KHUSUS
Setelah selesai sesi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan mekanisme kerja jejaring skrining hipotiroid
kongenital
2. Menjelaskan logistik skrining hipotiroid kongenital.
3. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
4. Menjelaskan monitoring dan evaluasi
POKOK BAHASAN
Algoritma SHK
Dalam mendukung kelancaran pelaksanaan SHK, perlu
ada jejaring kemitraan yang merupakan jejaring kerjasama.
Pada tahap pengembangan program, perlu dibuat
Kelompok Kerja (pokja) SHK baik di tingkat pusat
maupun di daerah.
Pokja bersifat adhoc, berfungsi untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan program SHK di fasilitas
pelayanan kesehatan dan di laboratorium SHK serta
memperkuat upaya peningkatan program SHK sampai
menjadi program nasional
Pusat
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan SHK dengan laboratorium
SHK, dinas kesehatan provinsi dan pokjada melalui
mekanisme kerja jejaring Pokjanas SHK.
2. Melakukan pengembangan dan penetapan kebijakan
nasional program SHK. diupayakan masuk dalam Paket
Persalinan (JKN)
3. Merencanakan dan mengadakan kebutuhan program SHK
melalui APBN atau sumber dana lain yang tidak mengikat.
4. Pelatihan fasilitator (Training of Trainer/ToT) SHK untuk
tenaga kesehatan daerah.
5. Melakukan monitoring dan evaluasi program SHK
Propinsi
1. Penyediaan kebutuhan program SHK melalui APBN, APBD atau sumber
dana lainnya yang tidak mengikat.
2. Mendukung penyiapan fasilitator SHK, melatih tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan, dan tenaga kesehatan di tingkat kabupaten/kota.
3. Melakukan monitoring dan evaluasi program SHK.
4. Bekerjasama dengan Pokjada untuk mendukung pelaksanaan program SHK
di tingkat provinsi yaitu :
• Advokasi program SHK kepada penentu kebijakan
• Sosialisasi program SHK
• Koordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota dan fasilitas
pelayanan kesehatan dalam pelacakan pasien dengan hasil skrining
tinggi agar dapat dilakukan tes konfirmasi.
5. Melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota dan
laboratorium SHK, termasuk pembuatan kontrak kerjasama.
6. Melakukan kompilasi dan pengolahan data pelaksanaan program SHK dari
kabupaten/kota untuk dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan.
Kabupaten / Kota
1. Merencanakan dan menyediakan kebutuhan program SHK dengan dana APBD
atau sumber dana lainnya yang tidak mengikat.
2. Melakukan pelatihan SHK bagi tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan yang berada di wilayah kerjanya.
3. Mendorong fasilitas pelayanan kesehatan swasta dan masyarakat yang mampu
untuk melaksanakan SHK secara mandiri
4. Melakukan monitoring dan evaluasi program SHK.
5. Bekerjasama dengan pihak terkait untuk mendukung pelaksanaan program SHK,
melalui:
– advokasi program SHK kepada penentu kebijakan
– sosialisasi program SHK
– Koordinasi dengan dinas kesehatan provinsi dan fasilitas pelayanan
kesehatan dalam pelacakan pasien dengan hasil skrining tinggi agar dapat
dilakukan tes konfirmasi.
6. Melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan provinsi dan laboratorium SHK,
termasuk pembuatan kontrak kerjasama.
7. Melakukan kompilasi dan pengolahan data pelaksanaan program SHK dari
fasilitas pelayanan kesehatan, untuk dilaporkan kepada dinas kesehatan
provinsi.
Fasyankes
1. membuat perencanaan kebutuhan program SHK,
2. pengelolaan logistik SHK,
3. mencatat dan melaporkan hasil SHK kepada kepala
fasilitas pelayanan kesehatan dan dinas kesehatan
kabupaten/kota,
4. bekerja sama dengan laboratorium dalam melakukan
pelacakan kasus dibantu tenaga kesehatan terkait,
5. memberikan informasi/membantu keluarga bayi dengan
HK untuk rujukan pengobatan ke dokter spesialis anak
konsultan endokrinologi atau dokter spesialis anak,
6. berkoordinasi dengan penanggung jawab bagian
tumbuh kembang anak untuk pemantauan.
