Anda di halaman 1dari 65

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL


Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Sheraton, 25 September 2014
Oleh:
ABDI TUNGGAL PRIYANTO, S.Si., MT., M.Sc


Dit. Tata Ruang laut, Pesisir dan PPK
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
Oseanografi Fisika Lainnya
(1) Metode Pengumpulan Data Oseanografi Fisika Lainnya
A. SUHU PERMUKAAN LAUT

Diperoleh dari analisis citra penginderaan jauh thermal,
contohnya adalah Citra Modis atau citra lain yang memiliki
saluran thermal.

Hasil analisis citra digunakan untuk menentukan titik sampel
pengukuran suhu permukaan laut di lapangan.

Jumlah sampel ditentukan berdasarkan keragaman interval
suhu permukaan laut.
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
B. TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)

Total suspended solid diukur dengan cara pengambilan sampel air laut dan
pengukuran konsentrasi TSS di laboratorium.

Penentuan lokasi dan jumlah sampel ditentukan dengan bantuan citra satelit
dengan melihat variabilitas rona/warna perairan,

Jumlah sampel untuk setiap tingkat konsentrasi TSS di perairan dapat
terwakili secara proporsional.

C. KECERAHAN

Kecerahan diukur secara langsung di lapangan menggunakan Seichi Disk

Penentuan lokasi dan jumlah sampel ditentukan dengan bantuan citra satelit
dengan melihat variabilitas rona/warna perairan,

Jumlah sampel untuk setiap tingkat konsentrasi TSS di perairan dapat
terwakili secara proporsional.











KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
(2) Metode Analisis Data Oseanografi Fisika Lainnya
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
(2) Metode Analisis Data Oseanografi Fisika Lainnya
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
Tampilan Data Satelit Landsat 7 ETM, 1 Juli 2001
Kondisi Perairan Setelah
Pembangunan PLTU Tanjung Jati B
Sedimen Storage
Data Satelit Landsat-8, 24 Juni 2013
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
(2) Metode Analisis Data Oseanografi Fisika Lainnya
C. Kecerahan
Tingkat kecerahan perairan hasil survei lapangan diinterpolasi
sehingga menghasilkan kontur isoline kecerahan untuk seluruh
perairan di wilayah perencanaan.


(3) Penyajian Peta Parameter Oceanografi Fisika Lainnya

Peta suhu permukaan laut untuk RZWP-3-K dengan skala 1 : 50.000
digambarkan dalam bentuk kontur isoterm pada rentang 20 35 C dengan
interval 0,5C.

Peta TSS digambarkan dalam bentuk kontur isoline TSS dengan interval 0,5
mg/L.

Kontur isoline kecerahan digambarkan 1-20 m dengan interval kelas 1
meter.


KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
Oseanografi Kimia

a) Metode Pengumpulan Data Oseanografi Kimia
Parameter oseanografi kimia meliputi pH, salinitas, COD, BOD,
Ammonia (NH3-N)
+
, Nitrat (NO3-N), Nitrit, dan Fosfat (PO4-P)
+
.

Untuk menjaga akurasi data, pengukuran semua parameter ini
sebaiknya dilakukan di lokasi (in situ).

pH diukur menggunakan pH meter atau kertas lakmus. Salinitas diukur
menggunakan salinometer atau refraktometer. COD, BOD, Ammonia
(NH3-N)
+
, Nitrat (NO3-N), Nitrit, dan Fosfat (PO4-P)
+
diukur
menggunakan spektofotometer dan cairan reagent-nya.
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
b) Metode Analisis Data Oceanografi Kimia

Analisis dgn cara Interpolasi untuk menghasilkan kontur isoline pH, salinitas,
COD, BOD, Ammonia (NH3-N)
+
, Nitrat (NO3-N), Nitrit, dan Fosfat (PO4-P)
+
untuk
seluruh perairan di wilayah perencanaan.
c) Penyajian Peta Parameter Oceanografi Kimia

Peta Sebaran pH untuk RZWP-3-K dengan skala 1 : 50.000 digambarkan dalam
bentuk kontur isoline pada rentang 4 9 dengan selang kontur 0.5.

Peta Sebaran Salinitas untuk RZWP-3-K dengan skala 1 : 50.000 digambarkan
dalam bentuk kontur isoline pada rentang antara 15-35 (o/oo) dengan selang
kontur 1 (o/oo).

Peta COD dan BOD untuk RZWP-3-K dengan skala 1 : 50.000 masing-masing
digambarkan dalam bentuk kontur isoline dengan selang kontur 0.4 mg/l.

Peta ammonia untuk RZWP-3-K dengan skala 1 : 50.000 digambarkan dalam
bentuk kontur isoline dengan selang kontur 0.1 mg/l.
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
Oseanografi Biologi

a) Metode Pengumpulan Data Oseanografi Biologi
Klorofil

Data klorofil dapat diidentifikasi dari citra penginderaan jauh, contohnya
adalah Citra Modis, NOAA-AVHRR, atau citra lain yang memiliki
kemampuan untuk mendeteksi klorofil.

PLANKTON

Data phytoplankton dgn analisis citra penginderaan jauh dengan
pendekatan kandungan klorofil. Contoh Aqua Modis, NOAA-AVHRR


KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
Pemanfaatan Wilayah Laut Eksisting
Pemanfaatan wilayah laut adalah berbagai kegiatan pemanfaatan yang
dilakukan di wilayah perairan. Pada tingkatan kabupaten, kegiatan
pemanfaatan laut meliputi:
Area pertambangan
Konservasi
Pariwisata
BMKT
Tambat Labuh
Rig
Floating Unit
Bangunan perikanan permanen (KJA, Seabed,dll)
Area penangkapan ikan modern dan tradisional
Budidaya laut: rumput laut, mutiara
METODE SURVEI
Survei dilakukan dengan cara ground check di lapangan dengan cara tracking dan
plotting koordinat pada lokasi pemanfaatan laut yang ditemukan dengan
menggunakan GPS.

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
Ekosistem Pesisir dan SD Ikan
TERUMBU KARANG
METODE IDENTIFIKASI

Analisis citra penginderaan jauh dilakukan dengan metode visual (on
screen digitizing) maupun transformasi matematis, misalnya transformasi
Lyzenga dan survei lapangan

SURVEI LAPANGAN

Informasi sebaran terumbu karang dapat diperoleh dengan menggunakan
metode Manta Tow.

Untuk melihat kondisi terumbu karang beserta keanekaragaman jenisnya
digunakan Point Intercept Transect (PIT).

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
Ekosistem Pesisir dan SD Ikan
Ilustrasi Teknik Point Transect
(Brainard dkk, 2014)
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
Ekosistem Pesisir
MANGROVE
1. METODE IDENTIFIKASI

Identifikasi data lamun menggunakan metode penginderaan jauh (on screen
digitizing/transformasi Lyzenga dan survei lapangan dengan plot petak

SURVEI LAPANGAN

Survey lapangan kondisi ekosistem mangrove meliputi pengambilan data
jumlah individu, kerapatan dan distribusi vegetasi.

Metode ini menggunakan plot/petak dengan ukuran 10 x 10 meter yang
diletakkan secara acak sesuai dengan jumlah sampel yang telah
ditentukan.

Pada setiap petak yang telah ditentukan, dilakukan identifikasi setiap
tumbuhan mangrove yang ada, jumlah individu setiap jenis, dan lingkaran
batang setiap pohon mangrove.
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
ANALISIS CITRA SATELIT DAN SURVEI MANGROVE
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
KLASIFIKASI MANGROVE
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
Delineasi Daerah Penangkapan Ikan (DPI)
Sumberdaya Ikan Pelagis




(1) Metode Pengumpulan Data Sumberdaya Ikan Pelagis

Metode penginderaan jauh menggunakan beberapa parameter
sebagai pendekatan, yaitu
suhu permukaan laut (SPL)/Sea Surface Temperature (SST),
klorofil,
Sea Surface Height Anomaly (SSHA) dan
Total Suspended Solid (TSS).

Citra Satelit yang digunakan diantaranya NOAA-AVHRR (Advance
Very High Resolution Radiometer), Aqua/Terra Modis dan SeaWiffs
untuk periode lima tahun (multitemporal).
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
(2) Metode Analisis DPI Pelagis
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
Delineasi DPI Sumberdaya Ikan Pelagis
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
Klorofil
Suhu
SSHA
Bathimetri
Peta Daerah penangkapan Ikan
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
Untuk mendapatkan informasi DPI pelagis yang valid dilakukan identifikasi
suhu permukaan laut, klorofil dan SSHA pada tiga musim:
musim barat, musim timur dan musim peralihan.
Peta-peta tersebut kemudian divalidasi dengan cara membandingkan
dengan hasil pengukuran jenis dan kelimpahan ikan pelagis di lapangan.
1. Pencatatan Data Hasil Tangkapan
2. Identifikasi densitas ikan menggunakan Metode Hidroakustik

Analisis Lokasi Fishing
Ground Pilihan
(3) Penyajian Peta DPI Pelagis


Peta DPI Pelagis dibuat untuk musim barat, musim timur dan musim
peralihan.

Peta DPI Pelagis untuk RZWP-3-K dengan skala 1: 50.000
digambarkan dalam bentuk poligon.

Jenis dan kelimpahan ikan dalam bentuk pie chart atau diagram
batang dengan informasi dasar lokasi fishing ground.

Penggambaran simbol dan tampilan DPI pelagis skala 1 : 50.000
mengikuti Standar Simbol, Notasi, dan Kode Unsur Penyajian Peta
Dasar, Peta Tematik dan Peta RZWP-3-K.
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
Delineasi Daerah Penangkapan Ikan (DPI)
Sumberdaya Ikan Demersal
Delineasi/pemetaan zona penangkapan ikan demersal dilakukan dengan metode
analisis GIS dengan pendekatan ekosistem perairan.
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
(b) Identifikasi Kondisi Sumberdaya Ikan Demersal
untuk mengetahui secara lebih lebih detail kondisi sumberdaya ikan
demersal yang berasosiasi dengan ekosistem yang diamati.

Lokasi survey lapangan ditentukan berdasarkan hasil identifikasi
sebaran DPI demersal.

Ikan karang yang berada di area terumbu karang diidentifikasi dan
dihitung dengan mengikuti transek garis sepanjang 30 m. Pencatat
berenang di atas garis transek dan populasi ikan yang disensus adalah
pada luasan 7,5 m samping kiri-kanan dan atas bawah sepanjang garis
transek
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
Pengolahan dan analisis data
Analisis data dilakukan dengan metode overlay dan skoring parameter-
parameter sebaran dan kualitas terumbu karang, padang lamun, mangrove,
kedalaman perairan, topografi perairan, kecerahan, perubahan cuaca dan
pencemaran.

Untuk mengetahui kondisi sumberdaya ikan demersal, dilakukan analisis
komunitas ikan karang dengan menggunakan analisis kelimpahan ikan,
indeks keanekaragaman (H), indeks keseragaman (E), dan indeks dominansi.
Penyajian Peta DPI Demersal

Peta DPI demersal untuk RZWP-3-K dengan skala 1:50.000
digambarkan dalam bentuk poligon

Hasil analisis kondisi sumberdaya ikan demersal (kelimpahan
ikan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks
dominansi) ditampilkan dalam bentuk diagram batang dengan
informasi dasar ekosistem pesisir.
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
INFRASTRUKTUR
Infrastruktur Umum:
Bandara
Terminal
Pasar umum
Pelabuhan umum
Kawasan industri
Kantor pemerintah
Sekolah
Rumah sakit/puskesmas
Bangunan wisata/sejarah

Infrastruktur Khusus:
Pasar ikan
KUD
Balai Benih Ikan (BBI)
Pelabuhan perikanan
Tempat Pelelangan Ikan
Gudang penyimpanan
Bangunan perlindungan pesisir (jeti, penahan
gelombang)

Data Eksisting dan Rencana Jaringan Sistem Prasarana:
Transportasi
Sumberdaya air
Energi
Telekomunikasi
Persampahan
Sanitasi
Drainase
Pemetaan dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan diperoleh data
jenis infrastruktur dan posisinya (menggunakan GPS).
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
DEMOGRAFI DAN SOSIAL
Pemetaan demografi dan kondisi sosial dimaksudkan untuk mengetahui kondisi masyarakat
dari sisi struktur dan komposisi penduduk dan sisi sosial.

Data yang dikumpulkan meliputi:

Populasi (jumlah, kepadatan dan distribusi umur),
Trend pertumbuhan populasi (tingkat kelahiran dan kematian),
Pendidikan,
Mata Pencaharian,
Agama, Budaya,
Lembaga kemasyarakatan dan hukum adat serta
masyarakat tradisional
Penyajian Data Demografi dan Sosial

Peta demografi dan sosial untuk RZWP-3-K dengan skala 1 : 50.000
digambarkan dalam bentuk dalam bentuk polygon disertai informasi dalam
bentuk diagram/tabel/pie chart.
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
EKONOMI WILAYAH
Data perekonomian wilayah dapat diperoleh dari instansi-instansi terkait.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terstruktur maupun
wawancara mendalam, observasi (pengamatan langsung) dan diskusi
dengan kelompok-kelompok masyarakat (Focus Group Discussion)

Data perekonomian wilayah antara lain:

1. Pendapatan perkapita provinsi
2. Pertumbuhan Pendapatan perkapita provinsi
3. Pola pergerakan ekonomi wilayah
4. Angkatan kerja dan tingkat pengangguran per kabupaten
5. Tenaga kerja di bidang perikanan, pertanian, kehutanan, dll
6. Populasi dan kepadatan nelayan
7. Pendapatan di sektor perikanan
8. Produksi perikanan dan sektor-sektor lain
9. Jumlah wisatawan
10. Pendapatan rata-rata dan pengeluaran per sektor


KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
RISIKO BENCANA DAN PENCEMARAN
Bencana yang diakibatkan karena peristiwa alam meliputi :
a. gempa bumi
b. tsunami
c. gelombang ekstrim
d. gelombang laut berbahaya
e. letusan gunung api
f. banjir
g. kenaikan paras muka air laut
h. tanah longsor
i. erosi pantai
j. angin puting beliung
k. Intrusi air laut
k. jenis bencana lainnya
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
RISIKO BENCANA
Risiko adalah kemungkinan suatu kejadian yang tidak diharapkan terjadi
sehingga mengganggu apa yang seharusnya terjadi dari suatu kegiatan atau
mengganggu tujuan.

Komponen Risiko Bencana:

Indeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen utama,
yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah
tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Dapat dikatakan bahwa indeks
ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang pernah
terjadi pada suatu daerah.


Peta kerentanan dapat dibagi-bagi ke dalam kerentanan sosial, ekonomi,
fisik dan ekologi/lingkungan.
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
RISIKO BENCANA
Indeks Kapasitas diperoleh berdasarkan tingkat ketahanan daerah pada
suatu waktu. Tingkat Ketahanan Daerah bernilai sama untuk seluruh kawasan
pada suatu kabupaten/kota yang merupakan lingkup kawasan terendah
kajian kapasitas ini.

Peta Risiko Bencana merupakan overlay (tumpangsusun) dari Peta Ancaman,
Peta Kerentanan dan Peta Kapasitas. Rumus Risiko Bencana:
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
SURVEI LAPANGAN
PENCEMARAN
Pencemaran yang terjadi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat
diidentifikasi melalui pendekatan penginderaan jauh dan survei lapangan.

Beberapa jenis polutan yang menyebabkan terjadinya pencemaran
diantaranya: logam berat, Hidrargiri (Hg), timbal (Pb), Cadmium (Cd)

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
PENYUSUNAN PETA RZWP-3-K
Penyusunan Peta RZWP3K meliputi langkah sbb:

1. Penentuan usulan alokasi ruang, melalui dua metode, yaitu :
a) penyusunan Paket Sumberdaya terhadap kriteria kawasan, zona;
b) kesesuaian lahan (perairan pesisir dan/atau daratan pulau kecil)
terhadap kawasan, zona, sub zona.

Hasil analisis ini berupa usulan alokasi ruang.

2. Analisis Non Spasial
a) Analisis Kebijakan dan Kewilayahan,
b) Analisis Sosial dan Budaya,
c) Analisis Infrastruktur,
d) Analisis Ekonomi Wilayah,
e) Analisis Pengelolaan Wilayah,
f) Analisis dampak aktivitas dari wilayah sekitar,
g) Analisis Isu dan Permasalahan perencanaan
h) Analisis Konflik Pemanfaatan Ruang (Resolusi Konflik).

Hasil analisis non spasial diformulasikan untuk menyempurnakan usulan Peta Alokasi
Ruang menjadi peta RZWP-3-K.




KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
Direktorat TRLP3K

1. Peta Paket Sumberdaya
Peta paket sumberdaya : peta yang memberikan
informasi mengenai kondisi sumberdaya yang ada di
kawasan-kawasan tertentu di wilayah perencanaan
pesisir dan pulau-pulau kecil.

Paket sumberdaya merupakan kombinasi dari
karakteristik wilayah yang memberikan informasi
mengenai potensi pemanfaatan yang memungkinkan
untuk diterapkan di setiap kawasan/zona yang ada di
wilayah pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil
PENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
PENYUSUNAN PETA RZWP3K
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
PENYUSUNAN PETA RZWP3K
Sebagai contoh, Peta Paket Sumberdaya untuk wilayah Kabupaten Banggai
dihasilkan dari hasil tumpangsusun:

geologi dan geomorfologi laut, pemanfaatan wilayah laut eksisting, ekosistem
perairan, oseanografi fisika dan kimia (arus, suhu, salinitas, klorofil),
pemanfaatan/penggunaan lahan darat, dan risiko bencana. Paket sumberdaya
yang dihasilkan terdiri dari 13 unit area yang diberi nama Unit 1 s.d. Unit 13.
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
PENYUSUNAN PETA RZWP3K
Peta Paket Sumberdaya untuk wilayah Kabupaten Banggai
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
PENYUSUNAN PETA RZWP3K
Berdasarkan unit-unit area yang ada di dalam Peta Paket Sumberdaya,
kemudian di lakukan pendeskripsian nilai-nilai sumberdaya pada
masing-masing unit area.

Hasil pendeskripsian nilai-nilai sumberdaya digunakan untuk menentukan
usulan zona untuk seluruh perairan di wilayah perencanaan.
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
CONTOH Nama Unit-Unit Area dalam Paket
Sumberdaya dan Karakteristik Nilai-nilai Sumberdaya
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
PENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG
2. Analisis kesesuaian lahan (Perairan pesisir dan
/atau Daratan Pulau Kecil terhadap kawasan,
zona dan subzona
1. Mendeliniasi masing-masing parameter peta-peta tematik
berdasarkan kriteria kesesuaian zona/subzona tertentu.

2. Hasil deliniasi masing-masing parameter peta-peta tematik
tersebut diatas dilakukan overlay/tumpang susun.

Proses ini dilakukan dengan cara yang sama terhadap
parameter peta-peta tematik tertentu berdasarkan kriteria
zona/subzona lainnya.

KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
PENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG
2. Analisis kesesuaian lahan (Perairan pesisir dan
/atau Daratan Pulau Kecil terhadap kawasan,
zona dan subzona
3. Hasil dari proses overlay tersebut diatas adalah peta-peta
kesesuaian untuk masing-masing zona/subzona dengan
kategori kesesuaiannya (sesuai (S1), kurang sesuai (S2), dan
tidak sesuai (N)).

4. Masing-masing peta-peta kesesuaian zona/subzona tersebut
kemudian dioverlay sehingga menghasilkan peta
multikesesuaian untuk zona/subzona.

5. Berdasarkan peta multikesesuaian dilakukan penilaian
kesesuaian akhir untuk zona/subzona, sehingga dihasilkan
usulan alokasi ruang dalam bentuk Peta Alokasi Ruang.
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
PENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG
Kriteria Kesesuaian Lahan Perairan
Parameter Kesesuaian Lahan
Baik Sedang Kurang
1. Kondisi gelombang (cm) < 10 10 30 >30
2. Arus (cm/detik) 20 30 10 20 dan
30 40
< 10 dan > 40
3. Kedalaman air (m) 2,5 5 1 2,5 < 0,5
4. Dasar perairan Berkarang Pasir Pasir/lumpur
5. Salinitas () 32 34 30 32 < 30 dan > 34
6. Suhu (
o
C) 24 30 20 24 < 20 dan > 30
7. Kecerahan (cm) 110 60 30 40 < 30
8. Kesuburan perairan Subur Cukup Kurang
9. Sumber benih dan induk Banyak Sedang Kurang
10. Sarana penunjang Baik Cukup Kurang
11. Pencemaran Tidak ada Sedang Kurang
12. Keamanan Aman Cukup Kurang
Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Rumput Laut
(Sea weed)
Sumber : Winanto dkk (1991)
Parameter Kesesuaian Lahan
Baik Sedang Kurang
1. Tinggi air pasang > 1,0 0,5 1,0 < 0,5
2. Arus (m/detik) 0,2 0,4 0,05 0,2 0,4 0,5
3. Kedalaman air dari dasar
jaring
> 10 4 10 < 4
4. Oksigen terlarut (ppm) 5 3 5 < 3
5. Salinitas () > 30 20 30 < 20
6. Perubahan cuaca Jarang Sedang Sering
7. Sumber listrik Baik Cukup Kurang
8. Sumber pakan Baik Cukup Kurang
9. Tenaga kerja Baik Cukup Kurang
10. Ketersediaan Benih Baik Cukup Kurang
11. Pencemaran Tidak ada Sedang Kurang
Kriteria Kesesuaian Lahan Perairan
Kriteria Kesesuaian Lahan untuk KJA
Sumber : Tiensongrusmee dkk (1986)
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
PENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
PENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
PENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG
Ilustrasi Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Contoh di Kab. Batang)
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
JENIS PETA TEMATIK TIAP DATASET
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
JENIS PETA TEMATIK TIAP DATASET
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
JENIS PETA TEMATIK TIAP DATASET
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Anda mungkin juga menyukai