Ruptura Uteri

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 27

PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 102 per


100.000 kelahiran hidup
Perdarahan masih merupakan trias penyebab
kematian maternal tertinggi, disamping
preeklampsi/eklampsi dan infeksi.
Frekuensi ruptur uteri di rumah sakit- rumah sakit
besar di Indonesia berkisar antara 1:92 hingga 1:
294 persalinan.
Nagaya, dkk (2000), 20 persen kematian ibu karena
perdarahan disebabkan oleh ruptur uteri

DEFINISI
Ruptur uteri adalah robeknya dinding
uterus pada saat kehamilan atau
persalinan pada saat umur kehamilan
lebih dari 28 minggu.

KLASIFIKASI
Cedera/ anomali yang
terjadi sebelum
kehamilan

Cedera/ anomali yang


terjadi selama
kehamilan

Riwayat
pembedahan yang
melibatkan
miometrium
Trauma uterus yang
terjadi tanpa
sengaja
Anomali kongenital
Sebelum kelahiran
Saat kelahiran
Saat didapat

KLASIFIKASI
RUPTURA UTERI DENGAN JARINGAN PARUIT

RUPTURA UTERI DENGAN TIDAK MEMPUNYAI


JARINGAN PARUT
Ruptura Uteri Traumatik
Ruptura Uteri Spontan

KLASIFIKASI
Menurut robeknya peritoneum

Ruptur
Uteri
Kompleta
Ruptur
Uteri
Inkomplet
a

Robekan pada dinding uterus


berikut peritoneumnya
(perimetrium), sehingga
terdapat hubungan langsung
antara rongga perut dan
rongga uterus dengan bahaya
peritonitis.
Robekan otot rahim tetapi
peritoneum tidak ikut robek.
Perdarahan terjadi
subperitoneal dan bisa meluas
sampai ke ligamentum latum.

MEKANISME

SBR
bertambah
regang dan
tipis

Terbentuk
lingkaran
bandle

Terjadi
robekan SBR

ANAMNESIS
10
Pasien mengeluhkan kencang-kencang
jam
SMRS
Keluar lendir darah
8 jam keluarga pasien meminta BPM untuk melihat
SMRS keadaan pasien
Pasien mengeluhkan keluar air-air
6 jam
pasien sempat meminum air pelungsur
SMRS
kencang-kencang bertambah sering
5 jam
pasien dibawa ke PKM
SMRS
pasien sempat dipimpin mengejan, namun

ANAMNESIS
kencang-kencang mulai melemah
2 jam
Ibu kelelahan
SMRS
Pasien dirujuk ke RSUD Ulin untuk
1 jam mendapatkan penanganan lebih lanjut
SMRS

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi (-), Diabetes mellitus (-), asma (-),
penyakit ginjal (-), dan penyakit jantung (-).

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi (-), Diabetes mellitus (-), asma (-),
penyakit ginjal (-), dan penyakit jantung (-).

ANAMNES
IS

Riwayat
Riwayat
Haid
Haid
M: 14 th
HPHT: 01-12S: TeraturRiw
2015
Ri L: 7 hari aya
t TP: 08-09-2016
wa
Per
yat
kaw
Ale
ina
n
rgi
1x
(-)
4 th
Riwayat KB
Riwayat
Pil
Obstetri
Stop 1 bulan
sebelum

hamil

ANAMNESIS
Anak

Tempat
bersali

Jenis
Tahu Kehami

No

n/

Penyu Nifa
persali

lan

penolo

Keada
Sex

Berat

lit

Spt Bk

2900

an

nan

ng
Rumah/
1.

2013

40 mgg

Bidan
Hamil
2.

ini

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan
umum :
Tampak
gelisah
Kesadaran
/GCS :
Compos
Mentis/E4
V5M6
Antropom
etri
TB: 150
cm
BB: 54
Kg

Tekanan
darah:
120/70
mmHg
Frekuensi
nadi:
112
x/menit
Frekuensi
napas :
24
x/menit
Suhu :
36,2oC

KepalaLeher:
konjungti
va
anemis
+/+;
ikterik -/-

Thorax
Inspeksi: retraksi (-)
Palpasi: pergerakan dinding dada
simetris
Perkusi: sonor +/+, batas jantung
dbn
Auskultasi:
C S1S2 tunggal, regular, murmur (-),
gallop (-);
P vesikuler +/+ wheezing -/-, rhonki -/-.

Abdomen
:
pembesar
an
abdomen
(+),
Bising
usus (+)

Ekstremit
as:
hangat (+/
+)/(+/+) ;
edema
(-/-)/(-/-)

Inspeksi
Perut sesuai usia
kehamilan

Palpasi
Leopold I
: TFU: 33
cm
Leopold II : Punggung
kiri
Leopold III: Preskep
Leopold IV: Masuk PAP
TBJ : 3500 gram
His : 4X/10, 35

Auskultasi
DJJ : 156 kali/menit,
reguler

Pemeriksaan
Dalam

Pemeriksaan
Panggul

Portio :
Konsistensi lunak
Arah sesuai jalan
lahir
Pembukaan 7 cm
Kulit ketuban (-)
Bagian terbawah
kepala
Penurunan HII
Penunjuk UUK kiri
depan

Promontorium tidak
teraba C.V, spina
ischiadica tidak
menonjol, linea
innom teraba < 1/3
lingkaran, dinding
samping sejajar,
sacrum cekung
kesan luas

STATUS OBSTETRI

Laboratorium
08/09/2016
Hb : 6,3 g/dL
RBC
: 3,61 x 106/Ul
HCT
: 22,4 %
WBC
: 16,3 103/uL
PLT : 293 x 103/uL
PT : 9,7
APTT
: 26,8
SGOT: 58
SGPT: 51
Albumin
: 2,8 g/dl
Ureum : 29 mg/dl
Kreatinin
: 0,8 mg/dl
GDS
: 124

Laboratorium
08/09/2016
(Post Operasi)
Hb : 8,1 g/dL
RBC
: 3,33 x 106/uL
HCT
: 25,3%
WBC
: 13,9 103/uL
PLT : 174/ul
SGOT: 45
SGPT: 57
Ureum : 33 mg/dl
Kreatinin: 0,90 mg/dl

PEMERIKSAAN PENUNJANG

DIAGNOSA KERJA
G2P1A0 H 40 mgg THIU + preskep +
Inpartu kala 1 fase aktif + Abnormal
NST + Anemia (Hb 6,3) + TBJ 3500 g

Planning Therapy

Persiapan Operasi

Atas pertimbangan
Abnormal NST
Post date
Anemia (Hb 6,3)
Lapor DPJP dr.Bambang
Sp.OG cito SC + IUD
(pasien menolak IUD)

06.30 Menghubungi
TS anastesi
Acc Naik
06.45 Pasien naik OK
DJJ: 148 x/m
07.00 DJJ: 132x/m
07.15 DJJ: 152x/m
07.30 DJJ: 122x/m
07.45 DJJ: 120x/m
08.00 DJJ: 118x/m
08.15 DJJ: 106x/m
08.30 DJJ: 98x/m
Mulai induksi
09.00 Selesai induksi
DJJ: 76x/m
Mulai insisi

Planning Terapi post


op
Cek DL post op bila Hb
< 8 gr.dL pro transfusi
PRC s/d Hb8 gr/dL
Medikamentosa:
Inj. Ceftriaxon 2x1gr (2
hari)
Inj. Alinamin F 3x1 amp
IV
Inj. Vit C 3x1 amp IV
Inj. Asam Tranexamat
3x1000mg IV
IVFD RL:D5 2:1/24 jam
Drip. Oxytocin 2 amp/
RL 500 cc/12 jam post
op
Mx kel/vs/flx/kontraksi
uterus
Bila produksi drain <50
cc/24 jam pro lepas
drain

STATUS OBSTETRI

LAPORAN DURANTE OPERASI


KIE dan Informed consent, terpasang infus dan kateter, AB profilaksis
ceftriaxone 2 gr
Posisi terlentang dalam pengaruh anastesi
Desinfeksi dengan povidone iodine 10% dipersempit dengan duk steril
Insisi kulit secara midline 10 cm diperdalam lapis demi lapis s/d cavum
abdomen terbuka
Eksplorasi
Uterus gravida aterm
Tampak clot di SBR curiga ruptur uteri
Tuba dan ovarium dbn
Diputuskan dilakukan LSCS + Histeroraphy :
Tampak SBR ruptur komplit dilakukan histeroraphy
Selaput ketuban dipecahkan ketuban hijau
Bayi dilahirkan dengan meluksir kepala
Lahir bayi pukul / / BB / PB / AS
Plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan
Dilakukan histeroraphy + jahitan sudut SBR dijahit dengan jahitan jelujur feston 2 lapis
sudut sinistra extended
Evaluasi kontraksi uterus hipotonik pemberian uterotonika membaik dilakukan
jahitan B lynch modifikasi Surabaya evaluasi kontraksi uterus (+) baik
Cuci cavum abdomen pasnag up hill drain
Abdomen ditutup lapis demi lapis
Perdarahan 400 cc
Operasi selesai

DIAGNOSA KERJA POST


OPERASI

P2A0 Post SC + Histeroraphy + B


lynch modifikasi Surabaya a.i abn.
NST + Anemia (Hb 6,3)

FOLLOW UP

09/09/2016 (ICU)

10/09/2016 (ICU)

11/09/2016 (Nifas)

S) nyeri bekas operasi (+)


Perdarahan pervaginam
(-)

S) nyeri bekas operasi (+)


Perdarahan pervaginam
(-) Kentut (+)

S) nyeri bekas operasi (+)


Perdarahan pervaginam
(-)

O) STU: TD: 132/90


RR:
22
N: 93
T: 36,7
Produksi drain : 150 cc/19
jam
STO: TFU
: 2 jbpst
Kontraksi uterus : (+) baik
V/v: Flx (-)

O) STU: TD: 124/82


RR:
20
N: 94
T: 36,1
Produksi drain : 50 cc/24
jam
Abd: luka op baik, BU (+)
STO: TFU
: 2 jbpst
Kontraksi uterus : (+) baik
V/v : Flx (-)

O) STU: TD: 120/80


RR:
20
N: 82
T: 36,4
Produksi drain : 20 cc/24
jam
Abd: luka op baik, BU (+)
STO: TFU
: 2 jbpst
Kontraksi uterus : (+) baik
V/v: Flx (-)

A) P2A0 Post SC +
Histeroraphy + B lynch
modifikasi Surabaya H-2
a.i Abn. NST + Anemia
(Hb 8,1)

A) P2A0 Post SC +
Histeroraphy + B lynch
modifikasi Surabaya H-3
a.i Abn. NST + Anemia

A) P2A0 Post SC +
Histeroraphy + B lynch
modifikasi Surabaya H1 a.i Abn. NST +
Anemia (Hb 6,3)
P) Pro transfusi PRC s/d Hb
10 g/dL
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
Inj. Ranitidin 2x1 amp IV
Inj. Vit C 3x1 amp IV
Inj. Ketorolac 3x1 amp IV
Inf RL:D5 2:1/24 jam

P) Pro pindah ruangan


Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
Inj. Asam tranexamat
3x500mg IV
PO. SF 2x1
Inf RL:D5 2:1/24 jam

P) Pro pindah ruangan


Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
Inj. Asam tranexamat
3x500mg IV
PO. SF 2x1
Inf RL:D5 2:1/24 jam
Pro lepas drain

12/09/2016 (Nifas)

13/09/2016 (Nifas)

S) nyeri bekas operasi (+)


Perdarahan pervaginam
(-)

S) nyeri bekas operasi (<)


Perdarahan pervaginam
(-)

O) STU: TD: 120/80


RR:
20
N: 80
T: 36,2
Produksi drain : 20 cc/24
jam
Abd: luka op baik, BU (+)
STO: TFU
: 2 jbpst
Kontraksi uterus : (+) baik
V/v: Flx (-)

O) STU: TD: 110/70


RR:
20
N: 84
T: 36,2
STO: TFU
: 2 jbpst
Kontraksi uterus : (+) baik
V/v: Flx (-)

A) P2A0 Post SC +
Histeroraphy + B lynch
modifikasi Surabaya H-4
a.i Abn. NST + Anemia
P) Cefadroxil 2x1
Asam mefenamat 2x1
SF 2x1
Bladder training
Mo VS/ Kel/ Flx

A) P2A0 Post SC +
Histeroraphy + B lynch
modifikasi Surabaya H-5
a.i Abn. NST
P) Cefadroxil 2x1
Asam mefenamat 2x1
SF 2x1
Aff DC
Pro KRS

PEMBAHASAN

TEORI

KASUS

ANAMNESIS

ANAMNESIS

1). pasien telah ditolong/ didorong


oleh dukun/ bidan dan partus sudah
berlangsung.
2) Pasien nampak gelisah, ketakutan
disertai perasaan nyeri di perut.
3) pada setiap datangnya his, pasien
memegang perutnya dan mengerang
kesakitan 4) pernafasan dan denyut
nadi lebih cepat
5) ada tanda dehidrasi
6) His lebih lama, lebih kuat dan lebih
sering bahkan terus menerus.
7) ligamentum rotundum teraba
seperti kawat listrik yang tegang,
tebal, dan keras.
8) pada waktu datang his, korpus uteri
teraba keras (hipertonik) sedangkan
SBR teraba tipis dan nyeri saat
ditekan.
9) Tampak lingkaran bundle sebagai
lekukan melintang yang lamakelamaan makin tinggi .

1). pasien telah ditolong/ didorong


oleh dukun/ bidan dan partus sudah
berlangsung.
2) Pasien nampak gelisah, ketakutan
disertai perasaan nyeri di perut.
3) pernafasan dan denyut nadi lebih
cepat
4) His lebih lama, lebih kuat dan lebih
sering bahkan terus menerus.
6) Denyut jantung janin tidak teratur
(asfiksia).
Pada pemeriksaan NST didapatkan
abnormal NST berupa denyut jantung
janin berupa sinusoid dalam 10
menit dan deselerasi lambat. Pada
pasien ini atas pertimbangan
abnormal NST disertai post date dan
anemia
Pada perjalanan persiapan SC
didapatkan

TEORI

Pada waktu inpartu, korpus uteri


mengadakan kontraksi sedang SBR
tetap pasif dan cervix menjadi
lunak (effacement dan
pembukaan).
Bila oleh sesuatu sebab partus
tidak dapat maju (obstruksi),
sedang korpus uteri
berkontraksi terus dengan
hebatnya (his kuat), maka SBR
yang pasif ini akan tertarik ke atas
menjadi bertambah regang dan
tipis.
Lingkaran Bandl ikut meninggi,
sehingga suatu waktu terjadilah
robekan pada SBR.

KASUS

Pada pasien didapatkan riwayat


meminum jamu pelungsur yang
dapat memicu peregangan yang
luar biasa pada uterus,
Pada anamnesis didapatkan
pasien sebelumnya sudah
sempat dipimpin mengejan
saat pembukaan belum
lengkap.
Pada saat SC dilakukan
ditemukan robekan pada SBR

Pada saat durate operasi didapatkan hipotoni


uterus yang dianalogikan dengan anemia yang
terjadi pada pasien, sehingga oksigen yang
ditransport kedalam sel belum mencukupi
untuk membentuk ATP dan menciptakan
kontraksi uterus pasca persalinan. Pada pasien
ini dilakukan pemberian uterotonika dan B
lynch modifikasi surabaya untuk membantu
kontraksi uterus sehingga tidak terjadi
perdarahan pascasalin.

Anda mungkin juga menyukai