Click to edit Master text styles Second level Third level Fourth level Fifth level
Tujuan : Mampu mengelola masalah TB dengan strategi DOTS pada individu, keluarga dan masyarakat
1. Diagnosis TB
Click to edit Master text styles Second level 2. Pengobatan TB 2.1. OAT dan prinsip-prinsip pengobatan TB. 2.2. Paduan OAT dan peruntukannya. Third level 3. Pengawasan Menelan Obat 3.1. Kepatuhan dalam minum obat. Pengawas Menelan Obat (PMO) Fourth level 3.2. 3.3. Penyuluhan dan konseling TB 4. hasil pengobatan 4.1. Pemantauan kemajuan pengobatan. Pemantauan Fifth dan level 4.2. Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur.
4.3. Tatalaksana TB pada keadaan khusus. 4.4. Tatalaksana efek samping OAT. 4.5. Hasil pengobatan 4.6. Pencatatan dan pelaporan
5. Pencegahan TB 5.1. Pentingnya Kesembuhan 5.2 Perilaku dan lingkungan sehat 5.3 Pemeriksaan terhadap kontak 5.4 Pengobatan pencagahan pada anak, BCG, Gizi
1.1. gejala TB 1.2. diagnosis 1.3. Klasifikasi dan tipe 1.4. Strategi Penemuan pasien TB.
1. DIAGNOSIS TB
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
5
Click to edit Master titleR style lebih objektif dan lebih spesifik daripada
100 80 60 40 20 0
Pemeriksaan Mikroskopis
Click to edit Master BTA= 2% Positif Palsu text styles Rontgen= 50% Positif Palsu Second level Third level50% 98% 100 Fourth level 80 Fifth level
Rontgen
60 40 20 0
98%
70%
Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA
Rontgen
text styles
Second level 10-15% dari penderita TB yang pasti Third levelpositif) tidak (dg. biakan pada rntgen. terdeteksi Fourth level 50% dari penderita Fifth level yang
didiagnosa TB melalui rntgen ternyata bukan TB.
X-ray tidak reliable untuk diagnosis dan monitoring pengobatan TB
9
Tomans Tuberculosis 2nd edition, WHO, 2004
10
Fourth level sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) Fifth dan level
hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).
Catatan: Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks.
11
Click tonegatif edit Master text styles badan Second level Berat / keadaan Bawah garis merah (KMS) Klinis gizi buruk gizi atau BB/U < 80% (BB/U < 60%) tanpa Third Demam sebab level > 2 minggu jelas Batuk* Fourth level 3 minggu Pembesaran kelenjar >1 cm, jumlah >1, tidak limfe koli, aksila, nyeri Fifth level inguinal
Pembengkakan tulang / sendi panggul, lutut, falang Foto toraks toraks Normal / tidak jelas Ada pembengkakan Infiltrat Pembesaran kelenjar Konsolidasi segmental/lobar Atelektasis Kalsifikasi + infiltrat Pembesaran kelenjar + infiltrat
14
KLASIFIKASI PENYAKIT DAN Click to edit Master title style TIPE PASIEN
DETERMINAN Click to edit Master text styles Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau 1.Second level ekstra paru; Third level 2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara Fourth level : BTA positif atau BTA negatif; mikroskopis) 3.Fifth Tingkat level keparahan penyakit: ringan atau berat.
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati
15
BARU
SETELAH DEFAULT
YA
KAMBUH GAGAL
KRONIS 16
Manfaat dan tujuan menentukan Click to edit Master text styles klasifikasi dan tipe : Second level
menentukan paduan pengobatan yang Third level sesuai Fourth level registrasi kasus secara benar Fifth level menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+) analisis kohort hasil pengobatan
17
Definisi Kasus TB
Click to edit Master text styles Kasus TB : Pasien TB yang telah Second level dibuktikan secara mikroskopis atau Third level oleh dokter. didiagnosis Fourth Kasus level TB pasti (definitif) : pasien Fifth level dengan biakan positif untuk Mycobacterium tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. 18
Pentingnya Kesesuaian paduan dan dosis Click to edit Master text styles diagnostik : pengobatan dengan kategori Second levelterapi yang tidak adekuat menghindari (undertreatment ) sehingga mencegah Third level timbulnya resistensi, Fourth level pengobatan yang tidak perlu menghindari (overtreatment ) sehingga meningkatkan Fifth level
pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective) mengurangi efek samping.
19
KLASIFIKASI
Click to edit Master text styles TB PARU TB EKSTRA PARU Second level BTA + BTA Third level BERAT RINGAN Fourth level Meningitis Limfadenitis BERAT Fifth level RINGAN Miliar Pleural efusi
Kerusakan jaringan paru yang luas
20
Click to edit Master title style Klasifikasi menurut organ tubuh yang terkena:
Tuberkulosis paru.
Click to edit Master text styles Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang Second level jaringan (parenkim) paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar Third pada level hilus. Tuberkulosis Fourth level ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain Fifth level selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput
jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
21
KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE PASIEN (7) Click berdasarkan to edit Master title style Klasifikasi hasil pemeriksaan dahak mikroskopis:
Click to edit Master text styles Tuberkulosis paru BTA positif. Second level Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Third level 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto Fourth toraks level dada menunjukkan gambaran tuberkulosis. 1 spesimen Fifth level dahak SPS hasilnya BTA positif dan
biakan kuman TB positif. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
22
KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE PASIEN (8) Click to edit Master title style Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis: Click to edit Master text styles Tuberkulosis paru BTA negatif. Second level Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Third level Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus Fourth level meliputi: Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif Fifth level Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
23
Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keparahan Click to edit Master title style Penyakit:
Click to edit Master styles TB paru BTA negatif fototext toraks positif Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan Second level gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses far advanced), dan atau keadaan umum pasien buruk. Third level Bentuk ringan TB ekstra-paru Fourth level dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu: Fifth level TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal. TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.
24
Second level Third level Kasus PUTUS BEROBAT (Default ) : pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif. Fourth level Kasus GAGAL (Failure) : pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau Fifth level kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
Kasus PINDAHAN (Transfer In): pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
Kasus lain :semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas: Kasus KRONIK : pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
25
27
29
Jenis, sifat dan dosis OAT Click to edit Master title style
Click to edit Master text Second level Bakterisid Isoniazid (H) Third level Rifampicin (R) Bakterisid Fourth level Pyrazinamide (Z) Bakterisid Fifth level
Streptomycin (S) Bakterisid Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan styles (mg/kg) Harian 5 (4-6) 10 (8-12) 25 (20-30) 15 (12-18) 3xseminggu 10 (8-12) 10 (8-12) 35 (30-40) 15 (12-18)
Ethambutol (E)
Bakteriostatik
15 (15-20)
30 (20-35)
30
Observed Treatment) untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu
tahap intensif dan Tahap lanjutan.
31
Click to edit A Master text styles Second level Continuous growth of PZA Speed Third level bacterial growth Fourth level C Fifth level D Acid
Dormant (no cure)
inhibition LOW
Rif
B Spurts of metabolism
A = rapidly growing bacteria killed mainly INH ; B = bacilli only metabolizing in spurts killed mainly by Rif ; C = bacilli inhibited by an acid environment killed mainly by PZA ; D = dormant bacilli
32
Second level Third level FALL AND RISE PHENOMEN : pemberian satu macam Fourth level OAT berakibat level Fifth kuman sensitif
kuman resisten Terbentuk populasi kuman resisten
33
34
Kategori Diagnostik
Paduan OAT
Penderita setelah putus pengobatan (after default). Penderita baru TB BTA negative (selain dari kategori 1). Penderita TB Ekstra Paru bentuk ringan Penderita Kronis dan kasus MDR
Kategori 3
Kategori 4
Paduan OAT yang digunakan oleh Click to edit Master title style Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia Click to edit Master text styles
Second level 1 : 2(HRZE)/4(HR)3. Kategori Third level 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Kategori Fourth level Anak: 2HRZ/4HR Kategori Fifth level Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
36
Click to edit Master text styles Baru Kambuh Second level Pengobatan Pernah stlh gagal Hapusan positif Third level berobat BTA(+) * (pengobatan Pengobatan PARU Fourth level stlh default ulang) Kronis atau Fifth level MDR-TB
Hapusan negatif BTA(-) ** EKSTRA PARU
SITUS PENYAKIT
KATEGORI PENGOBATAN
Umumnya Kat. II Kat. IV Kat. I atau III *** Kat. I atau III ***
37
Fourth level Tahap Intensif Berat Badan tiap hari selama 56 hari 30Fifth level 37 kg 2 tablet 4KDT
38 54 kg 55 70 kg 71 kg 3 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT
Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu 2 tablet 2KDT 3 tablet 2KDT 4 tablet 2KDT 5 tablet 2KDT
39
Second level
3 kali seminggu
selama 20 minggu
2 tab 2KDT + 2 tab Etambutol 3 tab 2KDT + 3 tab Etambutol 4 tab 2KDT + 4 tab Etambutol
3037 kg
71 kg
5 tab 4KDT
Untuk pasien > 60 tahun dosis maksimal streptomisin = 500mg tanpa memperhatikan 40 berat badan.
55 70 kg 71 kg
BB : 20 32 kg 200 mg 300 mg
600 mg
42
2 bulan tiap hari 4 bulan tiap hari Click to edit Master text styles RH (75/50) RHZ (75/50/150) Second 5-9 level 1 tablet 1 tablet
Anak dengan BB 15 19 kg dapat diberikan 3 tablet. Anak dengan BB > 33 kg , dirujuk ke rumah sakit. Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus sesaat sebelum diminum.
43
44
45
46
Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan ke UPK
47
Yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan pasien Click to edit kepada Master titledan style keluarganya TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur Click to edit Master text styles TB bukan penyakit keturunan atau kutukan Second level Cara penularan TB, gejala-gejala yang Third level dan cara pencegahannya mencurigakan Cara pemberian Fourth level pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan) Fifth level
HASIL
49
51
Tindak Lanjut Dahak Ulang Click to Hasil edit Pemeriksan Master title style
TIPE PASIEN URAIAN HASIL BTA Click to edit Master text TB tahap Second Akhir level Intensif Third Pasien baru level BTA positif level danFourth Pasien BTA (-) R (+) Sebulan sebelum Fifth level Akhir dengan pengobatan kategori 1 Pengobatan Akhir Pengobatan (AP) TINDAK LANJUT styles
Negatif
Positif Negatif Positif Negatif Positif
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksan Dahak Ulang (2) Click to edit Master title style
TIPE PASIEN TB
Click to edit Master text styles Teruskan pengobatan dengan tahap Negatif lanjutan. Second level Beri Sisipan 1 bulan. Jika setelah Third level Akhir Intensif sisipan masih tetap positif, teruskan Positif pengobatan tahap lanjutan. Jika Pasien BTA Fourth level mungkin, rujuk ke unit pelayanan positif dengan spesialistik. pengobatan Fifth level
ulang kategori 2 Sebulan sebelum Akhir Pengobatan Akhir Pengobatan (AP) Negatif Positif Negatif Positif Pengobatan diselesaikan Pengobatan dihentikan dan segera rujuk ke unit pelayanan spesialistik. Pengobatan diselesaikan Rujuk ke unit pelayanan spesialistik.
53
URAIAN
HASIL BTA
TINDAK LANJUT
Tatalaksana Pasien Click to edit Master title style yang berobat tidak teratur
Tindakan pada pasien yang putus berobat kurang dari 1 bulan: Lacak pasien Diskusikan dengan pasien untuk mencari masalah berobat tidak teratur Lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis selesai
Click to edit Master text styles Second level Tindakan pada pasien yang putus berobat antara 1-2 bulan: Third level Tindakan-1 Tindakan-2 Lacak pasien Bila hasil BTA (-) atau Lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis Fourth level Diskusikan dan cari Tb extra paru: selesai masalah Fifth level Bila satu atau lebih Lama pengobatan Lanjutkan
Periksa 3 kali dahak hasil BTA (+) SPS dan lanjutkan pengobatan sementara menunggu hasilnya sebelumnya kurang dari 5 bulan * Lama pengobatan sebelumnya lebih dari 5 bulan pengobatan sampai seluruh dosis selesai Kategori-1: mulai kategori-2 Kategori-2: rujuk, mungkin kasus kronik. 54
Tatalaksana Pasien Click to edit Master title style yang berobat tidak teratur (2)
Click to edit Master text styles Tindakan pada pasien yang putus berobat lebih 2 bulan (Default) Second level Periksa 3 kali Bila hasil BTA (-) Pengobatan dihentikan, pasien dahak SPS atau Tb extra paru: diobservasi bila gejalanya semakin parah Third level Diskusikan dan perlu dilakukan pemeriksaan kembali cari masalah (SPS dan atau biakan) Fourth level Hentikan Bila satu atau lebih Kategori-1 Mulai kategori-2 pengobatan hasil BTA (+) Fifth level sambil menunggu
hasil pemeriksaan dahak. Kategori-2 Rujuk, mungkin kasus kronik.
55
Kehamilan
prinsipnya pengobatan TB tidak berbeda. Semua jenis OAT Pada Click to edit Master text styles aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin.
Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Third level Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat terus disusui. Fourth level Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi tersebut dengan berat badannya. sesuai Fifth level
Rifampisin dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk KB) Seorang pasien TB sebaiknya mengggunakan kontrasepsi nonhormonal, atau kontrasepsi yang mengandung estrogen dosis tinggi (50 mcg). 56
Tatalaksana TB pada Keadaan Khusus Click to edit Master title style (2)
Pasien TB dengan infeksi HIV/AIDS to edit Master text styles Click Tatalaksanan pengobatan TB pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS adalah sama seperti pasien TB lainnya. Obat TB pada HIV/AIDS sama efektifnya dengan pasien TB yang tidak pasien Second level disertai HIV/AIDS. ARV(antiretroviral) dimulai berdasarkan stadium klinis Pengobatan Third level HIV sesuai dengan standar WHO. suntikan Streptomisin harus memperhatikan Prinsip Penggunaan Fourth level prinsip Universal Precaution ( Kewaspadaan Keamanan Universal ) pasien TB-HIV sebaiknya diberikan secara terintegrasi Pengobatan Fifth level dalam satu UPK untuk menjaga kepatuhan pengobatan secara
teratur. Pasien TB yang berisiko tinggi terhadap infeksi HIV perlu dirujuk ke pelayanan VCT (Voluntary Counceling and Testing = Knsul sukarela dengan test HIV)
57
Tatalaksana TB pada Keadaan Khusus Click to edit Master title style (3)
Pasien TBedit dengan hepatitis akut Click to Master text styles
Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau ikterik, ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami klinis Second level penyembuhan. Pada keadaan dimana pengobatan Tb sangat diperlukan dapat Third diberikanlevel streptomisin (S) dan Etambutol (E) maksimal 3 bulan sampai hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan Rifampisin dan Isoniasid (H) selama 6 bulan. (R) Fourth level
level Fifth Kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali OAT tidak
diberikan dan bila telah dalam pengobatan, harus dihentikan. Kalau peningkatannya kurang dari 3 kali, pengobatan dapat dilaksanakan atau diteruskan dengan pengawasan ketat. Pasien dengan kelainan hati, Pirasinamid (Z) tidak boleh digunakan. Paduan OAT yang dapat dianjurkan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE
58
Tatalaksana TB pada Keadaan Khusus Click to edit Master title style (4)
Pasien TB dengan gagal ginjal
to(H), edit Master(R) text styles Click Isoniasid Rifampisin dan Pirasinamid (Z) dapat diberikan dengan dosis standar. Second level Hindari penggunaan Streptomisin dan Etambutol, kecuali pemantauan faal ginjal tersedia. fasilitas Third level Paduan OAT yang paling aman untuk pasien dengan ginjal adalah 2HRZ/4HR. gagal Fourth level Pasien TB dengan Diabetes Melitus level Fifth Diabetes harus dikontrol.
Penggunaan Rifampisin akan mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (sulfonil urea) sehingga dosis obat anti diabetes perlu ditingkatkan. hati-hati dengan pemberian etambutol, karena dapat memperberat komplikasi retinopathy diabetika.
59
Tatalaksana TB pada Keadaan Khusus Click to edit Master title style (5)
Pasien TB yang perlu mendapat tambahan Click to edit Master text styles kortikosteroid Kortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus yang Second level membahayakan jiwa pasien seperti: Meningitis Third level TB TB milier dengan atau tanpa meningitis Fourth level TB dengan Pleuritis eksudativa dengan Perikarditis konstriktiva. TB Fifth level
Selama fase akut prednison diberikan dengan dosis 30-40 mg per hari, kemudian diturunkan secara bertahap. Lama pemberian disesuaikan dengan jenis penyakit dan kemajuan pengobatan.
60
Tatalaksana TB pada Keadaan Khusus Click to edit Master title style (6)
Indikasi operasi
Click to edit Master text styles Untuk TB paru: level Second Reseksi paru perlu dipikirkan pada : Pasien batuk darah berat yang tidak dapat diatasi Third level dengan cara konservatif. dengan Pasien Fourth levelfistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif. Fifth Pasienlevel MDR TB dengan kelainan paru yang terlokalisir.
Untuk TB ekstra paru: Pasien TB ekstra paru dengan komplikasi, misalnya pasien TB tulang yang disertai kelainan neurologik.
61
Efekto samping ringan dari OAT Click edit Master title style
Click to edit Master text styles Efek Samping Penyebab Penanganan Second level Tidak ada nafsu makan, Semua OAT diminum malam Rifampisin Third level mual, sakit perut sebelum tidur Fourth level Nyeri Sendi Pirasinamid Beri Aspirin Kesemutan rasa terBeri vitamin B6 (piridoxin) Fifth s/d level INH
bakar di kaki 100mg per hari Warna kemerahan pada air Rifampisin seni (urine) Tidak perlu diberi apa-apa, tapi perlu penjelasan kepada pasien.
62
Efekto samping berat dari Click edit Master title OAT style
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan Click to edit Master text styles Semua jenis Ikuti petunjuk penatalaksanaan Gatal dan kemerahan kulit OAT dibawah *). Second level Streptomisin dihentikan, ganti Tuli Streptomisin Third level Etambutol. Streptomisin dihentikan, ganti Fourth level Gangguan keseimbangan Streptomisin Etambutol. Fifth level Hampir semua Hentikan semua OAT sampai Ikterus tanpa penyebab lain
OAT ikterus menghilang. Bingung dan muntah-muntah (permulaan ikterus karena obat) Gangguan penglihatan Purpura dan renjatan (syok) Hampir semua OAT Etambutol Rifampisin Hentikan semua OAT, segera lakukan tes fungsi hati. Hentikan Etambutol. Hentikan Rifampisin.
63
Faktor Yang Mempengaruhi Respon Click Pengobatan to edit Master title style TB (WHO)
Click to edit Master text styles PENTING Second level TIDAK PENTING Regimen/Kemoterapi Third level Istirahat yg adekuat Akomodasi Fourth level Keteraturan minum Diet obat Fifth level
KURANG PENTING Tingkat keparahan penyakit
Hasil Pengobatan
Sembuh Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow-up) hasilnya negatif pada AP dan pada satu pemeriksaan follow-up sebelumnya Pengobatan Lengkap Pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.
Click to edit Master text styles Second level Meninggal Third level Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun. Fourth level Pindah Pasien yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang lain dan hasil Fifth level pengobatannya tidak diketahui.
Default (Putus berobat) Pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai. Gagal Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan. 65
TB
66
Upaya untuk mencegah terjadinya Click to edit Master text styles penyakit TB:
Second level Peningkatan gizi. imunisasi BCG pada bayi. Third level pengobatan pencegahan pada anak balita yang tidak Fourth level mempunyai gejala TB tetapi kontak dengan TB paru BTA positif. Fifth level Pada anak ini diberikan tablet Isoniazid (INH) dengan
dosis 5 mg/kg berat badan per hari selama enam bulan. Bila anak tersebut belum pernah mendapat BCG, maka BCG ini perlu diberikan sesudah pemberian INH.
68
70