Anda di halaman 1dari 67

PERTEMUAN 5

PROGRAM LINEAR
STUDI KASUS METODE SIMPLEKS
STUDI KASUS PERMASALAHAN

Oleh : Moh. Mawan Arifin ST.MM


STUDI KASUS METODE SIMPLEKS #1

ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI


DENGAN LINEAR PROGRAMMING MELALUI METODE
SIMPLEKS

Teguh Sriwidadi; Erni Agustina


Management Department, School of Business Management, BINUS University
Jln. K. H. Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta Barat 11480
teguhsriwidadi@ymail.com
STUDI KASUS METODE SIMPLEKS
ABSTRAK

PD Utama Jaya Plasindo merupakan salah satu perusahaan dagang yang


bergerak dalam pengolahan biji plastik. Dalam menjalankan usahanya, PD Utama
Jaya Plasindo memiliki beberapa masalah atau kendala dalam perencanaan
produksi. Fluktuasi permintaan barang yang tidak menentu dari satu periode ke
periode lain menyebabkan kekurangan atau kelebihan produksi. Masalah-masalah
lainnya adalah bahan baku, jam kerja mesin, jam kerja tenaga kerja, dan
permintaan-permintaan akan produk-produk yang dihasilkan.

Analisis menggunakan Metode Simplex yang merupakan salah satu Linear


Programming bertujuan untuk memaksimalkan laba berupa fungsi linear, yaitu
Laba = 37 A + 46 B + 38 C + 46 D dan persamaan linear ketujuh kendala yaitu:
Bahan Baku = 7 A + 5,8 B + 8,6 C + 7,6 D 180.000 gram, Jam Kerja Mesin = 2,5 A
+ 3 B + 2 C + 2,5 D 86.400 detik, Jam Tenaga Kerja = 5 A + 5 B + 5 C + 5 D
115.200 detik, Permintaan GRX 25 = A 2400 pcs, Permintaan GTW 25 = B 7200
pcs, Permintaan GTX 25 = C 3000 pcs, dan Permintaan GTX 25 M = D 6600 pcs.

Total laba keseluruhan yang diperoleh PD Utama Jaya Plasindo dari produk
gesper plastik untuk per harinya yaitu Rp. 837.600 dan untuk per bulannya
dengan 20 hari masa aktif Rp. 16.752.000 dengan asumsi perolehan laba sesuai
dengan fungsi tujuan dan fungsi kendala tetap.

Kata kunci: linear programming, gesper plastik, metode simpleks


PENDAHULUAN

PD Utama Jaya Plasindo merupakan salah satu perusahaan dagang yang bergerak
dalam pengolahan biji plastik. PD Utama Jaya Plasindo memiliki pabrik untuk
kegiatan pengolahan biji plastik dilakukan. Namun demikian, PD Utama Jaya
Plasindo juga memiliki beberapa masalah dalam perencanaan produksi. Fluktuasi
permintaan barang yang tidak menentu dari satu periode ke periode lain
menyebabkan kekurangan atau kelebihan produksi.

Ada kalanya peningkatan permintaan menimbulkan kekurangan barang produksi


sehingga permintaan tidak dapat dipenuhi dengan baik. Hal ini menyebabkan
keuntungan yang diperoleh perusahaan tidak menentu dan terkadang tidak sesuai
dengan harapan pemiliknya. Selain itu, ada kalanya penurunan permintaan yang
menimbulkan kelebihan barang produksi dan terjadi penumpukan.

Dengan mengacu pada hal tersebut, perusahaan perlu melakukan pembenahan


dalam perencanaan produksi agar kegiatan produksi yang dilakukan dapat
memenuhi permintaan pasar secara lebih optimal. Perencanaan produksi yang
dimaksud adalah suatu perencanaan yang memberikan keputusan optimum
berdasarkan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk memenuhi permintaan
akan produk yang dihasilkan
PENDAHULUAN

Hasil pengamatan yang dilakukan di PD Utama Jaya Plasindo, ditemukan permasalahan


perusahaan belum dapat menentukan jumlah produksi yang optimal untuk produk gesper
plastik (berbagai variasi) agar sesuai dengan kapasitas produksi yang dimiliki oleh
perusahaan.

Perusahaan berproduksi sesuai pengalaman produksi masa lalu sehingga terkadang terjadi
kelebihan produksi dan kekurangan produksi. Hal ini dapat memengaruhi perusahaan dapat
memenuhi permintaan konsumen dan perusahaan mencapai keuntungan yang optimal.
Contohnya, jika produksi perusahaan kurang, ada permintaan konsumen yang tidak dapat
dipenuhi maka konsumen akan merasa tidak puas dan perusahaan dapat saja kehilangan
customer.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah apa saja yang menjadi kendala dalam
memproduksi variasi gesper plastik agar memperoleh laba maksimal, bagaimana
perusahaan menentukan jumlah produksi yang optimal untuk variasi gesper plastik agar
sesuai dengan kapasitas produksi yang dimiliki oleh perusahaan, dan berapa hasil produksi
variasi gesper plastik dan laba maksimal yang dapat dicapai dari hasil produksi variasi
gesper plastik.

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.


Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam pengambilan
keputusan untuk alokasi sumber daya (mesin, tenaga kerja, uang, waktu, dan bahan baku),
sehingga bisa berproduksi secara optimal yang akhirnya berdampak pada kepuasan
konsumen
KERANGKA BERFIKIR
Observasi 1
Belum Adanya Penentuan
Jumlah Produksi Yang Optimal
Produk Gesper Plastik

PEMBAHASAN
Analisa Data
1. Perusahaan Menggunakan Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat
Data Produksi Masa Lalu bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan
Yang Tidak Divalidasi untuk alokasi sumber daya (mesin, tenaga kerja,
uang, waktu, dan bahan baku), sehingga bisa
Terlebih Dahulu
berproduksi secara optimal dengan laba optimal
2. Penelitian Akan Mencari sehingga berdampak juga pada kepuasan
Kendala Apa Saja Dalam konsumen
Produksi Gesper
3. Cara Menentukan Kapasitas
Produksi
4. Menentukan Kapasitas Dan
Variasi Gesper Agar Laba
Optimal
TINJAUAN PUSTAKA

Program Linear (Linear Programming)


Program Linear menyatakan penggunaan teknik matematika tertentu untuk
mendapatkan kemungkinan terbaik atas persoalan yang melibatkan sumber yang
serba terbatas. Program Linear adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan
pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara aktivitas yang bersaing
dengan cara terbaik yang mungkin dilakukan. Linear progamming merupakan
suatu teknik yang membantu pengambilan keputusan dalam mengalokasikan
sumber daya (mesin, tenaga kerja, uang, waktu, kapasitas gudang, dan bahan
baku). Linear programming merupakan penggunaan secara luas dari teknik model
matematika yang dirancang untuk membantu manajer dalam merencanakan dan
mengambil keputusan dalam mengalokasikan sumber daya
Sebelum melihat pemecahan program linear, syarat-syarat utama persoalan
program linear dalam perusahaan tertentu harus dipelajari. Berikut ini adalah
syarat pembentukan model program linear: variabel keputusan merupakan unsur-
unsur dalam persoalan yang dapat dikendalikan oleh pengambil keputusan;
persoalan Linear Programming bertujuan untuk memaksimalkan atau
meminimalkan kuantitas (pada umumnya berupa laba atau biaya); fungsi tujuan
(objective function) dari suatu persoalan Linear Programming; tujuan utama suatu
perusahaan pada umumnya untuk memaksimalkan keuntungan pada jangka
panjang (dalam kasus sistem distribusi suatu perusahaan angkutan atau
penerbangan, tujuan pada umumnya berupa meminimalkan biaya); batasan
(constraints) atau kendala, yang membatasi tingkat sampai di mana sasaran dapat
dicapai.
TINJAUAN PUSTAKA
Metode Simpleks (Simplex Method)
Metode ini dikembangkan oleh George Dantzig pada 1946 dan sepertinya cocok
untuk komputerisasi masa kini. Pada 1946 Narendra Karmarkar dari Bell
Laboratories menemukan suatu cara untuk memecahkan masalah program linear
yang lebih besar, sehingga memperbaiki dan meningkatkan hasil dari metode
simpleks. Metode ini menyelesaikan masalah program linear melalui perhitungan
berulang-ulang (iteration) yang langkah-langkah perhitungan yang sama diulang
berkalikali sebelum solusi optimum dicapai. Dantzig (2002) mempublikasikan
Linear Programming dalam suatu jurnal ilmiah.
Metode simpleks merupakan prosedur algoritma yang digunakan untuk
menghitung dan menyimpan banyak angka pada iterasi-iterasi yang sekarang dan
untuk pengambilan keputusan pada iterasi berikutnya. Metode Simpleks
merupakan suatu metode untuk menyelesaikan masalah-masalah program linear
yang meliputi banyak pertidaksamaan dan banyak variabel. Dalam menggunakan
metode simpleks untuk menyelesaikan masalah-masalah program linear, model
program linear harus diubah ke dalam suatu bentuk umum yang dinamakan
bentuk baku. Ciri-ciri dari bentuk baku model program linear adalah semua
kendala berupa persamaan dengan sisi kanan nonnegatif, fungsi tujuan dapat
memaksimumkan atau meminimumkan.
Salah satu teknik penentuan solusi optimal yang digunakan dalam pemrograman
linear adalah metode simpleks. Penentuan solusi optimal menggunakan metode
simpleks didasarkan pada teknik eleminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi
optimal dilakukan dengan memeriksa titik ekstrem satu per satu dengan cara
perhitungan iteratif. Sehingga penentuan solusi optimal dengan simpleks dilakukan
tahap demi tahap yang disebut dengan iterasi.
TINJAUAN PUSTAKA

Bijih Plastik
Secara umum plastik dikategorikan menjadi dua kelompok. Kelompok thermo halus
adalah plastik yang mempunyai sifat jika dipanaskan akan menjadi halus. Jenis
plastik ini sering digunakan karena sifat plastik ini mudah dibentuk sesuai dengan
keinginan. Kelompok thermo kasar adalah plastik yang mempunyai sifat jika
dipanaskan akan menjadi keras dan tidak akan menjadi lunak. Jenis plastik ini
sering digunakan pada industri-industri besar dan juga digunakan pada pesawat
ruang angkasa. Selain pengelompokan plastik tersebut, plastik secara komersial
dikenal dengan berbagai macam nama. Penamaan ini dibuat berdasarkan bahan
penyusunnya. Jenis-jenis plastik tersebut adalah (a) Polyetheen (PE); (b) Poly Vinyl
Chlorida (PVC); (c) Poly Propylen (PP); (d) Poly Methil Meth Acrylaat (PMMA); (e)
Acrylonitrit butadieen Styreen (ABS); (f) Poly Amide (PA); (g) Polyester (Cairan
pengeras dan perapat); (h) Poly Ethen Three (PET)
METODE PENELITIAN
Dalam pelaksanaannya penelitian ini menggunakan metode survei karena
penelitian dilakukan pada populasi besar, tetapi data yang dipelajari adalah data
dari sampel yang diambil dari populasi tersebut. Unit analisis yang dituju adalah PD
Utama Jaya Plasindo terutama pada bagian produksi. Time Horizon yang
digunakan adalah cross sectional (one shot study). Studi one shot merupakan
sebuah studi yang dapat dilakukan dengan data hanya sekali dikumpulkan,
mungkin selama periode bulanan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian.
(Sekaran & Bougie, 2010)

Pembahasan dilakukan dengan analisis terhadap optimalisasi produksi dengan 4


tipe produk melalui konsep Linear Programming untuk memaksimalkan laba.
Tabel 1 menunjukkan operasionalisasi variabel penelitian
METODE PENELITIAN

Tabel 1 menunjukkan operasionalisasi variabel penelitian


HASIL DAN PEMBAHASAN

PD Utama Jaya Plasindo memperoleh bahan baku dari beberapa supplier di


antaranya yaitu PT Tri Mega Jaya Perkasa Plastik, Surya Mas Jaya Plastik, Kana
Plastic, dan beberapa perusahaan penghasil biji plastik. Rata-rata pemesanan
bahan baku biji plastik per bulannya mencapai 60 ton 100 ton tergantung pada
jumlah pemesanan produk dari para customer. Penjualan produk PD Utama Jaya
Plasindo bukan hanya produk sendiri tetapi bisa juga menerima pesanan sesuai
dengan sampel yang diberikan. Penjualan produk sangat beraneka variasi bukan
hanya gesper plastik. Saat ini omzet penjualan bisa mencapai 1 miliar per bulan.

A. Kendala-kendala Produksi PD Utama Jaya Plasindo

Berdasarkan data PD Utama Jaya Plasindo, diperoleh bahwa laba yang diperoleh
atau margin keuntungan per unit barang yaitu:

(1) Total ongkos produksi = (harga bahan baku per kg / ((1000 gram 100 gram) /
gram barang)) + ongkos. Dengan demikian, maka: Total ongkos produksi = (Rp.
5.000/((1000 gram 100 gram)/gram barang)) + ongkos.
(2) Profit = Harga jual Total ongkos produksi. Dengan demikian, maka: Profit =
Harga jual Total ongkos produksi.

Sehingga berdasarkan perhitungan tersebut dapat dibuat suatu persamaan linear,


yaitu:
Laba = 37 A + 46 B + 38 C + 46 D
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kendala Keterbatasan Bahan Baku Biji Plastik

Karena produksi bahan baku biji plastik yang setiap harinya terbatas, bahan baku biji
plastik yang dikirim untuk perusahaan kami pun terbatas. Kadang-kadang bahan
pembuatan biji plastik pun tidak banyak sehingga harga bahan baku biji plastik pun
naik. Biji plastik yang tersedia digunakan untuk memproduksi berbagai macam
produk dan untuk produk gesper plastik pun mengalami keterbatasan. Berdasarkan
data, maka dibuat persamaan linear untuk kendala pertama, yaitu:

Bahan Baku = 7 A + 5,8 B + 8,6 C + 7,6 D (200 kg 10%*200 kg)


= 7 A + 5,8 B + 8,6 C + 7,6 D 180.000 gram
HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Kendala Penggunaan Mesin (Jam Kerja Mesin)

Penggunaan mesin tentu saja memiliki keterbatasan dalam hal jam operasional.
Akan tetapi, pembelian mesin baru membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Kendala
penggunaan mesin yaitu jam kerja mesin adalah 24 jam setiap hari dan 1 kali cetak
membutuhkan waktu 30 detik. Mesin berhenti beroperasi setiap 2 minggu sekali.
Namun demikian, diasumsikan bahwa mesin bisa berkerja setiap hari; dan rumus
dalam menghitung jam kerja mesin dalam memproduksi setiap gesper plastik, yaitu:

Berdasarkan hasil perhitungan jam kerja mesin untuk masing-masing produk, maka
didapatkan persamaan linear untuk kendala kedua, yaitu:

Jam Kerja Mesin = 2,5 A + 3 B + 2 C + 2,5 D 86.400 detik (24 jam * 60 menit * 60
detik)
HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Kendala Keterbatasan Jam Kerja Tenaga Kerja

Kendala keterbatasan jam kerja tenaga kerja yaitu jam kerja dari setiap tenaga kerja
yaitu 12 jam (terbagi atas 2 shift, yaitu siang pukul 07.00 s/d 19.00 dan malam pukul
19.00 s/d 07.00). Setiap tenaga kerja diperkirakan membutuhkan waktu 5 detik untuk
memotong 1 buah gesper, jam aktif diasumsikan 8 jam, dan jumlah pekerja yang
membantu dalam memotong ada 4 orang. Untuk penambahan tenaga dinilai kurang
efisien karena pekerja tidak akan bekerja maksimal. Jadi berdasarkan data yang
ada, dibuat persamaan untuk kendala ketiga, yaitu:

Jam Tenaga Kerja = 5 A + 5 B + 5 C + 5 D 115.200 detik (4 orang * 8 jam kerja aktif *


60 menit * 60 detik)
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Kendala Perkiraan Permintaan GRX 25

Ada kendala permintaan karena tidak semua produk bisa diserap oleh pasar atau
dengan kata lain tidak laku dijual. Bauran produk dibutuhkan agar produk yang
diproduksi tidak menumpuk dan bisa terjual sesuai dengan perkiraaan permintaan.
Berdasarkan hal itu, konsep Linear Programming sangatlah dibutuhkan untuk
melihat bauran produk yang bagaimanakah yang seharusnya diproduksi PD Utama
Jaya Plasindo agar dapat memaksimalkan laba.
Kendala perkiraan permintaan GRX 25 dihitung berdasarkan rata-rata permintaan
setiap bulannya dan dibagi 20 hari (hari aktif). Rata-rata permintaan produk setiap
bulan adalah total permintaan selama 18 bulan / 18 bulan. Rata-rata permintaan
produk setiap hari adalah Rata-rata permintaan setiap bulan / 20 hari.

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah permintaan untuk produk GRX 25, maka
didapatkan persamaan linear untuk kendala keempat, yaitu:

Permintaan GRX 25 = A 2400 pcs


HASIL DAN PEMBAHASAN

5. Kendala Perkiraan Permintaan GTW 25

Kendala perkiraan permintaan GTW 25 dihitung berdasarkan rata-rata permintaan


setiap bulannya dan dibagi 20 hari (hari aktif). Rata-rata permintaan produk setiap
bulan adalah Total permintaan selama 18 bulan / 18 bulan. Rata-rata permintaan
produk setiap hari adalah Rata-rata permintaan setiap bulan / 20 hari.

Jadi berdasarkan hasil perhitungan jumlah permintaan untuk produk GTW 25, maka
didapatkan persamaan linear untuk kendala kelima, yaitu:

Permintaan GTW 25 = B 7200 pcs


HASIL DAN PEMBAHASAN

6. Kendala Perkiraan Permintaan GTX 25

Kendala perkiraan permintaan GTX 25 yang dihitung berdasarkan rata-rata


permintaan setiap bulannya dan dibagi 20 hari (hari aktif). Rata-rata permintaan
produk setiap bulan adalah Total permintaan selama 18 bulan / 18 bulan. Rata-rata
permintaan produk setiap hari adalah Rata-rata permintaan setiap bulan / 20 hari.

Jadi berdasarkan hasil perhitungan jumlah permintaan untuk produk GTX 25 maka
di dapatkan persamaan linear untuk kendala keenam, yaitu:

Permintaan GTX 25 = C 3000 pcs


HASIL DAN PEMBAHASAN

7. Kendala Perkiraan Permintaan GTX 25 M

Kendala perkiraan permintaan GTX 25 M dihitung berdasarkan rata-rata permintaan


setiap bulannya dan dibagi 20 hari (hari aktif). Rata-rata permintaan produk setiap
bulan adalah Total permintaan selama 18 bulan / 18 bulan. Rata-rata permintaan
produk setiap hari adalah Rata-rata permintaan setiap bulan / 20 hari.

Jadi berdasarkan hasil perhitungan jumlah permintaan untuk produk GTX 25 M


maka didapatkan persamaan linear untuk kendala ketujuh, yaitu:

Permintaan GTX 25 M = D 6600 pcs

Keterangan: Barang per bungkus = 10 lusin jadi dibuat kelipatan 10 lusin


HASIL DAN PEMBAHASAN

Kombinasi produk gesper plastik yang seharusnya diproduksi PD Utama Jaya


Plasindo untuk mendapatkan output dengan memaksimalkan laba total
menggunakan analisis Linear Programming berdasarkan program Quantitave
Management (QM); berikut adalah persamaan fungsi tujuan yang memaksimalkan
laba yaitu:

Laba = 37 A + 46 B + 38 C + 46 D

Berikut adalah persamaan dari tujuh fungsi kendala yang membatasi produksi, yaitu:

Kendala (1) : Bahan Baku = 7 A + 5,8 B + 8,6 C + 7,6 D 180.000 gram


Kendala (2) : Jam Kerja Mesin = 2,5 A + 3 B + 2 C + 2,5 D 86.400 detik
Kendala (3) : Jam Tenaga Kerja = 5 A + 5 B + 5 C + 5 D 115.200 detik
Kendala (4) : Permintaan GRX 25 = A 2400 pcs
Kendala (5) : Permintaan GTW 25 = B 7200 pcs
Kendala (6) : Permintaan GTX 25 = C 3000 pcs
Kendala (7) : Permintaan GTX 25 M = D 6600 pcs
HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan program linear menggunakan software QM for windows version 2.2 dan
excel for QM berdasarkan Render, Stair, dan Hanna (2012). Hasil yang diperoleh
adalah sebagai berikut
HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan program linear menggunakan software QM for windows version 2.2 dan
excel for QM berdasarkan Render, Stair, dan Hanna (2012). Hasil yang diperoleh
adalah sebagai berikut
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan Tabel 3 Hasil Analisis Linear Programming QM diperoleh hasil atau


solusi produksi yang sesuai dengan fungsi tujuan, yaitu memaksimalkan laba dengan
memproduksi produk:

1. Gesper plastik GRX 25 sebanyak 2.400 pcs,


2. Gesper plastik GTW 25 sebanyak 7.200 pcs,
3. Gesper plastik GTX 25 sebanyak 3.000 pcs,
4. Gesper plastik GTX 25 M sebanyak 6.600 pcs.

Keuntungan maksimal yang dihasilkan oleh PD Utama Jaya Plasindo pada 2010
dengan kondisi tetap untuk produk Gesper plastik. Sehingga berdasarkan fungsi
tujuan, diperoleh:

Laba = 37 A + 46 B + 38 C + 46 D
Laba = 37 [2.400] + 46 [7.200] + 38 [3.000] + 46 [6.600]
= 88.800 + 331.200 + 114.000 + 303.600

= Rp. 837.600 per hari


HASIL DAN PEMBAHASAN

Laba = 37 A + 46 B + 38 C + 46 D
Laba = 37 [2.400] + 46 [7.200] + 38 [3.000] + 46 [6.600]
= 88.800 + 331.200 + 114.000 + 303.600

= Rp. 837.600 per hari


Berdasarkan fungsi tujuan tersebut, diperoleh informasi sebagai berikut:

Laba yang diperoleh dari produk gesper plastik GRX 25 adalah Rp. 37 per pcs dengan
memproduksi sebanyak 2.400 pcs per hari untuk memaksimalkan laba. Hasil penerimaan
dari produk GRX 25 (A) sebesar Rp. 88.800 per hari.
Laba yang diperoleh dari produk gesper plastik GTW 25 adalah Rp. 46 per pcs dengan
memproduksi sebanyak 7.200 pcs per hari untuk memaksimalkan laba. Hasil penerimaan
dari produk GTW 25 (B) sebesar Rp. 331.200 per hari.
Laba yang diperoleh dari produk gesper plastik GTX 25 adalah Rp. 38 per pcs dengan
memproduksi sebanyak 3.000 pcs per hari untuk memaksimalkan laba. Hasil penerimaan
dari produk GTX 25 (C) sebesar Rp. 114.000 per hari.
Laba yang diperoleh dari produk gesper plastik GTX 25 M adalah Rp. 46 per pcs dengan
memproduksi sebanyak 6.600 pcs per hari untuk memaksimalkan laba. Hasil penerimaan
dari produk GTX 25 M (D) sebesar Rp. 303.600 per hari.
Total laba keseluruhan yang diperoleh PD Utama Jaya Plasindo untuk per harinya yaitu Rp.
837.600 dan untuk per bulannya dengan 20 hari masa aktif Rp. 16.752.000 dengan asumsi
perolehan laba sesuai dengan fungsi tujuan dan fungsi kendala tetap
HASIL DAN PEMBAHASAN

Detail Masing Masing Penggunaan Sumber Daya

1. Penggunaan bahan baku biji plastik dengan perhitungan sebagai berikut:

Bahan Baku = 7 A + 5,8 B + 8,6 C + 7,6 D 180.000 gram


= 7 [2.400] + 5,8 [7.200] + 8,6 [3.000] + 7,6 [6.600]
= 16.800 + 41.760 + 25.800 + 50.160
= 134.520 gram

Jadi bahan baku yang tersisa adalah 180.000 gram 134.520 gram = 45.480 gram.

Berdasarkan fungsi kendala ke1, persamaan linear penggunaan bahan baku biji
plastik diatas, maka diperoleh informasi sebagai berikut.

1. Penggunaan bahan baku untuk GRX 25 (A) adalah sebanyak 16.800 gram atau
16,8 kg.

2. Penggunaan bahan baku untuk GTW 25 (B) adalah sebanyak 41.760 gram atau
41,76 kg. Penggunaan bahan baku untuk GTX 25 (C) adalah sebanyak 25.800
gram atau 25,8 kg.

3. Penggunaan bahan baku untuk GTX 25 M (D) adalah sebanyak 50.160 gram atau
50,16 kg. Bahan baku yang tersisa 45.480 gram atau 45, 48 kg.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Detail Masing Masing Penggunaan Sumber Daya

2. Penggunaan jam kerja mesin dengan perhitungan sebagai berikut:

Jam Kerja Mesin = 2,5 A + 3 B + 2 C + 2,5 D 86.400 detik


= 2,5 [2.400] + 3 [7.200] + 2 [3.000] + 2,5 [6.600]
= 6.000+ 21.600 + 6.000 + 16.500
= 50.100 detik
Jadi jam kerja mesin yang tersisa adalah 86.400 detik 50.100 detik = 36.300 detik.

Berdasarkan fungsi kendala kedua, persamaan linear penggunaan jam kerja mesin
tersebut, diperoleh informasi sebagai berikut.

1. Penggunaan jam kerja mesin untuk GRX 25 (A) adalah sebanyak 6000 detik atau
1,67 jam.

2. Penggunaan jam kerja mesin untuk GTW 25 (B) adalah sebanyak 21.600 detik
atau 6 jam. Penggunaan jam kerja mesin untuk GTX 25 (C) adalah sebanyak
6.000 detik atau 1,67 jam.

3. Penggunaan jam kerja mesin untuk GTX 25 M (D) adalah sebanyak 16.500 detik
atau 4,58 jam. Jam kerja mesin yang tersisa 36.300 detik atau 10,08 jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Detail Masing Masing Penggunaan Sumber Daya

3. Penggunaan jam tenaga kerja dengan perhitungan sebagai berikut:

Jam Tenaga Kerja = 5 A + 5 B + 5 C + 5 D 115.200 detik


= 5 [2.400] + 5 [7.200] + 5 [3.000] + 5 [6.600]
= 12.000 + 36.000 + 15.000 + 33.000
= 96.000 detik

Jadi jam tenaga kerja yang tersisa = 115.200 96.000 = 19.200 detik

Berdasarkan fungsi kendala ketiga, persamaan linear penggunaan jam tenaga kerja
tersebut, diperoleh informasi sebagai berikut.

1. Penggunaan jam tenaga kerja untuk GRX 25 (A) adalah sebanyak 12.000 detik
atau 3,33 jam.
2. Penggunaan jam tenaga kerja GTW 25 (B) adalah sebanyak 36.000 detik atau 10
jam.
3. Penggunaan jam tenaga kerja untuk GTX 25 (C) adalah sebanyak 15.000 detik
atau 4,17 jam.
4. Penggunaan jam tenaga kerja GTX 25 M (D) adalah sebanyak 33.000 detik atau
9,17 jam.

Jam kerja mesin yang tersisa 19.200 detik atau 5,33 jam
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Simulasi Perhitungan Permintaan

Permintaaan GRX 25 dengan perhitungan permintaan GRX 25 = A 2400 pcs,


telah terpenuhi karena produksi maksimal yang dapat dihasilkan adalah 2400 pcs.

Permintaaan GTW 25 dengan perhitungan permintaan GTW 25 = B 7200 pcs,


telah terpenuhi karena produksi maksimal yang dapat dihasilkan adalah 7200 pcs.

Permintaaan GTX 25 dengan perhitungan permintaan GTX 25 = C 3000 pcs,


telah terpenuhi karena produksi maksimal yang dapat dihasilkan adalah 3000 pcs.

Permintaaan GTX 25 M dengan perhitungan permintaan GTX 25 M = D 6600 pcs,


telah terpenuhi karena produksi maksimal yang dapat dihasilkan adalah 6600 pcs
KESIMPULAN

Dari hasil analisis dengan Linear Programming, diperoleh simpulan bahwa untuk
memaksimalkan laba pada PD Utama Jaya Plasindo, dengan kendala-kendala
bahan baku, jam kerja mesin, jam kerja tenaga kerja, dan permintaan-permintaan
terhadap produk GRX 25, GTW 25, GTX 25, dan GTX 25 M,

maka:
produksi gesper plastik GRX 25 sebanyak 2.400 pcs, produksi gesper plastik GTW
25 sebanyak 7.200 pcs, produksi gesper plastik GTX 25 sebanyak 3.000 pcs,
produksi gesper plastik GTX 25 M sebanyak 6.600 pcs.

Sehingga laba maksimal yang dapat dicapai dari hasil produksi variasi gesper
plastik, yaitu:

Laba = 37 A + 46 B + 38 C + 46 D
Laba = 37 [2.400] + 46 [7.200] + 38 [3.000] + 46 [6.600]
= 88.800 + 331.200 + 114.000 + 303.600
= Rp. 837.600 per hari

Jadi total laba keseluruhan yang diperoleh PD Utama Jaya Plasindo dari produk
gesper plastik untuk per harinya yaitu Rp. 837.600 dan untuk per bulannya
dengan 20 hari masa aktif adalah Rp. 16.752.000 dengan asumsi perolehan
laba sesuai dengan fungsi tujuan dan fungsi kendala tetap.
SARAN

Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, disarankan sebagai


berikut:

1. Untuk masa yang akan datang, jika PD Utama Jaya Plasindo akan meningkatkan
jumlah produksi, perusahaan perlu memperhitungkan biaya-biaya
pengembangan dan perlu menganalisis lebih lanjut penggunaannya dari semua
kapasitas produksi yang ada agar produksi bisa dilakukan secara maksimal.
2. Pemerintah dan masyarakat lebih memerhatikan sampah plastik dengan
melakukan daur ulang agar tidak menganggu lingkungan sekitar.
3. Pengembangan penelitian berikutnya, dapat menggunakan analisis trend yang
mendukung inovasi sebagai masukan untuk perusahaan dan pengembangan
dalam pengetahuan. Dalam hal ini, perlu diketahui bahwa ini lebih
menguntungkan dibandingkan analisis linear programming karena kondisi
pasar yang cepat berubah.
DAFTAR PUSTAKA

Dantzig, G. B. (2002). Linear Programming. Operation Research , 50 (1), 42-47.

Mulyono, S. (2004). Riset Operasi. Jakarta: Penerbitan Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Render, B., Stair, J. R., and Hanna, M. (2012). Quantitative Analysis for
Management. 9th Ed. New Jersey: Pearson Education.

Riduwan dan Kuncoro, E. A. (2008). Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis


Jalur (Path Analysis). Bandung: Alfabeta.

Sekaran, U., and Bougie, R. (2010). Research Methods for Business A Skill Building
Approach. 5th Ed. Chichester, West Sussex, United Kingdom: John Willey & Sons.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Umar, H. (2005). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Utomo, A. W., Argo, B. D., & Hermanto, M. B. (2013). Pengaruh Suhu dan Lama
Pengeringan terhadap Karakteristik FisikaKimiawi Plastik Biodegradable dari
Komposit Pati Lidah Buaya (Aloe Vera)-Kitosan. Jurnal Bioproses Komoditas Tropis
, 1 (1).
STUDI KASUS METODE SIMPLEKS #2

OPTIMALISASI PELAKSANAAN KEGIATAN DISTRIBUSI SUBSIDI MINYAK


GORENG BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KOTA
DEPOK

Anggyadwina Dorisa Isyana

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma


Jalan Margonda Raya 100, Depok 16424
Email: dwina_0304@yahoo.com
STUDI KASUS METODE SIMPLEKS

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada kegiatan
penyaluran subsidi minyak goreng bagi masyarakat berpenghasilan rendah di
kota Depok, dan alur pengadaan serta distribusinya, memberikan usulan
perbaikan dari permasalahan-permasalahan tersebut agar subsidi minyak goreng
dapat sampai tepat sasaran, serta mengetahui alokasi seluruh kapasitas yang
tepat dan biaya transportasi yang optimal untuk mendistribusikan minyak goreng
bersubsidi.
Digunakan metode wawancara sebagai alat pengumpulan data, untuk kemudian
diproses dan dilakukan analisis terhadap pelaksanaan kegiatan subsidi minyak
goreng, alur pengadaan dan distribusi, dan biaya transportasi dari distribusi
minyak goreng bersubsidi.
Usulan perbaikan mencakup perubahan titik serah barang, serta alur pengadaan
dan distribusi. Berdasarkan perhitungan biaya transportasi untuk distribusi
minyak goreng dengan menggunakan metode simpleks, diperoleh total biaya
sebesar Rp. 3.463.432.

Kata Kunci : Subsidi, Pengadaan Distribusi, Simpleks, Minyak Goreng


PENDAHULUAN

Minyak sawit mentah merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi
andalan di Indonesia. Minyak sawit mentah digunakan untuk bahan baku oleh
industri lainnya sebagai produk turunan, salah satunya adalah minyak goreng.
Pasokan minyak sawit yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga dari minyak
goreng. Ini merupakan hal penting karena minyak goreng merupakan salah satu
dari sembilan bahan pokok kebutuhan masyarakat sehingga harganya harus
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Harga minyak sawit mentah yang naik
di pasar dunia membuat Indonesia sebagai salah satu pengekspor minyak sawit
mentah terbesar di dunia diuntungkan.

Para pengusaha yang bergerak di bisnis kelapa sawit lebih senang mengekspor
produknya ke luar negeri daripada ke pasar domestik. Karena terlalu banyak
diekspor, akhirnya pasokan minyak sawit di dalam negeri menjadi berkurang.

Harga minyak goreng pun melambung tinggi. Yang paling merasakan dampak
kenaikan harga minyak goreng adalah keluarga miskin dan pengusaha kecil yang
bergerak di bidang makanan. Sebagai bentuk tanggap dan pedulinya terhadap
keadaan ini, pemerintah memberikan subsidi minyak goreng kepada keluarga
miskin
PENDAHULUAN
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) kota Depok merupakan
salah satu lembaga yang memiliki tugas dan tanggung jawab atas pelaksanaan
penyaluran subsidi minyak goreng di kota Depok.

Oleh karena subsidi minyak goreng ini baru pertama kali dilaksanakan di kota
Depok, maka penerapan manajemen pengadaan dan distribusi yang baik perlu
dilakukan agar subsidi minyak goreng tersebut dapat terlaksana dengan baik.

Tujuan dari penelitian ini adalah memperbaiki alur pengadaan dan distribusi
subsidi minyak goreng di kota Depok. Perbaikan ini diharapkan dapat membuat
keteraturan terhadap pelaksanaan penyaluran subsidi dan subsidi minyak
goreng dapat tepat sasaran
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Logistik
Setiap organisasi mengantarkan produk kepada pelanggannya. Secara sederhana
produk tersebut salah satunya digambarkan sebagai barang atau jasa. Pada
perusahaan terdapat operasi-operasi untuk membuat dan mengantarkan produk
tersebut. Operasi-operasi tersebut menggunakan masukan yang bermacam-
macam dan mengubahnya menjadi keluaran yang diinginkan. Masukan-masukan
tersebut diantaranya adalah bahan mentah, komponen, manusia, peralatan,
informasi, uang, dan sumber daya lainnya. Operasi meliputi manufaktur, pelayanan,
transportasi, penjualan, pelatihan, dan masih banyak lagi. Keluaran yang utama
adalah barang dan jasa.

Produk yang dibuat sampai kepada pelanggannya melalui daur seperti yang
ditunjukkan pada Gambar berikut :
TINJAUAN PUSTAKA

Perbedaan Manajemen Logistik dengan Manajemen Rantai Pasokan

Manajemen rantai pasokan pada hakikatnya adalah perluasan dan pengembangan


konsep dan arti manajemen logistik.

Kalau manajemen logistik mengurusi arus barang, termasuk pembelian,


pengendalian tingkat persediaan, pengangkutan, penyimpanan, dan distribusi dalam
satu perusahaan.

Maka manajemen rantai pasokan mengurusi hal yang sama tetapi meliputi antar
perusahaan yang berhubungan dengan arus barang, mulai dari bahan mentah
sampai dengan barang jadi yang dibeli dan digunakan oleh pelanggan.

Oleh karena itu, pada hakikatnya manajemen rantai pasokan adalah integrasi lebih
lanjut dari manajemen logistik antar perusahaan yang terkait
TINJAUAN PUSTAKA
METODE SIMPLEKS
Salah satu teknik penentuan solusi optimal yang digunakan dalam pemrograman
linier adalah metode simpleks. Penentuan solusi optimal menggunakan metode
simpleks didasarkan pada teknik eleminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal
dilakukan dengan memeriksa titik ekstrim satu per satu dengan cara perhitungan
iteratif.

Sehingga penentuan solusi optimal dengan simpleks dilakukan tahap demi tahap
yang disebut dengan iterasi. Iterasi ke-i hanya tergantung dari iterasi sebelumnya (i-
1).

Sebelum melakukan perhitungan iteratif untuk menentukan solusi optimal, pertama


sekali bentuk umum pemrograman linier dirubah ke dalam bentuk baku terlebih
dahulu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat bentuk baku,
yaitu :

1. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan dalam bentuk umum, dirubah menjadi


persamaan (=) dengan menambahkan satu variabel slack.
2. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan dalam bentuk umum, dirubah menjadi
persamaan (=) dengan mengurangkan satu variabel surplus.
3. Fungsi kendala dengan persamaan dalam bentuk umum, ditambahkan satu
artificial variabel (variabel buatan).
METODE PENELITIAN
1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara.
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data jumlah keluarga miskin, target
penyaluran subsidi, realisasi penyaluran subsidi, alokasi minyak goreng dari
beberapa agen ke kecamatan-kecamatan di Depok, dan biaya transportasi
distribusi minyak goreng bersubsidi.

Wawancara dilakukan untuk mengetahui tahapan subsidi, jalannya pelaksanaan


penyaluran subsidi minyak goreng, dan keluhan terhadap pelaksanaan subsidi
yang telah berjalan.

2. Analisis terhadap data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan mempelajari


rantai pengadaan dan sistem distribusi yang telah berjalan, jaringan distribusi,
dan proses bisnis yang ada.

3. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan permasalahan apa saja yang terjadi
dalam pelaksanaan penyaluran subsidi. Saran perbaikan dibuat berdasarkan
berbagai kesimpulan yang diperoleh dan diwujudkan dalam bentuk usulan
perbaikan, agar dapat diimplementasikan kemudian sehingga optimalisasinya
dapat tercapai.
KERANGKA BERFIKIR
Observasi
1. Jumlah Keluarga Miskin
2. Target Penyaluran Subsidi
3. Alokasi Minyak Goreng

PEMBAHASAN
Wawancara 1. Analisis Pendataan Keluarga Miskin
Penerima Subsidi Minyak Goreng
1. Tahapan Subsidi 2. Analisis Pelaksanaan Penyaluran Subsidi
2. Alur Penyaluran Subsidi MG Minyak Goreng
3. Keluhan Penyaluran 3. Usulan Perbaikan Pengadaan dan
Pendistribusian Minyak Goreng Bersubsidi
4. Optimalisasi Biaya Transportasi Minyak
Goreng Bersubsidi
Analisa Data
Kondisi Aktual
1. Rantai Pengadaan
2. Sistem Distribusi
3. Jaringan Distribusi
4. Proses Bisnis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kajian Rantai Pengadaan dan Distribusi Saat Ini
Berdasarkan pengumpulan data dan tahapan wawancara yang dilakukan di
Disperindag, kantor kecamatan, kantor kelurahan, agen minyak goreng, dan
masyarakat, dapat diketahui alur distribusi minyak goreng bersubsidi.

1. Disperindag mengirimkan surat permintaan penyediaan minyak goreng kepada


agen minyak goreng yang telah bekerja sama dengan pihak Disperindag.
2. Pihak agen minyak goreng menindaklanjuti surat permintaan pengiriman
minyak goreng bersubsidi dengan mengirimkan minyak goreng ke titik serah
pada waktu yang ditentukan sejumlah yang dipesan oleh Disperindag. Pasokan
minyak goreng yang telah dikirimkan ke Disperindag kemudian disalurkan ke
kantor kecamatan untuk kemudian diteruskan ke kantor kelurahan.
3. Pihak kelurahan kemudian memilih lokasi pelaksanaan pemberian minyak
goreng bersubsidi pada lokasi-lokasi strategis yang mudah dicapai oleh warga.
Gambaran kegiatan pengadaan dan distribusi minyak goreng tersebut dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Rantai Pengadaan dan Distribusi Saat Ini


HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Permasalahan dalam Kegiatan Pengadaan dan Distribusi Minyak Goreng


Bersubsidi

1. Masalah yang menyangkut teknis pelaksanaan subsidi minyak goreng sudah


terlihat sejak tahap sosialisasi kegiatan dan pembagian kupon subsidi minyak
goreng.

2. Walaupun besaran subsidi sebesar Rp. 2.500,- dirasakan sebagian besar warga
masih terlampau kecil, namun kegiatan penyaluran subsidi minyak goreng selalu
diminati oleh warga.

3. Berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan, ditetapkan bahwa penyaluran subsidi


minyak Goreng ditujukan kepada masyarakat berpenghasilan rendah.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Lanjutan.....(Permasalahan dalam Kegiatan Pengadaan dan Distribusi


Minyak Goreng Bersubsidi)

3. Pada kasus ini seharusnya warga yang menerima kupon subsidi minyak goreng
adalah warga yang digolongkan sebagai masyarakat berpenghasilan rendah yang
pendapatan perseorangan dalam satu bulan dibawah Rp. 1.098.560,- untuk daerah
perkotaan, dan Rp. 709.500,- untuk daerah pedesaan (Depdagri, 2008).

4. Namun pada kenyataan di lapangan, penetapan jumlah calon penerima kupon


minyak goreng pada tingkat kecamatan dan kelurahan didasarkan pada standar
yang beragam oleh masing-masing daerah.

5. Sebagian besar kelurahan di kota depok menetapkan jumlah calon penerima


subsidi minyak goreng berdasarkan pada jumlah penerima beras miskin, ada pula
kantor kelurahan yang menetapkan berdasarkan 7 kriteria warga miskin yang
ditetapkan oleh Pemerintah Kota Depok, dan terdapat pula kelurahan yang
menggunakan data warga miskin versi Badan Pusat Statistik kota Depok.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Lanjutan......(Permasalahan dalam Kegiatan Pengadaan dan Distribusi


Minyak Goreng Bersubsidi)

6. Masalah yang muncul akibat kurangnya sosialisasi kegiatan adalah banyaknya


warga yang salah persepsi mengenai besaran subsidi pada kegiatan penyaluran
subsidi minyak goreng. Warga mengira bahwa besaran subsidi Rp. 5000,- yang
tertera pada kupon adalah harga yang ditetapkan untuk memperoleh dua liter
minyak goreng.

7. Masalah lain yang terjadi adalah banyaknya warga yang walaupun memiliki
kupon pembelian, namun tidak datang ke lokasi penjualan minyak goreng
bersubsidi. Tidak berminatnya warga untuk hadir di lokasi tersebut disebabkan
karena warga menilai bahwa total besaran subsidi yang diterima sebesar Rp.
5000,- lebih kecil daripada biaya transportasi yang harus dikeluarkan untuk
menuju dan kembali dari lokasi penjualan minyak goreng bersubsidi. Realisasi
dari penyaluran subsidi minyak goreng di kota Depok dapat dilihat pada Tabel 4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Sistem Pengadaan dan Distribusi

Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai pihak diketahui bahwa titik serah
pada rantai pengadaan dan distribusi minyak goreng bersubsidi tidak hanya
dilakukan di Disperindag, sebagaimana yang tercantum dalam Petunjuk Teknis
pengadaan dan distribusi minyak goreng bersubsidi yang ditetapkan oleh
Pemerintah.

1. Diperoleh temuan bahwa pada kecamatan Pancoran Mas titik serah minyak
goreng dilakukan di lokasi pelaksanaan penjualan minyak goreng bersubsidi. Hal
ini dilakukan karena lokasi agen yang berdekatan (berjarak 300 meter) dengan
lokasi kantor kelurahan Pancoran Mas.

2. Diketahui pula bahwa pelaksanaan penyaluran minyak goreng subsidi pada


tingkat konsumen di kelurahan Pondok Cina dilakukan oleh Lembaga
Pengembangan Masyarakat Kelurahan (LPMK).

3. Pada kecamatan lain penyaluran minyak goreng bersubsidi ke masyarakat


ditangani langsung oleh Bagian Keekonomian yang berada di kantor kelurahan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan awal dilakukannya sistem pendistribusian melalui satu pintu pada jejaring
kelembagaan dalam distribusi minyak goreng bersubsidi, dimana satu-satunya titik
serah barang dari distributor dilakukan di Disperindag bertujuan untuk menghindari
penyelewengan dan menjamin ketepatan jumlah minyak goreng yang di kirim oleh
distributor.

Titik serah barang yang dilakukan di banyak tempat mengakibatkan tidak teraturnya
pola distribusi minyak goreng bersubsidi sebagaimana yang terlihat pada Gambar
4.2.
HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Optimalisasi Biaya Penyaluran Minyak Goreng Bersubsidi


Untuk mengoptimalkan penyaluran minyak goreng bersubsidi dari ketiga agen
menuju ke enam kecamatan yang ada di Kota Depok dengan biaya angkut yang
minimal, maka digunakan metode simpleks untuk menyelesaikannya.

Ada tiga variabel keputusan dan tiga sumber daya yang membatasi. Fungsi tujuan
merupakan minimasi, karena semakin kecil biaya yang harus dikeluarkan akan
semakin disukai oleh pihak Disperindag. Tabel yang berisi biaya angkut berdasarkan
jarak dari penyalur menuju ke kantor kecamatan ditunjukkan dalam Tabel 4.2.
Karena total suplai pada semua sumber tidak sama dengan total permintaan pada
semua tujuan, maka ditambahkan dummy.

59272
Lanjutan.....(Optimalisasi Biaya Penyaluran Minyak Goreng Bersubsidi)

Sebelum membuat model umum pemrograman liniernya, terlebih dahulu


mendefinisikan variabel yang akan digunakan dalam perhitungan :

1. XA1 atau X1 : jumlah alokasi dari Toko Bumi Ayu ke kecamatan Sukmajaya
2. XA2 atau X2 : jumlah alokasi dari Toko Bumi Ayu ke kecamatan Beji
3. XA3 atau X3 : jumlah alokasi dari Toko Bumi Ayu ke kecamatan Pancoran Mas
4. XA4 atau X4 : jumlah alokasi dari Toko Bumi Ayu ke kecamatan Sawangan
5. XA5 atau X5 : jumlah alokasi dari Toko Bumi Ayu ke kecamatan Limo
6. XA6 atau X6 : jumlah alokasi dari Toko Bumi Ayu ke kecamatan Cimanggis
7. XB1 atau X7 : jumlah alokasi dari Pusaka Jaya Mandiri ke kecamatan Sukmajaya
8. XB2 atau X8 : jumlah alokasi dari Pusaka Jaya Mandiri ke kecamatan Beji
9. XB3 atau X9 : jumlah alokasi dari Pusaka Jaya Mandiri ke kecamatan Pancoran Mas
10. XB4 atau X10 : jumlah alokasi dari Pusaka Jaya Mandiri ke kecamatan Sawangan
11. XB5 atau X11 : jumlah alokasi dari Pusaka Jaya Mandiri ke kecamatan Limo
12. XB6 atau X12 : jumlah alokasi dari Pusaka Jaya Mandiri ke kecamatan Cimanggis
13. XC1 atau X13 : jumlah alokasi dari Bhakti Karya ke kecamatan Sukmajaya
14. XC2 atau X14 : jumlah alokasi dari Bhakti Karya ke kecamatan Beji
15. XC3 atau X15 : jumlah alokasi dari Bhakti Karya ke kecamatan Pancoran Mas
16. XC4 atau X16 : jumlah alokasi dari Bhakti Karya ke kecamatan Sawangan
17. XC5 atau X17 : jumlah alokasi dari Bhakti Karya ke kecamatan Limo
18. XC6 atau X18 : jumlah alokasi dari Bhakti Karya ke kecamatan Cimanggis
HASIL DAN PEMBAHASAN

Model umum pemrograman liniernya adalah sebagai berikut:

Fungsi Tujuan :

Minimumkan Z = 20,57X1 + 79,97X2 + 70,07X3 + 179,41X4 + 202,18X5 +


72,82X6 + 60,61X7 + 15,07X8 + 46,75X9 + 167,31X10 + 146,52X11 + 159,61X12 +
178,97X13 + 173,25X14 + 154,22X15 + 18,04X16 + 85,36X17 + 254,43X18

Terhadap: X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 11.000
X7 + X8 + X9 + X10 + X11 + X12 17.604
X13 + X14 + X15 + X16 + X17 + X18 30.668
X1 + X7 + X13 = 6216
X2 + X8 + X14 = 3678
X3 + X9 + X15 = 15.806
X4 + X10 + X16 = 17.826
X5 + X11 + X17 = 2640
X6 + X12 + X18 = 11.292
X1, X2, ... X18 0
HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah itu untuk mendapatkan solusi optimalnya, maka dilakukan perhitungan


menggunakan metode simpleks dengan menggunakan perangkat lunak WinQSB.

Hasil dari pengolahan data tersebut dapat dilihat dalam lampiran 1.

Dari hasil pengolahan data diperoleh solusi optimal yaitu :

X6 = 11.000; X7 = 6216; X8 = 3678; X9 = 7710; X15 = 8096; X16 = 17.826; X17 = 2640; X18 =
292,

Artinya untuk mendapatkan biaya transportasi yang minimal sebesar Rp. 3.463.432,-,
HASIL DAN PEMBAHASAN

Maka Disperindag sebaiknya mengatur pengalokasian minyak goreng bersubsidi dari


setiap penyalur yaitu :

Toko Bumi Ayu 11.000 liter ke kecamatan Cimanggis,


PD. Pusaka Jaya Mandiri sebesar 6216 liter, 3678 liter , 7710 liter masing-masing ke
kecamatan Sukmajaya, Beji dan Pancoran Mas
UD. Bhakti Karya sebesar 8096 liter, 17.826 liter, 2640 liter dan 292 liter secara
berturut-turut ke kecamatan Pancoran Mas, Sawangan, Limo, dan Cimanggis.
TAHAPAN PERBAIKAN
1. Analisis Pendataan Keluarga Miskin Penerima Subsidi Minyak Goreng
2. Analisis Pelaksanaan Penyaluran Subsidi Minyak Goreng
3. Usulan Perbaikan Pengadaan dan Pendistribusian Minyak Goreng
Bersubsidi
4. Optimalisasi Biaya Transportasi Minyak Goreng Bersubsidi
1. Analisis Pendataan Keluarga Miskin Penerima Subsidi
Minyak Goreng
Sesuai dengan data yang dimiliki oleh BPS kota Depok mengenai jumlah keluarga
miskin di tiap kecamatan kota Depok, terlihat perbedaan jumlah dengan data
keluarga miskin pada penyaluran subsidi minyak goreng. BPS memiliki kriteria
sendiri dalam menentukan keluarga yang termasuk dalam keluarga miskin yaitu
dengan menggunakan 14 variabel yang telah dijelaskan sebelumnya.

Namun dalam pendataan untuk calon penerima subsidi minyak goreng, pihak
kelurahan seringkali menggunakan data dari penerima bantuan beras miskin
(raskin) ataupun penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai kompensasi atas
kenaikan harga bahan bakar minyak.

Data raskin sendiri diambil dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga
(PMKS) dan untuk BLT sendiri berasal dari BPS, bahkan Dinas Pendidikan dan
Kesehatan pun juga memiliki kriteria yang berbeda dalam penentuan keluarga
miskin. Seharusnya keluarga miskin yang menerima raskin, BLT, asuransi
kesehatan, dan subsidi minyak goreng adalah orang-orang yang sama.
1. Analisis Pendataan Keluarga Miskin Penerima Subsidi Minyak Goreng

Pemerintah kota Depok sendiri sudah menetapkan bahwa kriteria yang digunakan
dalam penentuan keluarga miskin adalah dengan menggunakan kriteria dari BPS.

Namun sangat disayangkan, masih ada pihak kelurahan maupun kecamatan yang
menggunakan data-data yang belum diperbaharui tersebut sehingga terjadi
perbedaan.

Seharusnya dengan adanya penerapan standar yang seragam, pihak kecamatan


maupun kelurahan melakukan pendataan kembali sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.

Sehingga diharapkan nantinya pemberian subsidi minyak goreng dapat tepat sasaran
yaitu pada keluarga yang terkategori miskin berdasarkan standar yang telah
ditetapkan.
2. Analisis Pelaksanaan Penyaluran Subsidi Minyak
Goreng
Masalah yang muncul akibat kurangnya sosialisasi kegiatan subsidi minyak goreng
adalah kesalahan persepsi oleh keluarga miskin mengenai besaran subsidi
sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

Untuk memperbaiki masalah tersebut, pihak kelurahan sebaiknya bekerja sama


dengan perangkat desa atau RT/RW untuk mensosialisasikan mengenai kegiatan
tersebut.

Sosialisasi sebaiknya dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu berdekatan dengan
waktu saat penyaluran subsidi.

Dengan sosialisasi yang lebih baik, diharapkan warga menjadi lebih paham
mengenai kegiatan tersebut dan tidak terjadi salah persepsi mengenai besaran
subsidi yang diberikan.
2. Analisis Pelaksanaan Penyaluran Subsidi Minyak Goreng

Masalah lain yang terjadi adalah banyaknya warga yang walaupun memiliki kupon
pembelian, namun tidak datang ke lokasi penjualan minyak goreng bersubsidi.
Tidak berminatnya warga untuk hadir di lokasi tersebut disebabkan karena warga
menilai bahwa total besaran subsidi yang diterima sebesar Rp. 5000,- lebih kecil
daripada biaya transportasi yang harus dikeluarkan untuk menuju dan kembali dari
lokasi penjualan minyak goreng bersubsidi.

Oleh karena itu pemilihan lokasi penjualan minyak goreng bersubsidi harus
dipertimbangkan dan sebaiknya tidak terlalu jauh dari calon penerima subsidi
kebanyakan agar keluarga miskin tersebut tidak perlu mengeluarkan biaya
transportasi yang terlalu banyak untuk menuju dan kembali dari tempat penjualan
minyak goreng bersubsidi
3. Usulan Perbaikan Pengadaan dan Pendistribusian
Minyak Goreng Bersubsidi

1. Pengadaan minyak goreng bersubsidi berasal dari agen atau pelaku usaha
minyak goreng yang telah terpilih melalui tender yang telah dilakukan oleh
Disperindag kota Depok. Pengecekan dokumen penerimaan dari distributor pada
sistem distribusi dapat dilakukan pada titik serah dan tidak perlu berulang kali
melakukan pengecekan barang bila pengecekan pada titik serah pertama telah
dilakukan dengan benar (Indrajit. 2003). Hal ini bertujuan mengurangi biaya dan
waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan dokumen.

2. Pada sistem usulan, dimana serah terima barang dilakukan pada level kecamatan,
pengecekan penerimaan barang dari distributor dapat dilakukan oleh pihak
kecamatan menggunakan format dokumen yang dikeluarkan Disperindag.

3. Penggunaan format dokumen terbitan Disperindag bertujuan untuk membantu


pihak kecamatan dalam kegiatan penerimaan barang. Selain itu standarisasi
format dokumen diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan dan kebenaran
data yang diperlukan Disperindag, serta menjaga kondisi barang yang diterima
oleh masing-masing kecamatan.
3. Usulan Perbaikan Pengadaan dan Pendistribusian Minyak Goreng Bersubsidi

4. Alur pengadaan dan distribusi saat ini menemui kendala pada banyaknya proses
perpindahan barang yang dianggap tidak produktif, dimana pada proses
perpindahan dari disperindag, kecamatan dan kelurahan tidak terjadi
peningkatan nilai tambah produk atau perubahan fisik barang (misal kemasan
atau volume isi) pada lokasi tersebut (Christopher, 1998).

5. Direct Marketing System (Kotler dan Armstrong, 1996 dan Bowersox dan Cooper,
1992), mengusulkan berbagai kemungkinan teoritis terjadinya integrasi langsung
antara distributor dengan pos penjualan dalam jalur distribusi suatu barang.
Tindakan pemotongan jalur distribusi dari distributor langsung ke tingkat
kecamatan tanpa melalui kantor Disperindag dapat menghemat biaya
pengangkutan dalam alur pendistribusian minyak goreng bersubsidi.
Kondisi Sebelum dan Sesudah
Perbaikan Pengadaan dan Pendistribusian Minyak Goreng Bersubsidi

Sebelum

59272

Sesudah
4. Optimalisasi Biaya Transportasi Minyak Goreng
Bersubsidi
Jika menggunakan data alokasi minyak goreng yang telah dilakukan Disperindag
sebelumnya, total biaya transportasi untuk distribusi minyak goreng menuju ke
enam kecamatan adalah sebesar Rp. 5.301.833,68.

Sedangkan setelah dilakukan optimalisasi dengan menggunakan metode simpleks


diperoleh hasil sebesar Rp. 3.463.432, berarti seharusnya Disperindag dapat
melakukan penghematan biaya sebesar Rp. 1.838.401,68.

Rp. 5.301.833,68

Rp. 1.838.401,68

Rp. 3.463.432
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada kegiatan penyaluran subsidi minyak
goreng bagi masyarakat berpenghasilan rendah di kota Depok antara lain
(1)kurangnya sosialisasi kegiatan subsidi minyak goreng, (2)pendataan keluarga
miskin yang belum tepat, (3)tidak sampainya minyak goreng bersubsidi ke tangan
warga karena lokasi penjualan yang terlalu jauh dari warga, dan (4)alokasi minyak
goreng dari agen yang kurang optimal. Selain itu diketahui bahwa terjadi beberapa
kali proses perpindahan barang yaitu barang yang masuk ke Disperindag kemudian
dibawa ke kantor kecamatan untuk kemudian dibawa ke kantor kelurahan dan
didistribusikan dalam operasi pasar yang dilakukan pada tingkat kelurahan.

Usulan perbaikan agar subsidi minyak goreng optimal dan tepat sasaran dilakukan
dengan meningkatkan sosialisasi kegiatan subsidi minyak goreng sampai dengan
tingkat RT/RW, menetapkan kriteria yang akan digunakan untuk pendataan keluarga
miskin yaitu menggunakan kriteria BPS, dan titik serah barang dilakukan di tingkat
kecamatan. Dari penelitian yang telah dilakukan juga dapat disimpulkan bahwa biaya
transportasi untuk distribusi minyak goreng dapat dioptimalkan yaitu menjadi sebesar
Rp. 3.463.432.
Saran
Perbaikan dan evaluasi pada kegiatan penyaluran subsidi minyak goreng dapat
dilakukan melalui penelitian lanjutan. Pada penelitian lanjutan, perhitungan biaya
angkut dengan menggunakan metode simpleks sebaiknya dengan menggunakan data
kebutuhan minyak goreng yang telah diperbaiki yaitu data yang telah menggunakan
standar kriteria keluarga miskin yang seragam.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Bahagia, Senator N. 2009. Conceptual Framework of SCM.


[2] Bahagia, Senator N. 1999. Sistem Logistik Pedesaan Upaya Pemberdayaan
Masyarakat Pedesaan.
[3] Bowersox, Donald J., David J. Closs and M. Bixby Cooper. 2002. Supply Chain
Logistics Management. McGraw Hill, New York.
[4] Christoper, Martin. 2005. Logistics and Supply Chain Management 3rd Edition.
Prentice Hall, England.
[5] Indrajit, Richardus E. dan Richardus Djokopranoto. 2005. Strategi Manajemen
Pembelian dan Supply Chain. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
[6] Siringoringo, Hotniar. 2005. Seri Teknik Riset Operasional Pemrograman
Linear. Graha Ilmu, Yogyakarta.
[7] Waters, Donald. 2003. Logistics-An Introduction To Supply Chain Management.
Palgrave Macmillan, New York.
TUGAS 4 (DIKUMPULKAN)
STUDI KASUS PROGRAM LINEAR

Mencari jurnal ilmiah dengan TEMA silahkan dipilih

1. Studi kasus tentang penggunaan program linear dasar


2. Studi kasus tentang penggunaan program linear metode simpleks

Dikumpulkan maksimal saat UTS item yang dikumpulkan

1. Hardcopy jurnal tersebut


2. Rangkuman kajian menurut kesimpulan saudara terkait penggunaan
metode tersebut dan usulan dari saudara untuk kajian metode
simpleks berikutnya

Selamat Mengerjakan
Email : mawan.arifin@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai