Anda di halaman 1dari 36

PENGORGANISASIAN

SKRINING HIPOTIROID
KONGENITAL (SHK)

Oleh : iwan k
Subdit Bina Kewaspadaan Penanganan
Balita Berisiko
Direktorat Bina Kesehatan Anak
Disampaikan Pada Pelatihan SHK
Bagi Tenaga Kesehatan,
Bandung 14-16 Juli 2014

TUJUAN PEMBELAJARAN
UMUM
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu
melaksanakan
pengorganisasian
skrining
hipotiroid
kongenital.

KHUSUS
Setelah selesai sesi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan mekanisme kerja jejaring skrining hipotiroid
kongenital
2. Menjelaskan logistik skrining hipotiroid kongenital.
3. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
4. Menjelaskan monitoring dan evaluasi

POKOK BAHASAN
1. Mekanisme kerja jejaring skrining hipotiroid kongenital
2. Logistik skrining hipotiroid kongenital.
3. Pencatatan dan pelaporan
4. Monitoring dan evaluasi

1. Mekanisme kerja jejaring


SHK

Algoritma SHK

Dalam mendukung kelancaran pelaksanaan SHK, perlu


ada jejaring kemitraan yang merupakan jejaring kerjasama.
Pada tahap pengembangan program, perlu dibuat
Kelompok Kerja (pokja) SHK baik di tingkat pusat
maupun di daerah.
Pokja bersifat adhoc, berfungsi untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan program SHK di fasilitas
pelayanan kesehatan dan di laboratorium SHK serta
memperkuat upaya peningkatan program SHK sampai
menjadi program nasional

Pusat
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan SHK dengan
laboratorium SHK, dinas kesehatan provinsi dan
pokjada melalui mekanisme kerja jejaring Pokjanas
SHK.
2. Melakukan pengembangan dan penetapan kebijakan
nasional program SHK. diupayakan masuk dalam
Paket Persalinan (JKN)
3. Merencanakan dan mengadakan kebutuhan program
SHK melalui APBN atau sumber dana lain yang tidak
mengikat.
4. Pelatihan fasilitator (Training of Trainer/ToT) SHK untuk
tenaga kesehatan daerah.
5. Melakukan monitoring dan evaluasi program SHK

Propinsi
1. Penyediaan kebutuhan program SHK melalui APBN, APBD atau
sumber dana lainnya yang tidak mengikat.
2. Mendukung penyiapan fasilitator SHK, melatih tenaga kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan, dan tenaga kesehatan di
tingkat kabupaten/kota.
3. Melakukan monitoring dan evaluasi program SHK.
4. Bekerjasama dengan Pokjada untuk mendukung pelaksanaan
program SHK di tingkat provinsi yaitu :
Advokasi program SHK kepada penentu kebijakan
Sosialisasi program SHK
Koordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota dan fasilitas
pelayanan kesehatan dalam pelacakan pasien dengan hasil
skrining tinggi agar dapat dilakukan tes konfirmasi.
5. Melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota
dan laboratorium SHK, termasuk pembuatan
kontrak kerjasama.
6. Melakukan kompilasi dan pengolahan data pelaksanaan program
SHK dari kabupaten/kota untuk dilaporkan kepada Kementerian
Kesehatan.

Kabupaten / Kota
1. Merencanakan dan menyediakan kebutuhan program SHK dengan
dana APBD atau sumber dana lainnya yang tidak mengikat.
2. Melakukan pelatihan SHK bagi tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan yang berada di wilayah kerjanya.
3. Mendorong fasilitas pelayanan kesehatan swasta dan masyarakat
yang mampu untuk melaksanakan SHK secara mandiri
4. Melakukan monitoring dan evaluasi program SHK.
5. Bekerjasama dengan pihak terkait untuk mendukung pelaksanaan
program SHK, melalui:
advokasi program SHK kepada penentu kebijakan
sosialisasi program SHK
Koordinasi dengan dinas kesehatan provinsi dan fasilitas
pelayanan kesehatan dalam pelacakan pasien dengan hasil
skrining tinggi agar dapat dilakukan tes konfirmasi.
6. Melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan provinsi dan
laboratorium SHK, termasuk pembuatan kontrak kerjasama.
7. Melakukan kompilasi dan pengolahan data pelaksanaan program
SHK dari fasilitas pelayanan kesehatan, untuk dilaporkan kepada
dinas kesehatan provinsi.

Fasyankes
1. membuat perencanaan kebutuhan program SHK,
2. pengelolaan logistik SHK,
3. mencatat dan melaporkan hasil SHK kepada kepala
fasilitas pelayanan kesehatan dan dinas kesehatan
kabupaten/kota,
4. bekerja sama dengan laboratorium dalam melakukan
pelacakan kasus dibantu tenaga kesehatan terkait,
5. memberikan informasi/membantu keluarga bayi dengan
HK untuk rujukan pengobatan ke dokter spesialis anak
konsultan endokrinologi atau dokter spesialis anak,
6. berkoordinasi dengan penanggung jawab bagian
tumbuh kembang anak untuk pemantauan.

Pembiayaan pelacakan pasien dengan hasil skrining


tinggi dapat menggunakan dana Biaya Operasional
Kesehatan (BOK), APBD, dan sumber lain yang tidak
mengikat.
Biaya tes konfirmasi bersumber dari APBD, dana
dekonsentrasi kesehatan dan sumber lain yang tidak
mengikat.
Sedangkan pengobatan selanjutnya tergantung pada
jaminan kesehatan yang dimiliki pasien, dana mandiri,
APBD atau sumber lain yang tidak mengikat.

2. Logistik SHK
Meliputi obat dan alat kesehatan serta
sarana penunjang yang dibutuhkan
dalam
melaksanakan
skrining
hipotiroid
kongenital
di
fasilitas
pelayanan kesehatan

Obat dan Alat kesehatan :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kertas saring
Lancet,
Kapas alcohol 70%,
Kasa steril
Sarung tangan
Rak pengering specimen darah,
Safety box/kotak limbah tajam
Plester

Sarana penunjang :
amplop untuk mengirim spesimen darah
formulir pencatatan dan pelaporan

Pengelolaan Logistik
1.
2.
3.
4.

Perencanaan Kebutuhan
Pemeliharaan logistik
Pencatatan logistik
Pemantauan dan Evaluasi logistik

Pengelolaan Logistik
1. Perencanaan Kebutuhan
dilaksanakan sesuai dengan sifat logistik, termasuk
dalam barang habis pakai atau dapat digunakan
dalam jangka panjang
Kebutuhan kertas saring, dan lancet dalam satu
tahun dihitung dengan rumus :
A= B+ (10%B)
A= Jumlah kertas saring dan lancet
B= Jumlah target sasaran bayi akan dilakukan skrining
di fasilitas pelayanan kesehatan dalam satu tahun
rata-rata dalam tiga tahun terakhir. Bila hasilnya
pecahan, maka dilakukan pembulatan ke atas
Masa Kadaluarsa Logistik : menggunakan metoda
First Expired First Out (FEFO)

Pengelolaan Logistik
2. Pemeliharaan logistik
Alat kesehatan umumnya mempunyai masa habis pakai (kadaluarsa). Bila alat kesehatan tidak
disimpan dengan baik sesuai dengan aturan pemeliharaan produk, maka kemungkinan alat
kesehatan dapat rusak sebelum masa kadaluarsa. Tentunya akan terjadi pemborosan bila hal ini
terjadi, dan yang lebih disayangkan lagi bila menggunakan kertas saring yang sudah rusak, kemungkinan
dapat terjadi hasil negatif palsu. Oleh karena itu perlu kedisiplinan dan hati-hati dalam pemeliharaan
alat kesehatan.
Alat dan bahan disimpan di rak tertutup dengan kaca agar mudah dilihat dan terpisah dari bahan lain
yang dapat mengkontaminasi. Dalam rak tersebut dimasukkan juga silica gel atau pengering lainnya.

Pengelolaan Logistik
3. Pencatatan logistik
jumlah stok
Jumlah pemakaian
Sisa stok logistik
Masa kadaluarsa

Pengelolaan Logistik

Lampiran 3
Pencatatan logistik di Fasyankes

Pengelolaan Logistik

Lampiran 4
Pencatatan logistik di Kab/Kota

Pengelolaan Logistik
4. Pemantauan dan Evaluasi Logistik
Pemantauan logistik dilakukan untuk menjamin
agar logistik selalu tersedia dalam kondisi baik.
Evaluasi logistik dilakukan agar kesalahan-kesalahan
dalam pengelolaan logistik tidak terulang.
Tujuannya adalah logistik tersedia dalam kondisi baik,
jumlah cukup, tidak terjadi kelebihan pasokan, dan
tidak terjadi kerusakan logistik sebelum masa
kadaluarsa berakhir serta meminimalkan logistik yang
terbuang
akibat
kesalahan/kegagalan
dalam
pengambilan spesimen darah

3. Pencatatan dan
Pelaporan SHK

Pencatatan
1. Pencatatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2. Pencatatan di Laboratorium SHK
3. Pencatatan di Dinas Kesehatan
A. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
B. Dinas Kesehatan Propinsi

Pelaporan
1. Laporan Pelaksanaan di tingkat Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
2. Laporan Pelaksanaan di tingkat Kabupaten/Kota
3. Laporan Pelaksanaan di tingkat Propinsi

Pencatatan
1. Pencatatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pencatatan pemantauan status kesehatan dan
pelayanan kesehatan setiap bayi menggunakan
kohort bayi. Pencatatan pengambilan dan hasil
spesimen darah SHK dimasukkan pula dalam
kohort bayi di puskesmas. Data yang
dimasukkan adalah tanggal pengambilan
spesimen SHK, hasil SHK (normal, perlu tes
konfirmasi, tes gagal), hasil tes konfirmasi
diagnostik (normal, tinggi), tanggal mendapatkan
pengobatan HK, pada kolom keterangan dapat
diisi keterangan bila bayi tidak berhasil dilacak
atau pengobatan terlambat

Lampiran 5

Pencatatan SHK di Fasyankes (RS/RB/Praktek Mandiri)

Lampiran 6

Pencatatan
2. Pencatatan di Laboratorium SHK
Formulir Umpan Balik Hasil Pemeriksaan SHK
Normal: berisi umpan balik pemeriksaan sampel
darah dengan hasil normal, dan akan dikirim
langsung ke masing-masing fasilitas pelayanan
kesehatan melalui dinas kesehatan provinsi dengan
tembusan Pokjada SHK. Penyampaian umpan balik
hasil ini tidak bersifat segera, dilakukan tiap minggu.
Formulir Umpan Balik Hasil Pemeriksan SHK
Tinggi berisi umpan balik pemeriksaan sampel
darah dengan hasil tinggi akan dikirim langsung ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang bersangkutan.
Penyampaian informasi ini bersifat segera, dan
dapat menggunakan alat komunikasi yang paling
efektif.

Pencatatan dan
Pencatatan dan Pelaporan di Dinas Kesehatan
Pelaporan
Kabupaten Kota
Merupakan rekapan dari laporan di tingkat fasilitas
pelayanan kesehatan
Data ini diperlukan untuk pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan SHK di wilayah tersebut. Hal-hal
yang perlu dipantau adalah jumlah cakupan,
jumlah hasil skrining tinggi, jumlah tes
konfirmasi, jumlah kasus yang tidak terlacak,
jumlah kasus HK dan HK diobati. Selain itu perlu
dicatat pula ketersediaan dan penggunaan
logistik SHK di tingkat kabupaten/kota.

Lampiran 8

Pencatatan dan
Pencatatan dan Pelaporan di Dinas Kesehatan Propinsi
Pelaporan
Merupakan rekapitulasi dari laporan dinas kesehatan
kabupaten/kota, baik data hasil SHK maupun data logistik
SHK

Lampiran 9

4. Monitoring Evaluasi
Monitoring
Tujuan
:
untuk
memperbaiki
pelaksanaan
program
apabila
ditemukan kegiatan yang tidak sesuai
dengan standar
dilakukan secara terus menerus
untuk memantau hasil pelaksanaan
skrining, pengobatan HK, serta logistik
SHK

4. Monitoring Evaluasi
Evaluasi
dilakukan secara berjenjang.
Pokjanas mengevaluasi kegiatan program
SHK
di
tingkat
provinsi,
Pokjada
mengevaluasi kegiatan program SHK di
tingkat
kabupaten/kota.
Selanjutnya
koordinator
di
kabupaten/kota
mengevaluasi
kegiatan
pelaksanaan
program SHK di fasilitas pelayanan
kesehatan pelaksana

Kesimpulan

Peran pemerintah, pemda dan masyarakat sangat


penting untuk meningkatkan akses dan cakupan
pelayanan SHK
Koordinasi dan kerjasama jejaring SHK secara
berjenjang untuk memperoleh dukungan pelaksanaan
SHK
Dalam pengelolaan logistik Alat kesehatan harus
terpisah dari bahan lain yang dapat mengkontaminasi
Monitoring SHK dilakukan secara terus menerus untuk
memantau hasil pelaksanaan skrining, pengobatan
HK, serta logistik SHK

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai