Anda di halaman 1dari 55

AKUNTANSI INVESTASI

Saham Merupakan bagian dari ekuitas suatu perseroan terbatas yabg dikontribusikan pemilik.
Jenis saham: saham biasa saham preferen, hak preferensi:

a. pembagian aktiva lebih dulu pada saat likuidasi b. pembagian deviden c. convertible d. dapat ditebus kembali

Saham
Agio

pasar Disagio : selisih kurang antara nilai nominal dan harga pasar tunai, angsuran, penukaran dengan saham perusahaan lain

: selisih lebih antara nilai nominal dan harga

Cara pembayaran saham:

Contoh:

PT Darma menempatkan 1000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp. 10.000 dengan harga Rp. 15.000 per lembar Kas Modal saham 15.000.000 10.000.000

Treasury Stock: pembelian kembali saham oleh perusahaaan penerbit saham tersebut Pencatatan treasury stock: Cost method : sebesar jumlah yang semula diterima apabila saham itu akan dikeluarkan lagi Par value method : apabila saham dianggap ditarik dari peredaran Penerimaan dari treasury stock dapat dianggap sebagai deviden apabila: a. Dalam tahun lampau diperoleh laba b. Kelebihan penerimaan diatas harga perolehannya Saham preferen dapat ditukar dengan saham biasa: selisih NB saham preferen (nominal + agio) dengan NNom saham biasa dapat merupakan agio saham biasa (kalau lebih besar) dibebankan kepada laba yang ditahan (kalau lebih rendah) Contoh: PT Iwan mempunyai 1000 lembar saham prioritas convertible dengan harga nominal @Rp. 10.000.000. Agio saham Rp. 2.500.000. Pada 2 Januari 2009 diumumkan saham itu dapat ditukarkan dengan saham biasa dengan nilai nominal @ 5.000.000, dengan proporsi 1 lb saham prioritas mendapat 3 lb saham biasa

Pencatatan oleh PT Iwan Modal saham prioritas Agio saham prioritas 10.000.000 2.500.000

Laba ditahan
Saham biasa (3.000 x 5.000) Untuk tujuan pajak:

2.500.000
15.000.000

pembebanan kepada laba ditahan 2.500.000 dianggap sebagai pembagian deviden kepada pemegang saham prioritas
PT Iwan harus memotong PPh pasal 23 sebesar 15%, kecuali pemegang saham itu sebuah badan penerima saham memperhitungkan dividen 2.500.000 dan mengkreditkan PPh pasal 23

B. Saldo Laba dan Distribusi Laba 1. Saldo Laba(laba ditahan) PSAK No. 21 : saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian deviden dan koreksi laba periode lalu.
Contoh: PT Darma dalam tahun 2008 memperoleh penghasilan kena pajak Rp. 100.000.000. Penghasilan itu diperoleh setelah eliminasi penghasilan antar badan Rp. 34.000.000 dan pengeluaran untuk karyawan yang berupa fasilitas dan kenikmatan Untuk keperluan perpajakan, penghasilan dan laba 2008 PT Darma yang dapat ditransfer ke saldo laba dihitung sbb: Penghasilan kena pajak Rp. 100.000.000 Pajak penghasilan 21.250.000 78.750.000 Penghasilan bukan objek pajak 34.000.000 + 112.750.000 Pengeluaran bukan pengurang PKP 20.000.000 Penghasilan dan laba 92.750.000

2. Distribusi Laba deviden : distribusi laba kepada para pemegang saham Bentuk pembagian deviden: uang kas, harta selain kas, surat hutang, saham perusahaan sendiri

Distribusi dividen menyebabkan berkurangnya jumlah saldo laba Pengecualian : a. dividen saham dalam bentuk pemecahan saham b. Dividen likuidasi c. Pembagian lainnya yang bukan merupakan dividen dalam pengertian akuntansi komersial, tetapi diperlakukan seperti itu dalam perpajakan Pengertian deviden dalam perpajakan: a. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran b. Penerimaan atau perolehan dari pembelian kembali sebagian atau seluruh saham yang disetor c. Pembayaran kembali sebagian atau seluruh penyetoran modal, sepanjang terdapat laba dari tahun-tahun lampau, kecuali dalam pengecilan modal statuter d. Pembayaran kepada atau penerbitan tanda-tanda laba e. Laba yang dibagikan kepada pemegang obligasi yang berpartisipasi dalam laba f. Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi persero yang dibebankan sebagai biaya perusahaan

Yang dipertimbangkan dalam pembagian deviden: Tanggal pengumuman, pendaftaran, dan pembayaran deviden secara resmi terhutang saat dilakukan pengumuan pembagian deviden

Contoh1: Tanggal 20 Desember 2008 PT Darma mengumumkan akan membagi deviden sejumlah Rp. 10.000.000. Pada tanggal 5 Januari 2009 dividen dibayar tunai
Pencatatan: a. 20 Desember Saldo laba Hutang deviden Hutang PPh pasal 23

10.000.000 8.500.000 1.500.000

b. 5 Januari HUtang dividen Hutang PPh pasal Kas

8.500.000 1.500.000 10.000.000

Jika dividen, dilunasi dengan penyerahan sekuritas PT Q yang mempunyai nilai nominal Rp. 10.00.000 dengan kurs 110 (semula diperoleh dengan kurs 105) maka pencatatan berdasarkan nilai pasar tampak sebagai berikut: Investasi sekuritas PT Q 500.000

Laba atas investasi sekuritas


Saldo laba Hutang deviden 11.000.000

500.000

11.000.000

Hutang deviden
Investasi sekuritas PT Q Contoh 2:

11.000.000
11.000.000

PT Darma membagikan deviden yang berupa treasury stock dengan harga pasar Rp. 11.500.000. Harga perolehan saham itu Rp. 10.500.000. Pencatatan yang dibuat oleh badan (tanpa memperhatikan PPh pasal 23 dan pasal 26) sebagai berikut: Saldo laba Treasury stock Agio saham transaksi TS 11.500.000 10.500.000 1.000.000

C. Riht, Warrant, dan Opsi atas Saham Perusahaan yang berkeinginan melakukan emisi saham dapat memberikan kesempatan pertama untuk membeli saham kepada: pemegang saham lama (dalam bentuk pre-emptive stock right) pemegang sekuritas yang lain opsi kepada pejabat atau karyawan perusahaan

Pencatatan penerbitan right : dalam memorial Bagi investor, pengumuman right secara komersial diikuti dengan relokasi biaya (harga) perolehan saham. Harga perolehan relokasi dipakai sebagai unsur penambah harga saham baru

Contoh: PT Iwan memiliki 100 lembar saham PT Andi (dari total 1000 lembar). Nilai Nominal saham Rp. 10.000 dan dibeli dengan harga Rp. 18.000 per lembar. PT Andi mengumumkan tiap 4 lembar saham lama dapat membeli 1 lembar saham emisi baru dengan harga Rp. 11.000. Saham lama dijual di pasar dengan harga sebesar Rp. 14.500 (tanpa right), sedangkan right dapat dijual dengan harga Rp. Rp. 500. Alokasi harga perolehan yang dilakukan PT Iwan sebagai berikut:

a. Right = 500/(14.500 + 500) x Rp. 18.000 = Rp. 600 per lembar b. Saham = Rp. 18.000 - Rp.600 = Rp. 17.400

Atas alokasi harga perolehan dicatat: Hak atas saham PT Andi (600 x 100) Investasi saham PT Andi

Rp. 60.000

Rp. 60.000

Bila hak atas saham itu dimanfaatkan, dicatat: Investasi saham PT Andi Rp. 335.000 Kas Rp. 275.000 Hak atas saham PT Andi Rp. 60.000 Nilai saham baru sebanyak 25 lembar yang dibeli sebesar 25 x Rp. 11.000, ditambah dengan harga right Rp. 60.000 dan jumlah totalnya Rp. 335.000 Kalau right dijual semua dengan harga Rp. 875 per lembar, dibuat catatan sbb: Kas (100 x 875) Rp. 87.500 Hak beli saham PT Andi Rp. 60.000 Laba penjualan hak beli saham PT Andi Rp. 27.500

Warrant
Penerbitan saham preferen atau obligasi sering diikuti dengan hak untuk membeli saham biasa perusahaan.

Contoh: PT Surya menerbitkan 100 lembar saham preferen dengan nominal Rp. 10.000 dengan harga Rp. 12.000. Pemegang saham preferen itu dapat memesan saham biasa dengan nominal Rp. 5.000 dengan harga Rp. 6.500. Segera setelah penerbitan saham preferen warrant terjual dengan harga Rp. 1.000, sedangkan saham preferen tanpa warrant dijual dengan harga Rp. 11.500 Harga perolehan warrant = 1.00/(11.500 + 1.000) x 12.000 = Rp. 960.000 atau sebesar Rp. 960 per lembar. Pada saat penjualan 100 lembar saham preferen oleh PT Surya dibuat catatan sbb: Kas Saham preferen Agio saham preferen Warrant saham biasa Rp. 12.000.000 Rp. 10.000.000 1.040.000 960.000

Bila warrant dipakai semua, dicatat:


Kas Warrant atas saham biasa Saham biasa Agio saham biasa Bila warrant dibiarkan kadaluarsa, dicatat: Warrant atas saham biasa 960.0000 960.000 Tambahan setoran modal kadaluarsa-warrant Rp. 6.500.000 960.000 Rp. 5.000.000 2.460.000

secara komersial, kadaluarsanya warrant dianggap sebagai transaksi modal tidak ada keuntungan yang dilaporkan

Opsi saham
Merupakan pemberian hak berpartisipasi karyawan dalam pemilikan perusahaan

Nilai yang dicatat dalam realisasi program sebesar nilai pertukaran yang terjadi

D. Penyesuaian Modal karena Kuasi Reorganisasi


Kuasi reorganisasi (atau restrukturisasi kapital) merupakan prosedur penataan kembali modal yang dilakukan untuk menutup kerugian struktural (kerugian terus-menerus) atau defisit dalam jumlah yang material tampilan struktur perusahaan menjadi lebih baik Contoh: Neraca PT Darma per 31 Desember 2008, sebagai berikut

Aktiva lancar Peralatan Akumulasi depresiasi

300.000 Hutang 2.000.000 Modal saham (600.000) Tambahan modal distr Saldo laba 1.700.000

400.000 1.500.000 300.000 (500.000) 1.700.000

Untuk menutup jumlah negatif saldo laba, dilakukan kuasi reorganisasi sbb: 1. Peralatan dinilai kembali sebesar harga pasar menjadi Rp. 920.000 (semula 1.400.000) 2. Dalam aktiva lancar terdapat persediaan yang overstated Rp. 80.000 dan Rp. 40.000 merupakan piutang tak tertagih 3. Nilai nominal saham diturunkan menjadi Rp. 40 per saham (semula Rp. 100)
Pencatatan yang dilakukan sbb: 1. Saldo laba Akumulasi depresiasi
2.

Rp. 480.000 Rp. 480.000

Saldo laba Aktiva lancar


Modal saham (nom Rp.100) Modal saham (nom Rp. 40) Tambahan modal disetor Tambahan modal disetor Saldo laba

Rp. 120.000
Rp, 120.000 Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 Rp. 900.000 Rp. 1.100.000 Rp. 1.100.000

3.

4.

Setelah kuasi reorganisasi Aktiva lancar Peralatan Akumulasi depresiasi 180.000 Hutang 2.000.000 Modal saham (1.080.000) Tambahan modal disetor Saldo laba 1.100.000 400.000 600.000 100.000 1.100.000

Kuasi reorganisasi PT Darma dapat menimbulkan beberapa implikasi sbb:


1.

