Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

CUTANEUS LARVA MIGRANS

Pembimbing:
dr. Andri Catur J., Sp.KK

Disusun oleh :
Imaniyah Husni
201510401011167

SMF KULIT DAN KELAMIN RSUD JOMBANG


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

PENDAHULUAN

Vektor penyakit terus menjadi ancaman


kesehatan masyarakat yang utama di seluruh
dunia.
Mayoritas kasus di Amerika Serikat terjadi di
sepanjang pantai tenggara dan disebabkan
oleh penetrasi larva cacing tambang
Ancylostoma braziliense pada kucing dan
anjing.
Indonesia merupakan daerah tropis yang sesuai
untuk perkembangan berbagai macam jenis
parasit misalnya cacing

PENDAHULUAN

Pemeriksaan di Jakarta menunjukan bahwa pada


sejumlah kucing ditemukan 72% A. Braziliense,
sedangkan pada sejumlah anjing terdapat 18%
A.braziliense dan 68% A. canum
Kucing dan anjing merupakan hospes definitif.
Cacing ini menyebabkan creeping eruption
(cutaneus larva migran).
Orang-orang yang berpergian tanpa beralas
kaki di pantai, anak-anak yang sering bermain di
pasir, tukang kayu dan tukang pipa yang
berkerja di bawah rumah dan tukang kebun
yang sering menjadi korban mempunyai resiko
tinggi untuk terkena

DEFINISI

Kelainan kulit yang merupakan


peradangan berbentuk linear atau
berkelok-kelok, menimbul, progresif,
disebabkan oleh invasi larva cacing
tambang yang berasal dari anjing dan
kucing.

ETIOLOGI

Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma


caninum
Ancylostoma braziliense lebih sering menembus
kulit, sehingga cacing ini merupakan penyebab
utama cutaneous larva migrans pada manusia
Selain kedua spesies tersebut di atas, terdapat
beberapa species lain yang dapat menyebabkan
creeping eruption diantaranya, Uncinaria
stenocephala, Strongiloides stercoralis,
Gnathostoma spinigerum dan larva lalat
Gasterophilus

EPIDEMIOLOGI

Kasus yang dilaporkan di negara-negara


Barat yaitu para wisatawan yang
kembali dari daerah tropis, tetapi infeksi
lebih sering di negara-negara tropis dan
subtropis seperti di Asia Tenggara,
Afrika, Amerika Selatan, Karibia, dan
Amerika Serikat bagian Tenggara.

PATOFISIOLOGI

Cutaneus larva migran disebabkan oleh


penetrasi pada kulit dari kucing, anjing,
atau larva mamalia nematoda lainnya.
Telur menetas dan larva hidup pada
lingkungan yang lembab seperti pantai.
manusia merupakan insidental host.
Selama penetrasi di kulit, sekresi
hyaluronidase oleh larva cacing tambang
memfasilitasi perjalanan melalui
epidermis dan dermis. Biasanya, erupsi
yang khas berkembang dalam beberapa

PATOFISIOLOGI

Biasanya larva ini merupakan stadium


ketiga siklus hidupnya.
Larva akan tinggal dikulit berjalan-jalan
sepanjang dermoepidermal, setelah
beberapa jam atau hari akan timbul gejala
di kulit

GAMBARAN KLINIS

Pruritus lokal dan rasa panas


Creeping dermatitis (khas)
Bentuk lesi:

Perkembangan selanjutnya

Linear/berbelok-belok
Menimbul
Warna kemerahan
Papul eritematos menjalar
Berkelok
Polisiklik
Serpiginosa dan menimbul

Predileksi; tungkai, plantar,


tangan, anus, bokong dan paha

DIAGNOSIS

Anamensis:

mempunyai riwayat kontak dengan anjing,


kucing atau larva cacing tambang.
Lingkungan yang tropis

Pemeriksaan fisik:

Melihat gejala klinis berupa adanya bintik


merah menonjol yang gatal.
kemudian menjadi memanjang dan
berkelok kelok membentuk alur di bawah
kulit dan riwayat penderita.

DIAGNOSIS BANDING
1. Skebies

DIAGNOSIS BANDING
2. Dermatofitosis

KOMPLIKASI

Komplikasi lokal : infeksi bakteri


sekunder pada daerah kulit yang terkena
terjadi pada kurang lebih 8% kasus.
Komplikasi sistemik jarang terjadi :
pneumonitis eosinphilic

PENATALAKSANAAN

Antihelmintes

Tiabendazole. Dosisnya 50 mg/kgBB/hari, sehari 2


kali, diberikan berturut-turut selama 2 hari. Dosis
maksimum 3 gram sehari.
Albendazole, dosis sehari 400 mg sebagai dosis
tunggal diberikan 3 hari berturut-turut

cytrotherapy yakni menggunakan CO2 snow


(dry ice) dengan penekanan selama 45 detik
sampai 1 menit, dua hari berturut-turut.
Cara beku dengan menyemprotkan kloretil
sepanjang lesi.

PROGNOSIS

dubia at bonam
CLM dapat sembuh dengan sendirinya

PENCEGAHAN
1.

2.

3.

Menghindarkan anak-anak bermain


dengan pasir atau tanah yang mungkin
tercemar oleh larva cacing penular.
Kesadaran masyarakat akan kebersihan
dan pentingnya memakai alas kaki
harus ditingkatkan.
Juga keberadaan anjing dan kucing liar
sebaiknya dipantau

KESIMPULAN

Cutaneus larva migrans ialah istilah yang digunakan pada


kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linear
atau berkelok-kelok, menimbul, progresif, disebabkan oleh invasi
larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing.
Lesi pada kulit yang terjadi akibat migrasi larva Ancylostoma
braziliense dan Ancylostoma caninum.
Masuknya larva ke kulit disertai rasa gatal dan panas. Predileksi
umumnya di daerah yang terpajan (exposed area), terutama
kaki, tungkai bawah, bokong dan tangan. Lesi kulit berbentuk
linear atau berkelok-kelok, menimbul dan berwarna kemerahan.
Pada perkembangan selanjutnya terdapat papul eritematosa
menjalar, berkelok, polisiklik, serpigimosa dan menimbul.
Terapi medikamentosa yang diberikan yaitu tiabendazol dan
albendazol.

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.
9.

Ui Djuanda. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi keenam. FK UI


Hook Hochede. 2007. Hookworm-Related Cutaneous Larva Migrans.
Journal of Travel Medicine, Volume 14, halaman 326333.
Jemes. 2011. Andrew's Diseases of the Skin 11ed Clinical Dermatology.
Elsevier
2015. A Case of Cutaneous Larva Migrans Presenting in A Pregnant Patient.
Dermatology Online Journal, 21(1)
Medalti. 2015. Atlas Berwarna dan Sinopsis Penyakit Kulit dan Kelamin.
Badan penerbit FK-UI
Palgunadi. 2010. Cutaneous larva migrans : Dosen Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Pedoman Diagnostik dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi III.
2005. RSUD Soetomo Surabaya
Sutanto. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. FK UI
Wolff. 2008. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine Seventh Edition.
Mc Graw Hill.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai