“Disusun untuk memenuhi tugas kelompok dari Dosen mata kuliah Perencanaan &
Penganggaran, Intihanah, SE., M.Si”
Oleh
Kelompok 6
Nama Anggota:
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah swt., karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kemampuan, kesempatan, dan pengetahuan sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Perencanaan dan
Penganggaran,Intihanah, SE., M.Si , yang telah memberikan tugas kelompok ini, serta teman-
teman lain yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah yang
berjudul “Penyusunan Anggaran Persediaan dan Anggaran Piutang” ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi pembaca. Namun,
terlepas dari itu kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik yang konstruktif dan juga saran yang membangun dengan
maksud agar kedepannya makalah yang dibuat akan semakin lebih baik lagi.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini, kami akan membahas beberapa sub pokok pembahasan terkait materi
penyusunan anggaran persediaan dan anggaran piutang, yaitu :
1. Pengertian Anggaran Persediaan
2. Penyusunan Anggaran Sediaan Produk
3. Penyusunan Anggaran Sediaan Barang Dagangan
4. Jenis dan Manfaat Anggaran Piutang
5. Faktor yang Memengaruhi Anggaran Piutang
6. Penyusunan Anggaran Piutang
BAB II
PEMBAHASAN
Anggaran sediaan pada perusahaan dagang disebut anggaran sediaan barang dagangan.
Cara menyusun anggaran sediaan barang dagangan antara lain:
1. Menentukan kuantitas pesanan ekonomis (KPE)
2. Menetapkan tingkat putaran sediaan
3. Membuat anggaran belian
1. Menentukan Kuantitas Pesanan Ekonomis
2 × KSt × S
KPE =
√ HSt × I
SBDX= KPE – SBDA
Keterangan
KPE : kuantitas pesanan ekonomis
KSt : kuantitas standar bahan baku dipakai
S : biaya pesanan setiap kali pesan
HSt : harga standar bahan baku per unit
I : biaya penyimpanan dalam presentase
SBDA : sediaan brang dagangan awal
SBDX : sediaan barang akhir
Contoh soal:
Selama setahun kuantitas standar barang dagangan dipakai (KSt) sebanyak 364 ons. Biaya
pesanan tiap kali pesan (S) sebesar Rp. 728. harga standar barang dagangan per ons (HSt)
sebesar Rp.160, dan biaya penyimpanan barang dagangan digudang (I) 40%. Sediaan barang
dagangan awal 26 ons. Hitung KPE dan SBDX?
2 ×364 × 728
KPE =
√ 160 × 0,4
=91 ons
Anggaran Sediaan Barang Dagangan Akhir sebelum dihitung dalam unit (kg)
Toko Dagang Daging
Anggaran Sediaan Barang Dagangan Akhir
Triwulan 1 tahun 2017
Keterangan Januari Februari Maret Triwulan 1
Belian brng dagangan 1.175 1.150 1.375 3.700
Sediaan barang dagangan
100 ? ? 100
awal
Barang siap jual 1.275 ? ? 3.800
Harga pokok jualan 1.100 1.200 1.300 3.600
Sediaan barang dagang
? ? ? ?
akhir
Anggaran Sediaan Barang Dagangan Akhir Setelah dihitung dalam Unit (Kg)
Toko Dagang Daging
Anggaran Sediaan Barang Dagangan Akhir
Triwulan 1 tahun 2017
Keterangan Januari Februari Maret Triwulan 1
Belian brng dagangan 1.175 1.150 1.375 3.700
Sediaan barang dagangan
100 175 125 100
awal
Barang siap jual 1.275 1.325 1.500 3.800
Harga pokok jualan 1.100 1.200 1.300 3.600
Sediaan barang dagang
175 125 200 200
akhir
Dimisalkan harga jual per kg Rp 120, beban usaha variabel per kg Rp 15, dan beban usaha
tetap sebulan Rp 6.000. buatlah anggaran laba rugi!
Januari Februari Maret Triwulan 1
Jumlah barang dagangan 132,000 144,000 156,000 432,000
Harga pokok jualan 110,000 120,000 130,000 360,000
Margin kontribusi kotor 22,000 24,000 26,000 72,000
Beban usaha Variabel 16,500 18,000 19,500 54,000
Margin kontribusi bersih 6,000 6,000 6,500 18,000
Beban tetap 6000 6,000 6,000 18,000
Laba (rugi) (500) 0 500 0
Jualan barang dagangan dan beban usaha variabel Jualan barang daganan, bulan:
Januari = 1.100 kg x Rp 120 = Rp 132.000
Februari = 1.200 kg x Rp 120 = Rp 144.000
Maret = 1.300 kg x Rp 120 = Rp 156.000 +
Rp 432.000
Beban usaha variabel, bulan:
Januari = 1.100 kg x Rp 15 = Rp 16.500
Februari = 1.200 kg x Rp 15 = Rp 18.000
Maret = 1.300 kg x Rp 15 = Rp 19.500 +
Rp 54.000
2.4 Jenis dan Manfaat Anggaran Piutang
Piutang (receivable) adalah hak menagih sejumlah harta dari kreditor ( pemberi
pinjaman) kepada debitor (penerima pinjaman) yang bersedia melunasinya pada waktu
mendatang. Jadi piutang itu ada karena terdapat dua pihak, yaitu kreditor dan debitor, ada
kesediaan debitor untuk melunasi kewajibannya kepada kreditor, ada jarak waktu mulai timbul
piutang sampai saat pelunasannya, ada hak menagih yang dimiliki kreditor.
Anggaran piutang (receivable budget) ialah anggaran yang merencanakan secara lebih
terperinci tentang jumlah piutan perusahaan beserta perubahan- perubahannya dari waktu
kewaktu selama periode yang akan datang. Anggaran piutang menunjukan besarnya piutang
yang terjadi dari waktu ke waktu karena perusahaan mengadakan teransaksi-transaksi penjualan
secara kredit, menunjukan jumlah piutang yang tertagih dari waktu ke waktu, serta menunjuakan
pula sisa piutang yang belum tertagih dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
Memberikan kredit memiliki beberapa resiko, diantaranya adalah resiko tertanamnya
harta dalam piutang dan resiko tidak tertagihnya sebagian atau seluruh piutang. Oleh karena itu
perlu ditentukan besarnya anggaran piutang tak tertagih dengan cara menyediakan cadangan
pengahpusan piutang sebagai akibat kemungkinan tidak tertagih. Dengan demikian, kerugian
piutang tidak tertagih tidak dianggap sebagai hal yang tidak terduga.
Selain itu juga piutang adalah salah satu bentuk investasi. Sebagai salah satu bentuk investasi
maka piutang :
1. Menyerap sejumlah dana modal kerja
2. Mempunyai usia tertentu sesuai dengan waktu keterikatannya
3. Mempengaruhi tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan
1) Piutang surat berharga (contoh: bilyet giro belum jatuh tempo, bilyet giro kosong, cek
kosong dan cek mundur), beban bayar dimuka (contoh : sewa dibayar dimuka, iklan
dibayar dimuka, dan bunga dibayar di muka), setoran jaminan (contoh: untuk keperluan
garansi/jaminan bank dan untuk keperluan menjalin hubungan bisnis lainnya), piutang
pajak( contoh: angsuran pajak, pajak masukan, kelebihan bayar pajak, dan lain-lain)
pinjaman pekerja, piutang uang muka, piutang wesel, piutang usaha, dan piutang lainnya.
2) Piutang wesel (notes receivable) adalah piutang yang didukung janji tertulis dalam
bentuk wesel. Piutang wesel dan piutang surat berharga dapat terjadi karena menjual
barang secara kredit atau pemberian pinjaman dalam bentuk uang. Piuatang uang muka
dapat terjad setelah uang muka beli barang atau uang muka kerja (seperti pasang iklan
atau membuat baliho)
3) Piutang usaha (account receivable) adalah piutang yang timbul sebagai akibat menjual
barang dan jasa secara kredit dari usaha pokok perusahaan. Piutang usaha berbeda
dengan piutang dagang. Piutang usaha meliputi piutang dagang, sedangkan piutang
dagang hanya terdapat pada perusahaan dagang yang menjual barang dagangannya secara
kredit. Piutang usaha ini meliputi seluruh macam/jenis perusahaan yang menjual barang
atau jasa dari usaha pokoknya secara kredit.
Secara umum, semua anggaran, termasuk angaran piutang mempunyai tiga kegunaan
pokok, yaitu sebagai pedoman kerja, sebagai alat perkoordinasian kerja, serta sebagai alat
pengawasan kerja, yang membantu management dalam memimpin jalannnya perusahaan.
Sedangkan secara khusus, anggaran piutang berguna sebagai dasar untuk penyusunan anggaran
kas, karena penagihan- penagihan Piutang tersebut merupakan pemasukan Kas.
Agar suatu budget dapat berfungsi dengan baik, maka taksiran-taksiran yang termuat
didalamnya harus cukup akurat, sehingga hasilnya tidak jauh berbeda dengan realisasinya. Untuk
melakukan taksiran yang akurat diperlukan data informasi yang langakp dan pengalaman yang
telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya yang diajdikan sebagai faktor-faktor penetapan
piutang. Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dlam menyusun anggaran piutang
adalah sebagai berikut:
1.Semakin besar jumlah penjualan akan cendrung semakin besar pula transaksi penjualan secara
kredit yang akan dilakukan, sehingga piutang perusahaan juga akan bertambah.
2.Keadaan persaingan di pasar.Semakin tinggi tingkat persaingan di pasar, maka volume
penjualan secara kredit juga semakin meningkat
.3.Posisi perusahaan dalam persaingan.Semakin kuat posisi perusahaan di pasaran, maka
perusahaan cenrung untuk melakukan penjualan secara tunai, namun sebalik nya jika posisi
perusahaan cendrunglemah, maka perusahaan melakukan penjualan secara kredit.
4.Syarat pembayaan (tem of payment) Semakin besar potongan penjualan secara tunai maka
piutang akan semakin sedikit, artinya konsumen cenrung membeli secara tunai, namun
sebaliknya jika potongan penjualan semakin besar maka kecenrungan konsumen untuk
melakukan pembelian secara kredit.Akibatnya piutang perusahaan juga kan semakin besar.
5.Kebijakan Perusahaan dalam penagihan piutangSemakin intens perusahaan melakukan
penagihan piutang maka jumlah piutang perusahaan semakin berkurang, namun sebaliknya jika
perusahaan todak aktif maka jumlah piutang juga akansemakin menumpuk.
6.Rencana perusahaan untuk melakukan penjualan secara kredit.Semakin besar rencana
penjualan secara kredit, berakibat jumlah piutang juga semakin membesar, demikian juga
sebaliknya jika rencana penjualan secara kredit dikurangkan, maka piutang juga semakin kecil.
Contohnya adalah jika perusahaan menganggarkan akan menjual sebagian aktiva tetapnya secara
kredit maka hal ini akan menambah jumlah piutang usaha perusahaan.
Menurut Hendra Poerwanto, Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
anggaran piutang, antra lain volume barang yang dijual secara kredit, standar kredit, jangka
waktu kredit, pemberian potongan, pembatasan kredit, dan kebijakan penagihan piutang. Berikut
ini dijelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi anggaran piutang tersebut.
2) Volume barang yang dijual secara kredit lebih kecil daripada tunai dapat memperkecil
anggaran dalam piutang usaha. Contoh : sebulan dijual baran Rp 100.000 dengan syarat 90%
dibayar tunai dan 10% dilakukan secara kredit. Dengan demikian, piutang usaha tertanam 10% x
Rp 100.000 = Rp 10.000. kesimpulannya, semakin besar piutang usaha yang tertanam semakin
besar risiko dalam piutang.
3) Standar Kredit
Penentuan standar kredit menentukan besar kecilnya piutang usaha yang tertanam. Semakin
longgar standar kredit yang diberikan maka semakin besar pula piutang yang tertananm dan
semakin besar resiko kerugian piutang. Standar kredit yang longgar dan ekstrem misalnya tidak
perlu jaminan kredit termasuk jaminan kredit atas barang yang dibeli, semua orang boleh
diberikan fasilitas kredit, tanpa batas umur, dan tanpa mmpertimbangkan apakah calon debitor
berpengalaman atau tidak dalam bekerja. Dengan kata lain, analisis 5C dan 3S diabaikan.
Sebaliknya, semakin ketat standar kredit yang diberikan maka semakin kecil piutang yang
dianggarkan dan semakin kecil risiko kerugian piutang. Standar kredit yang ketat dan ekstrem
artinya calon debitor diseleksi secara ketat.
5) Pemberian Potongan
Pemberian potongan harga juga dapat mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang.
Pemberian potongan yang besar akan memperkecil piutang usaha yang tertanam. Sebaliknya,
pemberian potongan yang kecil memperbesar piutang yang tertanam
Contoh :
Barang yang dijual Rp 100.000
Pembelian tunai dengan potongan 10% Rp 10.000
Uang yang harus dibayar pembeli Rp 90.000
Dengan demikian, penjualan secara tunai tidak mengakibatkan timbulnya piutang,
sedangkan pembelian secara kredit (tanpa potongan) mengakibatkan piutang usaha sebesar Rp
100.000
6) Pembatasan Kredit
Pembatasan kredit yang dimaksudkan di sini adalah pembatasan kredit dalam arti kuantitatif,
yaitu berkenaan dengan batas (jumlah) kredit maksimal yang akan dberikan. Pembatasan kredit
juga dapat mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha. Semakin tinggi batasan (plafon) kredit
maka semakin besar piutang usaha yang tertanam dan semakin rendah batasan kredit maka
semakin kecil piutang yang tertanam.
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri.1986. Anggaran Perusahaan Edisi Revisi Cetakan
Kelima. Yogyakarta: BPFE.