Pengurangan nilai persediaan dan penghapusan piutang memerlukan suatu penelitian yang seksama sebab ketentuan pajak menganut asas material (bagaimana faktanya). Secara jelas pengurangan nilai persediaaan tidak diperkenankan, sedangkan penghapusan piutang harus didukung oleh beberapa fakta.

2.
3.

Devaluasi peralatan (aktiva tetap) tak mudah diizinkan karena pajak menganut harga historis
Penghapusan rugi (defisit Rp. 500.000) dapat menghilangkan hak konpensasi kerugian sebagaimana diatur dalam pasal 6 ayat (3) UU PPh 1984

Pembayaran saham dg aktiva


PT Z menerbitkan 200 lbr saham dg nilai par Rp 100.000/lbr untuk memperoleh sebidang tanah dengan nilai pasar Rp 30.000.000 Tanah Saham Agio saham 30.000.000 20.000.000 10.000.000

Metode akuntansi
Besarnya hak Hak kendali / Pemilikan besarnya pengaruh Metode akuntansi

Diatas 50%
20% sd 50%

Hak kendali
Pengaruh penting

Laporan konsolidasi
Metode ekuitas

Dibawah 20% Tidak ada pengaruh Metode biaya penting

Pembelian saham
Perbandingan Cost & Equity Method
Metode Biaya
Investasi saham 100.000.000 Kas 100.000.000

Metode Ekuitas
Investasi saham 100.000.000 Kas 100.000.000

Pembelian 5.000 lbr saham dengan harga Rp 20.000

Diterima deviden
Perbandingan Cost & Equity Method
Metode Biaya
Kas 4.000.000 Pendapatan deviden 4.000.000 Kas investasi

Metode Ekuitas
4.000.000 4.000.000

Diterima deviden Rp 800/lbr

Mengumumkan laba
Perbandingan Cost & Equity Method
Metode Biaya
Tidak dijurnal

Metode Ekuitas
Investasi saham 12.000.000 Pendapatan investasi 12.000.000

Mengumumkan laba tahun berjalan Rp 60.000.000

(20% x 60.000.000)

Bukan Objek Pajak pasal 4 ayat (3) huruf c


harta termasuk setoran tunai yang

diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

Objek Pajak Pasal 4 ayat (1) huruf d

keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :


keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal; keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya; keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun; keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihakpihak yang bersangkutan; dan keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;

Pasal 10(5)

Penyertaan Wajib Pajak dalam permodalan suatu badan dapat dipenuhi dengan setoran tunai atau pengalihan harta. Ketentuan ini mengatur tentang penilaian harta yang diserahkan sebagai pengganti saham atau penyertaan modal dimaksud, yaitu dinilai berdasarkan nilai pasar dari harta yang dialihkan tersebut. Contoh: Wajib Pajak X menyerahkan 20 unit mesin bubut yang nilai bukunya adalah Rp 25.000.000,00 kepada PT Y sebagai pengganti penyertaan sahamnya dengan nilai nominal Rp 20.000.000,00. Harga pasar mesin-mesin bubut tersebut adalah Rp40.000.000,00. Dalam hal ini PT Y akan mencatat mesin bubut tersebut sebagai aktiva dengan nilai Rp 40.000.000,00 dan sebesar nilai tersebut bukan merupakan penghasilan bagi PT Y. Selisih antara nilai nominal saham dengan nilai pasar harta, yaitu sebesar Rp 20.000.000,00 (Rp 40.000.000,00 - Rp 20.000.000,00) dibukukan sebagai agio. Bagi Wajib Pajak X selisih sebesar Rp 15.000.000,00 (Rp 40.000.000,00 - Rp 25.000.000,00) merupakan Objek Pajak.

