Anda di halaman 1dari 32

PENJUALAN ANGSURAN

PENDAHULUAN
Penjualan angsuran yaitu penjualan yang
pembayarannya dapat dilakukan secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu dengan
terlebih dahulu membayar uang muka (down
payment) kemudian sisanya akan diangsur
sesuai perjanjian antara penjual dengan
pembeli.
Oleh karena pembayaran penjualan angsuran
dilakukan secara bertahap maka transaksi
penjualan angsuran memiliki resiko yang besar
dalam penagihan piutang.

...
Penjualan angsuran dapat dilakukan
terhadap :
1. Aktiva tetap.
2. Barang dagangan.
Masalah transaksi penjualan angsuran dari
aspek akuntansi adalah berkaitan dengan
pengakuan keuntungan atau laba kotor
penjualan angsuran.

Pengakuan laba kotor transaksi


penjualan angsuran
Pada umumnya pengakuan laba kotor dari
transaksi penjualan angsuran ada dua
cara yaitu
a. Metode laba kotor diakui pada periode
penjualan.
b. Metode laba kotor diakui proporsional
sesuai dengan penerimaan kas.

Metode laba kotor diakui pada


periode penjualan

Apabila metode ini digunakan maka penjualan angsuran diperlakukan


sama seperti penjualan biasa atau transaksi penjualan kredit.
Laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan ditandai dengan
timbulnya piutang atau tagihan kepada pembeli.
Ketentuan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Laba diakui seluruhnya pada periode dimana penjualan dilakukan.
b. Pada tahun berikutnya, tidak diakui adanya laba tetapi hanya
mencatat penerimaan kas dan mengurangi piutang.
c. Hasil penagihan (pembayaran) setelah tahun penjualan dianggap
sebagai pengembalian pokok piutang angsuran.
d. Apabila konsumen dibebani bunga maka pencatatan atas bunga
dilakukan dengan mengakui pendapatan bunga.

Metode laba kotor diakui proporsional


sesuai dengan penerimaan kas
Pada metode ini, laba kotor diakui secara
proporsional sebesar persentase laba kotor
dibandingkan dengan jumlah uang kas yang
diterima.
Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan
yang menerapkan penjualan angsuran dalam
jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi.

Ketentuan akuntansi pada metode laba diakui proporsional dengan


penerimaan kas adalah sebagai berikut :
Laba penjualan yang timbul pada saat transaksi dilakukan, dimasukkan
ke dalam rekening Laba Kotor Belum Direalisasi (LKBD).
Setiap akhir tahun, perusahaan mengakui adanya laba kotor direalisasi
(LKD) = % LKBD x jumlah kas yang diterima tahun yang bersangkutan
(tdk termasuk bunga)
% LKD dicatat dengan rumus:
Harga jual - harga pokok x 100%
Harga jual
LKD adalah merupakan pengakuan laba secara bertahap dari LKBD,
yang kemudian diakui sebagai laba periode yang bersangkutan di
laporan rugi-laba.
Pendapatan bunga dicatat dan diakui tersendiri di luar LKD.
LKBD yang belum disesuaikan menjadi LKD, akan disajikan di Neraca
pada sisi passiva di bawah kelompok hutang.

PENJUALAN ANGSURAN BARANG DAGANGAN


untuk penjualan angsuran barang dagangan mempunyai
ketentuan ketentuan sbb:
Pembayaran uang muka ( Down Payment )
Pembayaran uang muka ini dilaksanakan secara tunai yang
jumlahnya sebesar prosentase tertentu dengan harga jual
barang dagangan atau sebesar jumlah rupiah yang telah
ditentukan.
Pembayaran uang tunai periodik sebagai pembayaran
angsuran. Besarnya pembayaran angsuran ini telah ditentukan
sebelumnya atau dapat juga ditentukan besar kecilnya
tergantung pada lamanya jangka waktu angsuran.
Dalam penjualan angsuran barang dagangan ini, tidak ada
pengakuan pendapatan bunga.
Dalam mencatat transaksi-transaksi penjualan perlu untuk
membedakan antara penjualan reguler dengan penjualan
angsuran. Hal ini sangat penting untuk dapat memberikan data
bagi perhitungan laba kotor yng diakui sebagai hasil
penerimaan pembayaran piutang dari penjualan angsuran.

Ketentuan akuntansi
penjualan angsuran barang dagangan
Adapun ketentuan akuntansi untuk penjualan
angsuran barang dagangan adalah sebagai
berikut :
1. Laba diakui sebesar prosentase laba kotor
dikalikan kas yang direalisasi dari penjualan
angsuran ( proporsional dengan penerimaan kas ).
2. Piutang, penjualan dan LKBD untuk penjualan
angsuran diberi tanda tahun terjadinya agar dapat
diidentifikasi dengan jelas hubungannya dengan
laba kotor yang realisasi pada tahun yang
bersangkutan dengan piutang tersebut.
3. Pencatatan persediaan barang dagangan dapat
menggunakan metode pisik atau metode perpetual.

Ilustrasi
PT Eksekutif menjual barang dagangannya sebagian atas
dasar kontrak penjualan angsuran berlangsung selama 3
tahun disamping penjualan secara kredit. Berikut ini adalah
neraca per 1 Desember 2009 milik PT EKSEKUTIF :
PT EKSEKUTIF
Neraca
1 Desember 2009
Kas
Piutang Reguler
Piutang Angsuran 2007
Piutang Angsuran 2008
Piutang Angsuran 2009
Persediaan
Aktiva Tetap (bersih)
Jumlah
Aktiva

Rp.

400.000
1.200.000
800.000
800.000
1.200.000
4.400.000
3.200.000
Rp. 12.000.000

Hutang Dagang
Hutang Lain-lain
LKBD 2007 (20 %)
LKBD 2008 (25 %)
LKBD 2009 (20 %)
Modal saham
Laba ditahan
Jumlah Passiva

Rp.

Rp.

3.000.000
1.400.000
200.000
240.000
600.000
4.000.000
2.560.000
12.000.000

Transaksi yang terjadi selama tahun 2009 adalah sbb:


1. Penjualan untuk tahun 2009 adalah terdiri dari penjualan kredit
reguler Rp 2.400.000 dan penjualan angsuran Rp 3.000.000.
2. Jumlah piutang yang tertagih selama tahun 2009 adalah:
Piutang reguler
Rp 800.000
Piutang Angsuran 2007
Rp 400.000
Piutang Angsuran 2008
Rp 600.000
Piutang Angsuran 2009
Rp 800.000
3. Biaya-biaya operasi selama tahun 2009 adalah Rp 400.000
4. Penghapusan piutang angsuran 2008 sejumlah Rp 500.000 yang
terdiri dari :
Penghapusan piutang reguler
Penghapusan piutang angsuran 2007
Penghapusan piutang angsuran 2008

Rp 200.000
Rp 200.000
Rp 100.000

5. Kebijaksanaan penjualan yang ditempuh oleh perusahaan


adalah:
Harga pokok penjualan reguler adalah 60 % dari penjualan,
sedang harga pokok penjualan angsuran adalah 80 % dari
penjualan angsuran.

Berdasarkan data pada contoh diatas, PT


EKSEKUTIF akan membuat pencatatan jurnal sebagai
berikut :(dalam ribuan rupiah)
Keterangan
1. Mencatat
penjualan th
2009
Reguler : 2.400.000
Angsuran : 3.000.000

Metode Fisik
Piutang dagang
2.400
Piut angs th.2000 3.000
Penjualan reguler 2.400
Penjualan angsuran 3.000

2. Mencatat penerimaaan Kas


pembayaran piutang
Piutang reguler :800.000,
piutang angsuran
2007 : 400.000
2008 : 600.000
2009 : 800.000
3. Mencatat biaya
operasi th.2009

Metode Perpetual

2.600
Piut dagang
Piut angs 2007
Piut angs 2008
Piut angs 2009

Biaya operasi
Kas

Piutang dagang
2.400
Piut angs th.2000 3.000
Penjualan reguler 2.400
Penjualan angsuran 3.000
HPP
1.440
HPP angsuran 2.400
Persed. Brg dg
3.840
Kas

800
400
600
800

400
400

2.600
Piut dagang
Piut angs 2007
Piut angs 2008
Piut angs 2009

Biaya operasi
Kas

800
400
600
800

400
400

4. Mencatat penghapusan piutang


Reguler : 200.000
2007 :
200.000
2008 : 100.000

Penghpsan piut
435
LKBD 2007
40
LKBD 2008
25
Piut reguler
Piut angs 2007
Piut angs 2008

200
200
100

LKBD :
2007 : 20% x 200.000=40.000
2008 : 25% x 100.000=25.000

Penghpsan piut
435
LKBD 2007
40
LKBD 2008
25
Piut reguler
Piut angs 2007
Piut angs 2008

200
200
100

LKBD :
2007 : 20% x 200.000=40.000
2008 : 25% x 100.000=25.000

5.Penyesuaian 31 Desember 2009


Mencatat hpp penjualan angsuran

HPP reguler 1.440


HPP angsuran 2.400
Mencatat
LKBD
th.2009
dan
Pengiriman BD 3.840
menutup
HPP
angsuran
dan
penjualan angsuran
Penj angsuran 3.000
HPP angsuran 2.400
Penyesuaian LKBD dari LKD
LKBD
600
dihitung dari % laba kotor dari
piutang tertagih
LKBD 2007 80.000
LKBD 2008 150.000
LKBD 2009 160.000
LKD 390.000
LKBD 2007 :
20% x 400.000=80.000
LKBD 2008 :
25% x 600.000=150.000
LKBD 2009 :
20% x 800.00=160.000

Sdh dijurnal no.1

Penj angsuran 3.000


HPP angsuran 2.400
LKBD 600

LKBD 2007 80.000


LKBD 2008 150.000
LKBD 2009 160.000
LKD 390.000
LKBD 2007 :
20% x 400.000=80.000
LKBD 2008 :
25% x 600.000=150.000
LKBD 2009 :
20% x 800.00=160.000

6.Membuat jurnal penutup :


LKD 390
-Menutup by operasi
Penj reguler 2.400
-Menutup penghpsan piutang
Biaya operasi 400
-Menutup HPP reguler
Penghpsn piut 435
-Menutup penjualan angsuran
HPP reguler 1.440
-Menutup LKD
Laba rugi 515

LKD 390
Penj reguler 2.400
Biaya operasi 400
Penghpsn piut 435
HPP reguler 1.440
Laba rugi 515

PT EKSEKUTIF
Laporan Laba - Rugi
Periode 1 sd 31 Desember 2009
Akun
Penjualan
HPP
Laba kotor
Dikurangi :
LKBD 2009
(600.000-160.000)

Reguler
2.400.000
1.440.000
960.000

Angsuran
3.000.000
2.400.000
600.000

Total
5.400.000
3.840.000
1.560.000

440.000

(440.000)

960.000

160.000

1.120.000

230.000

230.000

390.000

Rp 1.350.000

Ditambah :
LKD 2008, 2007
(150.000+80.000)
Jml real laba kotor th.2009
Biaya operasi
Penghapusan piut
Laba bersih th.2009

960.000

(400.000)
(435.000)
515.000

PT EKSEKUTIF
Laporan Laba Ditahan
Per 31 Desember 2009

Laba yang ditahan per 1 Desember 2009


Laba bersih 2009 (dari Laporan Laba Rugi)
Jumlah laba ditahan per 31 Desember 2009

Rp. 2.560.000
Rp. 515.000
Rp. 3.075.000

PT EKSEKUTIF
Neraca
Per 31 Desember 2009

Kas
Piutang reguler
Piutang angsuran 2007
Piutang angsuran 2008
Piutang angsuran 2009
Persediaan
Aktiva tetap (bersih)
Jumlah

Rp.2.600.000
2.600.000
200.000
100.000
3.400.000
560.000
Rp.3.200.000

Hutang dagang
Hutang lain-lain
LKBD 2007 (20 %)
LKBD 2008 (25 %)
LKBD 2009 (20 %)
Modal saham
Laba yang ditahan

