Anda di halaman 1dari 15

Sosiologi Pendidikan

Prof. Dr. H. Masykuri Bakri,


M.Si.

Oleh: Deni Kristiawan dan


Moh. Afifi

Pertama, bahwa secara alami atau kodrati,


manusia diciptakan Tuhan dalam
keanekaragaman kebudayaan
Kedua, bahwa ditengarai terjadinya konflik
sosial yang bernuansa SARA (suku, agama,
dan ras) yang melanda negeri ini pada
dasawarsa terakhir
Ketiga, bahwa pemahaman terhadap
multikulturalisme merupakan kebutuhan bagi
manusia untuk menghadapi tantangan global
di masa mendatang.

Masyarakat Multikultural adalah suatu masyarakat


yang terdiri dari beberapa macam kumunitas budaya
dengan segala kelebihannya, dengan sedikit
perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem
arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta
kebiasaan
Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman,
penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang,
serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang
budaya etnis orang lain (Lawrence Blum, dikutip Lubis,
2006:174).
ideologi yang mengakui dan mengagungkan
perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual
maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002:54)

Konsep multikulturalisme tidaklah dapat disamakan


dengan konsep keanekaragaman secara sukubangsa
atau kebudayaan yang menjadi ciri masyarakat
majemuk, karena multikulturalisme menekankan
keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan.
Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang,
kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh
masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi
etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun
mempunyai cita-cita untuk mengembangkan
semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai
kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan
tersebut (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho
Muzhar)

Multikultur sejalan ide atau cita-cita bangsa


semboyan Bhineka Tunggal Ika
Unsur Kenbhinekaan Indonesia:
1. Secara Horizontal (Diferensiasi) > a) Perbedaan
Fisik atau ras (Melanosoid, Mongoloid, Vedoid) b)
+300 suku bangsa (besar: Jawa, Sunda, Dayak,
Kecil: Nias, Kubu, Mentawai, Asmat), c) Perbedaan
agama d) Perbedaan jenis kelamin,
2. Secara Vertikal (Stratifikasi) > Perbedaan secara
vertikal adalah perbedaan individu atau kelompok
dalam tingkatan-tingkatan secara hierarki, atau
perbedaan dalam kelas-kelas yang berbeda
tingkatan dalam suatu sistem sosial.

Latar belakang historis > Nenek moyang bangsa


Indonesia dari Yunan, masuk dari berbagai jalur
Kondisi geografis > Perbedaan kondisi geografis
telah melahirkan berbagai suku bangsa,
mengembangkan corak kebudayaan yang khas
dan cocok dengan lingkungan geografis mereka.
Keterbukaan terhadap kebudayaan luar >
Pengaruh asing yang pertama mewarnai sejarah
kebudayaan Indonesia adalah ketika orang-orang
India, Cina, dan Arab mendatangi wilayah
Indonesia disusul oleh kedatangan bangsa Eropa.

Manan (1989: 9) menyebutkan bahwa dalam arti


luas, pendidikan mencakup semua proses, kecuali
yang bersifat genetis, yang menolong membentuk
fikiran, karakter, atau kapasitas fisik seseorang.
Pendidikan merupakan sarana untuk
mengembangkan potensi diri agar bisa menjadi
manusia yang intelektual, humanitas, dan
religiusitas (Sukardi, 2010: 1).
Pendidikan berfungsi membekali pengalaman
dan keterampilan kepada peserta didik untuk
dapat mengembangkan kemampuannya untuk
mempertahankan hidupnya.

Dengan multikulturalisme ini maka prinsip bhineka


tunggal ika seperti yang tercantum dalam dasar
negara akan menjadi terwujud.
Mantan Menteri Pendidikan Nasional, Malik Fajar
(2004) mengatakan, pendidikan multikulturalisme
perlu ditumbuh-kembangkan, karena potensi yang
dimiliki Indonesia secara kultural, tradisi, dan
lingkungan geografi serta demografis sangat luar
biasa.
Pelaksanaan pendidikan multikultural tidak harus
merubah kurikulum. Pelajaran untuk pendidikan
multikultural dapat terintegrasi pada mata pelajaran
lainnya. Dengn pedoman (modul suplemen)
penerapan bagi guru.

pendidikan multikultural harus dibelajarkan


sejak dini (Farida Hanum, 2005) sehingga
anak akan mampu menerima dan memahami
perbedaan budaya
Pentingnya pendidikan multikulturalisme
tentu bukan hanya merupakan tanggung
jawab sekolah-sekolah atau lembagalembaga pendidikan formal saja, akan tetapi
tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat, keluarga, dan institusi-institusi
lainnya.

Oleh karena tiap-tiap negara itu terjadi dari


beberapa golongan yang masing-masing
mempunyai sifat dan kepercayaan sendiri-sendiri,
haruslah kita memahamkan perbedaanperbedaan golongan itu agar terwujudlah azas
persatuan yang selaras (harmonis) dan menurut
keadaan (natuurlijk) Ki Hajar Dewantara
pendidikan multikultural paling tidak menyangkut
tiga hal, yaitu: (1) ide dan kesadaran akan nilai
penting keragaman budaya, (2) gerakan
pembaharuan pendidikan, dan (3) proses.

The National Council for Social Studies (Gorski, 2001) :


1.
Memberi konsep diri yang jelas
2.
Membantu memahami pengalaman etnis dan
budaya ditinjau dari sejarahnya
3.
Membantu memahami bahwa konflik antara ideal
dan realitas itu memang ada pada setiap masyarakat
4.
Membantu mengembangkan pembuatan keputusan
(decision making), partisipasi sosial dan keterampilan
kewarganegaraan (citizenship skills)
5. Mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa.

Indonesia, sebagai suatu bangsa terdiri dari berbagai


suku (sekitar 600 suku) dengan aneka ragam budaya
satu sama lain yang tersebar di lebih dari 17000
pulau, disatukan sebagai suatu bangsa oleh suatu
falsafah Pancasila.
Sebagai model, maka masyarakat multikultural
Indonesia adalah sebuah masyarakat yang
berdasarkan pada ideologi multikulturalisme atau
Bhinneka Tunggal Ika yang multikultural.
Multikultur menumbuhkan integrasi nasional melalui
revitalisasi gagasan (mutualisme, musyawarah dan
mufakat, kesetaraan) dan nilai-nilai agama (kasih
sayang, damai, keadilan dan persatuan) dalam ruang
lingkup pergaulan sesama anak bangsa.

1) Meningkatkan pemahaman tentang


multikulturalisme Indonesia. Perlu dilakukan
penumbuhan rasa saling memiliki aset-aset
nasional yang berasal dari nilai-nilai adiluhung
bangsa Indonesia, khususnya dari suku-suku
bangsa
2) Setiap program pembangunan hendaknya
mengemban misi menciptakan dan
menyeimbangkan mutualisme sebagai wujud
doktrin kebersamaan dalam asas kekeluargaan
(mutualism and brotherhood) dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

a. Asimilasi
Proses di mana seseorang meninggalkan tradisi budaya mereka
sendiri untuk menjadi dari bagian dari budaya yang berbeda.
b. Self-regregation
Suatu kelompok etnis mengasingkan diri dari dari kebudayaan
mayoritas, sehingga interaksi antar kelompok sedikit sekali,
atau tidak terjadi. Sehingga potensi konflik menjadi kecil
c. Integrasi
Merupakan keadaan ketika kelompok-kelompok etnik
beradaptasi dan bersikap konformistis, terhadap kebudayaan
mayoritas masyarakat, tetapi dengan tetap
mempertahankan kebudayaan mereka sendiri
d. Pluralisme
Suatu masyarakat di mana kelompok-kelompok sub ordinat tidak
harus mengorbankan gaya hidup dan tradisi mereka,

Anda mungkin juga menyukai