Contoh
PT A menukarkan aktiva berupa mesin yang nilai sisa buku fiskalnya Rp 90.000.000 dengan saham PT B dengan 1.000 lbr, nilai nominal saham Rp 100.000/lbr yang harga pasarnya Rp 120.000/lbr Pertanyaan : Buat jurnal pencatatan bagi PT A Hitung keuntungan kerugian bagi PT A dan PT B

Deviden terselubung

Apabila Wajib Pajak menjual harta dengan harga yang lebih tinggi dari nilai sisa buku atau lebih tinggi dari harga atau nilai perolehan, selisih harga tersebut merupakan keuntungan. Dalam hal penjualan harta tersebut terjadi antara badan usaha dan pemegang sahamnya, harga jual yang dipakai sebagai dasar untuk penghitungan keuntungan dari penjualan tersebut adalah harga pasar. Misalnya, PT S memiliki sebuah mobil yang digunakan dalam kegiatan usahanya dengan nilai sisa buku sebesar Rp 40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah). Mobil tersebut dijual dengan harga Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). Dengan demikian, keuntungan PT S yang diperoleh karena penjualan mobil tersebut adalah Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Apabila mobil tersebut dijual kepada salah seorang pemegang sahamnya dengan harga Rp 55.000.000,00 (lima puluh lima juta rupiah), nilai jual mobil tersebut tetap dihitung berdasarkan harga pasar sebesar Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). Selisih sebesar Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) merupakan keuntungan bagi PT S dan bagi pemegang saham yang membeli mobil tersebut selisih sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) merupakan penghasilan.

Objek PPh Final Pasal 4 ayat (2) huruf c


penghasilan dari transaksi saham dan

sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

Contoh penjualan saham di luar bursa


2 Januari 2009 PT A membeli 1.000 lbr

saham PT B nilai nominal Rp 5.000/lbr sesuai harga pasar Rp 60.000/lbr 2 Februari 2009 PT A menjual seluruh saham tersebut dengan harga Rp 70.000/lbr

Contoh penjualan saham di bursa


2 Januari 2009 PT X membeli 1.000 lbr

saham PT Y yang diperdagangkan di bursa efek nilai nominal Rp 5.000/lbr sesuai harga pasar Rp 60.000/lbr 2 Februari 2009 PT Y menjual seluruh saham tersebut dengan harga Rp 70.000/lbr

Deviden/bagian laba yang bukan objek pajak


Pasal 4 (3) f dividen atau bagian laba yang diterima atau

diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :

dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

Pasal 4 (3) I bagian laba yang diterima atau diperoleh

anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

Pinjaman untuk membeli saham penjelasan pasal 6 (1) a


pinjaman yang dipergunakan untuk membeli saham tidak dapat dibebankan sebagai biaya

sepanjang dividen yang diterimanya tidak merupakan objek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f. Bunga pinjaman yang tidak boleh dibiayakan tersebut dapat dikapitalisasi sebagai penambah harga perolehan saham.

Deviden/bagian laba yang bukan objek pajak


Pasal 4 (3) k penghasilan yang diterima atau

diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :
merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang

menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

Deviden objek pajak pasal 4 (1) g


dividen, dengan nama dan dalam bentuk

apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

Termasuk dividen

pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan dalam bentuk apapun; pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor; pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham; pembagian laba dalam bentuk saham; pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran; jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang bersangkutan; pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan secara sah; pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut; bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi; bagian laba yang diterima oleh pemegang polis; pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi; pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang dibebankan sebagai biaya perusahaan.

penggabungan penghasilan berasal dari luar negeri


Laba Usaha/Business Profit tahun pajak diperolehnya penghasilan tsb (accrual basis)

Penghasilan WPDN berupa deviden atas penyertaan (sendiri/bersama dg WPDN lain) 50% atau lebih pd badan usaha di tax heaven country tahun pajak diperolehnya penghasilan tsb (accrual basis)
Penghasilan lainnya tahun pajak

diterimanya penghasilan tsb (cash basis)

KMK Nomor 650/KMK.04/1994 (1)


Dividen tertentu (Pasal 18 ayat (2) UU PPh) adalah dividen yang diperoleh WP dalam negeri yang: memiliki sekurang-kurangnya 50% dari jml saham yang disetor pada badan usaha di luar negeri; atau secara bersama-sama dgn WP dalam negeri lainnya memiliki sekurang-kurangnya 50% dari jumlah saham yang disetor pada badan usaha di luar negeri atas penyertaan modal pada badan usaha di beberapa negara tertentu yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek.

