Anda di halaman 1dari 41

DEMAM THYPOID

DIBAWAKAN OLEH :
DR. AHMAD RAIS DAHYAR
RST TINGKAT IV SAMARINDA

Identitas Pasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Agama
Tanggal msk RS

: Tn. M
: 24 Tahun
: Laki-laki
: Islam
: 23 Desember 2016

Anamnesis

Riwayat Penyakit
Sekarang

Riwayat Penyakit
Dahulu
Kejang demam (-)
Thypoid fever (-)
DHF (-)
Campak (+) usia 2 bulan
TB paru (-)
Bronkopneumonia (-)

Riwayat Penyakit
Keluarga
Thypoid fever (-)
DHF (-)
Campak (+) kakak Os saat usia 2
tahun
Kejang demam (-)
TB paru (-)
Bronkopneumonia (-)
Riwayat Asma (-)

RIWAYAT ALERGI
alergi obat (-), alergi makanan (- ) alergi cuaca
debu (-)
RIWAYAT PENGOBATAN
Minum obat penurun panas, panas sempat
turun, namun beberapa jam panas tinggi lagi
Belum pernah dirawat inap di RS
sebelumnya
Pengobatan jangka lama (TB paru) disangkal

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Paru

Jantung

Abdomen

Genitalia
: tidak ada keluhan
Anus dan rektum : tidak ada keluhan
Extremitas
Atas
: akral hangat, peteki (-/-), udem
(-/-), pucat (-), CRT < 2 detik
Bawah : akral hangat, peteki (-/-), udem
(-/-), pucat (-), CRT < 2 detik, nadi kuat
angkat

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai
Rujukan

Hemoglobin

13,6

g/dL

10.7 14.7

Leukosit

L 4,2

103/uL

5.50 15.50

Hematokrit

38,6

31 43

Trombosit

193

103/uL

229 553

Tes Widal :
Salmonella Typhi - O : (+) 1/320
Salmonella Typhi - H : (+) 1/80
Salmonella Para Typhi - A.O : (+)
Salmonella Para Typhi - A.H : (+)
Salmonella Para Typhi - B.O : (+) 1/80
Salmonella Para Typhi - B.H : (+) 1/160
Salmonella Para Typhi - C.O : (+) 1/80
Salmonella Para Typhi - C.H : (+) 1/80

Resume
Tn.M, laki-laki usia 24 tahun MRS
dengan keluhan demam sejak + 7
hari SMRS. Panas timbul perlahan,
meningkat pada sore hingga
malam hari dan menurun pada
pagi hari. Mual (+), muntah (+), nafsu
makan turun. OS juga mengeluh pusing,
lemas, pilek, batuk, BAB cair.

Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ondansentron 1 amp/12 jm/IV
Inj.Ranitidin 1 amp/12 jm/IV
PCT Infus 500 mg/8 jm/IV
Inj. Ceftrixone 1 gr/12 jm/IV
Antasida Syr / 3 x 1 C
Neurobion tab / 1 x 1

Tinjauan Pustaka

DEFINISI
.

EPIDEMIOLOGI

WHO tahun 2003 17 juta kasus demam tifoid dan 600.000 kasus

kematian tiap tahun.

Negara berkembang penyakit endemis, 95% merupakan kasus rawat

jalan

Di Indonesia tersebar secara merata di seluruh propinsi dengan

insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di


daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun atau sekitar 600.000
dan 1.5 juta kasus per tahun.
Usia penderita di Indonesia antara 3-19 tahun pada 91% kasus.

ETIOLOGI

PATOFISIOLOGI

MANIFESTASI KLINIK

Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 7 20 hari


Minggu pertama demam, nyeri kepala, anoreksia,

mual, muntah, konstipasi.

Minggu kedua berupa demam remiten, diare,

lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut


kembung dapat disertai ganguan kesadaran dari
yang ringan sampai berat.

Lidah tifoid lidah tampak kering, diolapisi

selaput tebal, di bagian belakang tampak lebih


pucat, di bagian ujung dan tepi lebih kemerahan.

Roseola nodul kecil sedikit menonjol diameter 2

4 mm, berwarna merah pucat hilang pada


penekanan, pada daerah perut, dada, kadangkadang di bokong, fleksor lengan atas.

Hepatosplenomegali
Rose spot ruam makulopapular berwarna

merah ukuran 1 5 mm, pada abdomen, toraks,


ekstremitas dan punggung pada orang kulit putih.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah tepi
Anemia ringan berat
Leukositosis
Limfositosis
Trombositopenia

2. Uji Serologis

3. Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan


biakan kuman
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila

ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan dari


darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan
duodenum atau dari rose spots

Spesifisitasnya tinggi, sensitivitas rendah, lamanya waktu

yang dibutuhkan (5-7 hari) serta peralatan yang lebih


canggih untuk identifikasi bakteri.

Invasif sehingga tidak dipakai dalam praktek sehari-hari.

DIAGNOSIS

DIAGNOSIS BANDING

PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa:

MEDIKAMENTOSA

MEDIKAMENTOSA

KOMPLIKASI

PENCEGAHAN

VAKSINASI

PROGNOSIS
Tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan

kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi.


Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang
adekuat, angka mortalitas <1%.
Di negara berkembang, angka mortalitasnya >10%,
biasanya karena keterlambatan diagnosis,
perawatan, dan pengobatan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai