Anda di halaman 1dari 42

STANDAR KOMPTENSI

DOKTER INDONESIA

SKDI

SKDI : standar minimal kompetensi lulusan dan bukan


merupakan standar kewenangan dokter layanan primer.

Pertama kali disahkan tahun 2006 oleh KKI acuan


pengembangan kurikulum berbasis kompetensi KBK.

SKDI harus mengantisipasi kondisi pembangunan


kesehataan di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun ke
depan fokus : kesehatan ibu dan anak, permasalahan
gizi dan penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular

Tingkat Kemampuan
Berdasarkan Daftar Penyakit
Tingkat Kemampuan 1 : mengenali dan
menjelaskan
Lulusan dokter mampu mengenali dan
menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan
mengetahui cara yang paling tepat untuk
mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai
penyakit tersebut, selanjutnya menentukan
rujukan yang paling tepat bagi pasien.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.

Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan


merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik
terhadap penyakit tersebut dan menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.

Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan


penatalaksanaan awal, dan merujuk
3A. Bukan gawat darurat

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan


memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan
gawat darurat.

Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling


tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.

Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah


kembali dari rujukan

3B. Gawat darurat

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan


memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat
darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah
keparahan dan/atau kecacatan pada pasien.

Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling


tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.

Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah


kembali dari rujukan.

Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan


penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara
mandiri dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai
internsip dan/atau

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)

Dengan demikian didalam Daftar Penyakit ini level


kompetensi tertinggi adalah 4A

SKDI

Tingkat Kemampuan Berdasaran


Daftar Keterampilan Klinis
Tingkat kemampuan 1 (Knows) : Mengetahui dan
menjelaskan

Lulusan dokter mampu menguasai pengetahuan teoritis


termasuk aspek biomedik dan psikososial keterampilan
tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien
dan keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya
tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi yang mungkin
timbul.

Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui


perkuliahan, diskusi, penugasan, dan belajar mandiri,
sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.

Tingkat kemampuan 2 (Knows How) : Pernah melihat


atau didemonstrasikan

Lulusan dokter menguasai pengetahuan teoritis dari


keterampilan ini dengan penekanan pada clinical reasoning
dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat
dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk
demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada
pasien/masyarakat.

Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 2 dengan


menggunakan ujian tulis pilihan berganda atau
penyelesaian kasus secara tertulis dan/atau lisan (oral
test).

Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau


pernah menerapkan dibawah supervisi

Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan


ini termasuk latar belakang biomedik dan dampak
psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk
melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam
bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada
pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut
pada alat peraga dan/atau standardized patient.

Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan


menggunakan Objective Structured Clinical Examination
(OSCE) atau Objective Structured Assessment of Technical
Skills (OSATS).

Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara


mandiri

Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya


tersebut dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi,
langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan
pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di
bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat
kemampuan 4 dengan menggunakan work based
assessment misalnya mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter

4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip


dan/atau Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)

SKDI

Contoh Kasus

Tingkat Kompetensi 1
Polikistik Ovarium

Kelainan endokrin pada wanita usia reproduktif


infertilitas e.c anovulasi

Gejala :

Mens tidak teratur oligo/amenore

Dapat berhubungan dengan hiperandrogenisme

Keadaan yang sering dijumpai

Kelainan morfologi ovarium membesar dengan folikel kecil


via USG transvaginal

Kelainan steroidogenesis terutama pada produksi androgen,


juga pada p progesteron dan estradiol

Hiperinsulinemia berkaitan dengan obesitas pada 80%, 3040% wanita dengan PCOS

Kelainan sekresi gonadotropin p LH >40%, p FSH

Rujuk Sp.OG

Tingkat Kompetensi 2
Hernia inguinalis reponibilis/ irreponibilis

Gejala Klinis :

Benjolan di lipat paha yang muncul saat terjadi peningkatan


tekanan intraabdominal. Benjolan menghilang/ mengecil saat
berbaring (reponibel) atau tidak dapat kembali saat berbaring
(irreponibel)

Nyeri jarang dijumpai

Faktor predisposisi : pekerjaan, penyakit kronis, dll.

Pemeriksaan Fisik :

Inspeksi : pasien diminta mengejan

Palpasi : Finger test

Pemeriksaan Penunjang

Thorax foto : Batuk kronis, asma, tumor paru


USG abdomen: Asites, tumor abdomen

Terapi

Rujuk ke Sp. B

Tingkat Kompetensi 3A
Pneumothorax
Merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara
di rongga paru yang menyebabkan kolaps paru
Terjadi paling sering karena trauma thorax

Pneumothorax Spontan
Primer : tanpa ada penyakit yang mendasari
Sekunder : terdapat penyakit yang mendasari
mis: tumor paru, emfisema
Pneumothorax Traumatik
Trauma tajam yang menembus maupun trauma
tumpul
Dapat juga karena kesalahan prosedur diagnostik
mis torakosentesis

Pneumothorax karena Tekanan


Karena tekanan di paru berlebihan sehingga
paru-paru kolaps

Gejala klinis:

Sesak napas
Nyeri dada ringan berat pada salah satu sisi dada

Tes diagnostik:

Ro Thorax
Analisa Gas darah hipoksemia dan alkalosis
respiratorik akut

Terapi :

O2
Dekompresi dengan needle 16G dilakukan di sternal line
ICS 2 tempat yang terkena (terutama pada tension
pneumothorax)
Obat simptomatis untuk keluhan batuk dan nyeri dada
Rujuk sp.B

Tingkat Kompetensi 3B
Apendisitis akut

Gejala Klinis :
Nyeri di daerah epigastrium, di sekitar umbilikus atau
periumbilikus.
Rasa mual dan muntah, anorexia.
Nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik
McBurney (migratory pain).
Low-grade fever sekitar 37,5 -38,5 0C

Pemeriksaan Fisik

McBurney sign
Psoas Sign
Obturator Sign
Rovsing Sing
Rebound Tenderness

Pemeriksaan Laboratorium

Darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000


20.000/ml ( leukositosis ) neutrofil diatas 75 %
CRP ditemukan jumlah CRP pada serum yang meningkat.

Pemeriksaan Penunjang lainnya : foto polos


abdomen, USG, CT scan.

Terapi
Rehidrasi cairan
Diet rendah serat
Analgetik
Antibiotik
Rujuk ke Sp. B

Tingkat Kompetensi 4A
Dengue Hemorrhagic Fever
Hasil Anamnesis (Subjective)

Demam tinggi, mendadak, terus menerus selama 2 7 hari.

Manifestasi perdarahan, seperti: bintik-bintik merah di kulit, mimisan, gusi


berdarah, muntah berdarah, atau buang air besar berdarah.

Gejala nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.

Gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, nyeri perut (biasanya di ulu


hati atau di bawah tulang iga)

Kadang disertai juga dengan gejala lokal, seperti: nyeri menelan, batuk,
pilek.

Pada kondisi syok, anak merasa lemah, gelisah, atau mengalami


penurunan kesadaran.

Pada bayi, demam yang tinggi dapat menimbulkan kejang.

Tanda Patognomonis

Suhu > 37,5 derajat celcius

Petekie, ekimosis, purpura

Perdarahan mukosa

Rumple Leed (+)

Hepatomegali

Splenomegali

Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa tanda-tanda efusi


pleura dan asites.

Hematemesis atau melena

Pemeriksaan Penunjang :

Darah perifer lengkap :

Konseling dan Edukasi

Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarganya


tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, bahwa
terapi hanya bersifat suportif dan mencegah perburukan
penyakit. Penyakit akan sembuh sesuai dengan perjalanan
alamiah penyakit.

Modifikasi gaya hidup

Melakukan kegiatan 3M: menguras, mengubur, menutup.

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi


makanan bergizi dan melakukan olahraga secara rutin.

Kriteria Rujukan

Terjadi perdarahan masif (hematemesis, melena).

Dengan pemberian cairan kristaloid sampai dosis 15


ml/kg/jam kondisi belum membaik.

Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang tidak lazim,


seperti kejang, penurunan kesadaran, dan lainnya.

Pemeriksaan Fisik

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai