Pendahuluan Neurologi behavior adl ilmu mengenai pengaruh peny otak pd perilaku manusia dan fungsi kortikal luhurnya. Perilaku di sini mencakup perilaku spesifik spt : bahasa, memori, kalkulasi, dan kemampuan visuospatial; dan perilaku yg lebih kompleks mengenai kualitas intelegensi, emosi, dan personalitas Mengaitkan / menghubungkan perilaku manusia dengan susunan saraf pusat. Pengamatan perilaku dari yg sederhana sampai yg komplek,sehingga dapat diambil kesimpulan yg kmd dikaitkan dengan subsistem neuroantaomi (Otak). Fungsi otak manusia sangatlah canggih, dimana kecanggihan ini berkat otak yang tumbuh dan ber kembang mencapai taraf kematangan (maturitas). Maturitas otak ini ditandai oleh terbentuknya spesialisasi dalam fungsi. Artinya otak terbagi-bagi dalam berbagai bagian dan masing-masing bagian mempunyai fungsi khusus. Namun demikian , bagian-bagian otak ini bekerja secara terpadu. Apabila terjadi suatu kelainan pada bagian otak tertentu, maka akan timbul suatu gangguan atau disfungsi yang sesuai dengan fungsi bagian tersebut. Walaupun tidak selalu kelainan pada bagian tadi dapat dibuktikan secara struktural. Perkembangan Otak Pada beberapa minggu pertama, otak janin ber kembang sepesat otak hewan vertebrata. Tetapi setelah berumur sekitar 4 bulan, otak janin berkembang amat pesatnya, terutama bagian luar otak (korteks serebri). Periode berkembang cepat ini berlangsung sampai umur 2 tahun,dimana kecepatan perkembangan otak pada periode ini dapat diamati dari cepatnya otak bertambah berat. 50 gram dalam kandungan menjadi 400 gram pada waktu lahir dan menjadi 1000 gram pada usia 18 bulan. Setelah itu melambat, masa pubertas pria 1375 gram dan wanita 1250 gram. Periode perkembangan cepat otak ini, merupa kan peluang emas yang tidak boleh dilewatkan. Berbagai stimulasi atau rangsangan yang diberikan pada saat ini akan dapat bermanfaat bagi kesempur naan fungsi otak dikemudian hari. Anak perlu banyak bermain; karena bermain adalah proses belajar yang alamiah, disadari atau tidak sebenarnya sangat berpengaruh pada perkembangan otak menuju kematangannya (maturitas). Walaupun sel-sel otak tidak bertambah lagi jumlahnya, tetapi pertumbuhan cabang-cabang sel (dendrit) berlangsung terus. Juga hubungan antar sel melalui cabang-cabang sel ini makin bertambah banyak. Proses belajar dan rangsangan lingkungan ikut berperan dalam hal ini. Kematangan Otak Selain otak tumbuh dan berkembang menjadi bentuk otak manusia pada umumnya, otak juga akan berkembang fungsinya yang akan menjadi ciri khas masing-masing individu. (Perkembangan ontogene tik atau perkembangan individual). Otak terdiri dari dua belahan otak (hemisferium serebri) kanan dan kiri. Di mana pada bayi, fungsi belahan otak kanan dan kiri masih sama; namun lambat laun fungsi belahan otak kanan dan kiri menjadi berbeda. Perkembangan ini menjadi mantap sekitar umur 6-8 tahunan. Kalau diamati, bayi masih menggunakan ke dua belah tangannya untuk memegang suatu benda. Lambat laun anak akan cenderung memakai tangan tertentu untuk melakukan sesuatu. Kecenderungan ini makin tampak pada sekitar umur 6 tahunan. Bersamaan itu pula anak mulai belajar berbicara, berbahasa dan berhitung. Berkat perkembangan otak yang baik, tercapailah kematangan otak manusia dengan ciri-ciri khasnya. Ciri khas ini adalah manusia berdiri tegak pada ke dua kakinya, cenderung menggunakan sebelah ta ngannya, mampu menggunakan bahasa yang kom pleks, dapat menciptakan alat bantu, menggemari se ni musik, tari dan kesenian lainnya. Ciri-ciri khas otak ini oleh karena adanya spesialisasi belahan otak Spesialisasi Hemisfer Setelah otak mengalami perkembangan ontogenetik (individual) maka fungsi dari belahan otak (hemisfer) kanan dan kiri tidak sama. Hemisfer kiri mempunyai kemampuan : Verbal. Berbicara dan berbahasa. Mengucapkan kata dan kalimat. Mengerti pembicaraan. Menyebutkan nama benda dan orang. Mengulang kata dan kalimat. Membaca, menulis, berhitung. Hemisfer kanan mempunyai kemampuan : Kewaspadaan. Mengenal diri dan orang lain. Mengenal situasi dan kondisi setempat. Mengenal kontak mata. Mampu menerima dan memberi peluang. Mengendalikan emosi. Menghayati keindahan dan kesenian Memahami kiasan dan ibarat. Berkhayal dan berspekulasi. Bergaya bahasa , lagu kalimat, penekanan, isarat. Pengamatan ruang, pengamatan lingkungan, pengamatan diri. (Visuospasial). Komponen Fungsi Luhur 1. Kemampuan berbahasa. 2. Daya ingat. 3. Kemampuan Visuospatial. 4. Afek dan emosi. 5. Kemampuan kognisi. Bahasa Orang berkomunikasi dengan sesamanya dengan dua jenis bahasa, yaitu bahasa verbal dan nonverbal. Bahasa verbal menggunakan simbol bahasa dan tatabahasa, dlm bentuk lisan dan tulisan. Bahasa nonverbal menggunakan lagu kalimat dan penekanan pada kata-kata tertentu sewaktu berbicara, gerak-gerik atau isarat mata, tangan, bagian tubuh yang lain yang menyertai suatu pembicaraan, dengan maksud agar lawan bicara dpt lebih mengerti. Bahasa nonverbal dipakai bersamaan dengan bahasa verbal agar isi pikiran dan perasaan yang diutarakan dapat lebih dipahami. Bahasa Verbal Bahasa verbal ialah bahasa yang dipergunakan sehari-hari dengan menggunakan simbol bahasa dan tatabahasa, dalam bentuk lisan dan tulisan. Bahasa verbal berpusat di hemisfer kiri. Hemisfer ini mempunyai kemampuan untuk memantau fungsi berbicara atau bertutur kata (bahasa ekspresif), pemahaman bahasa (bahasa reseptif), menulis dan membaca. Bahasa ekspresif berpusat dibag depan (area Broca), dan bahasa reseptif berpusat dibag belakang (area Wernicke). Membaca dan menulis berpusat di belakang area Wernicke yaitu di girus Angularis. Gangguan berbahasa oleh karena kelainan di area Broca dapat berupa kesulitan berbicara atau bertutur kata, berbicara tidak lancar (non fluent), disebut sebagai : gangguan bahasa ekspresif, afasia motorik, afasia Broca, afasia non fluent. Gangguan berbahasa oleh karena kelainan di area Wernicke dapat berupa kesulitan memahami bahasa, tetapi masih fasih berbahasa, berbicara lancar (fluent), disebut sebagai : gangguan bahasa reseptif, afasia sensorik, afasia Wermicke, afasia fluent. Gangguan / kelainan di girus angularis hemisfer kiri menyebabkan gangguan menulis (dis / agrafia) dan gangguan membaca (dis / aleksia). Bahasa Nonverbal Bahasa nonverbal adalah bahasa yang dipakai bersamaan dengan bahasa verbal dengan tujuan agar isi pikiran dan perasaan yang diutarakan menjadi lebih jelas dan mudah dipahami. Dapat berupa lagu kalimat dan penekanan kata - kata (paralinguistik), juga gerak - gerik anggota tubuh (ekstralinguistik). Bahasa nonverbal berpusat di hemisfer kanan. Kemampuan hemisfer kanan ini antara lain mengatur lagu kalimat (prosodi), memberi penekanan pada kalimat atau kata yang dianggap penting dlm suatu pembicraan. Juga mengungkapkan perasaan emosi (marah, senang, sedih) lewat kalimat / kata. Kemampuan yang lain adalah : Dapat mengekspresi kan wajah, tatapan mata, isarat tangan dan tubuh sewaktu bicara, sehingga pembicaraannya lebih dapat dimengerti oleh lawan bicara. Juga kemampuan menerima dan memberi peluang dalam berbicara. Memakai bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Apabila ada kelainan di hemisfer kanan akan mengakibatkan orang berbicara secara monoton, tanpa lagu dan penekanan, tidak menggunakan tatapan mata dan gerak-gerik tangan sewaktu berbicara, tidak mampu memilih bahasa yang sesuai dg situasi dan kondisi. Memori Memori atau ingatan berhubungan erat dengan proses belajar. Untuk mengingat sesuatu harus mengenal atau mempelajari sebelumnya. Proses belajar adl suatu proses memperoleh informasi baru atau pengetahuan baru. Proses belajar lebih berhubungan dengan proses perekaman. Proses memori adl proses yg menyimpan informasi atau pengetahuan yg diperoleh tadi dlm jangka pendek atau jangka panjang, yg kemudian dpt mencari kembali sewaktu dibutuhkan. Proses memori lebih berhubungan dengan proses pemeliharaan, mengingat dan mendapatkan kembali informasi atau pengalaman yang telah direkam tadi. Memori yang baik menunjukkan dua fungsi, yaitu : 1. Fungsi kamus (menemukan kata dalam penyimpanan) 2. Fungsi ensiklopedi (memberikan penjelasan) Proses mengingat Seseorang yg ingin mengingat informasi yg diterima melalui tiga proses mengingat, yaitu : 1. Belajar (learn) Sebagai proses mengingat untuk memperoleh informasi, penyandian, atau mencatat informasi 2. Retensi Sebagai proses mengingat untuk menyimpan informasi yg telah diperoleh. 3. Retrieval Proses mengingat mencari kembali informasi yg telah disimpan. Proses mengingat tahap pertama Ada dua cara mempelajari informasi, yaitu: Belajar dgn tujuan atau dgn sengaja Di sini membutuhkan upaya untuk belajar sesuatu yg baru dgn sengaja menggunakan strategi tertentu. Belajar dgn kebetulan Cara belajar dgn tidak sengaja dan tidak menggunakan strategi tertentu. Proses mengingat tahap ke dua Tahap ke dua adl menyimpan informasi yg telah dipelajari ke dlm model penyimpanan memori. Ada dua jenis model penyimpanan memori : Model penyimpanan klinis Model penyimpanan psikologis
Model penyimpanan klinis Secara neurologi klinis, model penyimpanan memori berkaitan dgn kondisinya dan terbagi dlm golongan : A. Immediate memory (memori segera) B. Recent memory (memori baru) C. Remote memory / distance memory (memory jarak jauh) A. Immediate memory Adl kemampuan menyimpan memori ttg peristiwa, objek atau gagasan dlm rentang waktu yg sgt pendek; biasanya diukur dgn tes rentang digit. Contoh : disebutkan digit 7, 8, 3, 5, 2, 9, 4, 1; subjek diminta utk mengulangi urutan digit tsb. Orang normal dpt mengulang minimal 6 digit. B. Recent memory Adl kemampuan untuk menyimpan item dlm memori jangka panjang. Ada bbrp evaluasi yg dipergunakan, antara lain : Menanyakan pagi td sarapan apa, atau memberikan bbrp kata untuk diingat kembali. Orang normal dpt mengingat kembali 4 kata stlh sepuluh menit. C. Remote memory Adl kemampuan meyimpan memori dlm jangka waktu yg lama, evaluasinya dilakukan dgn menanyakan pertanyaan berkenaan dgn peristiwa penting yg dialami dlm hidupnya atau peristiwa dunia.
Model penyimpanan psikologis Scr psikologis model penyimpanan memori berkaitan dgn rentang waktu memori yg dpt dipertahankan; terbagi dlm 3 golongan : A. Sensory memory B. Short term memory (memori jangka pendek, memori primer) C. Long term memory (memori jangka panjang, memori sekunder) A. Sensory memory Adl persepsi rangsangan visual, auditoris, olfaktoris, dan taktil yg diterima scr mengambang. Apabila salah satu rangsangan sensori td memperoleh perhatian, maka rangsangan td akan masuk dlm memori jangka pendek, dan dpt diingat dlm waktu yg lebih panjang. Contoh : Pd suatu percakapan berlangsung, maka orang akan merasakan beberapa rangsangan panca indera scr bersamaan (suara, cahaya, bau-bauan, rasa udara). Apabila saat itu ada suara AC yg gemuruh dan memperoleh perhatian, maka rangsangan tadi akan masuk dlm memori jangka pendek dan teringat oleh orang tadi. Maka dia akan mengatakan bahwa saat itu percakapan agak terganggu oleh karena suara gemuruh AC B. Short term memory Adl penyimpanan smtr peristiwa yg diterima dlm waktu sekejap (dlm waktu bbrp detik menit). Tes klasik utk mengukur memori jangka pendek adl membacakan atau memperlihatkan sederetan huruf, angka, kata, dan sgr harus diingat dan diulang kembali oleh subjek. Memori jangka pendek tdk permanen, akan terhapus dlm waktu pendek, kecuali diupayakan scr khusus spt mengulang-ulang. Masalah memori jangka pendek yg penting dlm kehidupan sehari-hari adl model memori kerja. Memori kerja adl penyimpanan smtr informasi yg dibutuhkan utk aktivitas spt belajar, memberikan alasan dan pemahaman. Mekanisme memori kerja adl penggabungan antara fungsi memori yg dipantau oleh lobus temporalis dan fungsi eksekutif di bagian lobus frontalis. Fungsi eksekutif terdiri dari kemampuan utk merencanakan, mengorganisasi, dan melaksanankan sesuatu. Oleh karena itu memori kerja sgt berkaitan dgn kemampuan memori dlm aktivitas kehidupan sehari-hari. Contoh : Seseorang yg sedang melakukan percakapan dgn orang lain, dia harus mengingat-ingat materi percakapan dan saat itu jg harus memikirkan masalah lain yg terkait dgn materi tsb, agar dlm percakapan berikutnya dpt melanjutkan untuk membahas materi yg sama, tidak menyimpang ke materi yg lain. Untuk lebih lama mengingat informasi yg masuk dlm memori jangka pendek, perlu dilakukan pemgulangan daqn menaruh perhatian pd informasi tsb. C. Long term memory Informasi yg masuk dlm memori jangka panjang mrpk semua pengetahuan yg kita ketahui. Agar dpt diingat lebih lama lg, bahkan menjadi bank memori yg permanen, maka informasi harus lebih sering diulang-ulang. Namun demikian tdk semua informasi benar- benar permanen, ada sebagian yg hilang atau dihapus oleh waktu. Informasi dan pengetahuan yg tdk dpt dilupakan seumur hidup tersimpan dlm memori jangka panjang melalui konsolidasi yg cukup intensif. Contoh : Nama sendiri, nama teman-teman lama, kejadian masa kecil, dsb. Konsolidasi memori mencakup dua proses: Proses pemindahan (transfer) materi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang, atau pemindahan langsung dari memori sensori dan memori jangka panjang. Proses konsolidasi memori ke dlm penyimpanan (storage) Proses ini membutuhkan waktu lebih lama dan upaya keras agar materi memori menjadi permanen. Pd proses ini tjd perubahan struktur dlm sistem susunan saraf pusat, dan inilah yg menyebabkan penyimpanan menjadi permanen dan dpt diingat seumur hidup. Materi informasi yg tersimpan dlm pusat memori jangka panjang dpt berbentuk : Memori deklaratif terdiri dari : Memori episodik yg mempunyai kemampuan utk menyimpan dan menceritakan ulang pengalaman pribadi yg berkaitan dgn waktu dan tempat. Memori semantik yg mempunyai kemamouan utk menyimpan dan menceritakan ulang masalah yg berkaitan dgn pengetahuan dunia bahasa, dan konsep. Contoh : Seseorang yg pernah mempelajari tg sejarah pangeran Diponegoro; apabila suatu ketika dia ditanya ttg materi yg terkandung dan kapan kejadiannya; maka dia akan lebih mudah mengingat ttg siapakah Pangeran Diponegoro itu dan apa yg diakukannya, daripada mengingat kpn dan di mana kejadiannya.
Memori prosedural mempunyai kemampuan menyimpan ketrampilan motorik yg pernah dipelajari dan dilakukannya berulang-ulang. Contoh : ketrampilan bersepeda, bermain musik, bermain komputer, dsb; yg tdk akan terlupakan selamanya. Prosepenyimpanan tahap ke tiga Tahap akhir proses memori adl retrieval (mengingat atau mengambil kembali memori). Tahap ini membutuhkan akses pengambilan sandi, materi yg berada dlm simpanan memori jangka panjang diambil dan dimasukkan ke dlm memori jangka pendek. Masalahnya adl apakah materi yg diambil kembali akan berbentuk sama spt saat materi disimpan, ataukah sudah berbeda karena mengalami transformasi. Artinya materi dpt diingat kembali utuh spt apa adanya atau hanya intinya saja. Proses lupa Ada tiga kelompok model klasik proses lupa : 1. Model pertama Lupa tjd karena adanya informasi yg lenyap karena waktu, ibarat pantai pasir yg terhapus oleh gelombang ombak karena tdk terlindungi scr kontinyu. Scr praktis dikatakan apabila informasi tdk dipakai maka informasi tsb akan dilupakan. 2. Model ke dua Teori Hebb menyatakan bahwa pengulangan dan pengalaman menimbulkan perubahan struktur dlm otak, menyebabkan sel otak aktif melepaskan muatan listrik dan merangsang sel- sel lain. Proses itu berlanjut trs walaupun stimulasi fisik itu sudah lewat. Sel-sel yg terangsang terlibat dalam sirkit yg membentuk sebuah memori (konsolidasi). Apabila oleh sesuatu hal proses konsolidasi itu terganggu maka memori utk peristiwa tsb tdk lengkap. 3. Model ke tiga Teori interfrensi, yg menyatakan bahwa pengalaman baru dpt mengganggu memori yg lama. Sebaliknya pengalaman lama dpt jg mengganggu memori yg baru.
Faktor yg mempengaruhi memori
Kemampuan memori dipengaruhi oleh bbrp hal: 1) Usia 2) Pendidikan 3) intelegensi 4) Konsep diri 5) Kesehatan 6) Motivasi 7) Strategi memori Visuospatial Kemampuan visuospasial berkaitan dengan fungsi pengamatan diri dan lingkungan serta persepsi (pengamatan yang menimbulkan pengenalan dan pemahaman), berpusat di hemisfer kanan. Gangguan Persepsi Visual: 1. Pengabaian ruang / hemispatial neglect. Pasien mengabaikan keadaan salah satu sisi ruang. 2. Penyangkalan / Anosognosia. Pasien menyangkal kalau tungkai kirinya lemah.
3. Tidak mengenal Lingkungan / Environmental Agnosia. Pasien mengalami kesulitan dalam mengenali lingkungan yang dahulu telah dikenalnya. 4. Tidak mengenal wajah / Prosopagnosia. Pasien tidak mengenali wajah teman-teman, bahkan anggota keluarga sendiri. Tetapi dapat mengenal oleh karena suaranya. Gangguan gerakan visual / Visuomotor disorder. Gerakan menjadi tidak sempurna karena adanya gangguan orientasi ruang. Tidak mengenal jarak, atas-bawah, depan-belakang, kiri-kanan. Disfungsi ini dapat berupa : 1. Gangguan konstruksi. / Apraksia konstruksi. Orang tidak dapat menggambar secara spontan atau mengkopi model bentuk. 2. Gangguan berpakaian / Apraksia berpakaian. Orang mengalami kesulitan dalam berpakaian karena ia tidak mengenal bagian-bagian dari pakaian tersebut. Afek dan Emosi Yang dimaksud afek dan emosi di sini adalah prosodi atau lagu dalam kalimat pembicaraan, pemahaman pembicaraan yang bersifat afektif, pengenalan ekspresi wajah afektif. Afek dan emosi berpusat di hemisfer kanan. Sehingga kelainan di hemisfer kanan dapat menyebabkan orang menjadi sukar berbicara dengan lagu kalimat yang baik, sukar mengungkapkan isi pikiran yang mengandung kemarahan, kegembiraan atau kesedihan. Juga tidak mengenali raut wajah orang yang sedang marah, gembira atau sedih. Kognisi Cara berpikir hemisfer kanan dan kiri berbeda. Hemisfer kiri analitis, linier dan bertahap dan dasarnya adalah kecerdasan. Hemisfer kanan intuitif, holistik, garis besar, menyelesiakan masalah sekaligus dan dasarnya adalah kreativitas. Gangguan kognisi : Tidak dapat menjabarkan peribahasa. Tidak dapat mengenal persamaan, kalkulasi, konsep. Afasia Gangguan berbahasa lazim disebut afasia. Menurut Rosenbek J.C, La Pointe L.L, dan Wertz R.T, (1989) afasia adl suatu gangguan atau kerusakan yg didapat dan baru tjd dari SSP, yg menyebabkan ketidakmampuan utk mengerti dan merumuskan bahasa. Hal ini mrpk gangguan multi modal yg diperlihatkan dgn berbagai kelemahan di dlm pengertian auditorik, membaca, bahasa yg diutarakan scr oral ekspresi, dan menulis. Bahasa yg terganggu ini dpt dipengaruhi oleh ketidakberdayaan fisiologis atau gangguan kognisi tetapi tdk dpt dijelaskan akibat demensia, hilangnya sensorik atau disfungsi motorik. Sidiarto (1992) menyimpulkan jabaran afasia sbb: 1. Disebabkan oleh kelainan otak yg parsial 2. Mrpk gangguan semua modalitas bahasa 3. Mrpk gangguan penggunaan dan pengenalan simbol 4. Kehilangan kemampuan membuat formulasi, menyatakan, dan membuat kata-kata ucapan 5. Gangguan membaca dan menulis 6. Bukan gangguan mekanisme neuro muskular wicara 7. Bukan gangguan fungsi intelektual Anatomi Afasia Susunan saraf pusat yg ikut berperan dlm gangguan bahasa adl otak besar (hemisfer kiri hemisfer dominan) Espir dan Rose (1970) menemukan area bicara di daerah korteks serebri hemisfer dominan yg memantau fungsi wicara dan bahasa. Area tsb meliputi bagian plg bawah girus presentralis (area broca) dan postsentralis, girus supramarginalis dan angularis, girus parietalis inferior dan bagian atas lobus temporalis superior. Daerah ini oleh Benson (1979) lebih suka disebut sebagai area bahasa, karena memang daerah yg memantau kemampuan bahasa. Scr umum daerah ini terletak di sekitar Sulkus Sylvian Hemisfer kiri, ok itu disebut sbg area perisylvian. Daerah ini disuplai darah dari a. sylvian cabang dari a. serebri media. Di sekitar daerah ini disebut dgn area peralihan atau borderzone. Apabila mengacu kpd dua jenis afasia (afasia fluen atau afasia Wernicke dan afasia non fluen atau afasia Broca) maka scr neuro anatomis area bahasa dibagi mnjd anterior dan posterior (dpisahkan oleh fisura Rolandi). Bagian anterior memantau afasia Broca, bagian posterior memantau afasia Wernicke. Sindroma Afasia Bermacam-macam jenis afasia telah diketahui, di mana masing-masing jenis afasia mempunyai gjl yg tidak sama dan kump gjl (sindroma) ini mempunyai gambaram tersendiri utk masing- masing afasia. Banyak cara pemeriksaan utk menentukan maca- macam afasia, namun scr klinis neurologis didasarkan pada klasifikasi Benson (1979) dan klasifikasi Krishner (1982). Klasifikasi Benson Sindroma Afasia Perisylvian Afasia Broca Afasia Wernicke Afasia Konduksi Sindroma Afasia Borderzone Afasia Transkortikal Motorik Afasia Infark Serebral Anterior Afasia Transkortikal Sensorik Afasia Transkortikal Campuran Sindroma Afasia Subkortikal Afasia Talamik Afasia Striata Afasia lesi zat putih Sindroma Afasia tak terlokasi Afasia Anomik Afasia Global
Afemia Tulikata murni Aleksia wicara Salah nama non afasia
MenurutKrishner (1982) utk menentukan sindrom afasia perlu dikaji kemampuan modalitas bahasa. Bicara spontan Pengertian auditif Penamaan Pengulangan Membaca Menulis Bicara spontan Pada pasien afasia bicara spontan bisa lancar (afasia fluent) dan tidak lancar (afasia non fluen). Utk membedakan dua jenis afasia ini dpt dipakai evaluasi Watson.
A. Non Fluen A. Fluent
Ciri-ciri (Broca) (Wernicke) Kecepatan Menurun Normal bicara Upaya bicara Meningkat Normal Meningkat / Banyak bicara Menurun logorea Prosodi Disprosodi Normal Pengertian auditif Yg dimaksud adl apakah seseorang dpt mengerti dan memahami permintaan atau perintah dari pemeriksa, misalnya dapat menunjukkan objek yg disebut pemeriksa, atau melaksanakan isi perintah dari yg sederhana sampai yg lebih kompleks. Penamaan Apakah pasien dpt atau menyebutkan nama, baik orang, benda yg diperlihatkan kepadanya. Secara umum kesulitan pada modalitas ini disebut anomia Pengulangan Yaitu kemampuan utk mengulang kata atau kalimat yg disebutkan pemeriksa, mulai dari yg sederhana sampai kalimat yg panjang. Perlu diingat bahwa kegagalan kemampuan ini dpt disebabkan jg ok gangguan pengenalan atau artikulasi. Membaca Dinilai dgn melihat kemampuan seseorang utk mengerti tulisan, baik berupa simbol, kata, ejaan, kalimat maupun paragraf. Menulis Dinilai mengenai mekanisme atau kemampuan menulis serial alfabet, dikte huruf, kata maupun kalimat. Dengan mengkaji kemampuan mobilitas di atas tsb kita dpt menegakkan tipe sindroma afasia. Sbg implikasi utk menghubungkan sindroma afasia dgn kemampuan modalitas bahasa dapat dipergunakan klasifikasi Krishner yg telah dimodifikasi. Pada tabel klasifikasi Krishner berikut ini dpt dilihat gangguan modalitas yg tjd pd berbagai macam sindroma afasia di atas. Dgn melihat dan menelaah perbedaan-perbedaan kemampuan bahasa di atas dpt ditentukan diagnosa tipe afasia. Saran Krishner dlm mengevaluasi penderita: Pemeriksa hrs yakin adanya riwayat bhw gangguan tsb didapat, misalnya kemampuan berbicara dan berbahasa sebelum sakit utuh. Kriteria batasan afasia hrs difahami, terutama bhw afasia adl disfungsi berbahasa dan bkn disfungsi artikulasi atau motorik. Pemeriksa hrs mampu utk membedakan afasia dgn gangguan kognisi umum atau gangguan psikiatrik fungsional. Jenis Bicara P.Auditif Penamaan Ulang Baca Tulis Broca NF/Mutisme + - - + - Wernicke F/Parafasia - - - - - Global NF/Mutisme - - - - - F/Parafasi Konduksi + +/- - + + Literal Anomik F/Sirkumlok + - + + + Tran.Kortik NF/Gagap + +/- + + + Motorik Tran.Kortik F/Parafasia/ - - ++ - +/- Sensorik Sirkumlok Aleksia + <Normal + +/- + - - Agrafia Aleksia Normal + +/- + - + Agrafia Di samping gjl yg khas pd gangguan modalitas bahasannya, pd setiap sindroma afasia dpt jg dijumpai gangguan penyerta lainnya yg akan dijelaskan berikut ini :
Sindroma Afasia Broca
Disebut jg afasia motorik, afasia ekspresif. Afasia ini plg sering disebabkan oleh CVD, di samping trauma kapitis, neoplasma otak, atau infeksi. Gjl utama berupa kesulitan bertutur. Letak lesi di hemisferium kiri (dominan) tepatnya di operkulum lobus frontal dan parietal yg di perdarahi a.serebri media superior kiri. Sindroma Infark Area Broca. Letak lesi afasia ini lebih kecil dan prognosis sembuhnya lebih baik, hanya saja di sini modalitas pengertian auditifnya dpt terganggu.
Sindroma Afasia Wernicke
Memiliki nama lain afasia sensoris, afasia reseptif, afasia akustis. Ciri khasnya adl curah bicara yg fluen bahkan dpt logorea dan adanya parafasia terutama parafasia verbal. Letak lesi di girus temporalis superior hemisferum kiri, hal ini yg menyebabkan sindroma afasia ini umumnya tdk disertai hemiparesis. Bentuk afasia yg lebih berat disebut afasia jargon, di mana lesinya lebih luas dan parafasinya lebih banyak sehingga bicaranya disebut Gado-gado bahasa Skizofrenia. Sindroma Afasia Global Istilah global atau total dipakai karena semua aspek modalitas bahasa pd sindroma ini terganggu. Kelainannya luas atau multipel di hemisferium kiri (anterior maupun posterior) yg dipasok oleh a.serebri media. Karena kerusakan yg luas ini dpt menyertai adanya hemiparesis, hemi anesthesia, dsb. Prognosis lebih buruk, akibat terganggunya hampir semua kemampuan bahasa. Sindroma Afasia Konduksi Disebut jg sbg afasia sentralis. Gjl yg plg menyolok adl dlm modalitas pengulangan, namun pengertian auditifnya msh baik. Pd curah bicaranya bs tjd parafasia literal. Lesi terdapat di fasikulus arkuatus hemisferium kiri. Sindroma Afasia Anomik Nama lainnya adl afasia nominal, afasia amnestis. Adl afasia dan gjl utama anomia, yaitu kesulitan menemukan kata dgn ciri khas dpt menunjukkan objek ttp tdk dpt menyebutkan namanya. Keadaan ini dpt tjd pd keadaan non afasia, spt demensia maupun pd keadaan fisiologis (Beningn forgetfulness). Macam-macam anomia : 1. Anomia produksi kata 2. Anomia memilih kata 3. Anomia semantik 4. Anomia khusus kategori Sindroma Afasia Transkortikalis Motorik (SATM). Disebut jg sindroma isolasi anterior atau afasia dinamis. Berciri khas pengulangan kalimat yg panjang tnp salah walaupun bicara spontannya terbata-bata dan sulit. Letak lesi di daerah frontal kiri regio para sagital superior dan regio frontal posterior inferior yg disuplai a.serebri anterior. Kebanyakan afasia ini disertai hemiparesis kontra latetral, di mana tungkai lebih berat dari lengan.
Sindroma Afasia Transkortikalis Sensorik
Yg menonjol pd afasia ini adl kemampuan mengulang yg baik dan nyaris sempurna dgn adanya ekholalia. Bila terdapat gjl neurologik biasanya ringan. Letak lesi tdk begitu jelas, dpt mengenai borderzone parietal, temporal atau kombinasi keduanya. Sindroma aleksia dan Agrafia Aleksia adl kehilangan kemampuan untuk mengerti kata-kata atau kalimat yg ditulis (membaca). Agrafia adl ketidakmampuan utk menghasilkan bahasa tulis akibat gangguan di otak. Pada sindroma aleksia dgn agrafia pasien tdk dpt membaca dan menulis. Sedangkan aleksia tanpa agrafia pasien tdk dpt membaca ttp dpt menulis, tipe yg terakhir ini disebut aleksia murni. Sindroma Afasia Subkortikal Sindroma afasia tdk hanya tjd akibat gangguan di korteks serebri ttp jg dpt terjadi di subkorteks serebri. Biasanya akibat perdarahan intra serebri. Dpt tjd afasia talamik, striatal tergantung pd letaknya. Pd sindroma afasia talamik dicirikan dgn curah verbal yg banyak parafasia dgn pengertian auditifnya yg cukup baik dan pengulangan yg normal. Prognosis umumnya baik. Defisit neurologis spt hemiparesis dpt dijumpai. Kesimpulan Afasia mrpk kelainan dasar dr fungsi luhur sbg fungsi SDM. Afasia srg dijumpai sbg gjl dr stroke, cedera kepala maupun kerusakan otak lainnya dan diperkirakan frekwensinya akan meningkat sejalan dgn insiden penyakit / gangguan di otak. Dgn sindromologi afasia dpt ditentukan jenis afasianya dan dpt diperkirakan scr umum letak kelainannya di otak. Masalah afasia bukanlah masalah yg sederhana baik dlm diagnosa maupun penanganannya. Perlu pemahaman yg lebih mendalam mengenai afasia Demensia Adlkumpulan gjl klinik yg disebabkan oleh berbagai latar belakang peny dan ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek dan gangguan global fungsi mental, termasuk fungsi bahasa, mundurnya kemampuan berfikir abstrak, kesulitan merawat diri sendir, perubahan perilaku, emosi labil, dan hilangnya pengenalan waktu dan tempat (PERDOSSI) Definisi lain menyebutkan bhw demensia adl gangguan kognisi yg ditandai dgn kemunduran intelektual tnp adanya gangguan tingkat kesadaran atau situasi stress, menimbulkan gangguan dlm pekerjaan, aktivitas harian dan sosial, yg disebabkan oleh berbagai keadaan yg sebagian msh reversible. Menurut Sidiarto kriteria demensia dijabarkan sbg sebuah gangguan intelektual sedemikian berat shg mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan serta defisit tsb hrs multifaset, melibatkan memori, membuat keputusan, pikiran abstrak, dan berbagai wawasan fungsi luhur; wawasan kognitif tsb adl gangguan memori, dan minimal satu diantara gjl berikut : afasia, apraksia, agnosia, atau gangguan fungsi eksekutif. Demensia terbagi dlm : Vaskuler demensia (20%) Kortikal demensia / Alzheimer demensia (50%) Mix demensia (20%) Demensia dpt dijumpai pd pasien gangguan serebro vaskuler, trauma kapitis, infeksi di SSP, epilepsi, tumor serebri, dan hidrosefalus. demensia dpt jg mrpk akibat sekunder dr berbagai peny, misal HIV, gangguan endokrin (hiper- hipotiroidisme, DM), neoplasma, anemia, asthenia, peny jantung, peny kolagen, hipertensi, hiperlipidemia, dan arterisklerosis. Patofisiologi Demensia mungkin lebih sesuai diterangkan lewat sistem saraf asetil kolin, terutama berkaitan dgn R nikotinik. Penurunan kognisi pd demensia alzheimer patofisiologinya berhubungan dgn kerusakan sinap nikotin di otak terutama daerah hipokampus dan korteks. Pd penderita demensia alzheimer tjd penurunan R nikotinik di hipokampus yg berbeda scr bermakna dibandingkan dgn kontrol pd usia yg sebanding. Perry dkk menunjukkan pd korteks entorinal yg kaya akan R nikotinik ternyata rentan thd amiloyd- plaque shg R nikotinik mudah mengalami kerusakan. Kerusakan ini berkaitan dgn mulai timbulnya gjl demensia dan munculnya amiloyd- plaque di daerah hipokampus dan korteks intorinal. Pemberian obat nikotin dpt memperbaiki atensi belajar dan memorinya. Penelitian neuro imaging memperkuat peran R nikotin dlm patofisiologi demensia. Pada pengamatan PET Scan menunjukkan adanya kolerasi linier antara perubahan label C nikotin di korteks temporalis thd penderita demensia alzheimer dgn skor kognisinya. Pemeriksaan Neuropsikologi Meliputi evaluasi memori, orientasi, bahasa, kalkulasi, praksis, visuospatial, dan visuoperseptuol. Mini Mental State Examination (MMSE) dan Clock Drawing Test (CDT) dpt mjd pemeriksaan penapisan, mjd pedoman utk evaluasi lebih lanjut, megetahui adanya disfungsi kognitif, dan menginformasikan penderita, keluarga, atau pengasuhnya, menentukan penata laksanaan berikutnya. Pada pemeriksaan ini hrs dipertimbangkan tingkatan sosial, pendidikan, dan budaya. Pemeriksaan Laboratorium Dilakukanutk mencari etiologi, khususnya demensia yg reversible. Pemeriksaan yg dianjurkan : Pemeriksaan darah lengkap utk mendeteksi kelainan sistemik, termasuk pemeriksaan elektrolit, kalsium, BUN, fungsi hati, hormon tiroid, dan kadar B12. Pd pasien resiko tinggi pemeriksaan utk mendeteksi HIV dan neurosiphilis. Pemeriksaan Neuroimaging CT Scan dan MRI : dpt mendeteksi adanya kelainan struktural. PET Scan dan SPECT : utk pemeriksaan fungsional. Pemeriksaan EEG tdk menunjukkan kelainan yg spesifik, pd stadium lanjut dpt ditemukan perlambatan umum. Penatalaksanaan Farmakologis Pd demensia reversible ditujukan utk pengobatan kausal. Pd demensia vaskuler walaupun tdk dpt disembuhkan ttp dpt dihentikan progresivitas penyakitnya dgn pengobatan thd faktor resiko. Pd demensia alzheimer pengobatan ditujukan utk menghentikan progresivitas penyakitnya. Bbrp obat direkomendasikan : Gol asetil kolin esterase inhibitor, antara lain donopezil, HCl, rivastigmin Obat gol estrogen, meningkatkan aktifitas kholinergik, dpt bersifat anti oksidan yang terbukti dpt memperlambat onset Demensia pada wanita menopose.
Antioksidan, berfungsi menghambat oksidasi
oleh radikal bebas yg berlebihan shg merusak sel neuron PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGIS Ditujukan untk keluarga lingkungan & penderita, al. : Brain Gym : latihan fisik yg dpt memacu aktifitas ialah : - Mengelola faktor resiko - Gizi seimbang - Melaksanakan hobi & aktifitas sosial yg sesuai - Menghilangkan Stress - Melaksanakan LUPA - Orientasi, waktu, tempat, orang