Anda di halaman 1dari 34

SISTEM KOMUNIKASI

BERGERAK
MODEL PROPAGASI
PENDAHULUAN
Pada umumnya, sinyal yang diterima pada titik penerima adalah jumlah dari sinyal
langsung dan sejumlah sinyal terpantul dari berbagai obyek. Pada komunikasi
mobile, refleksi akan disebabkan oleh :
Permukaan tanah
Bangunan-bangunan
Obyek bergerak berupa kendaraan

Gelombang pantul akan berubah magnitude dan fasanya,


tergantung dari koefisien refleksi, lintasannya, dan juga tergantung pada
sudut datangnya. Jadi, antara sinyal langsung dan sinyal pantulan kan
berbeda dalam hal :
Amplitudo, tergantung dari magnitude koefisien refleksi
Phasa, yang tergantung pada perubahan fasa refleksi serta pada
perbedaan jarak tempuh antara gelombang langsung dan gelombang
pantul

Kondisi terburuk terjadi saat gelombang langsung dan gelombang pantul


memiliki magnituda yang sama serta berlawanan fasa. Pada kondisi yang
demikian, terjadi saling menghilangkan antara gelombang langsung dan
pantulnya (complete cancellation )
PENDAHULUAN
Kenapa penting untuk mengerti karakteristik-
karakteristik dari kanal wireless ?
Untuk menentukan desain sinyal yang paling tepat (source dan
channel coding, serta modulasi)
Untuk mengembangkan teknologi-teknologi baru dalam
pentransmisian dan penerimaan sinyal
Dalam komunikasi multiuser, skema akses kanal harus dilakukan
dengan seefisien mungkin.
Pada sistem seluler, cakupan sinyal diinginkan dihitung dengan
seakurat mungkin karena daya berlebih akan menghasilkan
interferensi yang juga berlebihan.
Di dalam sistem seluler juga, level terendah yang diijinkan harus
ditentukan untuk menjaga koneksi komunikasi dari sel ke sel.
PENDAHULUAN

Wireless Propagation
Free Space Loss
Diasumsikan terdapat satu sinyal langsung (line of sight path) sangat mudah
memprediksi dengan free space formula
Reflection
Terdapat sinyal tak langsung datang ke receiver setelah mengalami pantulan
terhadap object. Semakin banyak pantulan yang berkontribusi terhadap besarnya
delay.
Diffraction
Propagasi melewati object yang cukup besar seolah-olah menghasilkan sumber
sekunder, seperti puncak bukit dsb.
Scattering
Propagasi melewati object yang kecil dan/atau kasar yang menyebabkan banyak
pantulan untuk arah-arah yang berbeda (dihamburkan)
Karakterisasi Propagasi

Mobile Radio Propagasi

Large-scale propagation Small-scale propagation

Mean signal Signal Variation


Theoretical approach
Empirical/prediction approach Time Time
Statistical modelling spreading of variation of
(lognormal for large scale path signal channel
loss)

ET-5005, Sistem Komunikasi Selular


Definisi
Fading didefinisikan
sebagai fluktuasi daya di
penerima
Karena perilaku sinyal
pada kanal multipath
adalah acak, maka
analisis fading
menggunakan analisis
probabilitas stokastik
Large Scale Fading
Terdistribusi Fading terjadi karena
Lognormal interferensi atau
Fading
superposisi gelombang
Small Scale Fading multipath yang memiliki
amplitudo dan fasa yang
Terdistribusi Rayleigh / Rician
berbeda-beda
TT4113-Siskomsel-MODUL:03 7
KANAL MULTIPATH FADING
FADING :Fenomena fluktuasi daya sinyal terima akibat adanya
proses propagasi dari gelombang radio.

C
A
Pengaruh fading terhadap
level sinyal terima adalah
D

B
dapat menguatkan ataupun
Transmitter Receiver melemahkan tergantung
phasa dari sinyal resultan
A: direct path
B: reflection
masing-masing path.
C: diffraction
D: scattering

PR

PR_thres

TT4113-Siskomsel-MODUL:03 8
t
0
Large Scale Propagation
Definisi : local mean ( time averaged ) dari variasi sinyal
Large Scale Fading disebabkan karena akibat keberadaan obyek-obyek pemantul
serta penghalang pada kanal propagasi serta pengaruh kontur bumi,
menghasilkan perubahan sinyal dalam hal energi, fasa, serta delay waktu yang
bersifat random.
Sesuai namanya, large scale fading memberikan representasi rata-rata daya
sinyal terima dalam suatu daerah yang luas.
Statistik dari large scale fading memberikan cara perhitungan untuk estimasi
pathloss sebagai fungsi jarak.
Model propagasi yang mempekirakan kuat sinyal untuk jarak transmitter-
receiver yang bervariasi, yang berguna untuk menentukan cakupan radio
transmitter
Daya sinyal terima menurun berbanding terbalik dengan pangkat- terhadap
jarak , dimana umumnya 2 < < 5 (untuk komunikasi bergerak). disebut
Mean Pathloss Exponent
Sebagai dasar untuk metoda prediksi pathloss
Small Scale Propagation

Small scale
Model propagasi yang mengkarakteristikan fluktuasi yang cepat dari
kuat sinyal yang diterima oleh receiver pada jarak dan waktu yang
sangat kecil (hanya beberapa panjang gelombang dan detik)
Flukstuasi sinyal yang cepat disekitar nilai rata-rata (large scale) - nya
Doppler spread berhubungan dengan kecepatan fading (fading rate)
Penyebaran waktu berhubungan dengan perbedaan delay waktu
kedatangan masing-masing sinyal multipath.
Pendekatan Analitik dan Empirik

Mobile Radio Channel Characterisation


Theoretical approach
Free space loss
Plane earth path loss
Diffraction loss
Empirical/prediction approach
Okumura-Hatta- Blomquist-Ladel
Lee- Alsebrook
Egli- Ibrahim Parson
Measurement of large scale and application in coverage prediction
Some examples

ET-5005, Sistem Komunikasi Selular


Model Propagasi Udara bebas
(Free Space Prop.Model)
Model Propagasi yang digunakan untuk memperkirakan
kuat sinyal yang diterima ketika transmitter dan receiver
terdapat jalur LOS

Radiator isotropik yaitu antena ideal yang memancarkan


daya sama besar dengan gain yang tetap ke segala arah.

rugi-rugi jalur transmisi (path loss) didefenisikan sebagai


perbedaan (dB) anatara daya efektif yang ditransmisikan
terhadap daya yang diterima.
Model Teoretis Sederhana

Daya yang diterima melalui gelombang langsung :


2
1
Por
Pt G t G r
4d / l
Pt = Daya pancar
Gt = Gain antena pemacar (BS)
Gt = Gain antena penerima (MS)
d = Jarak pemancar - penerima
l = Panjang gelombang yang dipakai

ET-5005, Sistem Komunikasi Selular


Theoretical approach

Free space formula


Received power density at distance d when Tx antena gain Gt is
WG
Pr t 2t
4d
Wt G t l2 G r
Received power when Rx antenna gain Gt is Wr
4d 2 4
l
2 2
Wr c
Ratio of Rx/Tx power is G tGr G G r

t
Wt 4 d 4 df

Free space path loss is Lp(FS) [dB] = 32.45 + 20 log f + 20 log d

ET-5005, Sistem Komunikasi Selular


Plane earth propagation

Tx Rx
d
ht hr

Ratio of Rx/Tx power is


2
Wr ht hr
Gt Gr 2
Wt d
Path loss model plane earth is
Lp(PE) = 40 log d (10 log Gt+10 log Gr+20 log ht + 20 log hr

ET-5005, Sistem Komunikasi Selular


Diffraction Loss

h (positif)

Tx d1 Rx
d2
d1 d2
Tx Rx
h (negatif)

The difference of path length between direct and diffracted ray is

h 2 d1 d 2
d
2 d1d 2
ET-5005, Sistem Komunikasi Selular
Fresnel zone (path clearance)

The phase difference when h << d1 and h << d2 is


2d 2 h 2 d1 d 2 2
v
l l 2 d1d 2 2
with v is diffraction parameter which can be expressed as

2 d1 d 2 2d1d 2
vh
l d1d 2

l d1 d 2

The n-th Fresnel zone is area between Tx and Rx inside the
ellipsoide with radius of its cross section of rn where

nld1d 2
rn
d1 d 2

ET-5005, Sistem Komunikasi Selular


Diffraction Loss

Diffraction loss can be computed from


0
When v=0 (h=0) diffraction
4
loss is 6 dB above free space loss
8
When v=-0.8 diffraction
12
loss is negligible (56 % of
The 1st Fresnel zone is clear) 16

20

24 v
-3 -2 -1 0 1 2 3
ET-5005, Sistem Komunikasi Selular
Gd(dB) v
0 v<= -1
20 log(0.5-0.62v) [-1,0]
20 log(0.5 e- 0.95v) [0,1]
20 log(0.4-(0.1184-(0.38-0.1v)2)1/2) [1, 2.4]
20 log(0.225/v) > 2.4
Long distance path loss model

The average large-scale path loss for


an arbitrary T-R separation is d n
expressed as a function of distance by PL(d ) ( )
using a path loss exponent n: d0
The value of n depends on the d
propagation environment: for free
PL(dB) PL(d 0 ) 10n log( )
space it is 2; when obstructions are d0
present it has a larger value. Equation 11
do = is the close-in reference
distance which is determined from
measurement close to transmitter
PL(d ) denotes the average large - scale path loss
in large coverage cellular system,
1 km references distance are at a distance d (denoted in dB)
commonly used
whereas in microcellular systems,
much smaller distances (such as
100 m or 1 m) are used

TT4113-Siskomsel-MODUL:03 20
Path Loss Exponent for Different
Environments
Environment Path Loss Exponent,
n
Free space 2
Urban area cellular radio 2.7 to 3.5
Shadowed urban cellular 3 to 5
radio
In building line-of-sight 1.6 to 1.8
Obstructed in building 4 to 6
Obstructed in factories 2 to 3
TT4113-Siskomsel-MODUL:03 21
Model Propagasi Outdoor
KLASIFIKASI DAERAH
DAERAH URBAN ( PERKOTAAN ) :

gedung-gedung yang terdapat didaerah tersebut berkerangka


logam dan beton tebal sehingga membatasi propagasi radio
melalui gedung
Gedung-gedung tinggi (<5 lantai utk medium&small city dan >=5
lantai utk metropolitan) sehingga kemungkinan terjadinya difraksi
pada propagasi sinyal sangat kecil
sinyal radio dalam perambatannya mengalami pantulan dengan
redaman tertentu
redaman oleh pepohonan (foliage loss) diabaikan karena
pepohonan sangat jarang
kendaraan yang bergerak banyak sehingga menyebabkan
prubahan karakterisktik kanal secara kontinu

TT4113-Siskomsel-MODUL:03 22
2. DAERAH SUB-URBAN .

Tingkat halangan lebih redah dibandingkan daerah


urban
gedung-gedung relatif lebih rendah, sehingga sinyal
radio mengalami difraksi oleh puncak gedung
jalan-jalan lebar
kecepatan pergerakkan kendaraan lebih tinggi
diabndingkan daerah urban

3. DAERAH RURAL (OPEN AREA)


Dengan lingkungan sawah, padang rumput.
kuat sinyal yang diterima lebih besar dibandingkan
daerah urban dan sub urban, karena jaran terdapat
penghalang

TT4113-Siskomsel-MODUL:03 23
Okumura Model

Okumura develop propagation model based on extensive signal


measurements in Kanto (near Tokyo) areas.

Propagation environments are classified into:


Urban areas (highly dense populated areas)
Suburban areas (moderate population)
Open/rural areas (few population, rare building/structure)

Okumura develop propagation loss (mean and variance) in the form of


curves of propagation loss vs distance for different parameters, such as
frequencies, antenna heights, ground curvature/undulation, etc).

Okumura curves often used by others to construct mathematical models.

ET-5005, Sistem Komunikasi Selular


TT4113-Siskomsel-MODUL:03 25
Okumura Model
L50(d)(dB) = LF(d)+ Amu(f,d) G(hte) G(hre) GAREA
L50: 50th percentile (i.e., median) of path loss
LF(d): free space propagation pathloss.
Amu(f,d): median attenuation relative to free space
Can be obtained from Okumuras emprical plots shown in the book (Rappaport),
page 151.
G(hte): base station antenna heigh gain factor
G(hre): mobile antenna height gain factor
GAREA: gain due to type of environment

G(hte) = 20log(hte/200) 1000m > hte > 30m


G(hre) = 10log(hre/3) hre <= 3m
G(hre) = 20log(hre/3) 10m > hre > 3m
hte: transmitter antenna height
hre: receiver antenna height

Cellular radio planning: Path Loss in dB:


Lfs = 32.44 + 20 log f (MHz) + 20 log d (km)
Pt l2
PL(dB) 10 log 10 log 2 2
TT4113-Siskomsel-MODUL:03 Pr 4 26
d L
Hatta and COST-231 Models

Masaharu Hatta makes use of Okumura model and transform


Okumura curves into Hatta mathematical formulas, therefore the
name of Okumura-Hatta model.

Project COST - 231 in Europe further develop mathematical


formula of Hatta model for use in DCS/PCS frequencies (1800
MHz).

Hatta model is valid for urban area, and corrections factors are
provided for suburban and open areas.

Hatta dan COST-231 models are the most common models used in
cellular system due to their simple use with reasonable accuracy.

ET-5005, Sistem Komunikasi Selular


Hata Model
Valid from 150MHz to 1500MHz
A standard formula
For urban areas the formula is:
L50(urban,d)(dB) = 69.55 + 26.16logfc - 13.82loghb a(hmu) +
(44.9 6.55loghb) log d
where
fc is the ferquency in MHz
hb is effective transmitter antenna height in meters (30-200m)
hmu is effective receiver antenna height in meters (1-10m)
d is T-R separation in km
a(hmu) is the correction factor for effective mobile antenna height which is
a function of coverage area

TT4113-Siskomsel-MODUL:03 28
29
30
31
TT4113-Siskomsel-MODUL:03
Personal Communication System (PCS) Extension to hatta Model
The European Cooperative for Scientific and Technical research
(EURO-COST) formed COST 231 working committe to develop
an extended version of the Hatta Model

Daerah urban
L50(u) = C1+ C2 log ( f ) - 13,82 log (hb) a (hm) + { 44,9 6,55log (hb) } log (d).

Dimana :
f = frekuensi (MHz)
hb = tinggi antena BTS (m)
hm = tinggi antena MS (m)
d = jarak antara BTS MS (km)
C1 = 69,55 untuk 400 <= f <= 1500
= 46,3 untuk 1500 < f <= 2000
C2 = 26,16 untuk 400 <= f <= 1500
= 33,9 untuk 1500 < f <= 2000

a(hm) = {1,1log (f) - 0,7} hm {1,56 log(f) 0,8 }


TT4113-Siskomsel-MODUL:03 33
Daerah dense urban
Model Hata pada daerah urban berlaku rumus sbb :

L50(du) = C1+C2 log ( f )-13,82 log (hb) a (hm)+{ 44,9 6,55log (hb) } log (d)+Cm

Dimana :
f = frekuensi (MHz)
hb = tinggi antena BTS (m)
hm = tinggi antena MS (m)
d = jarak antara BTS MS (km)
C1 = 69,55 untuk 400 <= f <= 1500
= 46,3 untuk 1500 < f <= 2000
C2 = 26,16 untuk 400 <= f <= 1500
= 33,9 untuk 1500 < f <= 2000
Cm = 3 dB

a(hm) = 3,2{ log(11,75hm) } 2 4,97


TT4113-Siskomsel-MODUL:03 34

Anda mungkin juga menyukai