Anda di halaman 1dari 24

MEDIATOR INFLAMASI

BY
FRANKY H. SITEPU
Mediator dapat bersikulasi di dalam plasma atau
dapat dihasilkan secara lokal oleh sel di tempat
terjadinya inflamasi.
Sebagian besar mediator menginduksi efeknya
dengan berikatan pada reseptor spesifik pada sel
target.
Mediator dapat merangsang sel target untuk
melepaskan molekul efektor sekunder.
Mediator hanya dapat bekerja pada satu atau
sangat mempunyai sedikit target, bisa terdapat
perbedaan hasil yang sangat besar bergantung
pada jenis sel yang dipengaruhi.
Fungsi mediator diatur secara ketat.
Diperlukan penyeimbangan mediator karena
sebagian besar mediator memiliki potensi untuk
menimbulkan efek berbahaya.

1. Amina vasoaktif
Histamin
terutama terdapat di dalam sel mast,
meskipun terdapat pada basofil dan trombosit.
dilepaskan sebagai respon terhadap
rangsangan (1) cedera fisik, (2) reaksi imun, (3)
anafilaktosin, (4) protein pelepas histamin yang
berasal dari protein, (5) sitokin tertentu.
menyebabkan dilatasi arteriol.
mediator utama pada peningkatan
permeabilitas fase cepat.
Serotonin
ditemukan di dalam granula padat
trombosit.
efeknya menyerupai histamin.
dilepaskan saat terjadi agregasi trombosit.

2. Neuropeptida
Menginisiasi respon inflamasi.
Mentransmisikan sinyal nyeri, mengatur tonus
pembuluh darah, dan permebialitas vaskuler.
3. Protease plasma
Efek inflamasi diperantarai oleh 3 faktor, yaitu
kinin, sistem pembekuan, dan komplemen.
Ketiga faktor tersebut terkait dengan aktivasi
inisial faktor Hageman (faktor XII pada kaskade
koagulasi).
Aktivasi kinin menyebabkan pembentukan
bradikinin.
Bradikinin menyebabkan peningkatan
permebialitas vaskuler, dilatasi arteriol,
kontraksi otot polos bronkus.
Sistim pembekuan, menginduksi aktivasi
trombin, fibrinopeptida, dan faktor X, semuanya
dengan bahan peradangan.
Trombin memiliki efek bermakna pada banyak
sel dan jalurnya (adhesi leukosit, permebialitas
vaskuler, dan kemotaksis).
Sistem komplemen terdiri atas kaskade protein
plasma yang berperan penting dalam imunitas
dan inflamasi.
Komponen komplemen (C1 C9) terdapat di
dalam plasma dalam bentuk inaktif.
4. Metabolit asam arakhidonat: prostaglandin,
leukotrien, dan lipoksin
Asam arakhidonat (AA) merupakan asam lemak
tak jenuh ganda yang terutama berasal dari
asam linoleat makanan dan terdapat dalam
tubuh.
Metabolit AA disebut dengan eikosanoid,
berperan sentral dalam proses inflamasi.
Proses metabolisme AA terjadi melalui satu atau
dua jalur utama, yaitu:
siklooksigenase, yang mensintesis
prostaglandin dan tromboksan.
lipoksigenase, yang mensintesis leukotrien
dan lipoksin.

5. Faktor pengaktivasi trombosit (PAF)


Dibentuk dari fosfolipid membran neutrofil,
monosit, basofil, endotel, dan trombosit.
PAF memberikan gambaran inflamasi , yaitu
peningkatan adhesi leukosit, kemotaksis,
degranulasi leukosit.
Merangsang sintesi mediator lain, terutama
eikosanoid.
6. Sitokin
Merupakan produk polipeptida (pada dasarnya
merupakan limfosit dan makrofag yang
teraktivasi ).
Dihasilkan selama terjadi respon radang dan
imun.
Sekresinya bersifat sementara dan diatur secara
ketat.
Sitokin secara garis besar dapat dibagi menjadi 5
kelompok berdasarkan cara kerja atau sel
targetnya, yaitu:
sitokin yang mengatur fungsi limfosit,
seperti IL-2.
sitokin yang terdapat pada imunitas
bawaan, yaitu IL-1 dan TNF
sitokin yang mengaktifkan sel inflamasi
(terutama makrofag) selama proses imun yang
diperantarai oleh sel, seperti INF- dan IL-2
kemokin yang memiliki aktivitas kemotaksis
terhadap berbagai leukosit
sitokin yang merangsang hematopoesis,
seperti CSF dan IL-3.
7. Nitrit oksida dan radikal bebas yang berasal dari
oksigen
NO merupakan gas radikal bebas yang mudah
larut dan berumur pendek yang dihasilkan oleh
berbagai sel.
NO mengatur pelepasan neurotransmiter dan
aliran darah.
Makrofag menggunakannya sebagai metabolit
sitotoksik untuk membunuh mikroba dan sel
tumor.
NO hanya dapat mempengaruhi sel didekat
sumber pembentukannya.
NO banyak berperan dalam inflamasi, yaitu:
relaksasi otot polos pembuluh darah
antagonisme semua tahap aktivasi
trombosit (adhesi, agregasi, dan degranulasi)
penurunan rekrutmen leukosit pada
tempat radang
berperan sebagai agen mikrobisidal pada
makrofag teraktivasi.
Radikal bebas dari oksigen disintesis melalui
jalur NADPH oksidase dan dilepaskan dari
neutrofil dan makrofag.
Efek inflamasi dan mediator lainnya
Vasodilatasi
Prostaglandin
Nitrit Oksida (NO)

Peningkatan permebialitas vaskular


Amin vasoaktif (histamin, serotonin)
C3a dan C5a
Bradikinin
PAF (faktor pengaktivasi trombosit)

Kemotaksis, aktivasi leukosit


C5a
Produk bakteri
Kemokin

Demam
IL-1, IL-6, Faktor nekrosis tumor (TNF)
Prostaglandin

Nyeri
Prostaglandin
Bradikinin

Kerusakan jaringan
Enzim lisosom neutrofil dan makrofag
Metabolit oksigen
Nitrit oksida
INFLAMASI KRONIK

BY

FRANKY H. SITEPU
Inflamasi kronik merupakan inflamasi
memanjang dan terjadi inflamasi aktif, jejas
jaringan, dan penyembuhan secara serentak.
Inflamasi kronik ditandai dengan:
Inflamasi sel mononuklear (radang kronik)
yang mencakup makrofag, limfosit, dan sel
plasma
Destruksi jaringan
Repair (perbaikan), melibatkan proliferasi
pembuluh darah baru (angiogenesis) dan
fibrosis.
Inflamasi kronik terjadi pada keadaan:
Infeksi virus
Infeksi bakteri
Pajanan yang lama terhadap agen yang
berpotensi toksik
Penyakit autoimun, misalnya artritis
rheumatoid.
Sel dan Mediator Inflamasi Kronik
Makrofag
Merupakan jaringan yang berasal dari monosit
dalam sirkulasi setelah beremigrasi dari aliran
darah.
Tersebar pada jaringan dan bertindak sebagai
penyaring terhadap bahan berukuran partikel
mikroba dan sel-sel yang mengalami kematian
(disebut juga sistem fagosit mononuklear).
Bekerja juga sebagai sentinel untuk
memperingatkan limfosit T dan B terhadap
rangsangan yang berbahaya.
Pada saat makrofag teraktivasi, makrofag
mensekresi produk-produk aktif yang
menimbulkan tanda-tanda inflamasi kronik,
seperti:
protease asam dan protease netral
komponen-komponen dan faktor
koagulasi
spesies oksigen reaktif dan NO
metabolit AA (eikosanoid)
sitokin, seperti IL-1 dan IFN-.
Limfosit, sel plasma, eosinofil, dan sel mast
Limfosit T dan B
Kedua limfosit dimobilisasi pada keadaan setiap
ada rangsang imun spesifik (yaitu infeksi) dan
pada inflamasi yang diperantarai nonimun (yaitu
karena infark atau trauma jaringan).
Sel plasma
Merupakan produk akhir dari aktivasi sel B yang
mengalami diferensiasi akhir. Sel plasma dapat
menghasilkan antibodi yang diarahkan untuk
melawan antigen di tempat radang.
Eosinofil
Secara khusus ditemukan di tempat radang
sekitar terjadinya infeksi parasit atau sebagai
bagian reaksi imun yang diperantarai oleh IgE,
yang berkaitan khusus dengan alergi.
Sel mast
Merupakan sel sentinel yang tersebar luas dalam
jaringan ikat di seluruh tubuh dan dapat
berperan serta dalam respon inflamasi akut
maupun kronik. Sel mast dipersenjatai dengan
IgE terhadap antigen tertentu dan pemain
utama dari syok anafilatik.
Gambaran Morfologi Inflamasi Akut dan
Kronik

Inflamasi serosa
Ditandai dengan keluarnya cairan yang berair
dan relatif sedikit protein (efusi), dibentuk dari
serum dan sekresi sel mesotelium yang melapisi
rongga pleura, rongga perikard, dan rongga
peritoneum.
Inflamasi fibrinosa
Radang ini terjadi akibat jejas yang lebih berat
Permebialitas vaskularnya lebih besar
memungkinkan molekul yang besar (khusunsya
fibrinogen) masuk kedalamnya.
Inflamasi supurativa (purulen)
Radang ini terlihat dengan adanya sejumlah
besar eksudat purulen (pus) yang terdiri atas
neutrofil, sel nekrotik, dan cairan edema.
Organisme tertentu lebih mungkin menginduksi
supurasi ini sehingga disebut sebagai piogenik.
Abses merupakan sekumpulan pus fokal yang
dapat disebabkan oleh penyemaian organisme
piogenik yang dalam ke dalam jaringan atau
oleh infeksi.
Ulserasi
Menunjukkan tempat inflamasi yang permukaan
epitelnya (seperti kulit, epitel gaster) telah
menjadi nekrotik dan terkikis, sering kali karena
inflamasi akut dan kronik subepitel.
Dapat terjadi karena cedera toksik atau cedera
traumatik pada permukaan epitel, atau
gangguan vaskuler.

Anda mungkin juga menyukai