan pada tabel 4.7 Tabel 4.7 Depresiasi Mesin Las
UMUR NAMA EKONOMIS ASET (TAHUN) 0 1 MESIN 5 LAS 200% 3 4 5 Sumber: Hasil Pengolahan Data Rp 1.728.000,Rp 1.036.800,Rp 622.080,Rp Rp Rp 2.592.000,1.555.200,933.120,2 0 Rp 4.800.000,Rp 2.880.000,Rp Rp Rp 12.000.000,7.200.000,4.320.000,DEPRESIASI TAHUN TAHUN AKHIR TAHUN TINGKAT AKHIR DEPRESIASI NILAI BUKU

3. Depresiasi Mesin Gerinda D1 = d x BVt-0 =dxP = x Rp. 1.300.000,-

59

= Rp. 520.000,Nilai buku pada akhir tahun pertama : BV1 = BV0 D1 = P D1 = Rp. 1.300.000,- - Rp. 520.000,= Rp 780.000,-

Dan hasil-hasil perhitungan selama lima tahun akan disajikan pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Depresiasi Mesin Gerinda
UMUR NAMA EKONOMIS ASET (TAHUN) 0 1 MESIN 5 GERINDA 200% 3 4 5 Sumber: Hasil Pengolahan Data Rp Rp Rp 187.200,112.320,67.392,Rp Rp Rp 280.800,168.480,101.088,2 Rp Rp 0 520.000,312.000,Rp Rp Rp 1.300.000,780.000,468.000,DEPRESIASI TAHUN TAHUN AKHIR TAHUN TINGKAT AKHIR DEPRESIASI NILAI BUKU

4. Depresiasi Mesin Bor D1 = d x BVt-0 =dxP = x Rp. 1.000.000,-

60

= Rp. 400.000,Nilai buku pada akhir tahun pertama : BV1 = BV0 D1 = P D1 = Rp. 1.000.000,- - Rp. 400.000,= Rp 600.000,-

Dan hasil-hasil perhitungan selama lima tahun akan disajikan pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Depresiasi Mesin Bor
UMUR NAMA EKONOMIS ASET (TAHUN) 0 1 MESIN 5 BOR 200% 3 4 5 Sumber: Hasil Pengolahan Data Rp Rp Rp 144.000,86.400,51.840,Rp Rp Rp 216.000,129.600,77.760,2 Rp Rp 0 400.000,240.000,Rp Rp Rp 1.000.000,600.000,360.000,DEPRESIASI TAHUN TAHUN AKHIR TAHUN TINGKAT AKHIR DEPRESIASI NILAI BUKU

5. Depresiasi Mesin Gergaji D1 = d x BVt-0 =dxP = x Rp. 750.000,-

61

= Rp. 300.000,Nilai buku pada akhir tahun pertama : BV1 = BV0 D1 = P D1 = Rp. 750.000,- - Rp. 300.000,= Rp 450.000,-

Dan hasil-hasil perhitungan selama lima tahun akan disajikan pada tabel 4.10 Tabel 4.10 Depresiasi Mesin Gergaji
UMUR NAMA EKONOMIS ASET (TAHUN) 0 1 MESIN 5 GERGAJI 200% 3 4 5 Sumber: Hasil Pengolahan Data Rp Rp Rp 108.000,64.800,38.880,Rp Rp Rp 162.000,97.200,58.320,2 Rp Rp 0 300.000,180.000,Rp Rp Rp 750.000,450.000,270.000,DEPRESIASI TAHUN TAHUN AKHIR TAHUN TINGKAT AKHIR DEPRESIASI NILAI BUKU

6. Depresiasi Chain Block D1 = d x BVt-0 =dxP = x Rp. 16.000.000,-

62

= Rp. 6.400.000,Nilai buku pada akhir tahun pertama : BV1 = BV0 D1 = P D1 = Rp. 16.000.000,- - Rp. 6.400.000,= Rp 9.600.000,-

Dan hasil-hasil perhitungan selama lima tahun akan disajikan pada tabel 4.11 Tabel 4.11 Depresiasi Chain Block
UMUR NAMA EKONOMIS ASET (TAHUN) 0 1 CHAIN 5 BLOCK 200% 3 4 5 Sumber: Hasil Pengolahan Data Rp 2.304.000,Rp 1.382.400,Rp 829.440,Rp Rp Rp 3.456.000,2.073.600,1.244.160,2 0 Rp 6.400.000,Rp 3.840.000,Rp Rp Rp 16.000.000,9.600.000,5.760.000,DEPRESIASI TAHUN TAHUN AKHIR TAHUN TINGKAT AKHIR DEPRESIASI NILAI BUKU

7. Depresiasi Hand Pallets D1 = d x BVt-0 =dxP = x Rp. 10.000.000,-

63

= Rp. 4.000.000,Nilai buku pada akhir tahun pertama : BV1 = BV0 D1 = P D1 = Rp. 10.000.000,- - Rp. 4.000.000,= Rp 6.000.000,-

Dan hasil-hasil perhitungan selama lima tahun akan disajikan pada tabel 4.12 Tabel 4.12 Depresiasi Hand Pallets
UMUR NAMA EKONOMIS ASET (TAHUN) 0 1 HAND 5 PALLETS 200% 3 4 5 Sumber: Hasil Pengolahan Data Rp 1.440.000,Rp Rp 864.000,518.400,Rp Rp Rp 2.160.000,1.296.000,777.600,2 0 Rp 4.000.000,Rp 2.400.000,Rp Rp Rp 10.000.000,6.000.000,3.600.000,DEPRESIASI TAHUN TAHUN AKHIR TAHUN TINGKAT AKHIR DEPRESIASI NILAI BUKU

8. Depresiasi Personal Computer (PC) D1 = d x BVt-0 =dxP = x Rp. 16.000.000,-

64

= Rp. 6.400.000,Nilai buku pada akhir tahun pertama : BV1 = BV0 D1 = P D1 = Rp. 16.000.000,- - Rp. 6.400.000,= Rp 9.600.000,-

Dan hasil-hasil perhitungan selama lima tahun akan disajikan pada tabel 4.13 Tabel 4.13 Depresiasi Personal Computer (PC)
UMUR NAMA EKONOMIS ASET (TAHUN) 0 1
PERSONAL

TINGKAT DEPRESIASI

AKHIR TAHUN

DEPRESIASI TAHUN

NILAI BUKU AKHIR TAHUN

0 Rp 6.400.000,Rp 3.840.000,Rp 2.304.000,Rp 1.382.400,Rp 829.440,-

Rp Rp Rp Rp Rp Rp

16.000.000,9.600.000,5.760.000,3.456.000,2.073.600,1.244.160,-

2
COMPUTER (PC)

200% 3 4 5

Sumber: Hasil Pengolah Data

9. Depresiasi Tool (kunci-kunci) D1 = d x BVt-0 =dxP = x Rp. 10.000.000,-

65

= Rp. 4.000.000,Nilai buku pada akhir tahun pertama : BV1 = BV0 D1 = P D1 = Rp. 10.000.000,- - Rp. 4.000.000,= Rp 6.000.000,-

Dan hasil-hasil perhitungan selama lima tahun akan disajikan pada tabel 4.14 Tabel 4.14 Depresiasi Tool (Kunci-kunci)
UMUR NAMA EKONOMIS ASET (TAHUN) 0 1 TOOL 2 (KUNCIKUNCI) 4 5 Sumber: Hasil Pengolah Data Rp Rp 864.000,518.400,Rp Rp 1.296.000,777.600,5 200% 3 Rp 1.440.000,Rp 2.160.000,Rp 2.400.000,Rp 3.600.000,0 Rp 4.000.000,Rp 10.000.000,Rp 6.000.000,DEPRESIASI TAHUN TAHUN AKHIR TAHUN TINGKAT AKHIR DEPRESIASI NILAI BUKU

10. Depresiasi Rack Tool Cabinet D1 = d x BVt-0 =dxP = x Rp. 30.000.000,-

66

= Rp. 12.000.000,Nilai buku pada akhir tahun pertama : BV1 = BV0 D1 = P D1 = Rp. 30.000.000,- - Rp. 12.000.000,= Rp 18.000.000,-

Dan hasil-hasil perhitungan selama lima tahun akan disajikan pada tabel 4.15 Tabel 4.15 Depresiasi Rack Tool Cabinet
UMUR NAMA EKONOMIS ASET (TAHUN) 0 1 RACK 2 TOOL CABINET 4 5 Sumber: Hasil Pengolah Data Rp 2.592.000,Rp 1.555.200,Rp 3.888.000,Rp 2.332.800,5 200% 3 Rp 4.320.000,Rp 6.480.000,Rp 7.200.000,Rp 10.800.000,0 Rp 12.000.000,DEPRESIASI TAHUN TAHUN TAHUN Rp 30.000.000,Rp 18.000.000,TINGKAT AKHIR DEPRESIASI AKHIR NILAI BUKU

11. Depresiasi Meja Kursi D1 = d x BVt-0 =dxP = x Rp. 20.000.000,-

67

= Rp. 8.000.000,Nilai buku pada akhir tahun pertama : BV1 = BV0 D1 = P D1 = Rp. 20.000.000,- - Rp. 8.000.000,= Rp 12.000.000,-

Dan hasil-hasil perhitungan selama lima tahun akan disajikan pada tabel 4.16 Tabel 4.16 Depresiasi Meja Kursi
UMUR NAMA EKONOMIS ASET (TAHUN) 0 1 MEJA 5 KURSI 200% 3 4 5 Sumber: Hasil Pengolah Data Rp 2.880.000,Rp 1.728.000,Rp 1.036.800,Rp 4.320.000,Rp 2.592.000,Rp 1.555.200,2 0 Rp 8.000.000,Rp 4.800.000,Rp 20.000.000,Rp 12.000.000,Rp 7.200.000,DEPRESIASI TAHUN TAHUN AKHIR TAHUN TINGKAT AKHIR DEPRESIASI NILAI BUKU

Data-data yang disajikan di atas merupakan perhitungan depresiasi selama umur ekonomis aset. Nilai depresiasi dibuat untuk mempermudah perhitungan aliran kas perusahaan. Sehingga perusahaan dapat juga dengan mudah menghitung analisis dalam investasi gudang material yang akan dibangun.

BAB V ANALISIS

A.

Estimasi Aliran Kas Tahunan Arus kas terdiri dari pengeluaran untuk investasi pembangunan gudang material PT. IP unit Sumatera Selatan dan arus kas masuk bersih setiap tahun setelah beroperasi. Estimasi arus kas terdiri dari arus kas pengeluaran untuk investasi dan arus kas bersih yang merupakan pengeluaran dari arus kas masuk dengan arus kas keluar. Estimasi arus kas dilakukan selama umur ekonomis bangunan gudang yaitu 10 tahun ke depan. Estimasi arus kas investasi atau pengeluaran yaitu arus kas yang dikeluarkan untuk membiayai investasi dan aktiva tetap atas rencana pembangunan gudang material, termasuk pemasangan intalasi listrik, telepon, dan internet. Estimasi arus kas bersih mencakup arus kas yang dihasilkan dari perkiraan penghematan biaya penalty selama umur gudang dan nilai sisa bila ada dikurangi dengan nilai investasi dan biaya-biaya operasional tahunan seperti biaya-biaya umum dan penyusutan. Estimasi arus kas selama umur ekonomis gudang akan dijelaskan pada tabel 5.1.

68

69

Tabel 5.1 Estimasi Arus Kas tahun 2010-2020 Tahun No Deskripsi Akun
Tahun ke-0 (2010) (Rp) Tahun ke-1 (2011) (Rp) Tahun ke-2 (2012) (Rp) Tahun ke-3 (2013) (Rp) Tahun ke-4 (2014) (Rp) Tahun ke-5 (2015) (Rp) Tahun ke-6 (2016) (Rp) Tahun ke-7 (2017) (Rp) Tahun ke-8 (2018) (Rp) Tahun ke-9 (2019) (Rp) Tahun ke-10 (2020) (Rp)

Pendapatan
1

Penghematan biaya penalty

304.567.986,73

399.089.086,06

415.600.807,91

483.107.841,02

525.117.218,50

661.647.695,31

714.159.417,16

756.168.794,64

829.685.205,23

882.196.927,08

Jumlah pendapatan

304.567.986,73

399.089.086,06

415.600.807,91

483.107.841,02

525.117.218,50

661.647.695,31

714.159.417,16

756.168.794,64

829.685.205,23

882.196.927,08

Pengeluaran
1 2 3 4 5 6 7

Investasi Awal Listrik Telepon


Perawatan Bangunan dan Peralatan

(587.350.000) (19.200.000) (30.000.000) (50.400.000) (52.800.000) (19.200.000) (30.000.000) (50.400.000) (52.800.000) (19.200.000) (30.000.000) (50.400.000) (52.800.000) (19.200.000) (30.000.000) (50.400.000) (52.800.000) (19.200.000) (30.000.000) (50.400.000) (52.800.000) (117.050.000) (140.320.000) (587.350.000)
(587.350.000,00)

(19.200.000) (30.000.000) (50.400.000) (52.800.000)

(19.200.000) (30.000.000) (50.400.000) (52.800.000)

(19.200.000) (30.000.000) (50.400.000) (52.800.000)

(19.200.000) (30.000.000) (50.400.000) (52.800.000)

(19.200.000) (30.000.000) (50.400.000) (52.800.000)

Gaji Pegawai (4 orang) Pembelian Mesin Penyusutan Jumlah pengeluaran Arus Kas Bersih

(102.892.000) (255.292.000)
143.797.086,06

(76.695.200) (229.095.200)
186.505.607,91

(57.985120) (210.385.120)
272.722.721,02

(44.365.472) (313.815.472)
211.301.746,50

(77.458.080) (229.858.080)
431.789.615,31

(52.602.464) (205.002.464)
509.156.953,16

(36.463.571) (188.863.571)
567.305.223,64

(25.799.816) (178.199.816)
651.485.389,23

(18.617.229) (171.017.229)
711.179.698,08

(292.720.000)
11.847.986,73

Sumber: Hasil Pengolahan Data

70

Tabel 5.2 Depresiasi Aset 2010-2020 Tahun No Nama Aset


Tahun ke-0 (2010) (Rp) Tahun ke-1 (2011) (Rp) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tahun ke-2 (2012) (Rp) Tahun ke-3 (2013) (Rp) Tahun ke-4 (2014) (Rp) Tahun ke-5 (2015) (Rp) Tahun ke-6 (2016) (Rp) Tahun ke-7 (2017) (Rp) Tahun ke-8 (2018) (Rp) Tahun ke-9 (2019) (Rp) Tahun ke-10 (2020) (Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Gudang Mesin Las Mesin Gerinda Mesin Bor Mesin Gergaji Chain Block Hand Pallets Personal Computer Tool (Kunci-kunci) Rack Tool Cabinet Meja Kursi Total Depresiasi

93.500.000 4.800.000 520.000 400.000 300.000 6.400.000 4.000.000 6.400.000 4.000.000 12.000.000 8.000.000 140.320.000

74.800.000 2.880.000 312.000 240.000 180.000 3.840.000 2.400.000 3.840.000 2.400.000 7.200.000 4.800.000 102.892.000

59.840.000 1.728.000 187.200 144.000 108.000 2.304.000 1.440.000 2.304.000 1.440.000 4.320.000 2.880.000 76.695.200

47.872.000 1.036.800 112.320 86.400 64.800 1.382.400 864.000 1.382.400 864.000 2.592.000 1.728.000 57.985.120

38.297.600 622.080 67.392 51.840 38.880 829.440 518.400 829.440 518.400 1.555.200 1.036.800 44.365.472

30.638.080 4.800.000 520.000 400.000 300.000 6.400.000 4.000.000 6.400.000 4.000.000 12.000.000 8.000.000 77.458.080

24.510.464 2.880.000 312.000 240.000 180.000 3.840.000 2.400.000 3.840.000 2.400.000 7.200.000 4.800.000 52.602.464

19.608.371 1.728.000 187.200 144.000 108.000 2.304.000 1.440.000 2.304.000 1.440.000 4.320.000 2.880.000 36.463.571

15.686.696 1.036.800 112.320 86.400 64.800 1.382.400 864.000 1.382.400 864.000 2.592.000 1.728.000 25.799.816

12.549.357 622.080 67.392 51.840 38.880 829.440 518.400 829.440 518.400 1.555.200 1.036.800 18.617.229

Sumber: Hasil Pengolahan Data

71

Pada tahun ke-6 sampai dengan tahun ke-10 nilai depresiasi aset yang umurnya 5 tahun dihitung kembali dari awal karena perusahaan melakuan pembelian mesin baru. Dikarenakan depresiasi bukanlah arus kas, maka nilai depresiasi harus ditambahkan dengan arus kas bersih. Tabel 5.3 Arus Kas Bersih Total 2010-2020 Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Arus Kas Bersih (587.350.000,00) 11.847.986,73 143.797.086,06 186.505.607,91 272.722.721,02 211.301.746,50 431.789.615,31 509.156.953,16 567.305.223,64 651.485.389,23 711.179.698,08 Depresiasi 0 140.320.000 102.892.000 76.695.200 57.985.120 44.365.472 77.458.080 52.602.464 36.463.571 25.799.816 18.617.229 Arus Kas Bersih Total (587.350.000,00) 152.167.986,73 246.689.086,06 263.200.807,91 330.707.841,02 255.667.218,50 509.247.695,31 561.759.417,16 603.768.794,64 677.285.205,23 729.796.927,08

Sumber: Hasil Pengolahan Data

B.

Analisa Kelayakan Investasi Aliran kas yang relevan harus dianalisa untuk menilai apakah suatu proyek investasi dapat diterima atau tidak. Pendekatan yang biasanya dilakukan adalah menggabungkan nilai waktu dari uang dan tingkat pengembalian.

72

Pada analisa kelayakan investasi ini, penilaian kelayakan investasi menggunakan metode Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) dan Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return). 1. Metode Net Present Value Net Present Value proyek ini diperoleh dari nilai sekarang arus kas tahunan yang didiskonto dengan tingkat bunga dikurangi nilai investasi awal. Tingkat bunga diskonto sebagai faktor present value yang digunakan adalah 8,732% per tahun atas pertimbangan dari ratarata tingkat suku bunga selama 10 tahun kebelakang. Dengan perincian suku bunga pertahun sebagai berikut:

Tabel 5.4 Tingkat Suku Bunga Tahun 2001-2010 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
Sumber: Bank Indonesia

Suku bunga (%) 17,62% 12,93% 8,34% 7,43% 8,50% 12,25% 8,25% 8,75% 6,75% 6,50% 8,732%

Arus kas masuk tahunan diperoleh dari tabel arus kas operasional, sedangkan faktor present value untuk tingkat suku bunga

73

8,732%. Nilai sekarang arus kas tahunan didapat dengan mengalikan nilai arus kas tahunan proyek dengan faktor nilai sekarangnya. Selisih antara total present value arus kas tahunan dengan nilai investasi awal merupakan NPV proyek.

Perhitungan NPV atas investasi ini adalah sebagai berikut: Tabel 5.5 Perhitungan NPV investasi gudang PT. IP dengan tingkat suku bunga 8,732%. Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Arus Kas Bersih (Rp) 152.167.986,73 246.689.086,06 263.200.807,91 330.707.841,02 255.667.218,50 509.247.695,31 561.759.417,16 603.768.794,64 677.285.205,23 729.796.927,08 0.9197 0.8458 0.7779 0.7154 0.6580 0.6051 0.5565 0.5118 0.4707 0.4329
n

Nilai Sekarang (Rp) 139.948.897,40 208.649.628,99 204.743.908,47 236.588.389,47 168.229.029,77 308.145.780,43 312.619.115,65 309.008.869,10 318.798.146,10 315.929.089,73 2.522.660.855,11 587,350,000.00 1.935.310.855,11

Total Nilai Sekarang Investasi Awal Net Present Value


Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari perhitungan di atas, diketahui bahwa NPV proyek pembangunan gudang ini bernilai positif (NPV > 0), berarti proyek pembangunan gudang ini layak diterima karena kemungkinan akan

74

memberikan keuntungan bagi perusahaan, seperti terlihat pada nilai present velue arus kas bersih di masa akan datang yang jauh lebih besar dibanding nilai investasi awal (Rp. 1.935.310.855,11).

2.

Metode Internal Rate of Return Metode IRR adalah tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang daripada pendapatan (benefit) yang diharapkan akan diterima, sama dengan nilai sekarang dari pengeluaran-pengeluaran modal/biaya-biaya (tidak termasuk penyusutan dan bunga pinjaman). Jadi IRR merupakan tingkat discount rate (tingkat bunga) dimana B/C ratio = 1atau NPV = 0. Apabila IRR lebih besar daripada rate of return yang diharapkan, maka proyek yang bersangkutan dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Perhitungan IRR biasanya dilakukan dengan mencoba-coba (trial and error) menghitung present value arus kas masa depan dengan menggunakan beberapa suku bunga diskonto sehingga ditemukan satu suku bunga yang menyebabkan NPV proyek menjadi nol. Berikut ini adalah contoh mencari IRR dengan menggunakan metode coba-coba dengan beberapa tingkat suku bunga.

75

Perhihitungan pertama akan menggunakan suku bunga 15%: Tabel 5.6 Perhitungan NPV investasi pembangunan gudang material dengan tingkat suku bunga 15% Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Arus Kas Bersih (Rp) 152.167.986,73 246.689.086,06 263.200.807,91 330.707.841,02 255.667.218,50 509.247.695,31 561.759.417,16 603.768.794,64 677.285.205,23 729.796.927,08 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472
n

Nilai Sekarang (Rp) 132.325.281,26 186.521.617,97 173.054.531,20 189.098.743,50 127.117.741,04 220.147.778,68 211.165.364,91 197.372.018,97 192.552.183,85 180.405.800,37 1.809.761.061,75 587,350,000.00 1.222.411.061,75

Total Nilai Sekarang Investasi Awal Net Present Value


Sumber: Hasil Pengolahan Data

Nilai total present value arus kas masa depan tidak sama dengan nilai investasi awal sehingga NPV tidak menjadi nol, artinya IRR belum ditemukan. Untuk itu akan dincoba lagi dengan suku bunga yang lebih tinggi dari 15%, karena bila tingkat suku bunga yang dipakai lebih tinggi daripada 15%, maka NPV akan mendekati nol. Sekarang akan digunakan tingkat suku bunga 35%:

76

Tabel 5.7 Perhitungan NPV investasi pembangunan gudang material dengan tingkat suku bunga 35% Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Arus Kas Bersih (Rp) 152.167.986,73 246.689.086,06 263.200.807,91 330.707.841,02 255.667.218,50 509.247.695,31 561.759.417,16 603.768.794,64 677.285.205,23 729.796.927,08 0.7407 0.5487 0.4064 0.3011 0.2230 0.1652 0.1224 0.0906 0.0671 0.0497
n

Nilai Sekarang (Rp) 112.710.827,77 135.358.301,52 106.964.808,33 99.576.130,93 57.013.789,73 84.127.719,27 68.759.352,66 54.701.452,79 45.445.837,27 36.270.907,28 800.929.127,55 587,350,000.00 213.579.127,55

Total Nilai Sekarang Investasi Awal Net Present Value


Sumber: Hasil Pengolahan Data

NPV proyek sekarang menjadi lebih kecil dibandingkan dengan NPV proyek yang menggunakan suku bunga 35%, namun tetap belum bernilai nol. Sehingga masih harus mencoba dengan menggunakan suku bunga yang lebih tinggi lagi. Berikut perhitungan NPV bila menggunakan suku bunga 45%:

77

Tabel 5.8 Perhitungan NPV investasi pembangunan gudang material dengan tingkat suku bunga 45% Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Arus Kas Bersih (Rp) 152.167.986,73 246.689.086,06 263.200.807,91 330.707.841,02 255.667.218,50 509.247.695,31 561.759.417,16 603.768.794,64 677.285.205,23 729.796.927,08 0.6803 0.4628 0.3148 0.2142 0.1457 0.0991 0.0674 0.0459 0.0312 0.0212
n

Nilai Sekarang (Rp) 104.950.260,45 117.325.329,33 86.329.864,99 74.806.113,64 39.884.086,09 54.795.052,02 41.682.548,75 30.912.962,29 23.908.167,74 17.734.065,33 592.328.450,62 587,350,000.00 4.978.450,62

Total Nilai Sekarang Investasi Awal Net Present Value


Sumber: Hasil Pengolahan Data

Karena NPV yang dihasilkan masih juga belum bernilai nol sehingga masih harus menggunakan tingkat suku bunga yang lebih tinggi lagi. Selanjutnya akan dicoba menggunakan tingkat suku bunga 46% dengan hasil perhitungan NPV sebagai berikut:

78

Tabel 5.9 Perhitungan NPV investasi pembangunan gudang material dengan tingkat suku bunga 46% Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Arus Kas Bersih (Rp) 152.167.986,73 246.689.086,06 263.200.807,91 330.707.841,02 255.667.218,50 509.247.695,31 561.759.417,16 603.768.794,64 677.285.205,23 729.796.927,08 0.6757 0.4565 0.3085 0.2084 0.1408 0.0952 0.0643 0.0434 0.0294 0.0198
n

Nilai Sekarang (Rp) 104.219.854,11 115.721.850,27 84.566.419,58 72.788.795,81 38.529.049,83 52.554.362,16 39.716.390,79 29.222.409,66 22.485.868,81 16.566.390,24 576.371.391,27 587,350,000.00 (10.978.608,73)

Total Nilai Sekarang Investasi Awal Net Present Value


Sumber: Hasil Pengolahan Data

Nilai NPV yang dihasilkan adalah negatif, sementara bila suku bunga 45% yang dipakai sebelumnya, NPV masih bernilai positif. Berarti nilai IRR yang akan membuat nilai NPV menjadi nol berada diantara tingkat suku bunga 45% dan 46%. Untuk mengetahui berapa tingkat pengembalian proyek investasi gudang material, maka menggunakan interpolasi berikut:

79

IRR = (i)- + IRR = 45% + IRR = 45% +

((i)+ (i)-) 46% - 45%) (1%)

IRR = 45% + 0,311990481 (1%) IRR = 45% + 0,31% IRR = 45,31%

Dari perhitungan di

atas, diketahui nilai

IRR proyek

pembangunan gudang ini bernilai lebih besar dari arus pengembalian (i) yang diinginkan, atau IRR > 8,732% yang berarti proyek pembangunan gudang ini layak diterima.

C.

Hasil Penilaian Investasi Berdasarkan perhitungan Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) dan Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return), maka berikut ini adalah hasil penilaian investasinya:

Tabel 5.10 Hasil Penilaian Investasi No. 1 2 Metode Penilaian NPV IRR Hasil Perhitungan 1.935.310.855,11 45,31% Kriteria layak NPV > 0 IRR > 8,732% Kesimpulan Diterima Diterima

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A.

Simpulan Penelitian ini mengenai Analisis Kelayakan Investasi Pembangunan Gudang Material Mesin di PT. IP unit Indralaya, Sumatera Selatan. Dalam penelitian ini melibatkan banyak data dan penggunaan rumus guna menentukan layak tidaknya rencana pembangunan tersebut dilaksanakan. Analisis kelayakan investasi ini dinilai dari hasil perhitungan Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) dan Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return). 1. Hasil perhitungan NPV pada investasi gudang PT. IP dengan menggunakan tingkat suku bunga 8,732% adalah Rp.

1.935.310.855,11

Jumlah tersebut menunjukkan bahwa NPV

bernilai positif (NPV > 0), maka rencana pembangunan gudang layak diterima. 2. Berdasarkan uji coba perhitungan IRR dengan menggunakan beberapa tingkat suku bunga, maka didapatkan nilai IRR sebesar 45,31%. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa IRR > 8,732%, maka rencana pembangunan gudang layak diterima.

80

81

B.

Saran Adapun beberapa saran yang terkait dalam pelaksanaan proyek investasi pembangunan gudang material ini adalah sebagai berikut: 1. Walaupun hasil dari analisis keuangan proyek ini layak untuk diterima, perusahaan juga harus memperhatiakan sistem pengendalian persediaan material di gudang. Karena perhitungan gudang ini layak dengan asumsi pengendalian dan perencanaan persediaan material mesin di gudang berjalan denan baik. Jika tidak dilakukan pengendalian persediaan material mesin maka pembangunan gudang akan sia-sia. 2. Untuk memperbaiki kinerja keuangan pasca pelaksanaan proyek ini, perusahaan harus lebih memperhatikan lagi peningkatan produksi dan memperhatikan kemampuan mesin agar dapat bekerja secara optimal. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas pemeliharaan sehingga tidak terjadi lagi pelanggaran dan mencapai target penghematan biaya penalty.

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. Laporan Tahunan Bank Indonesia 2001. Jakarta: Bank Indonesia, 2001. Bank Indonesia. Laporan Tahunan Bank Indonesia 2002. Jakarta: Bank Indonesia, 2002. Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia 2003. Jakarta: Bank Indonesia, 2003. Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia 2004. Jakarta: Bank Indonesia, 2004. Halim, Hermanus. Analisa Kelayakan Investasi Mesin untuk Mengoptimalkan Produksidan Pengaruhnya pada Kinerja Keuangan Perusahaan. Unika Atma Jaya Jakarta. Jakarta. 2004. Haming, Murdifin dan Salim Basalamah. Studi Kelayakan Investasi Proyek & Bisnis. Jakarta: penerbit PPM, 2003. Mulyadi. Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat & Rekayasa. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat, 2001. Pujawan, I Nyoman. Ekonomi Teknik. Cetakan Pertama. Jakarta: Guna Widya, 2009. Soeharto, Iman. Manajemen Proyek. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga, 1999. Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat, 2005. http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/. 21 April 2010.

Anda mungkin juga menyukai