Pembiayaan pelacakan pasien dengan hasil skrining tinggi dapat
menggunakan dana Biaya Operasional Kesehatan (BOK), APBD,
dan sumber lain yang tidak mengikat.
Sarana penunjang :
• amplop untuk mengirim spesimen darah
• formulir pencatatan dan pelaporan
Pengelolaan Logistik
1. Perencanaan Kebutuhan
2. Pemeliharaan logistik
3. Pencatatan logistik
4. Pemantauan dan Evaluasi logistik
Pengelolaan Logistik
1. Perencanaan Kebutuhan
dilaksanakan sesuai dengan sifat logistik, termasuk dalam
barang habis pakai atau dapat digunakan dalam jangka panjang
• Kebutuhan kertas saring, dan lancet dalam satu tahun dihitung
dengan rumus :
A= B+ (10%B)
A= Jumlah kertas saring dan lancet
B= Jumlah target sasaran bayi akan dilakukan skrining di fasilitas
pelayanan kesehatan dalam satu tahun rata-rata dalam
tiga tahun terakhir. Bila hasilnya pecahan, maka dilakukan
pembulatan ke atas
Jenis Logistik
Nama Fasyankes
Kabupaten/Kota
Provinsi
Tahun
Kondisi diterima
Jumlah
Nama Jumlah Tanggal Tanggal Jumlah Sisa
No Tanggal Jumlah Keluar/ Ket
Dagang diterima Jumlah Baik Ket Kadaluarsa Keluar/ dipakai Penyesuaian kumulatif
rusak Dipakai
Periksa kondisi lancet/kertas saring Periksa kondisi Lanset / kertas saring secara sampling pada saat diterima (Catatlah kondisinya baik, rusak). Bila rusak segera dikembalikan
ke pengirim.
Periksa dan catat kedaluarsa Lanset / kertas saring secara sampling pada saat diterima.
Formulir pencatatan ini sebaiknya dipergunakan untuk satu jenis logistik/tidak dicampur dengan logistik lain.
Jumlah penyesuaian adalah jumlah sisa logistik dari hari ke hari.
Lampiran 3
Pencatatan logistik di Fasyankes
Pengelolaan Logistik
Jenis Logistik
Kabupaten/Kota
Provinsi
Tahun
Kondisi diterima
Jumlah
Nama Jumlah Tanggal Tanggal Jumlah Sisa
No Tanggal Jumlah Keluar/ Ket
Dagang diterima Jumlah Baik Ket Kadaluarsa Keluar/ dipakai Penyesuaian kumulatif
rusak Dipakai
Periksa kondisi lancet/kertas saring Periksa kondisi Lanset / kertas saring secara sampling pada saat diterima (Catatlah kondisinya baik, rusak). Bila rusak segera dikembalikan
ke pengirim.
Periksa dan catat kedaluarsa Lanset / kertas saring secara sampling pada saat diterima.
Formulir pencatatan ini sebaiknya dipergunakan untuk satu jenis logistik/tidak dicampur dengan logistik lain.
Jumlah penyesuaian adalah jumlah sisa logistik dari hari ke hari.
Lampiran 4
Pencatatan logistik di Kab/Kota
Pengelolaan Logistik
4. Pemantauan dan Evaluasi Logistik
– Pemantauan logistik dilakukan untuk menjamin agar
logistik selalu tersedia dalam kondisi baik.
– Evaluasi logistik dilakukan agar kesalahan-kesalahan dalam
pengelolaan logistik tidak terulang.
Tujuannya adalah logistik tersedia dalam kondisi baik, jumlah
cukup, tidak terjadi kelebihan pasokan, dan tidak terjadi
kerusakan logistik sebelum masa kadaluarsa berakhir serta
meminimalkan logistik yang terbuang akibat
kesalahan/kegagalan dalam pengambilan spesimen darah
3. Pencatatan dan Pelaporan SHK
Pencatatan
1. Pencatatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2. Pencatatan di Laboratorium SHK
3. Pencatatan di Dinas Kesehatan
A. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
B. Dinas Kesehatan Propinsi
Pelaporan
1. Laporan Pelaksanaan di tingkat Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
2. Laporan Pelaksanaan di tingkat Kabupaten/Kota
3. Laporan Pelaksanaan di tingkat Propinsi
Pencatatan
1. Pencatatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pencatatan pemantauan status kesehatan dan pelayanan
kesehatan setiap bayi menggunakan kohort bayi.
Pencatatan pengambilan dan hasil spesimen darah SHK
dimasukkan pula dalam kohort bayi di puskesmas. Data yang
dimasukkan adalah tanggal pengambilan spesimen SHK,
hasil SHK (normal, perlu tes konfirmasi, tes gagal), hasil tes
konfirmasi diagnostik (normal, tinggi), tanggal mendapatkan
pengobatan HK, pada kolom keterangan dapat diisi
keterangan bila bayi tidak berhasil dilacak atau pengobatan
terlambat
PENCATATAN SHK DI PUSKESMAS
cat : HK diberi keterangan: tanggal pengambilan spesimen dan hasil skrining, yaitu:
+ (bila hasil menunjukkan hasil skrining tinggi)
- (bila menunjukkan hasil skrining normal)
# (bila hasil tidak dapat diperiksa)
tanggal tes konfirmasi (bila dilakukan) dan hasil (+/-)
bila hasil skrining tinggi tetapi pasien tidak dapat dilacak, di beri keterangan pada kolom
keterangan
Lampiran 5
Pencatatan SHK di Fasyankes (RS/RB/Praktek Mandiri)
Lampiran 6
Pencatatan
2. Pencatatan di Laboratorium SHK
• Formulir Umpan Balik Hasil Pemeriksaan SHK Normal:
berisi umpan balik pemeriksaan sampel darah dengan hasil
normal, dan akan dikirim langsung ke masing-masing
fasilitas pelayanan kesehatan melalui dinas kesehatan
provinsi dengan tembusan Pokjada SHK. Penyampaian
umpan balik hasil ini tidak bersifat segera, dilakukan tiap
minggu.
• Formulir Umpan Balik Hasil Pemeriksan SHK Tinggi berisi
umpan balik pemeriksaan sampel darah dengan hasil tinggi
akan dikirim langsung ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
bersangkutan. Penyampaian informasi ini bersifat segera,
dan dapat menggunakan alat komunikasi yang paling
efektif.
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan di Dinas Kesehatan Kabupaten Kota
Lampiran 9
4. Monitoring Evaluasi
Monitoring
Tujuan : untuk memperbaiki pelaksanaan
program apabila ditemukan kegiatan yang tidak
sesuai dengan standar
dilakukan secara terus menerus untuk
memantau hasil pelaksanaan skrining,
pengobatan HK, serta logistik SHK
4. Monitoring Evaluasi
Evaluasi
dilakukan secara berjenjang.
Pokjanas mengevaluasi kegiatan program SHK
di tingkat provinsi, Pokjada mengevaluasi
kegiatan program SHK di tingkat
kabupaten/kota. Selanjutnya koordinator di
kabupaten/kota mengevaluasi kegiatan
pelaksanaan program SHK di fasilitas
pelayanan kesehatan pelaksana
Kesimpulan
• Peran pemerintah, pemda dan masyarakat sangat penting untuk
meningkatkan akses dan cakupan pelayanan SHK
• Koordinasi dan kerjasama jejaring SHK secara berjenjang untuk
memperoleh dukungan pelaksanaan SHK
• Dalam pengelolaan logistik Alat kesehatan harus terpisah dari
bahan lain yang dapat mengkontaminasi
• Monitoring SHK dilakukan secara terus menerus untuk memantau
hasil pelaksanaan skrining, pengobatan HK, serta logistik SHK
TERIMA KASIH