KMK Nomor 650/KMK.04/1994 (2) Negara tertentu


1. Argentina 17. Macau 2. Bahama 18. Mauritius 3. Bahrain 19. Mexico 4. Balize 20. Nederland 5. Bermuda 21. Nikaragua 6. British Isle 22. Panama 7. British Virgin Island 23. Paraguay 8. Cayman Island 24. Peru 9. Channel Island Greensey 25. Qatar 10. Channel Island Jersey 26. St.Lucia 11. Cook Island 27. Saudi Arabia 12. El Salvador 28. Uruguay 13. Estonia 29. Venezuela 14. Hongkong 30. Vanuatu 15. Liechtenstein 31. Yunani 16. Lithuania . Zambia

KMK Nomor 650/KMK.04/1994 (3)


Saat perolehan dividen tertentu : Pada bulan ke empat setelah berakhirnya batas waktu kewajiban penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan badan usaha di luar negeri tersebut untuk tahun pajak yang bersangkutan. Apabila di luar negeri tidak ada ketentuan batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan atau tidak ada kewajiban penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan, maka saat diperolehnya dividen ditetapkan pada bulan ke tujuh setelah tahun pajak berakhir

AKUNTANSI MATA UANG ASING

PASAL 28 (8) KUP

DASAR HUKUM
Pasal 28 ayat 8 KUP

Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uanga asing selain rupiah dapat diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Mentri Keuangan Keputusan MKRI No. 533/KMK.04/2000 Penyelenggaraan pembukuan dalam bahasa asing (bahasa inggris) dan mata uang asing selain Rupiah (Dollar Amerika Serikat) serta penyampaian SPT Tahunan

WP yang dapat Menyelenggarakan Pembukuan Dalam Bahasa Ingrris dan Mata Uang USD

1. Wp dalam rangka Penanaman Modal

Asing (PAM), yaitu wajib Pajak yang beroperasi berdasrkan ketentuan undang-undang yang menegatur mengenai PMA 2. WP dalam rangka Kontran Karya yaitu WP yang beroperasi berdasakan kontrak dengan pemerintah RI sebagai dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai pertambangan

Wp dalam rangka Kontrak Bagi Hasil, yaitu WP yang beroprasi berdasarkan undang-

undang yang mengatur mengenai pertambangan minyak dan gas bumi. Bentuk Usaha Tetap (BUT) WP yang mendaftar emisi sahamnya, baik sebagian maupun seluruhnya dibursa efek luar negeri WP yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri yaitu

Perusahaan anak yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan induk di luar negeri dalam hubungan istimewa Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan Reksadana dalam demonisasi mata uang asing USD dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan Pendaftaran dari Badan Pengawas PasarModal Lembaga keuangan sesuai dengan Peratuan Perundang-undangan

Syarat Pembukuan USD bagi WP selainWP dalam kontrak Karya atau Kontrak Bagi Hasil
WP mengajukan permohonan tertulis ke KPP paling lambat 3 bulan sebelum tahun buku

diselenggarakan dalam USD atau 3 bulan sejak tanggalpendirian bagi WP baru Dirjen Pajak atas nama MKRI memberikan putusan paling lama 30 hari sejak tanggal permohonan WP diterima. Apabila sudah lewat 30 hari belum diterbitkan keputusan, permohonan WP dianggap diterima

WP dalam rangka Kontrak Karya atau Kontrak Bagi Hasil yang akan

menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa inggris dan mata uang USD, wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke KPP tempat wajib pajak terdaftar palinglambat 1 bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan dalam bahasa inggris dan mata uang USD tersebut dimulai

Perubahan dari Pembukuan Rupiah (selain USD) ke Pembukuan USD)


Dimulai dari neraca akhir tahun buku sebelumnya (dalam Rp) yang dikonversikan ke mata uang USD dengan menggunakan Kurs. Untuk harga perolehan harta berwujud dan ayau harta tidak berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat perolehan harta tersebut. Akumulasi penyusutan atau amortisasi harta tersebut menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat perolehan harta tersebut

Untuk harta lainnya dan kewajiban menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku

pada akhir tahun buku sebelmnya, berdasarkan sistem pembukuan yangdianut dilakukan secara taat asas Apabila terjadi revaluasi aktiva tetap, disamping menggunakan nilai historis, atau nilai selisih lebih dikonversi ke dalam mata uang USD dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat dilakukannya revaluasi

Laba ditahan atau sisa kerugian dalam mata uang Rupiah dari tahun-tahun sebelumnya,

dikonversi ke dalam mata uang USD dengan menggunakan kurs sebenarnya berlaku pada akhir tahun buku sebelumna, berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat asas Untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat terjadinya transaksi

Dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat konversi dari mata uang rupiah

ke mata uang USD, maka selisih laba atau rugi tersebut dibebankan pada rekening laba ditahan Sisa kerugian fiskla dalam mata uang Rupiah dari tahun-tahun sebelumnya yang dapat dikompensasikan ke tahun pajak dimulainya pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang USD dengan menggunakan kurs yang yang ditetapkan dalam keputusan MK yang

Penggunaan Kurs Pada Tahun Berjalan


Untuk Transaksi yang dilakukan dengan mata uang USD pembukuannya dicatat sesuai

dengan dokumen transaksi yang bersangkutan Untuk transaksi, baik dalam negeri maupun luar negeri yang menggunakan mata uang selain USD, dikonversikan ke dalam mata uang USD dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat terjadinya transaksiyaitu : a. Apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang berlaku mana kurs yang dipakai

b. Apablia dari dokumen transaksi tidak diketahui kurs yang berlaku, maka kurs yang dipakai adalah kurs yang sebenarnya berlaku berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat asas

Pembayaran Pajak Penghasilan

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk tahun pajak pertama adalah sebesar PPh Psl

25 dalam satuan mata uang rupiah dikonversi dengan menggunakan kurs tengah BI yang berlaku Pembayaran PPh Psl 25 dan Psl 29 serta PPh Final yang dibayar sendiri oleh WP yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa dan mata uang USD, dapat dilakukan dalam uang Rupiah

Dalam hal pembayaran PPh Psl 25, Psl 29 dan PPh Final dilakukan dalam mata uang

Rupiah, WP harus mengkonversikan pembayaran dalam mata uang Rupiah tersebut ke mata uang USD dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam Kep-Menkeu yang berlaku pada tanggal pembayaran

SPT Tahunan WP Badan

WP yang diizikan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa inggris dan mata

uang USD, wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh. Badan berserta lampirannya dalam hal bahasa Indonesia kecuali lampiran berupa laoran keuangan, dan dalam mata uang USD Dalam penerapan tarif Psl 17 penghasilan Kena Pajak dikonversi kedalam mata uanga USD dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam KepMenKeu yang berlaku

Dalam hal terdapat bukti pembayaran atau pemotongan/pemungutan PPh Psl 22 dan

Psl 23 dalam mata uang rupiah yang akan dikresitkan dalam SPT Tahunan PPh. Badan harus dikonversi ke dalam mata uang USD dengan menggunakan krs yang ditetapkan dalam KMK yang berlaku pada tanggal pembayaran atau pemotongan/pemungutan pajak tersebut

Anda mungkin juga menyukai