Anda di halaman 1dari 10

Chapter 186 :: Leprosy

29
:: Delphine J. Lee, Thomas H. Rea, &
Robert L. Modlin

LEPROSY AT A GLANCE basil/OIF; BI 5 menujukkan 100-1.000/OIF; BI 4


menujukkan 10-100/OIF; BI 3 menujukkan 1-10/OIF; BI
Definition: a chronic granulomatous 2 menujukkan 1 basil/1-10 OIF; BI 1 menujukkan 1
infection and caused by M. leprae. basil/10-100 OIFs; dan BI 0 tidak terdapat basil dalam
9
100 OIF. Karena BI 6 menunjukkan 10 basil per gram
Involvement: affecting primarily skin and dari granuloma, jaringan dengan BI 0, mungkin

Chapter186
nerves. 3
memiliki 10 organisme per gram.
Dinding sel basiler terdiri dari peptidoglikan dengan
Diagnosis: acid-fast bacilli in tissue or classic
arabinogalactan dan asam mycolic. protein
peripheral nerve abnormality. imunogenik berhubungan dengan dinding sel, dan
juga dijumpai dalam
Incidence: approximately 250,000–500,000
sitoplasma.The cell-wall-associated lipoproteins, ligan

:: Leprosy
new cases yearly, worldwide. ds untuk pattern recognition receptors (PRRs) seperti
TLR2 dan NOD2 dari Sistem imun bawaan, mungkin
Long-term morbidity: despite curative
memulai respon pertama host terhadap M. leprae.
antibacterial treatment, one-quarter to one- Respon ini penting dalam menentukan klinis akhir.
18

third of patients will have a debilitating and Target lipoglycan dari antibodi dan respon imun
permanent neurological deficit. seluler, lipoarabinomannan, pada membran luar dan
masuk ke dalam membran sel. Phenolik glycolipid I
A clinical challenge: diverse manifestations
merupakan unsur utama spesifik dan imunogenik dari
result from a granulomatous spectrum, and lapisan luar basil yang nonpolar. Masuk ke dalam saraf
are further increased by superimposed, dimediasi oleh ikatan trisakarida spesifik pada
reactional states. phenolik glycolipid I ke laminin-2 di lamina basalis
19
sel-Schwann, menjelaskan bahwa M. leprae
An immunologic opportunity: an exemplary
merupakan satu-satunya bakteri yang menyerang
model for the understanding of cell- saraf perifer.
mediated immunity in humans.
Dua studi yang sama telah membuktikan bahwa
faktor genetik dan lingkungan yang penting dalam
20
kerentanan penyakit dan serta ekspresi. Bagian pada
kromosom 10p13, termasuk PARK2 dan PACRG, lokus
ETIOLOGY AND PATHOGENESIS untuk kerentanan terhadap penyakit Parkinson,
Faktor risiko seperti lahir atau tinggal di daerah diketahui juga mempunyai risiko faktor dalam
endemik, anggota keluarga dengan kusta, kerentanan 21
perkembangan lepra. Meliputi bentuk tuberkuloid
genetic umum, paparan lingkungan, atau keduanya, dan lepromatosa, dan telah diidentifikasi dalam
dan, seperti banyak infeksi lainnya, kemiskinan. sejumlah populasi genetik yang beragam, tetapi tidak
penggunaan terapi anti-tumor necrosis factor (TNF) semua. Mayor histocompatibility kompleks kelas II
antibody dan antigen muncul dalam mempengaruhi klinis, tetapi
the immune reconstitution inflammatory syndrome 22
tidak kerentanan penyakit, sementara PRRS seperti
(IRIS) dari highly active antiretroviral TLRs dan NOD2 dapat mempengaruhi keduanya.
23-27

therapy (HAART)telah dikaitkan dengan timbulnya Sebagian besar orang yang terpapar M. leprae diduga
15,16
lepra. membentuk respon imunitas kuratif, sedangkan
Mycobacterium leprae, penyebab kusta, tidak dapat presentasi klinis kusta spektrum granulomatosa
dikultur, Gram-positif, obligate intraseluler, basil tahan memberikan spektrum kekebalan imunitas host,
asam. Urutan genome basiler menunjukkan adanya sehingga memberikan contoh dalam menentukan cell
delesi gen dan menyisakan M. leprae dengan mediated immunity (CMI) pada manusia.
beberapa enzim pernapasan, menjelaskan kegagalan
alam kultur organisme pada media bebas sel, serta
menjelaskan sel yang bersifat obligate intraseluler. CLINICAL FINDINGS
Dalam jaringan atau hapusan, M. leprae dinilai dengan
indeks biopsi (BI), skala logaritmik untuk jumlah Untuk dokter praktek di daerah non-endemic,
basil per oil immersion field (OIF): nilai BI 6 mengetahui bahwa pasien memiliki faktor risiko untuk
menunjukkan 1.000 atau lebih penyakit kusta, yaitu, lahir atau tinggal di daerah
endemik, atau memiliki hubungan darah dengan 2253
orang-orang dengan diagnosis kusta.
9 Riwayat penyakit atau gejala yang dapat menimbulkan
kecurigaan kusta yaitu termasuk keluhan yang merujuk
pada neuropati perifer, hidung tersumbat yang
persisten, gejala okular, dan, pada pria muda,
hilangnya dorongan seksual atau infertilitas.

CUTANEOUS LESIONS
THE GRANULOMATOUS SPECTRUM. Ridley
dan kawan-kawan memberikan deskripsi paling rinci
28,29
dari spektrum granulomatosa kusta,
mengintegrasikan perubahan klinis dan maupun
histologis. Ridley membagi spektrum menjadi enam
kelompok, mulai dari resistensi tinggi ke rendah, TT
Section29

(polar tuberkuloid), BT (borderline tuberkuloid), BB Figure 186-1 A solitary, anesthetic, and annular lesion of
(borderline), BL (borderline lepromatous), LLs polar tuberculoid leprosy (TT), which had been present
(subpolar lepromatosa), dan, LLp (polar lepromatous): for 3 months. Its sharp margins, erythema, and scale are
more evident than its elevation. The central red dots are
the sequelae or ―footprints‖ of testing for pinprick percep-
Secara konseptual, TT dan LLP stabil secara klinis,
:: BacterialDisease

tion when it is absent. (If present, the patient withdraws,


namun, antara kutub, respon host dapat berubah, preventing overly purpuric consequences.) The central
seperti yang ditunjukkan oleh panah, meningkat (atau portion of the lesion was slightly hypopigmented as com-
kembali) pada keadaan resistensi yang lebih tinggi, pared to the surrounding normal skin.
dengan disertai peradangan, atau turun ke tingkat
resistensi yang lebih rendah, biasanya tenang tetapi dingin sebelum hilangnya rasa sakit atau sentuhan
kadang-kadang dapat disertai inflamasi. Pasien BT ringan, dimulai di daerah acral dan, dari waktu ke
dapat meningkat ke TT, dengan demikian, menjadi waktu, meluas secara terpusat ke telapak tangan. (5)
stabil, namun pasien LLs tidak turun menjadi LLp Anhidrosis pada telapak tangan atau telapak kaki
maupun pasien LLp tidak meningkat. ( "LL" meliputi menunjukkan keterlibatan saraf simpatik.
LLs dan LLp.) Respon granulomatosa host merupakan
hasil dari tingkat CMI M. leprae. Klasifikasi ditentukan Polar Tuberculoid Leprosy. Pada kusta TT,
terutama oleh perubahan klinis dan histologis, indeks imunitas kuat yang bermanisfestasi dengan
basiler menjadi pertimbangan sekunder. Pasien penyembuhan secara spontan dan tidak adanya
sepanjang spektrum klinis kusta yang dianggap penurunan tingkat terhadap penurunan pertahanan
sebagai manifestasi dari perkembangan respon imun, host. Lesi primer TT adalah plak berbatas tegas,
berdasarkan faktor-faktor lingkungan dan genetik, biasanya annular sekunder dengan propagasi perifer
akhirnya akan tertarik ke arah salah satu dari dua dan sentral clearing. Biasanya, indurasi tegas, dengan
kutub. peninggian, eritematosa, bersisik, kering, tidak
Perbandingan terminology pra-Ridley dan Ridley, berambut, dan hipopigmentasi (Gbr. 186-1), tetapi
"tuberkuloid" untuk TT dan BT, "borderline" atau secara klinis, bervariasi (eFig. 186-1,1 dalam edisi
"dimorfik" untuk BB dan BL, dan "lepromatous" untuk online).
LLs dan LLp. Pada hampir semua pasien TT, dan dalam Saraf sensorik terdekat mungkin atau tidak
kebanyakan kasus BT, basil tahan asam (BTA) tidak membesar (eFig. 186-1,1 dalam edisi online), tetapi lesi
dapat ditemukan, sedangkan pada BB, BL, LLS, dan LLP, itu sendiri bersifat anestesi dan anhidrotic. lesi sering
basil dapat ditemukan dengan mudah. Klasifikasi soliter, terutama pada pasien dengan TT de novo,
Ridley penting untuk mengklasifikasikan pasien, kontras dengan orang-orang yang meng-upgrade ke
terutama dalam imunitas. TT dari BT, di mana beberapa lesi, biasanya tidak lebih
dari tiga, dapat ditemukan. Pada kedua kelompok,
PERIPHERAL NERVE CHANGES. Lima jenis imunitas cukup dalam mempengaruhi penyembuhan,
kelainan saraf perifer yang umum pada kusta. (1) dengan demikian, menempatkan batas atas ukuran
Pembesaran nervus (biasanya asimetris), terutama lesi sebesar 10 cm, tetapi terapi antibiotik dianjurkan.
yang dekat dengan kulit, umumnya karena lokasi
tersebut memiliki suhu paling rendah, seperti pada
TT Histology. Pada lesi TT de novo, kecil,
well-developed epithelioid tubercles yang dikelilingi
auricular mayor, ulnaris, radial cutaneus, superficial
oleh selubung limfositik yang besar, namun jarang
peroneal, sural, dan tibialis posterior. (2) penurunan
terlihat. Dalam TT yang di-upgrade dari BT, memiliki
sensorik pada lesi kulit. (3) Nerve trunk palsy baik
sel raksasa Langhans yang banyak dan eksositosis
dengan tanda-tanda dan gejala inflamasi atau tanpa
30 yang cepat ke dalam epidermis biasanya ditemukan
manifestasi yang jelas seperti, silent neuropati,
selain adanya selubung limfositik (Gbr. 186-2). Jarang
biasanya dengan gangguan baik sensorik dan motorik
ditemui nekrosis kaseosa, dan, jika ada, memastikan
(kelemahan dan/atau atrofi) dan, juga dengan
klasifikasi TT (eFig. 186-2,1 dalam edisi online). BTA
contracture. (4) Stocking-glove
tidak ditemukan.
2254 pattern of sensory impairment (S-GPSI), secara
lambat hilangnya serabut saraf tipe C, yang
menyebabkan terjadinya gangguan sensasi panas dan
Borderline Tuberculoid Leprosy. Pada BT (Gbr.
186-3 dan eFigs. 186-3,1 dan 186-3,2 dalam edisi
29

A B

Chapter186
Figure 186-2 Two views of the histology of a TT lesion. A. The lower power view looks a lot like that of lupus vulgaris,
which is the origin of the term ―tuberculoid‖ leprosy. (H&E, 10 objective.) B. The high-power view of the same lesion
shows abundant Langhan’s giant cells, epithelioid tubercles, a dense lymphocytic infiltrate and a brisk exocytosis into the
epidermis. (H&E, 20 objective.)

:: Leprosy
online), resistensi kekebalan cukup kuat untuk atau tidak ada scaling, kurang eritema, kurang
menahan infeksi, bahwa penyakit berkembang indurasi, dan kurang elevasi, tetapi lesi bisa menjadi
terbatas dan pertumbuhan basil terhambat, tetapi jauh lebih besar, yaitu, berdiameter lebih dari 10 cm,
respon host tidak cukup untuk menyembuhkan diri. lesi tunggal kadang-kadang melibatkan seluruh
Pasien-pasien memiliki resistensi yang tidak stabil, ekstremitas atas (eFig. 186-3,1 dalam edisi online).
dapat meningkat ke TT, atau turun ke BL. Multiple, lesi asimetris merupakan yang utama, tetapi
Lesi utama BT adalah plak dan papula (Box 186-1). lesi soliter tidak jarang ditemukan. Penurunan sensasi
Seperti pada TT, konfigurasi annular merupakan yang di lesi kulit merupakan hal yang sering ditemukan dan
paling umum dan keduanya berbatas tegas tetapi lesi keterlibatan nerve trunk, pembesaran atau
annular atau plak memiliki lesi satelit yang jelas (Gbr. kelumpuhan, biasanya tidak lebih dari dua dan
186-3). Hipopigmentasi mungkin lebih mencolok asimetris, umumnya. abses nervus, jika ditemukan,
pada pasien berpigmen gelap (186-3,1 di edisi online paling sering pada laki-laki dengan BT (186-3,2 di edisi
eFig.). Berbeda dengan TT, biasanya, terdapat sedikit online).

BT Histology. Dalam jaringan BT,


well-organized epithelioid tubercles yang ditemukan
tapi selubung limfositik kurang baik berkembang
dibandingkan pada TT (eFigs. 186-3,3 dan 186-3,4
dalam edisi online). Juga, sel raksasa Langerhans tidak
selalu ada. Epidermal eksositosis, jika ada, merupakan
focal. BTA jarang terlihat pada BT. Ditemukannya BTA
atau plasma pada BT, sebaiknya mempertimbangkan
adanya reaksi reversal.

Borderline Leprosy. BB merupakan titik tengah


imunologi atau zona tengah dari spektrum
granulomatosa, menjadi daerah yang paling tidak stabil,
dimana pasien dapat dengan cepat naik atau turun
pada postur granulomatosa yang lebih stabil dengan
atau tanpa reaksi klinis. Perubahan kulit yang khas
berupa lesi annular dengan pinggiran interior dan
eksterior yang tegas, plak besar dengan pulau-pulau
kulit yang secara klinis normal dalam plak, memberikan
penampilan "Swiss cheese", atau lesi klasik dimorfik.
Karena ketidakstabilan, postur BB yang berlangsung
singkat dan jarang terlihat pada pasien. Misalnya, kita
belum melihat klinis nonreactional pasien baik secara
klinis dan maupun histologis.

Figure 186-3 One of several lesions of borderline tuber- BB Histology. Pada BB, diferensiasi epithelioid tetap,
culoid leprosy (BT), which had an incompletely annular tetapi limfosit jarang, sel raksasa tidak ada, dan basil
configuration with satellite papules. Compared to the TT mudah ditemukan.
lesion in Fig. 186-1, there is less erythema, no evident
scales, but the sharp margination, and the ―footprints‖ of Borderline Lepromatous Leprosy. Pada BL,
absent pinprick perception are well developed. The lesion-
al histology is shown in eFig. 186-8.2 in online edition. resistensi terlalu rendah untuk secara signifikan
menahan proliferasi basil, tapi masih cukup untuk
menginduksi timbulnya inflamasi, terutama di saraf. 2255
29 BOX 186-1 DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
PRIMARY LESIONS
Macules and patches. The hypopigmentation of pityriasis alba and indeterminate leprosy mimic each other. If
the patient was born in, or had resided in, an endemic area, then the distinction between the two may be made
by neurological or histological examination. Hypopigmented BL plaques can be so faintly indurated as to mimic
patches. Telangiectasias may be eruptive or present as mats on the face and upper trunk.
Papular to nodular lesions. In the dermis, leprosy may mimic, or be mimicked by dermatofibromas, histio-
cytomas, lymphomas, sarcoidosis, and other granulomas. Eruptive and recurrent inflammatory subcutaneous
nodules may be ENL, erythema nodosum, erythema induratum, and vasculitis. Palpable, but not visible, subcu-
taneous nodules in Latapi’s lepromatosis may mimic lipomas.
Plaques. Erythematous plaques may mimic mycosis fungoides. Plaques without pigmentary change may be
Section29

wheal like in appearance, causing confusion with urticaria. Hypopigmented plaques may mimic papulosqua-
mous eruptions. Islands of normal skin within a plaque may suggest psoriasis.
Polymorphous vesiculobullous eruption/Dermoepidermal separation. They may occur in ENL. Up to 30% of
LL patients may have an antibody directed to desmoglein 1, giving rise to bullous lesions. Also, IgM is deposited
not uncommonly at the epidermal basement membrane in LL. These antibodies are not necessarily pathogenic
:: BacterialDisease

but may confuse diagnosis.


Annular lesions. Leprosy may mimic, or be mimicked by, annular erythemas, sarcoidosis, syphilis, or tinea.
SECONDARY LESIONS
Infarcts. Lucio’s phenomenon lesions and necrotic ENL mimic septic infarcts.
Ulcers. Ulcers occur in Lucio’s phenomenon and ENL secondary to vascular occlusion. In patients with nerve
destruction, neurotrophic ulcers occur on the plantar surface, patients with Leg ulcers secondary to venous
insufficiency are seen in Latapi’s lepromatosis.
CLINICAL CONSTELLATIONS
Systemic lupus erythematosus-like changes. Fusiform fingers, swan neck deformity, false positive syphilis
tests, antiphospholipid antibodies, lupus anticoagulant, hyperglobulinemia, and anemia.
Vasculitis. A true vasculitis may occur in ENL, Lucio’s reaction, and Latapi’s lepromatosis. Clinically, leprosy
lesions of a nodular character may be misdiagnosed as ―vasculitis.‖

Dengan demikian, pasien BL yang terburuk diantara Keterlibatan nervus medianus dan ulnaris, tidak jarang
kedua kutub. Kategori BL sangat bervariasi dalam bilateral, merupakan gejala yang khas. Ketika penyakit
ekspresi klinis (eFigs. 186-3,5 di edisi online dan 186-4 meluas, pasien BL juga dapat menjadi S-GPSI.
Gambar.). Meski hanya terlihat pada sepertiga pasien
BL, lesi dimorfik klasik merupakan yang paling khas,
memiliki konfigurasi annular dengan batas luar yang
buruk (seperti lepromatous) tetapi batas dalam tegas
(seperti tuberkuloid), sehingga, memiliki kedua
morfologi tersebut dikenal sebagai "
dimorphic leprosy." Variasi mungkin cukup besar pada
satu pasien dan bahkan lebih besar pada seluruh
populasi BL. Plak berbatas tegas atau tidak dengan "
punched out” atau “Swiss cheese " batas tegas dari
kulit normal didalam plak merupakan suatu yang khas,
dan dapat dianggap sebagai varian dari lesi dimorfik
klasik (eFig. 186-3,5 dalam edisi online). Lesi annular
berbatas tegas dengan margin eksterior dan interior
yang tidak biasa. Seperti lepromatosa, papula dan
nodul yang tidak bagus banyak ditemukan, tapi
biasanya disertai dengan lesi berbatas tegas di suatu
tempat.
Memiliki rentang dari lesi soliter ke lesi multipel
dan luas. Umumnya, lesi annular dan plak asimetris
yang menyebar, tetapi nodul seperti-lepromatous, jika
banyak, simetris (Gambar. 186-4). lesi kulit sering Figure 186-4 Multiple lesions in a patient with borderline
hypesthetic atau anestesi, tetapi tidak selalu.
lepromatous leprosy (BL). The annular lesions vary in size
Kelumpuhan nerve trunk memiliki prevalensi tertinggi
and are asymmetrically distributed. In contrast, the poorly
2256 pada BL, tetapi memiliki variasi dalam jumlah, mulai
defined papular and nodular lesions are roughly symmet-
dari tidak adanya defisit neurologi yang serius, baik
ric. Impaired sensation was present in most lesions.
motorik maupun sensorik, di keempat ekstremitas.
Pasien BL yang tidak diobati memiliki perkembangan
dan perubahan kulit dan saraf yang lambat. Dengan
atau tanpa pengobatan, tentu saja ini dapat berubah
Lesi seperti-dermatofibroma atau lesi-histiocytoma,
biasanya multiple, papula atau nodul eritematosa
berbatas tegas, kadang-kadang bergabung menjadi
29
menjadi reactional state, peningkatan atau pembalikan plak (Gambar. 186-5A dan 186-5B). Pertama kali
reaksi menjadi lebih umum dibandingkan eritema diidentifikasi pada pasien kambuh dengan "histoid"
nodosum leprosum (ENL). Juga, pasien BL mungkin kusta, tetapi tidak jarang pada pasien baru. Lesi kulit
diam-diam turun ke postur granulomatosa LLS. yang jarang termasuk digitate, patch dengan indurasi
eritema (Gambar 186-6.), pada pasien berkulit terang
Borderline Lepromatous Histology. Respon kadang-kadang diikuti dengan hiperpigmentasi ringan,
kulit klasik adalah adanya penekanan limfosit yang melanin menyembunyikan eritema tersebut; pada
relatif terbatas pada ruang yang ditempati oleh pasien berkulit gelap beberapa makula
makrofag (186-4,1 di edisi online eFig.). Makrofag hipopigmentasi dapat dilihat. Jarang, kulit menjadi
sering foamy, tapi makrofag yang tidak terdiferensiasi padat mirip lesi nevoid (lihat eFig. 186-6,1 dalam edisi
mungkin sering ditemukan. Epidermis terganggu. Pada online).
nervus, respon BL klasik lainnya adalah laminasi dari Petunjuk klinis LLs adalah daerah lesi berbatas tegas,
perineurium dengan infiltrasi sel inflamasi (eFig. mungkin sisa lesi BL pada pasien yang turun ke LLs,
186-4,2 dalam edisi online). Pada BL, sebagai atau adanya lesi seperti-dermatofibroma. Perbedaan

Chapter186
pembanding dengan LLS, infiltrat inflamasi begitu antara LLs dan LLp biasanya secara histopatologi.
padat untuk mengaburkan laminasi. Pola BL alternatif Kerontokan rambut alis merupakan yang paling
adanya infiltrasi lymphohistiocytic kronis (eFigs. umum (186-6,2 di edisi online eFig.), dapat
186-4,3 dan 186-4.4A dalam edisi online). Sel plasma berkembang dari medial ke lateral. Rambut rontok
dapat ditemukan. Basil mudah ditemukan, dan globi bisa juga terjadi pada bulu mata dan ekstremitas, dan
yang tidak biasa. sebagian reversibel bila ditangani secara dini.

:: Leprosy
Keterlibatan kulit kepala jarang terjadi. Kehilangan
Lepromatous Leprosy. Pada kusta lepromatosa ekrin keringat akibat keterlibatan saraf simpatik
(LL) CMI berkurang dan M. leprae berreplikasi basiler merupakan hal yang umum, seperti ditemukannya
secara terbatas dan menyebar secara luas, gangguan telapak tangan dan kaki yang kering. Setiap lesi kulit
multiorgan. Infiltrasi kulit difus muncul secara subklinis mungkin ada atau tidak hypoesthetic tetapi umumnya,
dan, jelas dengan pembesaran lobus telinga, beberapa pasien ada. kelumpuhan nerve trunk
pelebaran pangkal hidung, pembengkakan jari ditemukan, tetapi jarang dibandingkan pada BL. Pola
fusiform, dan kulit yang berlipat-lipat. Nodul yang stocking glove dari gangguan sensorik umum dan
buruk merupakan lesi yang paling umum, biasanya mungkin cukup berat untuk menyebabkan kelemahan
sampai 2 cm, dan didistribusikan secara simetris. pada tangan atau kaki.
Lipatan kulit dan pembentukan nodul menghasilkan "
leonine faces."

A B

Figure 186-5 A. Multiple dermatofibroma-like papules, with some confluence to form plaques. B. Multiple dermatofibro-
ma-like and histiocytoma-like lesions in a patient who had sought no help for these, until taken to the hospital from an
automobile accident. The senior pathologist who reviewed the case suggested a Fite stain. The skin between such nodules
is diffusely infiltrated. 2257
29
awal yang muncul sebelum host membuat respon
imunologi definitif untuk respon granulomatosa
kuratif. Secara klinis, indeterminate lesion berupa
makula hipopigmentasi atau patch yang, dengan atau
tanpa defisit sensorik terkait atau lesi berdekatan, dan
BTA, jika ditemukan, hanya dalam jumlah yang sangat
kecil. Lesi seperti ini jarang terjadi. Istilah ini
kadang-kadang digunakan, tidak sesuai menurut kami,
dalam menggambarkan lesi kaya basil tetapi tidak
memiliki tuberkuloid yang khas atau pola histologis
lepromatous. Pasien tersebut biasanya BL atau
kadang-kadang LL.
Indeterminate Leprosy Histology. Indetermina
te lesions biasanya menunjukkan infiltrat merata
Section29

Figure 186-6 These multiple, barely palpable, erythema- baik di papiler dan retikuler dermis, terdiri dari limfosit
tous, and asymptomatic lesions had been erupting over dan beberapa makrofag. Basil biasanya jarang atau
the previous 2 months in an LLs patient. With treatment, as tidak ditemukan. Jika basil dijumpai dalam jumlah
the lesions remitted they became mildly hyperpigmented. yang cukup maka BL atau LL jauh lebih mungkin
Here, the accentuation of the normal skin markings is in dibandingkan "indeterminate lesions”.
:: BacterialDisease

contrast to their effacement, as shown in Fig. 186-4.

LL yang tidak diobati dapat berkembang RELATED PHYSICAL FINDINGS


terus-menerus, tetapi tentu saja ini dapat berubh Ketidakpekaan kornea merupakan gejala yang umum
menjadi reactional states. Pasien LLs dan LLp sering dalam segala bentuk kusta. Pada BL dan LL, banyak
mengalami eritema nodosum leprosum (ENL). Pasien perubahan yang mungkin terjadi pada kornea dan
LLp tidak memiliki reaksi reversal (lihat di bawah), anterior chamber. Iritis merupakan perubahan serius
sedangkan pasien LLs mungkin. yang umum, terjadi secara de novo atau berhubungan
dengan reaksi. Serta, pelebaran dari saraf kornea
LL Histology. LLs dan LLp memiliki banyak fitur merupakan gejala yang umum, dan mungkin
histologis yang sama. (1) lesi nodular, terutama terdiri membantu diagnostik.
dari foamy atau undeffirentiated makrofag, telah Pada semua pasien LL dan BL dengan penyakit
menggantikan banyak dermis, dengan hilangnya yang luas, penyebaran luas infeksi merupakan hal yang
jaringan pelengkap. Epidermis melemah oleh nodul, sering terjadi. Pada keterlibatan saluran pernapasan
tetapi lapisan tipis dermis (zona grenz) memisahkan bagian atas pangkal hidung hingga pita suara,
keduanya dan Fite menunjukkan banyak basil. (2) kulit diwujudkan sebagai rhinitis, perforasi septum, kolapse
normal secara klinis akan menunjukkan infiltrasi yang dan suara serak. Seperti menilai tingkat FSH dan LH,
bervariasi dari foamy atau undifferentiated makrofag, keterlibatan testis dengan kehilangan produksi
biasanya kurang pada distribusi perivaskular dan testosteron biasa dijumpai pada pria LL, kurang sering
periappendageal, tetapi epidermis terganggu (eFig. pada pria BL, dan secara klinis dimanifestasikan dengan
186-6,3 dalam edisi online). (3) LLs dan LLp dapat keluhan impotensi dan infertilitas, dan, pada
menunjukkan agregat kecil dan padat dari limfosit, pemeriksaan, dijumpai atrofi. Keterlibatan hati, limpa,
yang mungkin B-sel. (4) Munculnya makrofag yang kelenjar getah bening perifer, dan sumsum tulang
bervariasi sesuai dengan usia lesi, mulai dari sering ditemukan, tetapi cedera organ terbukti secara
undifferentiated ke foamy cell (eFigs. 186- 6.4 dan klinis jarang. Dengan kemoterapi yang efektif, cacat
186-6,5 dalam edisi online). (5) endotel dengan BTA kronis pada mata atau saluran pernapasan bagian atas
jarang pada LLs dan LLp. (6) Sel plasma dan mast, kurang umum. Dokter mata dan THT penting untuk
sering diidentifikasi dalam hitung BTA, yang mengevaluasi dan mengobati perubahan akut, dan
kadang-kadang meningkat. (7) Pada lesi yang lebih mencegah perubahan kronis pada pasien kusta.
tua, foreign-body giant cells sering ditemukan,
mungkin muncul sebagai respon terhadap kematian
makrofag yang mengandung banyak BTA (eFig. PREGNANCY AND POSTPARTUM. Keham
186-6,6 dalam edisi online). ilan dikatakan menjadi faktor pencetus untuk kusta
Pada LLs, distribusi limfosit biasanya jarang pada 10% -25% pasien wanita, mungkin karena terjadi
secara general, dan perineurium yang dilaminasi, tapi perubahan sistem imunitas. Saat hamil, LL dan BL
jarang dimasuki oleh sel-sel inflamasi membuat cenderung untuk berkembang menjadi ENL, tetapi
laminasi menjadi mencolok (eFig 186-6,7 di edisi pada periode postpartum, mereka cenderung
online.). Pada LLp, limfosit lebih sedikit dibandingkan berkembang menjadi reversal reactions, karena
pada LLs, dan perineurium tidak terganggu (eFig. berkurangnya imunitas saat kehamilan dan kembali
186-6,8 dalam edisi online). Dalam pengalaman kami, sesudahnya.
32
Pasien BL dan LL yang menyusui
lesi seperti-dermatofibroma dijumpai pada semua memiliki basil yang cukup dalam susu mereka, tetapi
pasien LLS, menyerupai dermatofibromas secara tidak terdapat peningkatan risiko penularan penyakit
histologis sesuai klinis (eFig. 186-6,9 dalam edisi yang diidentifikasi pada bayi yang menelan basil.
33

online). Dapson dalam ASI dapat menyebabkan hemolisis pada


bayi.
Indeterminate Leprosy. Indeterminate leprosy
2258 merupakan istilah dengan banyak makna. Kami lebih
31
suka menggunakan definisi Khanolkar, yaitu lesi
29
ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYN- REVERSAL REACTION (JOPLING’S TYPE I
DROME OR AIDS. Berbeda dengan tingginya REACTION). Reaksi reversal sangat umum pada BL,
insidensi tuberculosis dan infeksi M. tetapi tidak jarang pada LLs, reaksi reversal BB, atau
36
avium-intracellulare pada pasien AIDS atau HIV, kusta BT. Reaksi reversal didukung oleh bukti yang secara
belum dianggap sebagai infeksi oportunistik, substansial merupakan respon delayed-type
mungkin karena M. leprae merupakan parasit hypersensitivity (DTH) dan juga dikenal sebagai reaksi
obligate intraselular. Misalnya, pada suatu studi AIDS DTH. Meskipun secara teoritis pasien mungkin
atau HIV tampaknya tidak mempengaruhi ekspresi meng-upgrade menjadi postur granulomatosa yang
penyakit (tuberkuloid vs lepromatosa) atau frekuensi lebih resisten, tetap pada postur yang sama, atau
reactional states, tapi memiliki faktor risiko untuk downgrade menjadi postur yang kurang resisten.
34
reaksi DTH berulang. Namun, laporan terbaru kusta Downgrading jarang dijumpai, dan reaksi tipe I yang
menunjukkan bahwa reaksi DTH pada berhubungan dengan reaksi reversal (upgrade). Oleh
highly active antiretroviral therapy (HAART) (eFig. karena itu, reaksi reversal identik dengan "upgrade"
186-6,10 dalam edisi online) menunjukkan bahwa sehingga meningkatkan"reaksi" CMI atau DTH.
35
pandangan saat ini memerlukan perbaikan. Pasien LLp tidak mengembangkan reaksi DTH.
Secara klinis, reaksi DTH ditandai dengan perubahan

Chapter186
RELAPSING LEPROSY. Pasien "Multibacillary" plak menjadi lesi yang bengkak, dan lesi bengkak baru
yang tidak patuh atau memiliki resistensi obat timbul pada kulit yang secara klinis normal dengan
cenderung untuk kambuh. Hadir dalam beberapa atau tanpa adanya neuritis. Eritematosa hitam
cara, sepert (1) Pengulangan dari presentasi awal keunguan merupakan tanda khas (eFigs. 186-6,10 dan
mereka, (2) kemerahan lesi seperti-dermatofibroma Gambar. 186-7A dan 186-7B dalam edisi online).
(lesi histoid), (3) reactional state, dan (4) keadaan Varian morfologi berupa annular, perubahan

:: Leprosy
klinis dengan resistensi yang lebih tinggi konsentris dan eczematosa (eFigs. 186-7.1-186-7.3
dibandingkan pada presentasi awal, misalnya, pasien dalam edisi online). Lesi jarang soliter, seperti yang
yang awalnya LLs dapat menjadi BL atau bahkan BT. dijumpai pada BT yang berubah menjadi TT, biasanya
Pasien LLp tidak mengembangkan reaksi reversal. multiple, dan kadang-kadang tumpang tindih, seperti
pada BL atau LLs yang meningkat ke BT (eFig 186-6,10
di edisi online.). Iritis dan lymphedema (eFig. 186-7,4
dalam edisi online) (elephantiasis Graecorum) terjadi
REACTIONAL STATES secara bertahap. Neuritis memiliki rentang antara
Reactional states p a d a kusta khas, adanya destruksi ringan sampai berat, dan berpotensi menjadi tidak
jaringan, proses inflamasi yang didorong secara terkendali, terutama yang melibatkan beberapa saraf.
imunologis. Sangat meningkatkan morbiditas Sebagai contoh, umumnya pada LL, dan terkadang
penyakit dan, karena dibutuhkan pengalaman untuk pada BL, berkurangnya serabut saraf nyeri tipe C yang
merawat pasien secara optimal, menjadikan menyebabkan berkurangnya persepsi nyeri dan pada
leprology sebagai subspesialisasi klinis. Ketika kasus yang berat dapat menyebabkan hilangnya
ditemukan, reactional states seperti granuloma, tapi sensasi rasa sakit. Disebut sebagai
reactional states biasanya mendominasi gambaran "stocking glove pattern of sensory impairment."
klinis. Seringnya, reactional states dianggap sebagai hilangnya motorik dengan keterlibatan saraf dijumpai
komplikasi dari pengobatan, tetapi mungkin terjadi selain hilangnya sensasi sensorik yang dapat dijumpai
sebelum pengobatan dimulai atau setelah pada lengan dan kaki distal.
pengobatan selesai. Pasien biasanya mengeluh, "Saya Pasien sering memiliki dengan reaksi DTH, dan
melakukan semua yang disarankan dokter, tetapi reaksi DTH terjadi segera setelah memulai
keadaan saya semakin memburuk." pengobatan.
37
Sepertinya, adanya peningkatan

A B

Figure 186-7 A. Some of the initial presenting lesions in a patient with a DTH reaction, who had BL leprosy. The tumidity,
purplish hue and sharp margination strongly suggest a reversal reaction. The lesions were neither painful nor tender. The
differences between these lesions and those shown in eFig. 186-2.3 in online edition emphasize that the DTH reaction,
not the underlying BL disease, dominates the clinical picture. B. The patient also had, in the left foot, an irreversible foot
drop of recent onset. The redness in the skin of the left foot and leg reflects the associated loss of sympathetic nerves. 2259
29 tanda-tanda dan gejala yang memotivasi pasien untuk
mencari bantuan medis. Biasanya pada tahun pertama
pengobatan, reaksi DTH masih mungkin terjadi 7
tahun atau lebih setelah dimulainya terapi, dan
membaik setelah perawatan berhenti. Diagnosis reaksi
DTH terutama dari presentasi klinis, tetapi konfirmasi
histologis, jika tersedia, harus dilakukan.
REVERSAL REACTION HISTOLOGY. Biopsi dari
reaksi reversal pada jaringan, jika dibandingkan
dengan biopsi prereactional pada pasien yang sama,
terkadang tidak berbeda. Namun, perubahan yang
paling umum adalah edema (eFig 186-7,5 di edisi
online.). Perubahan umum lainnya adanya
peningkatan diferensiasi epithelioid makrofag,
peningkatan limfosit, sel raksasa Langerhans dan
foreign-body giant cells ditemukan bersamaan,
Section29

penebalan epidermal, dan, (eFigs 186-7.5-186-7.6 di


edisi online.) kadang-kadang, peningkatan Figure 186-8 Papular ENL lesions occurring on the face
bacteriolysis. Saraf secara histologi dapat berubah and arms of an LL patient. Some papules are becoming
dengan cepat dalam reaksi reversal, di mana saraf confluent, forming a plaque. In contrast to nodular ENL
dapat terjadi destruksi oleh infiltasi granulomatosa lesions, in the papular ENL lesion the dermis is more ex-
(eFig. 186-7,7 dalam edisi online). Edema dan tensively involved than the subcutis.
:: BacterialDisease

well-developed epithelioid tubercles yang terkait


dengan BTA, sel plasma, atau campuran sel Langhans berkepanjangan, durasi rata-rata pengobatan
dan foreign-body giant cells harus dicurigai sebagai anti-inflamasi yaitu 5 tahun. Untuk menentukan
reaksi reversal. diagnosis ENL, biasanya tidak sulit, fitur klinis dan
histologis serta respon terhadap terapi thalidomide
yang sangat khas.
ERYTHEMA NODOSUM LEPROSUM
(JOPLING’S TYPE II REACTION). ENL terjadi ENL HISTOLOGY. Pola " bottom-heavy "
paling sering pada LL, hingga pada 75% kasus, tetapi merupakan fitur lesi yang paling sering pada ENL,
tidak jarang pada pasien BL. ENL bukan merupakan menunjukkan gradien sel-sel inflamasi, sedikit di
eritema nodosum yang terjadi pada kusta; papila dan berat di dermis dalam atau (eFig 186-8,6 di
merupakan respon kusta spesifik, yang memiliki edisi online.) subkutis. Sebuah histologi alternatif yang
beberapa fitur klinis dan histologis yang sama jarang pada pan-dermal dengan edema yang ditandai
dengan eritema nodosum. Dapat terjadi sebelum, pada papiler dermis (eFig 186-8,7 di edisi online.).
selama, atau setelah kemoterapi. Tidak termasuk Pada lesi ENL, neutrofil merupakan " signature " sel,
pasien yang tidak diobati, rata-rata waktu timbulnya tetapi lesi tidak ditemukan pada sampel yang lebih tua.
ENL adalah 1 tahun setelah onset pengobatan. Secara Luasnya infiltrat neutrofil sangat bervariasi, cukup
klinis, reaksi ini ditandai dengan nyeri tekan dan, pink padat untuk membentuk abses yang kecil (eFig.
cerah, kulit dan nodul subkutan pada kulit yang 186-8,8 dalam edisi online), atau sangat langka. Fitur
secara klinis normal, berhubungan dengan demam, umum lainnya adalah peningkatan limfosit, penebalan
anoreksia, dan malaise. Arthralgia dan arthritis lebih epidermis, panniculitis lobular, dan fibrosis. Temuan
sering terjadi pada ENL dibandingkan neuritis, yang jarang pada vasculitis (eFig. 186-8,9 dalam edisi
adenitis, orchitis / epididimitis, atau iritis, tetapi online) yang muncul fokus dalam distribusi.
jarang sebagai presentasi awal. Keterlibatan kedua
ekstremitas atas dan bawah sering ditemukan dan LUCIO’S PHENOMENON. Onset yang sering
lesi pada wajah terjadi pada separuh pasien. Lesi bisa adanya infark hemoragik pada kulit, yang paling
targetoid, vesikular, pustular, ulseratif, atau nekrotik umum pada populasi Meksiko dan wilayah Karibia dan
(eFigs. 186-8 dan 186-8.1-186-8.5 di edisi online.). terbatas pada pasien dengan Latapi’s lepromatosis
Leukositosis neutrophilic sering dijumpai, (kusta Lucio).
kadang-kadang leukemoid. Episode penyakit berat Ketika dikembangkan sepenuhnya,
dapat dikaitkan dengan penurunan mendadak Latapi’s lepromatosis memiliki infiltrasi difus pada
hemoglobin, hingga 5 g / dL, sering keliru pada kulit, serta suffusion keunguan di tangan dan kaki, lesi
penggunaan dapson yang menginduksi hemolisis. telangiectatic atau erosi telangiectasias, septum
Peningkatan respon thalidomide secara dramatis perforasi nasal, alopecia total alis dan bulu mata, dan
pada lebih dari 90% pasien, mungkin sebagai sering juga dijumpai
kualifikasi dalam kriteria diagnostik. Ketika kusta stocking glove pattern of sensory impairment. Nodul
muncul sebagai ENL, mungkin memiliki sedikit atau subkutan teraba tetapi tidak terlihat. Sparing okular
tidak terdapat stigmata dari penyakit yang mendasari. sering ditemukan.
ENL dapat dipicu oleh kehamilan atau infeksi Fenomena Lucio biasanya terjadi setelah Latapi’s
piogenik. lepromatosis berkembang dengan baik dan, dengan
Meskipun episode ENL mungkin sporadis, pada beberapa pengecualian, sebelum pengobatan dimulai.
pasien yang lebih berat, episode bisa berulang Infark hemoragik, yang timbul pada kulit, memiliki
2260 hingga tak berhenti. Indurasi otot paha anterior dan batas yang bergerigi sebagai ciri khas dari infark septik
bagian preaxial lengan merupakan yang khas, dan nyeri, tetapi tidak tegang (eFigs. 186-8,10 dan
mungkin fibrosis yang reversibel. Gejala ENL sering 186-8,11 dalam edisi online). Lesi biasanya berupa
krusta dan sembuh dengan menyisakan jaringan parut.
Beberapa lesi bulosa. Ulserasi luas, terutama di bawah
lutut. Lesi bervariasi secara ukuran dan luas, mulai dari
testosteron yang rendah, sesuai dengan serum
follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
29
lesi kecil pada pergelangan kaki hingga ulserasi besar hormone (LH) yang tinggi yang mengidentifikasikan
yang mengancam nyawa. Dengan pemberian dapson adanya penyakit testis, terjadi pada mayoritas laki-laki
saja, lesi dapat memburuk, tetapi dalam pengalaman dengan LL, tetapi pada sebagian kecil pada BL.
kami, dengan satu pengecualian, lesi mulai berhenti
dalam waktu 1 minggu sejak dimulainya rifampisin
DIAGNOSIS
.

Sebuah diagnosis kusta memerlukan adanya


LABORATORY TESTS kelainan saraf perifer yang konsisten atau demonstrasi
Polymerase chain reaction (PCR) testing untuk BTA di jaringan.
diagnosis kusta tidak digunakan dalam praktek klinis, Di daerah nonendemic, diagnosis terlewatkan hanya
seperti dalam jaringan BT dengan BTA-negatif, sinyal karena kemungkinan kusta tidak ada. Tidak ada tes

Chapter186
positif terjadi kurang dari separuh. Kebanyakan untuk mengeksklusikan kusta.
kelainan laboratorium terjadi pada LL atau BL yang Karena M. leprae tidak tumbuh di cell-free media,
luas. Hyperglobulinemia merupakan yang paling penilaian mycobacteria oleh properti tahan-asam
umum, memberikan tingkat sedimentasi yang tinggi. paling sering digunakan dalam diagnosis. BTA di
Biologic false-positive serologic test untuk sifilis, jaringan yang ditunjukkan oleh pewarnaan
anemia penyakit kronis, dan limfopenia ringan juga carbolfuchsin, menggunakan modifikasi dari metode

:: Leprosy
umum ditemukan. Klinis antibodi antifosfolipid yang Ziehl-Neelsen, secara kolektif disebut Fite-Farraco
signifikan ditemukan pada 50% pasien LL, dan stains. M. leprae, seperti spesies Nocardia, hanya pada
mungkin menimbulkan lupus anticoagulant atau tahan-asam. Dalam hapusan, baik Ziehl-Neelson atau
agglutination of sheep erythrocytes (faktor Rubino) .
53 auramine-rhodamine, pewarnaan dengan mikroskop
Jika dilihat, smear dari buffy coat menunjukkan basil fluorescent cukup memuaskan. Karena perubahan
5
hingga 10 / mL. Peningkatan lisozim serum dan klinis dan histologis yang khas, spesifikasi positif dari
nilai-nilai angiotensin-converting enzyme M. leprae jarang diperlukan. Hadirnya M. leprae dalam
mencerminkan akumulasi luas dan aktivasi makrofag saraf atau adanya sel epiteloid granuloma dalam saraf
yang mensintesis protease tersebut. Proteinuria, tidak dalam diagnostik, sedangkan perubahan histologis
jarang, terkait dengan glomerulonefritis fokal, terlihat yang khas mungkin dapat menguatkan diagnosis
sebagian besar pada pasien dengan ENL. Kadar kusta.

BOX 186-2 ANTIBACTERIAL TREATMENT OF LEPROSY RECOMMENDATIONS


RECOMMENDING DISEASE
ORGANIZATION TYPE RIFAMPIN DAPSONE CLOFAZIMINE DURATION FOLLOW UP
World Health PB (1–5 600 mg/ 100 mg/day — 6 months No mandated
Organization lesions) month follow up. To
return prn
MB (5 600 mg/ 100 mg/day 50 mg/day 1 year No mandated
lesions) month 300 mg/month follow up
To return prn
U.S. Public Health PB (1–5 600 mg/day 100 mg/day — 1 year At 6 months
Service lesions) intervals for
5 years
MB (5 600 mg/day 100 mg/day 50 mg/day 2 years At 6 months
lesions) intervals for
10 years
OTHER
MICROBICIDAL
AGENTS DOSE
Clarithromycin 500 mg/day
Minocycline (substi- 100 mg/day
tute for dapsone or
clofazimine)
Ofllaxacin 400 mg/day
2261
29 BOX 186-3 MEDICAL MANAGEMENT OF REACTION STATES
PREDNISONE OR OTHER AGENTS OF
THALIDOMIDE PREDNISOLONE DURATION UNPROVEN VALUE
Reversal reactions Of no value 0.5–1.0 mg/kg Usually needed for Nonsteroidal anti-
(type 1 reactions) Rifampin may 6 months—2 years. inflammatory agents
increase their catabo- May be longer or
lism shorter
Taper slowly
Alternate-day treat-
ment may be well
tolerated
Section29

Erythema nodosum The most efficacious If thalidomide not Median duration of Pentoxifylline
leprosum (type II drug if available and available, 0.5–1.0 mg/ treatment is approxi- clofazimine
reactions) not contraindicated kg/day. mately 5 years. Can
Initially 1 dose of persist for 10 years
:: BacterialDisease

100–200 mg qd hs
Maintainable dose
range 50 mg every
other day to 500 mg
daily
Lucio phenomenon Of no value May be helpful — Plasmapheresis
(usually ceases with reported as helpful in
use of a microbicidal unremitting patients
agent)

Cedera saraf pada otot dapat menyebabkan


COMPLICATIONS kelemahan. Siklus yang berulang dari cedera dan
Komplikasi umum dari penyakit kusta timbul dari superinfeksi bakteri, akibat hilangnya sensasi nyeri
cedera saraf perifer, insufisiensi vena, atau jaringan protektif, merupakan sumber dari kerusakan jaringan
parut. Sekitar seperempat sampai sepertiga dari yang parah pada kusta. kontraktur, kelemahan otot
pasien yang baru didiagnosis kusta memiliki, atau sekunder atau adanya bekas luka, dapat menghasilkan
pada akhirnya akan memiliki, cacat kronis sekunder deformitas lebih lanjut. Manajemen dan pencegahan
dari cedera saraf yang ireversibel, biasanya pada masalah yang timbul dari cedera saraf mungkin
tangan atau kaki, atau dengan keterlibatan mata. memerlukan keterampilan ahli bedah ortopedi, dokter
Paparan keratitis mungkin akibat dari berbagai faktor mata, podiatrists, ahli bedah plastik, fisio therapi,
termasuk mata kering, ketidakpekaan kornea, dan dan/atau terapis okupasi.
lagophthalmos. Keratitis dan lesi kamar anterior
(termasuk keterlibatan iris, sclera atau saraf kornea)
dapat mengakibatkan kebutaan. Insufisiensi vena, PROGNOSIS AND CLINICAL
keterlibatan sekunder endotel katup vena dalam,
menyebabkan stasis dermatitis dan ulkus pada kaki. COURSE
Kerusakan sendi (Charcot sendi) dapat muncul karena Satu-satunya kusta yang akan sembuh sendiri tanpa
hilangnya sensasi rasa sakit pada kaki. Hasil terapi adalah TT, atau pasien BT yang meningkat ke TT.
keterlibatan saraf simpatik pada hidrosis menurun, Jika tidak, penyakit akan progresif, dengan morbiditas
menyebabkan keringnya telapak tangan dan kaki. akibat cedera saraf dan / atau dapat mencetuskan
Ditambah kombinasi dengan siklus berulang dari reactional states. Terapi dapat diberikan tetapi tetapi
cedera kulit akibat berkurangnya rasa nyeri protektif stocking-glove pattern of sensory impairment terus
akibat hiperkeratosis, fissuring dan superinfeksi bakteri. berkembang. Neuritis perifer mungkin membaik
Kolapsnya hidung pada LL merupakan suatu dengan permberian kortikosteroid. Seperti sindrom
kontraktur dari jaringan parut, yang telah postpolio, akan timbul gangguan sensorik yang
menggantikan tulang dan tulang rawan. Komplikasi kadang-kadang dijumpai dan sulit untuk dipahami
yang jarang dari fenomena Lucio termasuk septikemia dan dikelola.
dari ulserasi yang luas dan kontraktur sekunder dari
jaringan parut.

2262

Anda mungkin juga menyukai