Anda di halaman 1dari 35

Anggaran

Persediaan
Kelompok 7: - Putri Ramadhani (141190039)
- Annisa Rahma B (141190109)
Pengertian Anggaran Persediaan
MON Persedian (Inventory ) adalah semua item atau sumber daya
yang disimpang (stock) untuk digunakan dalam proses bisnis
TUE
perusahaan/organisasi. Anggaran Persedian merupakan jumlah
WED persedian yang dibutuhkan untuk bahan baku langsung dan
persedian produk jadi untuk anggaran harga pokok produk dijual
THU
dan neraca dianggarkan secara terinci untuk persedian akhir yang
FRI diharpakan dan unit produk yang dijual.
Jenis Persedian dilihat dari Sifat
Operasi Perusahaan :
1) Persedian pada perusahaan dagang

• Merchandise inventory
2) Persedian pada perusahaan industri

• Persediaan bahan mentah (raw materials)

• Persediaan komponen-komponen rakitan (componentas)

• Persedian bahan pembantu (supplies)

• Persedian baranag dalam proses(work in process)

• Persedian barang jadi (finishead goods)


Jenis Persedian dilihat dari segi
fungsi :
1) Batch atau lot size inventory
2) Fluctuation stock
3) Anticipation stock
Faktor yang Mempengaruhi Anggaran Persediaan

• Perkiraan Pemakaian Bahan Baku • Pemakaian Bahan


• Harga Bahan Baku
• Waktu Tunggu
• Biaya-Biaya Persediaan
• Model Pembelian Bahan
(Biaya penyimpanan, Biaya
pemesanan, Biaya tetap Baku
persediaan) • Persediaan Pengaman
• Kebijaksanaan Pembelanjaan • Pembelian Kembali
Metode Pencatatan dan Penilaian Persediaan
Pemilihan metode penilaian persediaan ini akan berpengaruh pada pendapatan bersih atau rugi bersih, karena
persediaan berhubungan dengan harga pokok penjualan.
Barang siap dijual – persediaan akhir = harga pokok penjualan
Secara umum, dalam pencatatan persediaan dikenal 2 metode yaitu:
• Metode perpetual
mengasumsikan bahwa setiap item persediaan bernilai tinggi sehingga setiap pergerakannya haruslah
tercatat, maka dibutuhkan kartu pencatat persediaan. Untuk menilai persediaan berdasarkan metode
perpetual ada beberapa macam:
- Moving average
- FIFO
- LIFO
● Metode fisik
Pencatantan dengan metode fisik mensyaratkan dilakukannya pemeriksaan fisik pada suatu waktu, ketika ingin
diperoleh data sisa barang pada saat tertentu. Dalam metode ini,persediaan hanya dicatat pada akhir periode akhir
akuntansi. Untuk menilai persediaan berdasarkan metode fisik ada beberapa macam:
- Spesific identification
- Simple average
- FIFO
- LIFO
Bentuk dan Manfaat
Anggaran Persediaan
contoh bentuk tabel Anggaran Persediaan Barang Jadi:
contoh bentuk tabel Anggaran Persediaan Bahan baku
PT “OSA VALIA”
Anggaran Persedian Bahan Baku
Januari- Juni 2015
Jenis Bahan Baku
Bulan Bahan Baku X Bahan Baku Y Bahan baku Z
Persediaan Persediaan Persediaan Persediaan Persediaan Persediaan
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
Januari Rp 10.000 Rp 12.000 Rp 16.000 Rp 18.000 Rp 15.000 Rp 17.000
Februari Rp 11.000 Rp 10.000 Rp 20.000 Rp 11.000 Rp 16.000 Rp 15.000
Maret Rp 15.000 Rp 11.000 Rp 23.000 Rp 20.000 Rp 18.000 Rp 16.000
April Rp 14.000 Rp 15.000 Rp 24.000 Rp 23.000 Rp 20.000 Rp 18.000
Mei Rp 16.000 Rp 14.000 Rp 22.000 Rp 24.000 Rp 20.000 Rp 20.000
Juni Rp 17.000 Rp 16.000 Rp 25.000 Rp 22.000 Rp 21.000 Rp 20.000
Tiga (3) Manfaat Pokok Anggaran
Persediaan :
1) sebagai Pedoma Kerja
2) sebagai alat pengkoordinasian kerja
3) sebagai alat pengawasan kerja
Hal yang menyebabkan perusahaan harus
mempunyai persedian bahan baku :
1) Bahan baku akan digunakan untuk pelaksanaan proses produksi
perusahaan.

2) Apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan bahan baku,maka


proses produksi dalam perusahaan akan terganggu.

3) Untuk menghindari kekurangan bahan baku , suatu perusahaan dapat


menyediakan bahan baku dalam jumlah banyak.
Contoh
Kasus
Kasus 1 :
pencatatan dan penilaian persediaan perusahaan dagang dengan
metode LIFO (Last In Frist Out)
PT “OSA VALIA' yang bergerak dibidang perdagangan mempunyai data-data pada bulan Februari 2015 :

 1 Februari Persediaan 1.000 kg @Rp 100 = 200.000

 9 Februari Pembeliaan 3.000 kg @Rp 110 = 330.000

 10 Februari Penjualan 4.000 kg

 15 Februari Pembeliaan 4.000 kg @Rp 116 = 464.000

 18 Februari Penjualan 3.000 kg

 24 Februari Pembelian 1.000 kg @Rp 126 = 126.000

Membuat penilaian persediaan dan harga pokok penjualan dengan metode LIFO secara pencataan fisik dan
perpetual
Pemecahan Kasus 1:
a) Penilaian Persediaan metode LIFO dengan pencatatan fisik :
Persediaan Akhir = ( Persediaan+ Pembeliaan - Penjualan )
2.000 + 8.000 - 7000
=10.000- 7000
= 3.000 kg
Maka nilai persediaan akhir sebanyak 3.000 kg akan dihitung :
Persediaan 1 Februari 2.000 kg @ Rp 100 = Rp 200.000
Pembelian 9 Februari 1.000 kg @ Rp 110 = Rp 110.000
+ +
Jumlah 3.000 kg Rp. 310.000
Perhitungan Harga pokok penjualan :

Harga pokok dihitung sejumlah selisih antara total persediaan ( total


barang tersedia untuk dijual ) dikurang nilai persediaan akhirnya .

HPP=(total barang tersedia untuk dijual -nilai persedian akhirnya)


=(Rp 200.000 + Rp330.000 + Rp464.000 + Rp126.000)
- Rp 310.000
= Rp 1.120.00 - Rp 310.000
= Rp 810.000
b) Penilaiaan Persediaan Metode LIFO dengan Pencatatan secara perpetual :

Sesuai dengan metode


perpetual,persediaan akhir dapat dilihat pada baris terakhir sebesar :
1.000 kg @Rp100 = Rp 100.000
1.000 kg @Rp116 = Rp 116.000
1.000 Kg @Rp126 = Rp 126.000
Jumlah 3.000 kg dengan nilai persediaan Rp 342.000
HPP = Rp330.00 +Rp 100.000 + Rp 348.000 = Rp 778.000
Tabel Arus Persediaan
Kasus 2 :
pencatatan dan penilaian persediaan perusahaan dagang dengan
metode FIFO ( First In Frist Out)
PT “OSA VALIA' yang bergerak dibidang perdagangan mempunyai data-data pada bulan
Februari 2015 :

 1 Februari Persediaan 1.000 kg @Rp 100 = 200.000

 9 Februari Pembeliaan 3.000 kg @Rp 110 = 330.000

 10 Februari Penjualan 4.000 kg

 15 Februari Pembeliaan 4.000 kg @Rp 116 = 464.000

 18 Februari Penjualan 3.000 kg

 24 Februari Pembelian 1.000 kg @Rp 126 = 126.000


Membuat penilaian persediaan dan harga pokok penjualan dengan metode FIFOsecara
pencataan fisik dan perpetual
Pemecahaan Kasus 2:
Pada akhir bulan februari diadakan perhitungan fisik dan hasil persediaan sejumlah 3.000kg yang
akan dihitung :

○ Pembeliaan 24 Februari 1.000 kg @Rp126 = Rp 126.000

○ Pembeliaan 15 Februari 2.000 kg @Rp116 = Rp 232.000


+ +
Jumlah 3.000 kg Rp348.000

○ HPP =( Barang siap dijual - Persediaan Akhir)

= Rp 1.120.000 - Rp 358.000

= Rp 762.000
● Penilaian Persediaan Metode FIFO dengan pencatatan secara perpetual:
Sesuai dengan metode perpetual ,jumlah persediaan akhir yang dihitung dengan cara FIFO fisik
akan sama dengan metode FIFO perpetual.

Tabel Arus Persediaan


Kasus 3:
pencatatan dan penilaian persediaan perusahaan dagang dengan
metode Average Sederahana (rata-rata sederhana)
PT “OSA VALIA' yang bergerak dibidang perdagangan mempunyai data-data pada bulan
Februari 2015 :

 1 Februari Persediaan 1.000 kg @Rp 100 = 200.000

 9 Februari Pembeliaan 3.000 kg @Rp 110 = 330.000

 10 Februari Penjualan 4.000 kg

 15 Februari Pembeliaan 4.000 kg @Rp 116 = 464.000

 18 Februari Penjualan 3.000 kg

 24 Februari Pembelian 1.000 kg @Rp 126 = 126.000


Membuat Penilaiaan Persediaan dengan metode Average sederhana baik pencatatan fisik
maupun perpetual
Penilaian persedian dengan metode Average Sederhana (Rata-rata sederhana) secara fisik
maupun perpetual didasarkan pada Harga pokok penjualan rata rata per unit.

 persedian 1 Februari 1.000 unit @Rp 100

 Pembeliaan 9 Februari 3.000 unit @Rp 110

 Pembeliaan 15 Februari 4.000 unit @Rp 116

 Pembeliaan 24 Februari 1.000 unit @Rp 126

Harga Pokok rata-rata per unit


= (Rp100+Rp110+Rp116+Rp126)/4
= Rp 113

Jika besar persediaan 3.000kg, maka nilai persediaan

=3.000 X Rp113

=Rp 339.000
KASUS 4
PT “OSA VALIA” yang bergerak dibidang perdagangan mempunyai data pada bulan Februari tahun 2015
sebagai berikut:

 1 Februari Persediaan 2.000 kg @ Rp 100 = Rp 200.000


 9 Februari Pembelian 3.000 kg @ Rp 110 = Rp 330.000
 10 Februari Penjualan 4.000 kg
 15 Februari Pembelian 4.000 kg @ Rp 116 = Rp 464.000
 18 Februari Penjualan 3.000 kg
 24 Februari Pembelian 1.000 kg @ Rp 126 = Rp 126.000
Berdasarkan pada data-data persediaan PT “OSA VALIA” diatas, buatlah penilaian persediaan dan
harga pokok penjualan dengan metode average tertimbang baik pencatatan fisik maupun perpetual!
Pemecahan Kasus 4:
a. Penilaian persediaan metode Average Tertimbang (rata-rata tertimbang) dengan pencatatan
secara fisik:
Pada akhir bulan Februari diadakan perhitungan fisik terhadap barang-barang dalam gudang dan
hasilnya menunjukkan persediaan sejumlah 3.000 kg, maka nilai persediaan akhir sebanyak
3.000 kg tersebut akan dihitung :
● Persediaan 1 Februari 2.000 unit @ Rp 100 = Rp 200.000
● Pembelian 9 Februari 3.000 unit @ Rp 110 = Rp 330.000
● Pembelian 15 Februari 4.000 unit @ Rp 116 = Rp 464.000
● Pembelian 24 Februari 1.000 unit @ Rp 126 = Rp 126.000
● Total barang = 10.000 kg dengan nilai Rp 1.120.000
● Harga pokok rata-rata tertimbang = Rp1.120.000 / 10.000 kg =Rp 112/kg
● Persediaan barang akhir bulan = 3.000 kg @ Rp 112 = Rp 336.000
● Harga pokok penjualan = Rp 1.120.000 — Rp 336.000 = Rp 784.000
b. Penilaian persediaan metode average tertimbang dengan pencatatan secara perpetual
Kasus 5:
PT “OSA VALIA” meproduksi barang A dan barang B, mempunyai data pada tahun 2015
sebagai berikut:

● Rencana produksi barang A sebanyak 100.000 unit dengan biaya-biaya


produksi meliputi: Biaya bahan baku sebesar Rp 12.000.000; Biaya tenaga kerja
langsung sebesar Rp 15.000.000; dan Biaya overhead pabrik langsung sebesar Rp
3.500.000.
● Rencana produksi barang B sebanyak 90.000 unit dengan biaya-biaya produksi
meliputi: Biaya bahan baku sebesar Rp 7.000.000; Biaya tenaga kerja langsung
sebesar Rp 7.500.000; dan Biaya overhead pabrik langsung ebesar Rp 2.500.000.
● Persediaan barang jadi dinilai berdasarkan biaya produksi rata-rata pada setiap barang
yang diproduksi.
● Persediaan barang jadi untuk masing-masing barang sebagai berikut:
Pemecahan Kasus 5:
a. Menghitung biaya produksi rata-rata per unit untuk setiap barang jadi:

1) Biaya produksi rata-rata per unit untuk barang A (BPA)


BPA/u = {(Biaya bahan baku + Biaya tenaga kerja langsung + BOP langsung) / Unit yang diproduksi}
= {(Rp12.000.000+Rp15.000.000 + Rp3.500.000) / 100.000 unit}
= Rp 30.500.000 / 100.000 unit = Rp305/unit

2) Biaya produksi rata-rata per unit untuk barang B (BPB)


BPB/u = {(Biaya bahan baku + Biaya tenaga kerja langsung +BOP langsung) / Unit yang diproduksi}
= {(Rp7.000.000 + Rp7.500.000 + Rp2.500.000) / 90.000 unit}
= Rp 17.000.000 / 90.000 unit = Rp188,89/unit = Rp189/unit
 b. Menghitung nilai (anggaran) persediaan barang jadi untuk masing-masing barang: 
Kasus 6:
PT “OSA VALIA” untuk memproduksi barang A menggunakan bahan
baku X, bahan baku Y dan bahan baku Z, mempunyai data-data tambahan
pada tahun 2015 sebagai berikut:

● Harga pembelian bahan baku X pada bulan Januari sebesar Rp50/unit, dan. harga bahan baku X mengalami
kenaikan Rp2/unit untuk setiap bulannya.
● Harga pembelian bahan baku Y pada bulan Januari sebesar Rp30/unit, dan harga bahan baku Y mengalami
kenaikan Rp1/unit untuk setiap bulannya.
● Harga pembelian bahan baku Z pada bulan Januari sebesar Rp20/unit, dan bahan baku Z mengalami
kenaikan harga pada bulan Maret dan bulan Juni dengan masing-masing kenaikan sebesar Rp2/unit.
● Persediaan bahan baku dinilai berdasarkan pada harga pembelian untuk masing-masing bahan baku pada
bulan yang bersangkutan.
● Persediaan untuk masing-masing jenis bahan baku sebagai berikut:
Pemecahan Kasus 6:
a. Menentukan harga pembelian bahan baku per unit untuk masing- masing jenis bahan baku
setiap bulannya:

● Harga pembelian bahan baku X per unit untuk bulan: Januari Rp50/unit; Februari
Rp52/unit; Maret Rp54/unit; April Rp56/unit; Mei Rp58/unit; dan Juni Rp60/unit.
● Harga pembelian bahan baku Y per unit untuk bulan: Januari Rp30/unit; Februari
Rp31/unit; Maret Rp32/unit; April Rp33/unit: Mei Rp34/unit; dan Juni Rp35/unit.
● Harga pembelian bahan baku Z per unit untuk bulan: Januari Rp20/unit; Februari
Rp20/unit; Maret Rp22/unit; April Rp22/unit; Mei Rp22/unit; dan Juni Rp24/unit.
b. Menghitung nilai (anggaran) persediaan bahan baku untuk masing-masing jenis bahan baku

Catatan: Contoh perhitungan anggaran persediaan bahan baku

Persediaan awal bahan baku X untuk bulan Januari = 10.000 x Rp 50 =Rp 500.000
Persediaan akhir bahan baku Y untuk bulan Februari = 16.000 x Rp 31 = Rp 496.000
Persediaan awal bahan baku Z untuk bulan Maret = 18.000 x Rp 22 = Rp 396.000
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai