CA Nasofaring
Nanda A. Armanda
Virus Epstein-Barr
Virus Epstein-Barr bereplikasi dalam sel-sel epitel dan
menjadi laten dalam limfosit B. Infeksi virus epstein-barr
terjadi pada dua tempat utama yaitu sel epitel kelenjar
saliva dan sel limfosit. EBV memulai infeksi pada limfosit B
dengan cara berikatan dengan reseptor virus, yaitu
komponen komplemen C3d (CD21 atau CR2). Glikoprotein
(gp350/220) pada kapsul EBV berikatan dengan protein
CD21 dipermukaan limfosit B3. Aktivitas ini merupakan
rangkaian yang berantai dimulai dari masuknya EBV ke
dalam DNA limfosit B dan selanjutnya menyebabkan
limfosit B menjadi immortal. Sementara itu, sampai saat
ini mekanisme masuknya EBV ke dalam sel epitel
nasofaring belum dapat dijelaskan dengan pasti.
Genetik
Walaupun karsinoma nasofaring tidak termasuk
tumor genetik, tetapi kerentanan terhadap
karsinoma nasofaring pada kelompok masyarakat
tertentu relatif menonjol dan memiliki agregasi
familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA
(human leukocyte antigen) dan gen pengode
enzim sitokrom p450 2E1 (CYP2E1) kemungkinan
adalah gen kerentanan terhadap karsinoma
nasofaring. Sitokrom p450 2E1 bertanggung
jawab atas aktivasi metabolik yang terkait
nitrosamine dan karsinogen.
Faktor Lingkungan
Sejumlah besar studi kasus yang dilakukan pada
populasi yang berada di berbagai daerah di asia dan
amerika utara, telah dikonfirmasikan bahwa ikan asin
dan makanan lain yang awetkan mengandung
sejumlah besar nitrosodimethyamine (NDMA), Nnitrospurrolidene (NPYR) dan nitrospiperidine (NPIP)
yang mungkin merupakan faktor karsinogenik
karsinoma nasofaring. Selain itu merokok dan
perokok pasif yang terkena paparan asap rokok yang
mengandung formaldehide dan yang tepapar debu
kayu diakui faktor risiko karsinoma nasofaring
dengan cara mengaktifkan kembali infeksi dari EBV.