Anda di halaman 1dari 18

BAB I

LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
No RM

: 105649

Nama

: Ny. YD

Umur

: 34 tahun

Alamat

: Perum. Bina Ummah

Agama

: Islam

Pekerjaan

: IRT

Suku

: Melayu

Nama Suami

: Mr. SH

Umur

: 35 tahun

Pekerjaan suami : Swasta


Agama

: Islam

Suku

: Melayu

Masuk RS

: 02 11 - 2014

B. ANAMNESIS
(Tanggal 02-11-2014)
Keluhan utama : Hamil cukup bulan dengan bekas SC 1x
Perjalanan Penyakit Sekarang:

Seorang wanita umur 34 tahun, umur kehamilan 39 40 minggu, datang


dengan keluhan hamil cukup bulan dengan riwayat SC 1x atas indikasi CPD
sebelumnya, tetapi belum merasakan tanda mau melahirkan. Kencengkenceng sudah dirasakan tetapi belum teratur, belum ada cairan yang keluar
dari jalan lahir, lendir darah (-), gerakan janin masih dirasakan. Ini
merupakan kehamilan ketiga. Setiap bulan kontrol rutin dibidan. USG
terakhir tanggal 24 Oktober 2014 hasil janin tampak baik, persentasi kepala.
Buang air besar dan buang air kecil juga tidak ada gangguan. Pasien
mengatakan hanya mempunyai riwayat penyakit ashma dan rabun, riwayat
penyakit darah tinggi dan kencing manis disangkal. Pasien juga menyangkal
mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol ataupun merokok.
Pasien juga mengatakan tidak ada alergi makanan ataupun obat-obatan.
Melihat dari riwayat SC sebelumnya sehingga ditawarkan untuk dilakukan
persalinan buatan (SC).

C. RIWAYAT OBSTETRI:

Kehamilan I : BB : 3100 gr, Lahir SC atas indikasi letak sungsang


dengan CPD, tahun 2011

Kehamilan II : Abortus

Kehamilan III : Kehamilan saat ini

D. KETERANGAN TAMBAHAN:
Riwayat Marital:
Menikah :

, 34 th, IRT
, 35 th, Wiraswasta
Menikah pada tahun 2009

Riwayat kontrasepsi:
Tidak ada riwayat KB
Riwayat ANC:

Memeriksakan kehamilan di bidan sudah 7 kali, Pertama kali


memeriksakan kehamilan sejak umur kehamilan 2 bulan. Pada saat usia
kehamilan 8 bulan diperiksa oleh dokter dan dilakukan USG. Pasien juga
diberikan imunisasi dan obat vitamin.
Riwayat Menstruasi:
HPHT

: 03 February 2014

TP

: 10 November 2014

Menarche

: 16 tahun

Siklus

: Teratur, kira-kira 28 hari

Lama

: Kurang lebih 6 hari

Sifat

: Tidak nyeri, tidak ada gumpalan

E. STATUS PRESENT
Status Generalis:
KU

: Baik

Kesadaran

: Komposmentis

Tanda vital

: T: 120/90 mmHg
R: 18x menit

N: 80x/menit
S : 36,4 oC

Pemeriksaan Fisik:
Kepala

: Konjungtiva
Sklera

Leher

Thoraks

: KGB

: tidak ikterik
: tidak teraba membesar

JVP

: tidak meningkat

Kelenjar thyroid

: tidak teraba membesar

: Jantung
Paru-paru

Abdomen

: tidak anemis

: BJ S1-S2 murni reguler


: Sonor, VBS ki=ka, Rh -/-, Wh -/-

: Cembung, lembut, DM (-) , pekak samping (-), pekak pindah (-)


Hepar

: sulit dinilai

Lien

: sulit dinilai

Ekstremitas

: Edema

: -/-

Varises

: -/-

Akral

: hangat

F. STATUS OBSTRETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Leopold I

: Bokong, TFU 43 cm, TBJ : 4805 gr

Leopold II

: Punggung (kanan) & ekstremitas (kiri)

Leopold III

: Presentasi Kepala, belum masuk PAP

Leopold IV

: Convergen

Pemeriksaan Dalam
Vagina touche

Tidak Dilakukan
Pemeriksaan Penunjang :
- Dopller : DJJ : 130 -140 x/menit
- Laboratorium (Tanggal 31 oktober 2014)
Darah Lengkap:

Urinalisa:

Hb

: 10,8

Ht

: 31%

Leukosit

: 13500/ul

Eritrosit

Warna

: Kuning

Kejernihan

: Jernih

: 4,3 juta/ul

Lekosit

: +3

Trombosit

: 386 ribu/ul

Protein

: +1

GDS

: 117

Keton

: Negatif

BT

: 2'

CT

: 9'

HIV

: Negatif

HbSAg

: Negatif

G. DIAGNOSIS KERJA
G3P1A1H1 Gravida 39 - 40 minggu + Bekas SC 1x ai CPD + Riwayat ashma
H. RENCANA TERAPI

Operasi SC
Konsul dr. Sp. An.
Advice :
- mengenai Ashma Konsul ke spesialis paru

Konsul dr. Sp. P. Mengenai asma yang diderita :


Advis :
1 jam sebelum operasi SC diberikan pengobatan berupa :
- Combivent inhalasi
- Metilprednisolon 62,5 gr IV

I. Follow UP pasien di Ruang Observasi


02-11-2014

14.30

Pasien baru masuk membawa surat dari poli KIA

15.00

dengan rencana operasi SC elektif.


Dilakukan pemeriksaan luar :
TFU : 43 cm, DJJ :134x/m
Dengan G3P1A1H1 Gravida 39 - 40 minggu + pro SC +
Bekas SC 1x.
5

03-11-2014

22.00

Pasien disarankan untuk puasa

05.00

Saran ke pasien untuk siap-siap untuk OP, pasien

07.00

disarankan puasa, cukur bulu kemaluan dan mandi.


TTV baik, DJJ : 135 x/menit, pemasangan DC

09.20

Konfirmasi ke dr. X, Sp, OG


Advice : SC pukul 11.00 WIB
Konfirmasi dr. X, Sp, An (+)

10.00

Konfirmasi Tim OK (+)


Pasien diberikan terapi sesuai advice dr. Spesialis paru
-

Combivent inhalasi
Metilprednisolon 62,5 gr IV

11.40

Pasien diantar ke ruang OK

13. 10

Selesai OP SC
Lahir bayi berjenis kelamin perempuan dengan berat
badan 3.770 gr

Pada saat operasi terdapat perlengketan abdomen hebat.


J. DIAGNOSIS AKHIR POST SC
P2A1H1 + Post SC atas indikasi bekas SC 1x + Perlengketan

K. RENCANA PENGELOLAAN PASIEN POST SC


Umum:

IVFD RL 20 gtt/menit

Observasi TNRS

Inj.Ceftriaxone/12 jam selama 2 hari

Inj.Gentamicin/12 jam selama 2 hari

Inj.Tramadol/8 jam selama 2 hari

Inj. Transamin

Infus Metronidazole 2x1

Khusus:

Sulfas Ferosus tab 1x1

Cefadroxil tab 2x1

Asam Mefenamat tab 3x1

L. FOLLOW UP PASIEN DI RUANG NIFAS


Tanggal 3/11/2014 Jam 14.00 WIB
S
Nyeri pasca operasi (+)
Flatus (-)
BAK (+) kateter
BAB (-) 1 hari
Mobilisasi (+) bertahap
O
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: CM
T : 120/80 mmHg
N : 80x/i
R : 24x/i
S : 36,2 oC
Mata : Konjungtiva : tidak anemis

A
P

Sklera
: tidak ikterik
Thorax : DBN
Abdomen : BU (+) Normal, Acites (-), Nyeri bekas OP (+)
Ekstremitas : Oedem (-), Akral Hangat
P2A1H1 + Post SC atas indikasi ReSC 1x + Dengan Perlengketan
IVFD RL 20 gtt/menit
Pasang Kateter (+)
Injeksi Ceftriaxone
Injeksi Gentamicin
Injeksi Tramadol
Injeksi transamin 3x1
Plan : cek Hb 2 jam post SC.

Tanggal : 4/11/2014
S
Nyeri pasca operasi (+) ringan
Flatus (+)
BAK (+) Normal
BAB (+) sedikit keras
Mobilisasi (+) Normal
O
Keadaan Umum : Baik

Kesadaran

: CM

T : 120/80 mmHg
N : 80x/i
R : 20x/i
S : 36,2 oC
Mata : Konjungtiva

A
P

: tidak anemis

Sklera
: tidak ikterik
Thorax : DBN
Abdomen : BU (+) Normal, Acites (-), Nyeri bekas OP (+)
Ekstremitas : Oedem (-), Akral Hangat
P2A1H1 + Post SC atas indikasi ReSC 1x + Dengan Perlengketan
IVFD RL 20 gtt/menit
Injeksi Ceftriaxone
Injeksi Gentamicin
Injeksi Tramadol

Tanggal : 5/11/2014
S
Nyeri pasca operasi (+) ringan
Flatus (+)
BAK (+) Normal
BAB (+) Normal
Mobilisasi (+) Normal
O
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: CM
T : 120/80 mmHg
N : 80x/i
R : 20x/i
S : 36,2 oC
A
P2A1H1 + Post SC atas indikasi ReSC 1x + Dengan Perlengketan
P
Os boleh pulang
Terapi oral dilanjutkan

13. RESUME

Seorang wanita umur 34 tahun (G3P1A1H1), umur kehamilan 39 - 40


minggu, datang dengan keluhan hamil dengan ReSC 1x, tetapi belum
merasakan tanda mau melahirkan. Kenceng-kenceng sudah dirasakan
tetapi belum teratur, belum ada cairan yang keluar dari jalan lahir, lendir
darah (-), gerakan janin masih dirasakan. Ini merupakan kehamilan
ketiga. Setiap bulan kontrol rutin dibidan, Melakukan pemeriksaan USG
terakhir tanggal 24-10-2011 janin baik dengan letak persentasi kepala.
Status present dalam batas normal. Status obstetrikus pada pemeriksaan
luar: Leopold I : bokong, TFU 43 cm, Leopold II : ekstremitas (kanan) &
punggung (kiri), Leopold III : Presentasi kepala, Leopold IV: Belum
masuk PAP (convergen), DJJ : 132 x/menit, His (-). Pada pemeriksaan
dalam: Vagina Touche: tidak dilakukan. Disarankan untuk operasi SC
dengan indikasi ReSC 1x + dengan perlengketan.

14. PROGNOSIS
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan

syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2009)
B.

Jenis jenis Sectio Sesaria


a). Sectio Caesarea Transperitonealis
1.Sectio cesar klasik atau corporal (dengan insisi memanjang
pada corpus uteri). Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang
pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan:
Mengeluarkan janin dengan cepat.
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.
Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan:

Infeksi mudah menyeb ar secara intra abdominal


k a r e n a t i d a k a d a reperitonealis yang baik.

Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture


uteri spontan.

2.Sectio

sesar

ismika

atau

profundal

(low

servical

d e n g a n i n s i s i p a d a s e g m e n bawah rahim). Dilakukan dengan


melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim
(low servical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan:
Penjahitan luka lebih mudah.
Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
Tumpang

tindih

dari

peritoneal

flap

baik

u n t u k m e n a h a n penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.


10

sekali

Perdarahan tidak begitu banyak.


Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
Kekurangan:
L u k a d a p a t m e l e b a r k e k i r i , k a n a n , d a n b a w a h
sehingga

dapat

menyebabkan arteri uterine pecah sehingga

mengakibatkan perdarahan banyak.


Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
b). Sectio Caesarea Ekstra Peritonealis
Yai t u

tanpa

membuka

peritoneum

parietalis

d e n g a n d e m i k i a n t i d a k membuka cavum abdominal.


Vagina (section caesarea vaginalis) M e n u r u t s a y a t a n p a d a
r a h i m , s e c t i o c a e s a r e a d a p a t d i l a k u k a n s e b a g a i berikut:
1. Sayatan memanjang (longitudinal).
2. Sayatan melintang (transversal).
3. Sayatan huruf T (T insicion).
Jenis incisi pada sectio sesar sebaiknya mengikuti garis langer.
Kulit terdiridari epidermis dan dermis. Garis Langer's ( Langer 1861 ) :
garis-garis tranversalsejajar pada tubuh manusia. Bila Insisi kulit
dikerjakan melalui garis Langer's inimaka jaringan parut yang terbentuk
adalah minimal .

C.

Indikasi Sectio Cesaria


Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal
mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin,
dengan pertimbangan hal-hal

ya n g

sesarea

normal

proses

persalinan

perlu

tindakan

sectio

l a m a / k e g a g a l a n proses

persalinan normal (Dystosia) Indikasi seksio sesar dibagikan kepada


indikasi menurut ibu dan indikasi menurut janin:
11

1). Indikasi ibu


Placenta previa totalis dan marginalis (Posterior).
Dalam kepustakaan, kejadian perdarahan antepartum yang
dilaporkan oleh peneliti dari negara berkembang berkisar antara
0,3%-4,3%. Sebab utama perdarahan antepartum umumnya adalah
plasenta previa.
Panggul sempit
Holmen mengambil batas terendah untuk melahirkan janin ialah
Conjugata Ver a ( C V ) = 8 c m , d i m a n a j i k a k u r a n g d a r i
u k u r a n i n i i b u t i d a k d a p a t melahirkan janin normal, tapi harus
diselesaikan denga SC. CV antara 8-10c m b o l e h d i c o b a p a r t u s
percobaan,

baru

setelah

gagal

dilakukan

S C sekunder.
Riwayat SC pada kehamilan sebelumnya.
Tumor jalan lahir yan g menimbulkan obstruksi.
Stenosis servix/vagina.
Ruptur uteri imminens.viii-Partus lama.
Partus tak maju
Pre-eklampsi dan Hipertensi.
b). Indikasi Janin
Kelainan letak, presentasi, sikap dan posisi janin.
P r e s e n t a s i b o k o n g p a d a kehamilan cukup bulan hanya 3%4%

saja,

tetapi

dilaporkan,

di

79%

Amerika
dari

seluruh

d i l a h i r k a n dengan operasi sesar.


Gawat janin.

12

serikat

pada

tahun

presentasi

1985
bokong

Gawat janin dinyatakan sebagai kontributor kenaikan angka


operasi sesar sebesar 10%-15% atau sama dengan 10% dari
seluruh indikasi operasi sesar.
Syok, Anemia berat.
Kelainan kongenital.
R i w a ya t

seksio

sesarea

dan

distosia

merupa kan

i n d i k a s i u t a m a s e c t i o caesarea di amerika serikat dan negara


industri

di

barat

lainnya.

Walaupun

kita

tidak

mungkin

m e m b u a t d a f t a r m e n ye l u r u h s e m u a i n d i k a s i ya n g l a y a k
u n t u k seksio caesarea lebih dari 85 % sectio caesarea dilakukan atas
indikasi:
1.Riwayat sectio caesarea
2.Distosia persalinan
3.Gawat

janin

4.Letak sungsang
D.

Riwayat Sectio Cesarea Sebagai Indikasi Sectio Cesarea


Selama bertahun tahun ute rus yang memili ki jaringan

parut dianggap merupakan kontra indikasi untuk melahirkan


k a r e n a k e k h a w a t i r a n t e r j a d i n y a ruptur uteri. Pada tahuin 1916
cragin mengutarakan pendapatnya yang terkenaldan sekarang tampak
berlebihan sekali seksio sesarea selalu seksio sesarea. Namun perlu
diingat saat cragin mengemukakan pendapatnya ini , dokter kebidanan secara
rutin melakukan incisi vertikal klasik di uterus. Memang incise
transversal

kerr

belum

direkomendasikan

sampai

pada

t a h u n 1 9 2 1 . P e r l u ditekankan juga bahwa sebagian rekan satu era dengan


cragin tidak setuju dengan pendapatnya. J. whitrigde williams (1917) menyebut
pendapat itu berlebihan.
13

Merril dan gibss (1978) melaporkan dari university of texas di san antonio
bahwa pelahiran pervaginam secara aman dapat dilakukan pada 83 persen pasien
yang pernah mengalami sectio sesarea. Pelaporan ini memicu minat terhadap
pelahiran pervaginam dengan riwayat sectio sesarea (VBAC) ketika hanya 2
persen wanita amerika yang pernah menjalani sectio sesarea berupaya
melahirkan pervaginam. Di amerika serikat VBAC meningkat secara sangat
bermakna sehingga pada tahun 1996 telah terjadi peningkatan 14 kali lipat
(menjadi 28 persen) wanita dengan riwayat sectio sesarea melahirkan
pervaginam.
Sejak
diterbitkan

tahun
di

menyarankan

seluruh

bahwa

diperkirakan

1989

Amerika

VBAC

(leveno

( 1 9 9 1 ) menyarankan

terdapat
lebih
1999)

pandangan

beberapa
Serikat

dan

beresiko
sebagai

alternatif

laporan
Kanada

ya n g
yang

daripada

yang

contoh

scott

terhadap

keharusan

percobaan persalinan.Didasarkan pada pengalaman terjadinya ruptur


uteri di Utah. Ia melaporkan 12 wanit a yang mengalami ruptur uteri
saat melahirkan pervaginam. Dua wanita m e m e r l u k a n h i s t e r e k t o m i ,
tiga

kematian

perinatal

dan

dua

bayi

mengalami

gangguan

neurologis jangka panjang yang signifikan. Potter dkk (1998) kemudian


melaporkan terjadinya 26 ruptur uteri di Salt Lake City antara tahun
1190 dan1996 serta 23 persen bayi meninggal atau cedera akibat afiksia intra
partum. Laporan-laporan semacam ini menimbulkan kekhawatiran serius
tentang keamanan VBAC dan meningkatkan silang pendapat (Flamm
1997) memang,

American College of Obstetricans and Gynecologists

mengeluarkan suatu practice buletin revisi tahun 1998 dan 1999 yang mendesak
agar percobaan pelahiran pervaginam dilakukan secara lebih berhati-hati.
Dalam satu bagian tertulis karena ruptur uteri dapat sangat membahayakan,
VBAC harus dicoba hanya dii n s t i t u s i y a n g m e m i l i k i p e r l e n g k a p a n
u n t u k b e r e s p o n t e r h a d a p k e d a r u r a t a n dengan dokter yang selalu siap
untuk memberikan perawatan darurat.

14

American College of Obstetrican and Ginecologist (1999)


m e n g a m a t i bahwa menjadi semakin jelas bahwa VBAC berkaitan dengan
peningkatan kecil tetapi bermakna dengan resiko ruptur uteri dengan akibat buruk
bagi

ibu

dan

bayi.

Perkembangan

ini

yang

mendorong

p e n d e k a t a n l e b i h b e r h a t i - h a t i d a l a m percobaan persalinan bahkan


oleh pendukung VABC yang paling gigih sekalipun, menggambarkan perlunya
dilakukan evaluasi ulang terhadap rekomendasi VBAC. M a k a
ditetapkan

rekomendasi

VBAC

dari

dari

itu

American

C o l l e g e o f Obstetrican and Ginecologist (1998,1999) yang sedang


berlaku, yang walaupun mendorong kita untuk berhati-hati, juga secara gigih
mendorong VBAC. Rekomendasi

the

American

Obsterticians

Ginecologist (1999) tentang s e l e k s i

kandidat

untuk

and

pelahi ran

p e r v a g i n a m d e n g a n r i w a ya t s e c t i o s a e s a r e a (VABC)
Kriteria Seleksi
Riwayat satu atau dua kali seksio saesarea transversal rendah.
Panggul adekuat secara klinis.
Tidak ada parut atau riwayat ruptur uteri lain.
S e p a n j a n g p e r s a l i n a n a k t i f s e l a l u t e r s e d i a d o k t e r ya n g m a m p u
m e m a n t a u persalinan dan melakukan seksio saesarea darurat.
Ketersediaan anestesi dan petugas untuk seksio saesarea darurat.
Dari american college of obstetricans and ginecologists (1999).
Dari tabel diatas juga harus diperhit ungkan pada kasus riwayat
sectio sesar m u l t i p e l ,

jaringan

parut

yan g

tidak

diketahui,

presentasi bokong, kehamilan kembar, kehamilan postma tur,


d a n k e c u r i g a a n m a k r o s o m i a . S e b e l u m V B A C dilaksanakan pada
keadaan-keadaan diatas perlu dilakukan studi lanjut tentang efek
sampingnya. Score flamm dan Geiger juga dapat dipakai untuk menilai
kandidat yang cocok untuk lahir pervaginam. Adapun score Flamm and
Geiger untuk VBAC antara lain:

15

No. Kriteria
Nilai
1
Usia dibawah 40 tahun
2
2
Riwayat persalinan pervaginam:
- sebelum dan setelah seksio sesarea
4
- setelah seksio sesarea pertama
2
- sebelum seksio pertama
1
- Belum pernah
0
Indikasi seksio sesarea pertama bukan kegagalan kemajuan
3
1
persalinan
4
Pendataran serviks pada saat masuk rumah sakit
- > 75%
2
- 25 75 %
1
- < 25%
0
5
Pembukaan serviks pada saat masuk rumah sakit 4 cm
1
Selanjutnya

poin

dijumlah,

dan

dilihat

nilai

t e r h a d a p p e r s e n t a s e keberhasilan :
0-2

: 42 49 %

: 59 - 60 %

: 64 - 67 %

: 77 -79 %

: 88-89 %

: 93%

8 - 10 : 95 99 %
Bila persentase keberhasilan kurang dari 50%, pasien sangat dianjurkan
melalui sesar lagi. Tetapi bila lebih dari 90%, dianjurkan melalui vagina.
E.

Jenis Incisi Uterus Sebelumnya


P a s i e n d e n g a n j a r i n g a n p a r u t m e l i n t a n g ya n g t e r b a t a s d i

s e g m e n u t e r u s bawah kecil kemungkinan mengalami robekan jaringan parut


simptomatik pada k e h a m i l a n

beriku tnya.

Secara

umum

angka

t e r e n d a h u n t u k r u p t u r d i l a p o r k a n untuk incisi transversal rendah

16

dan tertinggi pada incisi yang meluas ke fundus ( i n c i s i k l a s i k ) .


Genre

dkk.

(1997)

mel aporkan

ruptur

uteri

s e b e l u m persalinan pada 62 wanita dengan incisi uterus klasik. Ruptur uteri


juga d i l a p o r k a n t i n g g i ( 8 p e r s e n p a d a w a n i t a d e n g a n r i w a y a t
s e c t i o s a e s a r e a d a n malformasi uterus unikornuata, bikornuata,
didelfis dan septata (Ravasia dkk,1999). Angka ruptur uteri pada wanita
dengan riwayat incisi vertikal yang tidak mencapai fundus masih
diperdebatkan. Namun, berdasarkan indikasi dilakukan incisi vertikal,
jarang dokter yang tidak melakukan incisi meluas ke segmen aktif. Martin dkk
(1997) serta shipp dkk (1999) melaporkan bahwa wanita dengan incisi u t e r u s
vertikal

rendah

tidak

memper lihatkan

peningkatan

resiko

r u p t u r u t e r i dibandingkan dengan wanita incisi transversal. American


college of obstetricansand ginecologists (1999) menyimpulkan bahwa
walaupun bukti ilmiah masih terbatas dan tidak konsisten, wanita dengan
incisi vertikal di segmen bawah uterus yang tidak meluas ke fundus dapat menjadi
kandidat VBAC. W a n i t a

yang

pernah

mengalami

ruptur

uteri beresiko mengalami kekambuhan. Mereka yang


mengalami

ruptur

sebatas

di

segmen

bawah

dilaporkan memiliki angka rekurensi 6 persen pada persalinan


b e r i k u t n ya , sedangkan mereka yang riwayat ruptur mencakup uterus
bagian atas mempunyai resiko rekurensi sebesar 32 persen. (Reyes-Ceja dkk,
1969; Ritchie, 1971) Idealnya wanita dengan riwayat ruptur uteri atau incisi klasik
atau bentuk T m e l a h i r k a n d e n g a n s e c t i o s a e s a r e a s e t e l a h p a r u
j a n i n m a t a n g s e b e l u m a w i t a n persalinan dan bahwa para wanita tersebut
diberitahu

mengenai

bahayanya bersalin

tanpa

bantuan

dan tanda-tanda

kemungkinan ruptur uteri. Dalam mempersiapkan laporan operasi setelah


melakukan incisi uterus vertikal, dokter perlu mencatat luas sebenarnya
dari jaringan parut sedemikian sehingga mungkin tidak disalah artikan oleh dokter
berikutnya.
F.

Indikasi operasi pada seksio sesar yang lalu

17

Indikasi operasi pada seksio sesar yang lalu Indikasi seksio


sesar s e b e l u m n ya m e m p e n g a r u h i k e b e r h a s i l a n V B A C . M a t e r n a l
d e n g a n penyakit CPD memberikan keberhasilan persalinan pervaginamsebesar
60 65 % manakala fetal distress memberikan keberhasilan sebesar 69
73% (Caughey AB, Mann S, 2001). Keberhasilan VBAC ditentukan juga
oleh keadaan dilatasiserviks pada waktu dilakukan seksio sesar yang
lalu. VBAC berhasil 67 % apabila seksio sesar yang lalu dilakukan
pada saat pembukaan s e r v i k s k e c i l d a r i 5 c m , d a n 7 3 % p a d a
pembukaan 6 sampai 9 cm. Keb erhasilan persalinan pervagi nam
m e n u r u n s a m p a i 1 3 % a p a b i l a seksio cesar yang lalu dilakukan pada
keadaan distosia pada kala II (Cunningham FG, 2001). M e n u r u t T r o y e r
(1992)

pada

penelitiannya

mendapatkan

keberhasilan

penanganan VBAC boleh dihubungkan dengan indikasi ceksio sesar yang lalu
seperti pada tabel dibawah ini :

Indikasi sectio cesarea yang lalu


Letak sungsang
Fetal distress
Solutio plasenta
Plasenta previa
Induksi gagal
Disfungsi persalinan
CPD

Keberhasilan VBAC (%)


80,5 %
80,7 %
100 %
100 %
79,6 %
63,4 %
60 %

18

Anda mungkin juga menyukai