Rp.12.660.000 Jumlah

Keterangan:
1.200.000 + 2.400.000 800.000 - 200.000 =
2.600.000
800.000 400.000 200.000 = 200.000
800.000 600.000 100.000 = 100.000
1.200.000 + 3.000.000 800.000 = 3.400.000
4.400.000 3.840.000 = 560.000

Rp. 3.000.000
1.400.000
80.000
65.000
1.040.000
4.000.000
3.075.000
12.660.000

PENJUALAN ANGSURAN UNTUK


AKTIVA TETAP

Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap


seperti tanah, bangunan dan sejenisnya yang pembayarannya
dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan waktu yang telah
ditentukan. Biasanya pembayaran angsuran ini mempunyai tata
aturan atau persyaratan sebagai berikut :
Adanya down payment atau uang muka
Pembayaran uang tunai secara periodik sebagai pembayaran
angsuran
Pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran pada
penjualan angsuran aktiva tetap dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu laba kotor diakui pada periode penjualan dan laba
kotor diakui secara proporsional sejalan dengan penerimaan
kas.


Berikut contoh kasus untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
tentang metode pengakuan laba kotor dalam penjualan angsuran
aktiva tetap.
Contoh 1 :
Pada tanggal 1 September tahun 2005, PT Graha Property menjual 10
unit rumah dengan harga pokok per kapling Rp 300.000.000,00 dan
dijual dengan harga Rp 400.000.000,00 ditambah bunga 10% per
tahun. Pembayaran angsuran dilakukan setiap semester (6 bulanan)
selama 5 tahun atau 10 semester (10 kali angsuran), uang muka 20%
dan bunga dihitung dari sisa pinjaman.
Diminta:
1.
2.

Buat skedul pembayaran angsurannya


Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan asumsi menggunakan
metode laba kotor diakui pada saat penjualan dan metode laba kotor
diakui sejalan dengan penerimaan kas.

Penyelesaian :

Skedul pembayaran angsuran ( dalam ribuan Rp )


Angsuran ke

Tgl bayar

Bunga

Angsuran

Jml pembayaran

Sisa harga
kontrak

1 Sept 05

4.000.000

(U.muka)

1 Sept 05

800.000

800.000

3.200.000

1 Mrt 06

160.000

320.000

480.000

2.880.000

II

1 Sept 06

144.000

320.000

464.000

2.560.000

III

1 Mrt 07

128.000

320.000

448.000

2.240.000

IV

1 Sept 07

112.000

320.000

432.000

1.920.000

1 Mrt 08

96.000

320.000

416.000

1.600.000

VI

1 Sept 08

80.000

320.000

400.000

1.280.000

VII

1 Mrt 09

64.000

320.000

384.000

960.000

VIII

1 Sept 09

48.000

320.000

368.000

640.000

IX

1 Mrt 10

32.000

320.000

352.000

320.000

1 Sept 10

16.000

320.000

336.000

880.000

4.000.000

4.880.000

Jumlah Total

2. Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan menggunakan Metode


laba kotor diakui saat periode penjualan.
Jurnal yang dibuat sebagai berikut : (dalam ribuan rupiah)
Keterangan transaksi

Jurnal

Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :


10 x Rp 400.000 = 4.000.000
uang muka 20% = 800.000
HP rumah :
10 x Rp 300.00 = 3.000.000

Kas
800.000
Piutang angsuran 3.200.000
Rumah
3.000.000
Laba penjualan angs
1.000.000

Ajp tgl 31 Des 05 :


Bunga yang masih harus diterima 4 bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)
4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667

Piutang bunga
106.667
Pendapatan bunga
106.667

Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :


Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi

Laba penjualan angs


Pendapatan bunga
Iktisar laba rugi

Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :


Reversal entries atas bunga yang akan diterima th. 2005

Pendapatan bunga 106.667


Piutang bunga 106.667

Penerimaan angsuran I
Tgl 1 Maret 06 :
Angsuran pokok : 3.200.000/10= 320.000
Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000= 160.000

Kas 480.000
Piutang angsuran 320.000
Pendapatan bunga 160.000

1.000.000
106.667
1.106.667

Penerimaan angsuran II
Kas 464.000
Tgl 1 Sept 06
Piutang angsuran 320.000
Angsuran pokok = 320.000
Pendapatan bunga 144.000
Bunga 6 bln x 10% per tahun x (3.200.000
320.000) = 144.000
Ajp tgl 31 Desember 06 :
Bunga yang masih harus diterima 4 bln
4/12 x 10% x (3.200.000 640.000) = 85.333

Piutang bunga 85.333


Pendapatan bunga 85.333

Dari contoh diatas diketahui bahwa dengan menggunakan metode ini


pada tahun kedua sudah tidak ada lagi pengakuan laba atas penjualan
angsuran rumah.

Metode Laba diakui proporsional dengan


penerimaan kas
Keterangan transaksi
Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :
10 x Rp 400.000 = 4.000.000
uang muka 20% = 800.000
HP rumah : 10 x Rp 300.00 = 3.000.000

Jurnal
Kas 800.000
Piutang angsuran 3.200.000
Rumah
3.000.000
LKBD
1.000.000

Ajp tgl 31 Des 05 :


Bunga yang masih harus diterima 4 bulan ( 1 Sept sd Piutang bunga 106.667
31 Des 05)
Pendapatan bunga 106.667
4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667
Penyesuaian LKBD atau Laba kotor direalisasi (LKD)
% laba kotor :
LKBD 200.000
1.000.000 x 100% = 25%
LKD 200.000
4.000.000
Penerimaan kas th.2005 sebesar Rp 800.000.000
(down payment). Jadi LKD th.2005 adalah 25% x Rp
800.000.000 = Rp 200.000.000

Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :


Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi

LKD
200.000
Pendapatan bunga 106.667
Iktisar laba rugi
306.667

Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :


Pendapatan bunga 106.667
Reversal entries atas bunga yang akan diterima th.
Piutang bunga
106.667
2005
Penerimaan angsuran I
Tgl 1 Maret 06 :
Angsuran pokok : 3.200.000/10 = 320.000
Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000= 160.000

Kas
480.000
Piutang angsuran
Pendapatan bunga

320.000
160.000

Penerimaan angsuran II
Kas 464.000
Tgl 1 Sept 06
Piutang angsuran 320.000
Angsuran pokok = 320.000
Pendapatan bunga 144.000
Bunga 6 bln x 10% per tahun x (3.200.000 320.000)
= 144.000

Ajp tgl 31 Desember 2006


Ajp bunga yang masih harus diterima 4 bln ( 1 Sept Piutang bunga 85.333
sd 31 Des 06)
Pendapatan bunga 85.333
4/12 x 10% x (3.200.000-640.000) = 85.333
Penyesuaian LKBD
LKBD
160.000
Penerimaan kas th.2006 sebesar Rp 64.000.000
LKD
160.000
(angsuran I dan II). Jadi LKD th.2006 adalah 25% x
Rp 640.000.000 = Rp 160.000.000

Jurnal penutup tgl 31 Des 06 :


Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi

LKD
160.000
Pendapatan bunga 85.333
Iktisar laba rugi 245.333

Jurnal balik tgl 1 Jan 07 :


Pendapatan bunga 85.333
Reversal entries atas bunga yang akan diterima th.
Piutang bunga 85.333
2006

Berikut penjelasan dari jurnal dan perhitungan pada tabel diatas :


a.Laba penjualan angsuran akan diakui setiap tahun yang besarnya
tergantung pada besarnya kas yang diterima pada tahun yang
bersangkutan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2005 jurnal LKD
sebesar Rp 200.000.000, sedangkan untuk tahun 2006 sebesar Rp
160.000.000. Hal ini disebabkan karena jumlah kas yang diterima
selama tahun 2005 lebih besar daripada jumlah kas yang diterima
pada tahun 2006.
b.Jurnal yang dibuat pada tahun 2007 dan berikutnya sama dengan
jurnal pada tahun 2006, perbedaannya hanya teletak pada jumlah
pendapatan bunga yang semakin kecil karena bunga dihitung dari
saldo pokok pinjaman dimana saldo pokok pinjaman akan semakin
kecil karena adanya pelunasan ditahun sebelumnya.

Kegagalan pelunasan piutang


angsuran aktiva tetap
Apabila terjadi si pembeli tidak mampu untuk melunasi
angsurannya, maka ini berarti seluruh laba yang
diperhitungkan tidak dapat semuanya direalisasikan.
Dengan adanya kegagalan pelunasan ini, biasanya
aktiva tetap yang terjual dimiliki kembali oleh si penjual
dan aktiva tetap tersebut dinilai sebesar nilai pasar pada
saat aktiva tetap tersebut ditarik/dimiliki kembali.
Sedangkan jumlah pembayaran angsuran yang telah
dibayar oleh pembeli tidak dapat diminta kembali oleh
pembeli.

Adanya kegagalan pelunasan angsuran tersebut maka pihak


penjual akan mengakui adanya laba atau rugi pemilikan kembali.
Besarnya laba atau rugi pemilikan kembali yang diakui tergantung
pada metode laba yang digunakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Jika pencatatan dilakukan dengan metode laba diakui pada saat
penjualan, laba atau rugi dihitung dengan cara membandingkan
nilai aktiva tetap yang dimiliki kembali dengan jumlah piutang
angsuran yang belum dilunasi.
2. Jika pencatatan dilakukan dengan metode laba diakui proposional
dengan penerimaan kas maka laba atau rugi dihitung dengan cara
jumlah nilai aktiva tetap yang dimiliki ditambah pengurangan laba
kotor yang belum direalisasi dibandingkan dengan jumlah piutang
angsuran yang belum dilunasi.

ILUSTRASI
Seorang pengusaha menjual secara angsuran aktiva
tetap dengan harga pokok Rp 80.000.000, dan dijual
dengan harga Rp 100.000.000. Uang muka
ditentukan sebesar Rp. 30.000.000, dan sisanya
dibayar secara angsuran. Setelah membayar
angsuran sejumlah Rp 40.000.000, pembeli
menyatakan tidak mampu lagi untuk melunasi sisa
angsurannya, akibatnya aktiva tersebut ditarik
kembali oleh pengusaha tersebut dan nilai pada saat
dimiliki kembali oleh penjual adalah Rp 28.000.000.

Solusi
Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui pada saat penjualan.
Dengan metode ini, terlebih dahulu dihitung jumlah piutang angsuran yang
belum dilunasi kemudiaan dibandingkan dengan nilai pemilikan kembali aktiva
tetap.
Jumlah piutang angsuran awal adalah:
Rp. 100.000.000 Rp. 30.000.000
= Rp. 70.000.000
Jumlah angsuran yang telah dibayar
= Rp. 40.000.000
Piutang angsuran yang belum dibayar = Rp. 30.000.000
Nilai pemilikan kembali Aktiva Tetap
= (Rp. 28.000.000)
Rugi pemilikan kembali
= Rp. 2.000.000
Jurnal yang dibuat :
Aktiva tetap
Rugi pemilikan kembali
Piutang Angsuran

Rp. 28.000.000
Rp. 2.000.000
Rp. 30.000.000


Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui secara proporsionil dengan
penerimaan kas.
Cara perhitungan laba rugi pemilikan kembali adalah sebagai berikut :
Menghitung Tingkat laba kotor =
Rp. 100.000.000 Rp. 80.000.000 100 % = 20 %
Rp. 100.000.000
Jumlah piutang angsuran yang belum dibayar adalah:
Rp. 70.000.000 Rp. 40.000.000 = Rp. 30.000.000
Laba Kotor yang Belum Direalisasi ( LKBD ) harus disesuaikan ( dikurangi ) sebesar 20
% Rp 30.000.000 = Rp.6.000.000
Berdasarkan perhitungan diatas, jurnal yang harus dibuat adalah:
Aktiva tetap Rp. 28.000.000
LKBD
Rp. 6.000.000
Piutang angsuran
Rp. 30.000.000
Laba pemilikan kembali
Rp. 4.000.000

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai