Anda di halaman 1dari 20

Obesit

as
Anak
Addila Aginsha Putri
Amalia Poetri Nanindra
Annida Ambarummi
Atsilah Azra
Nurizka Fauziah
Sofy Dwi Sefrani

Definisi
Menurut Sumanto, obesitas merupakan
suatu keadaan yang menunjukkan adanya
ketidakseimbangan antara tinggi badan
dan berat badan akibat jaringan lemak di
dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan
berat badan yang melampaui ukuran
ideal.
Menurut
WHO
(2016)
obesitas
didefinisikan sebagai akumulasi kelebihan
lemak yang tidak normal yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
Obesitas pada anak yang berumur 5-18
tahun dihitung dengan menggunakan
indikator
IMT/U,
dengan
klasifikasi
obesitas atau sangat gemuk yaitu apabila
nilai Zscore>2.0

Prevalensi Obesitas
Pada Anak
5-12 tahun

13-15 tahun

16-18 tahun

Indonesia

8,8%

2,5%

1,6%

Banten

8,4%

2,5%

1,8%

Kota
Tangerang
Selatan

11,9%

4,8%

6,5%

Sumber: Riskesdas 2013

Faktor Risiko
Obesitas
pada Anak

1. Jenis Kelamin
Menurut Sartika (2011) dalam penelitiannya
yang berjudul Faktor Risiko Obesitas pada Anak 515 tahun di Indonesia, terdapat hubungan antara
jenis kelamin dengan obesitas. Laki-laki memiliki
risiko 1.4 kali lebih besar untuk mengalami
obesitas dibandingkan perempuan. Hal ini
mungkin disebabkan karena anak perempuan lebih
sering membatasi makan untuk alasan
penampilan.

2. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai pergerakan tubuh
khususnya otot yang membutuhkan energi dan olahraga
adalah salah satu bentuk aktivitas fisik.
Menurut Sartika (2011) dalam penelitiannya yang
berjudul Faktor Risiko Obesitas pada Anak 5-15 tahun di
Indonesia, terdapat hubungan anatar aktivitas fisik dengan
obesitas. Anak yang tidak rutin berolahraga memiliki
risiko 1.35 kali lebih besar untuk obesitas
dibandingkan anak yang rutin berolahraga. Selain itu
ternyata anak yang tidak rutin berolah raga justru
cenderung memiliki asupan energi yang lebih tinggi
dibandingkan anak yang rutin berolah raga. Hal ini sejalan
dengan penelitian Danari, Mayulu, dan Onibala (2013),
yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara aktivitas
fisik dengan obesitas.

3. Kebiasaan Konsumsi
Buah dan Sayur
Sayur dan buah merupakan sumber
serat yang penting bagi anak dalam
masa pertumbuhan, khususnya
berhubungan dengan obesitas. Anak
overweight dan obesitas
membutuhkan makanan tinggi
serat seperti sayur dan buah (Field
et al., 2003). Berdasarkan PUGS
(Pedoman Umum Gizi Seimbang),
konsumsi sayur dan buah minimal 3
porsi/hari. Pola konsumsi sayur dan
buah pada penduduk Indonesia
memang masih rendah daripada jumlah
yang dianjurkan (Soegondo, 2008). Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa
sekitar 90% anak mengkonsumsi sayur
dan buah dengan ukuran <3 porsi/hari.

4. Asupan Energi dan


Protein
Kelebihan energi akan disimpan di
dalam tubuh. Jika keadaan ini terjadi
terus menerus akan mengakibatkan
penimbunan lemak di dalam tubuh
sehingga
berisiko
mengalami
kegemukan. Semakin tinggi asupan
energi
semakin
tinggi
juga
kemungkinan terjadinya obesitas
(Medawati dkk., 2005). Hasil analisis
bivariat
menunjukkan
adanya
hubungan antara asupan energi dan
protein dengan obesitas pada anak
(Sartika, 2011).

5. Riwayat Obesitas
Orang Tua
Riwayat obesitas pada orangtua berhubungan
dengan genetik/hereditas anak dalam mengalami
obesitas. Jika ayah dan/atau ibu menderita
overweight (kelebihan berat badan) maka
kemungkinan anaknya memiliki kelebihan berat
badan sebesar 40- 50% (Mafeis et al., 1998). Faktor
genetik berhubungan dengan pertambahan berat
badan, IMT, lingkar pinggang dan aktivitas fisik.
Apabila
kedua
orang
tua
menderita
obese,
kemungkinan anaknya menjadi obese sebesar 7080% (Herini, 1995).

Menurut Sartika (2011) dalam penelitiannya


yang berjudul Faktor Risiko Obesitas pada Anak 515 tahun di Indonesia, anak yang memiliki ayah
obese memiliki peluang obese sebesar 1.2 kali
lebih besar dibandingkan dengan anak yang
memiliki ayah tidak obese. Hal ini sejalan dengan
penelitian Haines et al. bahwa kelebihan berat
badan pada orangtua memiliki hubungan positif
dengan kelebihan berat badan anak (Haines et al.,
2007).

Dampak Obesitas
Pada Anak
Hiperlipidemia
Gangguan pernapasan
Komplikasi tulang
DM tipe 2
Hipertensi
Penyakit Jantung

Komitmen Pemerintah Untuk


Percepatan Perbaikan Gizi
PERPRES 42/2013 TENTANG GERAKAN
NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN
GIZI

Pedoman Pencegahan dan


Penanggulangan Kegemukan dan
Obesitas pada Anak Sekolah
Berdasarkan buku Pedoman Pencegahan dan
Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada
Anak Sekolah, pencegahan dan penanggulangan
kegemukan dan obesitas pada anak sekolah
merupakan suatu upaya komprehensif yang
melibatkan stakeholder yang ada di wilayah.
Kegiatan yang dilakukan:
Promosi Peningkatan Kesadaran Gizi dan
Pencegahan Kegemukan Obesitas Pada Anak
Penemuan dan Tata Laksana Kasus

Promosi Peningkatan
Kesadaran Gizi dan
Pencegahan Kegemukan
Obesitas Pada Anak
Pendekatan kepada anak sekolah dan orang
orang terdekat di lingkungannya ( Orang tua,
guru, teman) dimulai dari lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat dan fasilitas kesehatan
Tujuan pencegahan ini adalah terjadinya
perubahan pola dan perilaku makan, peningkatan
aktivitas fisik dan mengurangi sedentary life style
dengan melakukan Pola Hidup Sehat Cegah
Kegemukan

Pola Hidup Sehat Cegah


Kegemukan
Konsumsi buah dan sayur 5 porsi per hari
Membatasi menonton
playstation < 2 jam/hari

TV,

bermain

komputer,

game/

Tidak menyediakan TV di kamar anak


Mengurangi makanan dan minuman manis
Mengurangi makanan berlemak dan gorengan
Kurangi makan diluar
Biasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke
sekolah
Biasakan makan bersama keluarga minimal 1 x sehari
Makanlah makanan sesuai dengan waktunya
Tingkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari
Melibatkan keluarga untuk
pencegahan gizi lebih

perbaikan

Target penurunan BB yang sehat

gaya

hidup

untuk

Penemuan dan Tata Laksana kasus


Pengukuran Anropometri
Pengukuran BB dan TB oleh tenaga kesehatan bersama
guru UKS. Data dilaporkan ke Puskesmas

Penentuan Status Gizi (di Puskesmas)


Menghitung dan membandingkan nilai IMT dengan Grafik
IMT/U berdasarkan Standar WHO 2005
Tindak Lanjut
Hasil penjaringan kemudian disampaikan kepada orang tua
dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi kurus, maka
anak dirujuk ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut.
Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi normal, maka
dianjurkan untuk melanjutkan pola hidup sehat.
Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi gemuk atau
obesitas, maka anak dirujuk ke puskesmas untuk pemeriksaan

Menurut penelitian Waters (2011) intervensi untuk mencegah


obesitas pada anak menekankan pada intervensi yang dilakukan
di sekolah:

Kurikulum di sekolah yang memasukkan healthy eating,


aktivitas fisik, dan body image.
Sesi untuk aktivitas
sepanjang minggu sekolah

fisik

dan

keterampilan

gerak

di

Kualitas gizi yang tinggi pada ketersediaan makanan di


sekolah
Lingkungan dan praktik budaya yang mendukung healthy
diets dan aktivitas harian
Professional development dan capacity building untuk staf
di sekolah untuk menjalankan strategi promosi kesehatan
Dukungan orang tua dan home activities untuk healthy diets
and reduced screen-based activities

TERIMA KASIH

1. Kenapa belum ada program khusus untuk


obesitas (nadhira)
2. Menurut kalian faktor resiko mana yang paling
berpengaruh dalam riwayat keluarga (iman)
3. Saran untuk pemerintah (kemenkes) agar
prevalensi obesitas tidak semakin meningkat
(desty)

Anda mungkin juga menyukai