Anda di halaman 1dari 53

Anggaran Produksi

Dan
Anggaran Biaya Produksi
METODE PENYUSUNAN ANGGARAN
PRODUKSI

Anggaran produksi adalah rencana perusahaan


untuk menghasilkan produk perusahaan dalam
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan penjualan
dengan mempertimbangkan jumlah persediaan
pada awal dan akhir periode tertentu.
Formula Volume Produksi

Volume Volume Persediaan Persediaan


Produksi = Penjualan + Akhir
- Awal
Contoh Soal

Sebuah perusahaan merencanakan menjual


produknya sebanyak 142.000 unit dalam tahun
2010. Jumlah persediaan barang pada awal Januari
2010 diperkirakan sebanyak 20.000 unit. Sedangkan
jumlah persediaan barang pada akhir tahun 2010
yang diinginkan sebesar 15.000 unit.

Dari total volume penjualan yang dianggarkan sebesar


142.000 unit dalam setahun tersebut, direncanakan
akan dijual dalam 12 bulan operasi, dengan rincian
sebagai berikut :
Bulan Volume

Januari 12.000
Februari 14.000
Maret 14.000
April 12.000
Mei 9.000
Juni 10.000
Juli 7.000
Agustus 6.000
September 9.000
Oktober 11.000
November 12.000
Desember 14.000

Total 142.000
Maka untuk tahun 2010 perusahaan harus memproduksi
barang sebanyak 137.000 unit, yang berasal dari :

Volume Penjualan 142.000


Volume Persediaan , akhir tahun 15.000
Volume Persediaan , awal tahun (20.000)
Volume Produksi 137.000
Metode produksi

1. Metode Produksi Stabil

2. Metode Persediaan Stabil

3. Metode Fleksibel
Metode Produksi Stabil

Metode Produksi Stabil adalah suatu metode


produksi dimana perusahaan menetapkan
volume produksi yang relatif sama dari bulan
ke bulan, kecuali untuk bulan tertentu yang
volume penjualannya lebih tinggi. Metode ini
mengakibatkan volume persediaan menjadi
tidak stabil dari bulan ke bulan. Berdasarkan
ilustrasi diatas, jika perusahaan menetapkan
akan menggunakan metode produksi stabil
maka akan terlihat seperti dalam tabel berikut
dibawah ini.
Volume Persediaan Volume
Bulan Produksi
Penjualan Akhir Total Awal

Januari 15.000 17.000 32.000 20.000 12.000


Februari 16.000 13.000 29.000 17.000 12.000
Maret 16.000 9.000 25.000 13.000 12.000
April 14.000 6.000 20.000 9.000 11.000
Mei 12.000 5.000 17.000 6.000 11.000
Juni 10.000 6.000 16.000 5.000 11.000
Juli 7.000 10.000 17.000 6.000 11.000
Agustus 6.000 15.000 21.000 10.000 11.000
September 9.000 17.000 26.000 15.000 11.000
Oktober 11.000 17.000 28.000 17.000 11.000
November 12.000 17.000 29.000 17.000 12.000
Desember 14.000 15.000 29.000 17.000 12.000

Total 142.000 15.000 157.000 20.000 137.000


Cara yang paling mudah untuk membuat produksi stabil
adalah dengan membagi 137.000 dengan 12 bulan.
Dari pembagian ini akan diperoleh jumlah volume produksi
rata-rata sebesar 11.416,67 unit.
Masalahnya, volume produksi rata-rata ini dapat
menghasilkan volume pecahan. Karena itu, lebih mudah jika
dibulatkan pada angka puluhan atau ratusan terdekat.
Misalnya dibulatkan menjadi 11.000 unit. Jika 11.000 unit ini
dikalikan 12 bulan akan diperoleh jumlah sebesar 132.000
unit. Sedangkan volume totalnya adalah sebesar 137.000
unit, maka kurang sebesar 5.000 unit.
Kekurangan ini dapat ditempatkan pada bulan-bulan
yang volume penjualannya relatif lebih tinggi.
Dari data penjualan tersebut dapat diketahui bahwa
penjualan yang volumenya lebih tinggi adalah pada
bulan Januari, Februari, Maret, November dan
Desember. Sisa volume produksi sebesar 5.000 unit
tersebut dibagi 5 bulan, sehingga diperoleh jumlah
1.000 unit, yang ditambahkan pada bulan-bulan
tersebut diatas.
Karena volume produksinya telah diketahui setiap
bulannya, yaitu sebesar 11.000 unit dan 12.000 unit
untuk bulan-bulan tertentu, maka persoalannya
selanjutnya adalah menentukan volume persediaan
akhir Januari.
Volume persediaan akhir bulan Januari adalah sebesar
= ( 12.000 + 20.000 ) - 15.000 = 17.000. Persediaan
pada akhir bulan Januari menjadi persediaan pada
awal Februari, dan seterusnya.
Metode Persediaan Stabil

Metode Persediaan Stabil adalah adalah suatu


metode produksi dimana perusahaan menetapkan
volume persediaan yang relatif sama dari bulan
ke bulan, kecuali untuk bulan tertentu. Metode ini
mengakibatkan volume produksi menjadi tidak
stabil dari bulan ke bulan. Berdasarkan ilustrasi
diatas, jika perusahaan menetapkan akan
menggunakan metode persediaan stabil maka
akan terlihat seperti dalam tabel berikut ini :
Karena volume persediaan pada akhir tahun telah
diketahui, sedangkan perusahaan menetapkan tingkat
persediaan stabil, berarti jumlah persediaan pada awal
Desember dibuat sama dengan persediaan pada
akhir Desember. Maka cara yang mudah adalah
dengan menghitung volume produksi dari bulan
Desember, yaitu
Penjualan + Persediaan awal bulan (yang dibuat sama
dengan persediaan akhir bulan) - Persediaan akhir
bulan (yang telah ditetapkan), yaitu sebesar =
(14.000 + 15.000) - 15.000 = 14.000.
Volume Persediaan Volume
Bulan Produksi
Penjualan Akhir Total Awal

Januari 15.000 19.000 34.000 20.000 14.000


Februari 16.000 18.000 34.000 19.000 15.000
Maret 16.000 17.000 33.000 18.000 15.000
April 14.000 16.000 30.000 17.000 13.000
Mei 12.000 15.000 27.000 16.000 11.000
Juni 10.000 15.000 25.000 15.000 10.000
Juli 7.000 15.000 22.000 15.000 7.000
Agustus 6.000 15.000 21.000 15.000 6.000
September 9.000 15.000 24.000 15.000 9.000
Oktober 11.000 15.000 26.000 15.000 11.000
November 12.000 15.000 27.000 15.000 12.000
Desember 14.000 15.000 29.000 15.000 14.000

Total 142.000 15.000 157.000 20.000 137.000


Persediaan pada awal bulan Desember
adalah persediaan pada akhir bulan
November. Sehingga volume produksi
dapat dihitung dengan metode yang sama
di bulan Desember. Dan seterusnya.
Metode ini mengakibatkan tingkat
persediaan di bulan tertentu melonjak lebih
besar dari persediaan pada bulan yang
lain.
Metode Fleksibel

Metode Fleksibel adalah suatu metode produksi


dimana perusahaan menetapkan volume produksi
yang berubah terus dari bulan ke bulan. Metode ini
mengakibatkan volume persediaan dan volume
produksi menjadi tidak stabil dari bulan ke bulan.
Berdasarkan ilustrasi diatas, jika perusahaan
menetapkan akan menggunakan metode produksi
stabil maka akan terlihat seperti dalam tabel berikut
ini :
Pada dasarnya, metode ini dapat
menggunakan volume produksi dan
volume persediaan sesuai dengan
keinginan perusahaan. Dalam kasus
diatas, karena volume persediaan pada
akhir tahun telah ditetapkan maka
perusahaan dapat menetapkan pula volume
persediaan pada akhir Januari , misalnya
17.000.
Volume Persediaan Volume
Bulan Produksi
Penjualan Akhir Total Awal

Januari 15.000 17.000 32.000 20.000 12.000


Februari 16.000 13.000 29.000 17.000 12.000
Maret 16.000 11.000 27.000 13.000 14.000
April 14.000 11.000 25.000 11.000 14.000
Mei 12.000 13.000 25.000 11.000 14.000
Juni 10.000 15.000 25.000 13.000 12.000
Juli 7.000 15.000 22.000 15.000 7.000
Agustus 6.000 16.000 22.000 15.000 7.000
September 9.000 16.000 25.000 16.000 9.000
Oktober 11.000 17.000 28.000 16.000 12.000
November 12.000 17.000 29.000 17.000 12.000
Desember 14.000 15.000 29.000 17.000 12.000

Total 142.000 15.000 157.000 20.000 137.000


Maka volume produksi di bulan Januari
adalah sebesar =
(15.000 + 17.000) 20.000 = 12.000.
Persediaan pada akhir Januari menjadi
persediaan pada awal Februari, sehingga
volume produksi dapat dihitung lagi dengan
terlebih dahulu menentukan volume
persediaan pada akhir Februari. Demikian
seterusnya.
Anggaran Biaya Produksi

- Anggaran Biaya Bahan Baku ....xxx


- Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsungxxx
- Anggaran Biaya Overhead ..xxx
------ +
# Anggaran Biaya Produksi .. xxx
ANGGARAN BIAYA BAHAN BAKU

Penetapan anggaran biaya bahan baku, ditentukan


oleh kebutuhan bahan baku dari :
Unit produk yang dihasilkan x volume produksi =
Total Bahan baku

Total bahan baku untuk produksi tersebut +


persediaan bahan baku yang diinginkan pada akhir
periode tersebut - persediaan bahan baku yang
direncanakan pada awal periode = Volume Bahan
Baku

Volume bahan baku yang direncanakan untuk


dibeli x dengan harga bahan baku per unitnya =
Nilai pembelian bahan baku yang direncanakan.
Contoh Soal

PT.Terang Dunia adalah sebuah perusahaan produsen meja yang


berkedudukan di Bandung.
Pada akhir tahun 2009 perusahaan ini merencanakan
memproduksi tiga jenis produk, yaitu meja tipe MK-1 sebanyak
10.000 unit, 10.000 unit meja tipe MM-5 dan 10.000 unit MB-2
untuk tahun 2010 mendatang.
Setiap unit meja MK-1 membutuhkan 2 meter kayu, 1,5
meter melamin dan 1 meter pipa hias. Dan setiap unit MM-5
membutuhkan 3 meter kayu, 3 meter melamin dan 3 meter pipa
hias. Sedangkan setiap unit meja MB-2 membutuhkan 3 meter
kayu, 2 meter melamin dan 1,5 meter pipa hias.
Sedangkan harga beli kayu diperkirakan sebesar Rp 15.000
per meter, harga beli melamin sebesar Rp 20.000 per meter
dan harga beli pipa hias adalah sebesar Rp 12.000 per
meter.
Contoh Soal

Untuk menjamin kelancaran proses produksi, perusahaan


merencanakan memiliki persediaan bahan baku pada akhir tahun
2010 sebanyak 10% kebutuhan bahan baku tersebut untuk proses
produksi selama tahun 2010.
Sedangkan persediaan bahan baku pada awal tahun 2010
diperkirakan sebanyak 700 meter kayu, 1.000 meter melamin dan
800 meter melamin. Diperkirakan, harga beli bahan baku tersebut
akan stabil sepanjang tahun 2010.
Anggaran Biaya Bahan Baku

MK-1 MM-5 MB-2


Harga
Bahan Total Per Unit
Nilai
Per Per Per
Unit
Total Unit
Total Unit
Total

Kayu 2 20.000 3 30.000 3 30.000 80.000 15.000 1.200.000.000

Melamin 1,5 15.000 3 30.000 2 20.000 65.000 20.000 1.300.000.000

Pipa
1 10.000 3 30.000 1,5 15.000 55.000 12.000 660.000.000
Hias

Total Rp 3.160.000.000
Untuk memproduksi setiap unit MK-1 dibutuhkan kayu
sebanyak 2 meter, 1,5 meter melamin dan 1 meter pipa hias.
Karena MK-1 diproduksi sebanyak 10.000 unit produk, maka
MK-1 memerlukan sebanyak 20.000 meter kayu, 15.000
meter melamin dan 10.000 meter pipa hias
Untuk memproduksi setiap unit MM-5 dibutuhkan kayu
sebanyak 3 meter, 3 meter melamin dan 3 meter pipa hias.
Karena MM-5 diproduksi sebanyak 10.000 unit produk, maka
MM-5 memerlukan sebanyak 30.000 meter kayu, 30.000
meter melamin dan 30.000 meter pipa hias.
Sedangkan untuk memproduksi setiap unit MB-2 dibutuhkan
kayu sebanyak 3 meter, 2 meter melamin dan 1,5 meter pipa
hias. Karena MB-2 diproduksi sebanyak 10.000 unit produk,
maka MB-2 memerlukan sebanyak 30.000 meter kayu, 20.000
meter melamin dan 15.000 meter pipa hias.
Total kebutuhan kayu sebanyak 80.000 meter yang merupakan
penjumlahan dari kebutuhan kayu untuk MK-1,MM-5 dan MB-
2 (20.000 + 30.000 + 30.000). Karena harga beli kayu adalah
sebesar Rp 15.000 per meter, maka biaya bahan baku kayu
untuk memproduksi seluruh produk tersebut adalah sebesar
Rp 1.200.000.000.
Total kebutuhan melamin sebanyak 65.000 meter yang
merupakan penjumlahan dari kebutuhan melamin untuk MK-1,
MM-5 dan MB-2 (15.000 + 30.000 + 20.000). Karena harga beli
melamin adalah sebesar Rp 20.000 per meter, maka biaya
bahan baku kayu untuk memproduksi seluruh produk tersebut
adalah sebesar Rp 1.300.000.000.
Sedangkan total kebutuhan pipa hias sebanyak 55.000 meter
yang merupakan penjumlahan dari kebutuhan kayu untuk MK-
1, MM-5 dan MB-2 (10.000 + 30.000 + 15.000). Karena harga
beli kayu adalah sebesar Rp 12.000 per meter, maka biaya
bahan baku kayu untuk memproduksi seluruh produk tersebut
adalah sebesar Rp 660.000.000.
Gabungan biaya bahan baku per jenis bahan
tersebut akan menghasilkan biaya bahan baku total
sebanyak Rp 3.160.000.000. yang merupakan
gabungan dari biaya bahan baku sebesar Rp
1.200.000.000. untuk memproduksi 10.000 unit MK-
1, sebanyak Rp 1.300.000.000. merupakan biaya
bahan baku untuk memproduksi 10.000 unit MM-5
dan sebanyak Rp 660.000.000 untuk memproduksi
sebanyak 10.000 unit MB-2.
Anggaran Biaya Bahan Baku Per Unit Produk

Kebutuhan
Harga Biaya Per Biaya Bahan
Bahan Bahan
Produk Beli Per Unit Jenis Per Unit
Baku Per Unit
Bahan Bahan Produk
Produk

Kayu 2 15.000 30.000


MK-1 Melamin 1,5 20.000 30.000 72.000
Pipa Hias 1 12.000 12.000
Kayu 3 15.000 45.000
MM-5 Melamin 3 20.000 60.000 141.000
Pipa Hias 3 12.000 36.000
Kayu 3 15.000 45.000
MB-2 Melamin 2 20.000 40.000 103.000
Pipa Hias 1,5 12.000 18.000
Untuk memproduksi setiap unit MK-1 dibutuhkan kayu
sebanyak 2 meter, 1,5 meter melamin dan 1 meter pipa hias.
Itu berarti setiap unit MK-1 membutuhkan kayu senilai Rp
30.000, karena harga kayu tersebut Rp 15.000 per meter,
membutuhkan melamin sebanyak Rp 30.000 karena harga beli
melamin adalah sebesar Rp 20.000 per meter dan
membutuhkan pipa hias sebanyak Rp 12.000 karena harga
beli pipa hias sebesar Rp 12.000 per meter. Berarti untuk
memproduksi satu uni MK-1 dibutuhkan biaya bahan baku
sebesar Rp 72.000.
Untuk memproduksi setiap unit MM-5 dibutuhkan kayu
sebanyak 3 meter, 3 meter melamin dan 3 meter pipa hias. Itu
berarti setiap unit MM-5 membutuhkan kayu senilai Rp 45.000,
karena harga kayu tersebut Rp 15.000 per meter,
membutuhkan melamin sebanyak Rp 60.000 karena harga beli
melamin adalah sebesar Rp 20.000 per meter dan
membutuhkan pipa hias sebanyak Rp 36.000 karena harga
beli pipa hias sebesar Rp 12.000 per meter. Berarti untuk
memproduksi satu uni MM-5 dibutuhkan biaya bahan baku
sebesar Rp 141.000.
Untuk memproduksi setiap unit MB-2 dibutuhkan kayu
sebanyak 3 meter, 2 meter melamin dan 1,5 meter pipa
hias. Itu berarti setiap unit MB-2 membutuhkan kayu
senilai Rp 45.000, karena harga kayu tersebut Rp
15.000 per meter, membutuhkan melamin sebanyak Rp
40.000 karena harga beli melamin adalah sebesar Rp
20.000 per meter dan membutuhkan pipa hias
sebanyak Rp 18.000 karena harga beli pipa hias
sebesar Rp 12.000 per meter. Berarti untuk
memproduksi satu uni MB-2 dibutuhkan biaya bahan
baku sebesar Rp 103.000.

Jadi untuk memproduksi 10.000 unit meja tipe MK-1,


10.000 unit MM-5 dan 10.000 unit MB-2 dibutuhkan
biaya bahan baku total sebanyak Rp 3.160.000.000.
Anggaran Pembelian Bahan Baku

Kebutuhan Persediaan Pembelian


Bahan
Produksi 1/1/2010 31/12/2010 Volume Harga Nilai

Kayu 80.000 700 8.000 87.300 15.000 1.309.500.000


Melamin 65.000 1.000 6.500 70.500 20.000 1.410.000.000
Pipa
55.000 800 5.500 59.700 12.000 716.400.000
Hias
Total Rp 3.435.900.000
Dari tabel biaya bahan baku yang telah disusun sebelumnya,
diketahui bahwa perusahaan memerlukan kayu sebanyak 80.000
meter untuk kebutuhan produksi selama satu tahun. Perusahaan
menghendaki jumlah persediaan pada akhir tahun sebanyak 10%
dari kebutuhan tersebut, itu berarti sebanyak 8.000 meter disediakan
sebagai persediaan kayu pada akhir tahun 2010. Sedangkan pada
awal tahun 2010, perusahaan memiliki kayu sebanyak 700 meter.
Berarti, perusahaan harus membeli kayu sebanyak 87.300 meter (
volume pembelian = 80.000 + 8.000 700 ). Dengan harga beli kayu
sebesar Rp 15.000 per meter, maka nilai pembeian kayu pada tahun
2010 adalah sebesar Rp 1.309.500.000.

Perusahaan juga memerlukan bahan baku berupa melamin


sebanyak 65.000 meter untuk kebutuhan produksi selama satu
tahun. Perusahaan menghendaki jumlah persediaan pada akhir
tahun sebanyak 10% dari kebutuhan tersebut, itu berarti sebanyak
6.500 meter disediakan sebagai persediaan melamin pada akhir
tahun 2010. Sedangkan pada awal tahun 2010, perusahaan
memiliki melamin sebanyak 1.000 meter. Berarti, perusahaan harus
membeli melamin sebanyak 70.500 meter ( volume pembelian =
65.000 + 6.500 1.000 ). Dengan harga beli melamin sebesar Rp
20.000 per meter, maka nilai pembelian melamin pada tahun 2010
adalah sebesar Rp 1.410.000.000.
Selain itu, perusahaan juga memerlukan bahan baku berupa
pipa hias sebanyak 55.000 meter untuk kebutuhan produksi
selama satu tahun. Perusahaan menghendaki jumlah
persediaan pada akhir tahun sebanyak 10% dari kebutuhan
tersebut, itu berarti sebanyak 5.500 meter disediakan sebagai
persediaan pipa hias pada akhir tahun 2010. Sedangkan pada
awal tahun 2010, perusahaan memiliki pipa hias sebanyak 800
meter. Berarti, perusahaan harus membeli pipa hias sebanyak
59.700 meter ( volume pembelian = 55.000 + 5.500 800 ).
Dengan harga beli pipa hias sebesar Rp 12.000 per meter,
maka nilai pembelian pipa hias pada tahun 2010 adalah
sebesar Rp 716.400.000.
Sehingga total nilai pembelian bahan baku pada tahun 2010
adalah sebesar Rp 3.435.900.000. yang merupakan gabungan
dari pembelian kayu sebanyak Rp 1.309.500.000. dan
pembelian melamin sebesar Rp 1.410.000.000. serta
pembelian pipa hias sebesar Rp 716.400.000.
ANGGARAN BIAYA TENAGA KERJA

Anggaran biaya tenaga kerja merupakan


rencana pembayaran biaya tenaga kerja di
dalam suatu periode tertentu yang dibutuhkan
untuk memproduksi seluruh produk yang
direncanakan di dalam suatu periode terntentu.
Secara umum, untuk menghitung anggaran
tenaga kerja, perusahaan tinggal mengalikan upah
yang dibayarkan dengan suatu satuan tertentu.
Satuan yang digunakan untuk menghitung dasar
penetapan pembayaran tenaga kerja, tersebut
disebut tarif biaya tenaga kerja.
Biaya Tenaga Kerja : Tarif Per Jam Kerja.

Dengan metode ini perusahaan tinggal menghitung


taksiran kebutuhan jam kerja keseluruhan yang
dibutuhkan untuk memproduksi seluruh produk
perusahaan dalam volume yang direncanakan.
Jika pembayaran ditentukan berdasarkan jam
kerja, maka tinggal dihitung taksiran jam kerja
yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit
produk, dikalikan dengan tarif per jamnya. Hasil
perkalian itu akan menghasilkan biaya tenaga kerja
per unit produk. Volume produksi dikalikan dengan
biaya tenaga kerja per unit produk akan
menghasilkan biaya tenaga kerja total.
Contoh Soal

PT.Terang Dunia adalah sebuah perusahaan


produsen meja yang berkedudukan di Bandung.
Pada akhir tahun 2009 perusahaan ini
merencanakan memproduksi tiga jenis produk, yaitu
meja tipe MK-1 sebanyak 10.000 unit, 10.000 unit
meja tipe MM-5 dan 10.000 unit MB-2 untuk tahun
2010 mendatang. Setiap unit meja MK-1
membutuhkan 3 jam kerja langsung, setiap unit
MM-5 membutuhkan 4 jam kerja langsung dan
setiap unit meja MB-2 membutuhkan 5 jam kerja
langsung. Sedangkan untuk setiap pekerja
langsung dibayar sebesar Rp 3.000 per jam kerja
langsung.
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2010

Jam Kerja
Biaya TKL
Volume Tarif Per
Per Unit
Produk Produksi Per Jam
Total Produk Total
Unit

MK-1 10.000 3 30.000 3.000 9.000 90.000.000

MM-5 10.000 4 40.000 3.000 12.000 120.000.000

MB-2 10.000 5 50.000 3.000 15.000 150.000.000

Total Rp 360.000.000
Biaya Tenaga Kerja : Tarif Per Hari Kerja.

Jika pembayaran biaya tenaga kerja ditetapkan


berdasarkan hari kerja, maka harus dihitung hari
kerja dalam satu bulan atau satu tahun,
dikalikan dengan jumlah tenaga kerja
keseluruhan. Hasil perkalian itu merupakan biaya
tenaga kerja yang dianggarkan untuk
memproduksi seluruh produk dalam satu
periode.
Contoh Soal

PT.Terang Dunia dalam contoh diatas, adalah


sebuah perusahaan produsen meja yang
berkedudukan di Bandung. Pada akhir tahun 2009
perusahaan ini merencanakan memproduksi tiga
jenis produk, yaitu meja tipe MK-1 sebanyak 10.000
unit, 10.000 unit meja tipe MM-5 dan 10.000 unit
MB-2 untuk tahun 2010 mendatang.
Untuk menghasilkan seluruh produk tersebut
perusahaan merencanakan bekerja selama 278 hari
dalam setahun dan mempekerjakan 30 tenaga
kerja. Sebanyak 8 orang pekerja digunakan untuk
memproduksi MK-1, sebanyak 10 orang pekerja
digunakan untuk memproduksi MM-5 dan sebanyak
12 pekerja digunakan untuk memproduksi MB-2.
Setiap tenaga kerja dibayar Rp 40.000. per hari.
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2010

Upah Hari Kerja Jumlah Biaya


Produk Per Hari Total Pekerja Tenaga Kerja

MK-1 40.000 278 8 88.960.000

MM-5 40.000 278 10 111.200.000

MB-2 40.000 278 12 133.440.000

Total 30 Rp 333.600.000
Biaya Tenaga Kerja : Tarif Per Unit Produk.

Jika pembayaran tenaga kerja ditetapkan


berdasarkan unit produksi yang dihasilkan, maka
tinggal dihitung tarif upah per unit produknya,
dikalikan dengan volume produksi total. Hasil
perkalian tersebut merupakan biaya tenaga kerja total
dalam periode tersebut.
Contoh Soal

PT.Terang Dunia dalam contoh diatas, adalah


sebuah perusahaan produsen meja yang
berkedudukan di Bandung. Pada akhir tahun 2009
perusahaan ini merencanakan memproduksi tiga
jenis produk, yaitu meja tipe MK-1 sebanyak 10.000
unit, 10.000 unit meja tipe MM-5 dan 10.000 unit
MB-2 untuk tahun 2010 mendatang. Untuk
menghasilkan seluruh produk tersebut perusahaan
merencanakan membayar setiap pekerja sebesar
Rp 11.000 per unit MK-1, sebesar Rp 12.000 per
unit MM-5 dan sebesar Rp 14.000 per unit MB-
2.
Anggaran Biaya Tenaga Kerja

Upah Volume Biaya


Produk Per Unit Produk Produksi Tenaga Kerja

MK-1 11.000 10.000 110.000.000


MM-5 12.000 10.000 120.000.000
MB-2 14.000 10.000 140.000.000

Total Rp 370.000.000
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD

Anggaran Biaya Overhead adalah


seluruh biaya produksi selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja,
yang direncanakan akan dibayarkan
dalam satu periode tertentu. Biaya
overhead mencakup tiga kelompok biaya,
yaitu :

1. Biaya bahan penolong


2. Biaya tenaga kerja penolong
3. Biaya pabrik lain
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD :
BAHAN PENOLONG

Biaya bahan penolong, yaitu biaya yang dikeluarkan


untuk bahan-bahan yang dibutuhkan di dalam suatu
produk, tetapi bukan merupakan komponen utama dari
suatu produk.

Misalnya :
- Benang dan kancing di dalam perusahaan produsen
pakaian
- Paku, cat, plitur di dalam perusahaan produsen mebel
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD :

TENAGA KERJA PENOLONG

Biaya tenaga kerja penolong, adalah gaji atau upah untuk


membayar para pekerja yang terlibat dalam proses
produksi tetapi tidak secara langsung berperan di
dalam proses menghasilkan produk tersebut.

Misalnya :
- Gaji Satpam dan karyawan bagian kebersihan pabrik
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD :
PABRIK LAIN

Biaya pabrik lainnya, adalah biaya overhead selain


biaya bahan penolong dan tenaga kerja penolong.
Biaya ini berkaitan erat dengan peralatan dan fasilitas
pendukung produksi. Biaya ini mencakup:

- Biaya depresiasi mesin pabrik


- Biaya depresiasi bangunan pabrik
- Biaya listrik pabrik
- Biaya air PAM pabrik
- Biaya telepon pabrik
- Dan sebagainya.
Contoh Soal
PT.Terang Dunia adalah sebuah perusahaan produsen meja
yang berkedudukan di Bandung. Pada akhir tahun 2009
perusahaan ini merencanakan memproduksi tiga jenis produk,
yaitu meja tipe MK-1 sebanyak 10.000 unit, 10.000 unit meja
tipe MM-5 dan 10.000 unit MB-2 untuk tahun 2010
mendatang.
Setiap jenis meja membutuhkan cat, paku dan hiasan kaki
meja sebagai bahan penolong. Setiap unit meja membutuhkan
cat sebanyak 0,25 liter, sebanyak 0,1 kg paku dan 4 hiasan
kaki meja. Diperkirakan harga beli dari cat sebesar Rp 25.000
per liter, dan harga beli paku diperkirakan sebesar Rp 18.000
per kg, dan harga 1 buah hiasan meja sebesar Rp 1.000.
Gaji Satpam pabrik dianggarkan sebesar Rp 24.000.000
per tahun. Gaji mandor produksi dianggarkan sebesar Rp
48.000.000. per tahun.
Sedangkan anggaran biaya pabrika lainnya, mencakup
biaya depresiasi mesin sebesar Rp 12.500.000, biaya
depresiasi bangunan pabrik sebesar Rp 24.000.000. dan
biaya listrik, air & telepon pabrik sebesar Rp 40.000.000.
Anggaran Biaya Overhead
Jumlah
Jenis Biaya Parsial Total

- Biaya Cat 187.500.000


- Biaya Paku 54.000.000
- Biaya Hiasan Kaki Meja 120.000.000
# Biaya Bahan Penolong 361.500.000
- Gaji Satpam Pabrik 24.000.000
- Gaji Mandor Produksi 48.000.000
# Biaya Tenaga Kerja Penolong 72.000.000
- Biaya Listrik, Air , Telepon 40.000.000
- Biaya depresiasi Aktiva Tetap 36.500.000
# Biaya Pabrikase Lainnya 76.500.000

Total Rp 510.000.000
Tarif Overhead dan Manfaatnya

Tarif biaya overhead adalah biaya overhead yang ditetapkan


sebagai dasar menghitung biaya overhead per unit produk.
Jadi tanpa menetapkan tarif biaya overhead, maka
perusahaan tidak akan dapat menghitung biaya overhead
dan biaya produksi per unit produknya.

Dalam menentukan tarif biaya overhead, perusahaan dapat


menggunakan dasar:
1. Jumlah jam kerja :
a. Jumlah jam kerja langsung
b. Jumlah jam kerja mesin
2. Volume produk yang dihasilkan.
Contoh soal

Dalam kasus PT.Terang Dunia diatas, jika perhitungan tarif


biaya overhead menggunakan dasar jam kerja langsung,
sedangkan jumlah jam kerja total adalah sebesar 120.000 jam
kerja (lihat tabel anggaran biaya tenaga kerja langsung
berdasarkan tarif per jam diatas), sedangkan biaya overhead
total yang dianggarkan adalah sebesar Rp 510.000.000.
maka besarnya tarif overhead tersebut adalah :

Tarif Biaya Overhead = 510.000.000 : 120.000


= Rp 4.250. per jam kerja
langsung.
Contoh soal

Jika dasar perhitungan tarif menggunakan volume produksi


sebagai dasar perhitungan tarif, sedangkan jumlah volume produksi
adalah sebesar 30.000 unit produk untuk ketiga jenis produk
tersebut, maka besarnya tarif overhead tersebut adalah :
Tarif Biaya Overhead = 510.000.000 : 30.000
= Rp 17.000. per unit produk.
Fungsi Tarif Biaya Overhead

Fungsi dari penentuan tarif biaya overhead adalah untuk


menghitung anggaran biaya produksi atau anggaran
harga pokok produksi per unit produk. Tanpa
menentukan tarif biaya overhead, maka perusahaan
tidak akan dapat menghitung biaya produksi per unit
produknya.

Anda mungkin juga menyukai