Anda di halaman 1dari 44

Hubungan Sistem Reproduksi

dengan Sistem Lainnya


Hubungan Sistem Reproduksi
dengan Sistem Endokrin
Testosteron
Testosteron bertanggung jawab terhadap
perkembangan karakteristik tubuh pria, meliputi
pembentukan penis dan skrotum, kemudian
menyebabkan pembentukan kelenjar prostat,
vesikula seminalis, dan duktus genetalia pria.
Testosteron menyebabkan sifat kelamin sekunder
berkembang, di mulai saat pubertas dan berakhir
pada maturitas.
Selain itu, testosteron juga berperan dalam:
Pengaruh suara
Peningkatan protein dan perkembangan otot
Meningkatkan matriks tulang dan menimbulkan
retensi kalsium
Estrogen
Menimbulkan proliferasi sel dan pertumbuhan
jaringan organ-organ kelamin dan jaringan lain yang
berkaitan dengan reproduksi.
Berperan dalam :
Penyebaran rambut (pubis dan aksila)
Perkembangan jaringan stroma payudara,
pertumbuhan sistem duktus yang luas, dan deposit
lemak pada payudara
Progesteron
Progesteron meningkatkan perkembangan dari lobulus
dan alveoli payudara, mengakibatkan sel-sel alveolar
berproliferasi, membesar dan menjadi bersifat
sekretorik.
Oksitosin
Merangsang kontraksi awal dari otot uterus.
Relaksin
Merangsang relaksasi ligamen pelvis pada proses
kelahiran.
Prolaktin
Merangsang pembentukan air susu.
(Guyton, Hall, 1997)
Hubungan Sistem Reproduksi
dengan Sistem Kardiovaskuler
Selama dua trimester pertama kehamilan, volume
darah ibu yang bersirkulasi meningkat 40% (dari
3500 cm3 menjadi 5000 cm3). Penambahan volume
ini disebabkan oleh menguatnya sistem renin-
angiotensin.
Saat seseorang berhubungan seksual pada akhir
fase plato, aliran darahnya akan meningkat. Hal ini
disebabkan saraf simpatis mensekresi hormon
adrenalin yang menyebabkan peningkatan
metabolisme tubuh sehingga denyut jantung
meningkat. Peningkatan denyut jantung
meningkatkan darah yang dipompa sehingga aliran
darah yang mengalir pun meningkat.
Ereksi
Ereksi merupakan peristiwa neurofisologis yang
kompleks. Hal ini terjadi ketika darah dengan cepat
mengalir ke dalam penis dan terperangkap di dalam
rongga spongiosanya.
Ada 3 sistem yang terlibat langsung pada ereksi
penis
Korpus kavernosum yang memiliki struktur
menyerupai spons
Persarafan otonom pada penis
Pasokan darah ke penis.
Saat penis dalam keadaan tidak ereksi, otot polos pada
dinding lakunar berada dalam keadaan kontraksi.
Kontraksi ini dipertahankan oleh serat simpatis
noradregenik.
Keadaan ini memperluas rongga lakunar dan venula
subtunika serta vena emisaria terkompresi oleh lakuna
yang melebar.
Darah langsung mengalir ke wadah ini, namun tidak
mampu keluar melalui sistem vena penis. Pelebaran
semakin meningkat hingga tekanan intralakunar sama
dengan tekanan rerata arteri sehingga menyebabkan
penis menjadi keras dan memanjang.
Hubungan Sistem Reproduksi
dengan Sistem Persarafan
Rangsangan Saraf Untuk Kinerja Aksi Seksual Pria
Sumber sinyal saraf sensori yang paling penting
untuk memulai aksi seksual pria adalah glans penis.
Glans penis mengandung sistem organ-akhir
sensorik yang sangat sensitif yang meneruskan
modalitas perasaan khusus yang disebut sensasi
seksual ke dalam sistem saraf pusat.
Unsur psikis rangsangan seksual pria. Rangsangan
psikis yang sesuai dapat sangat meningkatkan
kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan
seksual.
Aksi seksual pria dihasilkan dari mekanisme refleks
yang sudah terintergasi di medulla spinalis sakralis
dan medulla spinalis lumbalis, dan mekanisme
dapat dirangsang baik oleh rangsang psikis atau
rangsangan seksual yang nyata, tetapi biasanya
merupakan kombinasi dari keduanya.
Tahap Tahap Aksi Seksual Pria
Ereksi; peran saraf parasimpatis. Ereksi adalah
pengaruh pertama terhadap rangsangan
seksual pria, dan derajat ereksi sebanding
dengan derajat rangsangan, baik rangsangan
psikis atau fisik.
Ereksi disebabkan oleh impuls saraf
parasimpatis yang menjalar dari bagian sakral
medula spinalis melalui nervus pelvikus ke
penis.
Emisi dan ejakulasi; fungsi saraf simpatis.
Emisi dan ejakulasi adalah puncak dari aksi
seksual pria ketika rangsangan seksual pria
menjadi sangat kuat, pusat refleks pada
medula spinalis mulai melepas impuls
simpatis yang meninggalkan medula pada L1
dan L2 dan menyebrang ke organ genital
melalui pleksus hipogastrik dan pleksus
simpatik pelvikus untuk mengawali emisi dan
selanjutnya ejakulasi.
Ejakulasi
Ejakulasi merupakan proses keluarnya cairan
ejakulat (berupa semen/mani) yang ditandai
dengan keluarnya komponen-komponen
ejakulat, ejakulasi antegrad, penutupan
sfingter uretra interna, dan pembukaan
sfingter uretra eksterna.
Proses ejakulasi terdiri dari fase emission
(pemancaran) dan expulsion (pengeluaran)
dua refleks persarafan sequential yang jelas
berbeda namun dikoordinasi dan distimulasi
oleh input saraf sensoris.
Ejakulasi dini merupakan jenis gangguan yang
paling banyak dialami oleh pria. Berdasarkan
riset 50% pria dewasa di dunia menderita
ejakulasi dini. Dalam otak manusia ada zat
yang bernama serotonin, yang berfungsi untuk
mengatur terjadinya ejakulasi. Serotonin
disalurkan dari neurotransmitter di otak untuk
menghambat terjadinya ejakulasi.
Perangsangan Aksi Seksual Wanita
Seperti pada aksi seksual pria, keberhasilan
kinerja dari aksi seksual wanita bergantung
baik pada rangsangan fisik maupun pada
rangsangan seksual setempat.
Rangsangan seksual setempat pada wanita
terjadi kurang lebih sama seperti pada pria,
karena masase dan tipe rangsangan lain pada
vulva, vagina, dan daerah perineal lainnya
dan bahkan saluran kemih akan menciptakan
sensasi seksual.
Orgasme Wanita
Orgasme wanita sama dengan pengeluaran
dan ejakulasi pada pria, dan mungkin ikut
membantu dalam pembuahan ovum.
Jika rangsangan seksual setempat mencapai
intensitas maksimal, dan khususnya jika
sensasi setempat didukung oleh sinyal fisik
yang tepat dari serebrum, akan terbentuk
refleks yang menyebabkan terjadinya orgasme
pada wanita
Alasan
Pertama, selama orgasme, otot perineal dari
seorang wanita berkontraksi secara ritmis,
yang berasal dari refleks medula spinalis yang
mirip dengan refleks yang menimbulkan
ejakulasi pada pria.
Kedua, pada beberapa hewan tingkat rendah,
kopulasi menyebabkan kelenjar hipofisis
posterior mensekresi hormin oksitosin; efek
ini mungkin diperantarai melalui inti
amigdala, dan kemudian melalui hipotalamus
ke hipofisis.
Hubungan Sistem Reproduksi
dengan Sistem Pencernaan
Selama kehamilan terjadi perubahan pada sistem
gastrointestinal ibu hamil. Tingginya kadar progesteron
mengganggu keseimbangan cairan tubuh,
meningkatkan kolesterol darah. Selain itu sekresi saliva
menjadi lebih asam, lebih banyak dan asam lambung
menurun.
Menurunnya gerakan peristaltik tidak hanya
menyebabkan mual tetapi juga konstipasi. Konstipasi
juga disebabkan oleh tekanan uterus pada usus bagian
bawah pada awal kehamilan dan kembali pada masa
akhir kehamilan.
Sulit buang air besar atau konstipasi (sembelit)
umum dialami ibu hamil (bumil). Kondisi ini terjadi
karena perubahan hormon semasa hamil
mempengaruhi kerja organ, termasuk fungsi
pencernaan yang cenderung melambat.
Perubahan gastrointestinal lainnya adalah pirosis.
Faktor-faktor lain yang menghambat kehamilan,
seperti kebiasaan merokok, mengkonsumsi
minuman beralkohol, dan terlalu banyak asupan
kafein dalam tubuh.
Salah satu dampak buruk menghisap rokok adalah
berkurangnya kemampuan gerak sperma.
Paparan toksin atau racun seperti peptisida dan
timah, juga bisa merusak sperma. Kebiasaan
memangku laptop sebaiknya dihindari. Satu jam
memangku laptop akan menaikkan suhu skrotum
sampai 20.
Mual dan muntah selama kehamilan biasa terjadi di
pagi hari atau pun kapan saja. Tanda biasa muncul
segera setelah implantasi dan bersamaan saat
produksi hCG mencapai puncaknya, diduga bahwa
hormon plasenta inilah yang memicu mual dan
muntah dengan bekerja pada chemoreseptor
trigger zone pada pusat muntah.
Muntah merupakan suatu refleks yang
menyebabkan dorongan ekspirasi isi lambung/usus
atau keduanya ke mulut.
Muntah dapat dirangsang melalui jalur saraf aferen
oleh rangsangan nervus vagus dan simpatis atau
oleh rangsangan emetik yang menimbulkan muntah
dengan aktivasi chemoreceptor trigger zone.
Hubungan Sistem Reproduksi
dengan Sistem Respirasi
Saat seseorang berhubungan seksual pada akhir
fase plato, akan terjadi peningkatan frekuensi
pernapasan. Hal ini terjadi karena peningkatan
aliran darah sehingga terjadi peningkatan
kebutuhan energi dan metabolisme tubuh.
Peningkatan volume tidal, volume ventilasi 1 menit,
dan ambilan O2 1 menit terjadi pada wanita hamil.
Perubahan ini memungkinkan terjadinya
peningkatan penyampaian oksigen ke janin dan
perifer.
Hemoglobin janin mengikat O2 pada
tekanan parsial yag lebih rendah
dibandingkan dengan hemoglobin
dewasa ibu. Hal ini menyebabkan
terjadinya transfer O2 dari ibu ke
janin di dalam plasenta.
Hubungan Sistem Reproduksi
dengan Sistem
Muskuloskeletal
Hilangnya massa tulang pada wanita sebenarnya
dimulai pada usia 30-an. Keadaan ini terjadi lebih
cepat saat menopause. Gejala ini terjadi lebih cepat
pada wanita yang merokok dan yang sangat kurus.
Osteoporosis yang disebabkan oleh defisiensi
estrogen yang berkepanjangan meliputi penurunan
kuantitas tulang tanpa perubahan pada komposisi
kimianya.
Peningkatan otot yang mengikuti masa pubertas
menjadi salah satu karakteristik pria terpenting.
Rata-rata sekitar 50% massa otot pria meningkat
melebihi massa otot wanita.
Hubungan Sistem Reproduksi
dengan Sistem Perkemihan
Keduanya sangat berhubungan khususnya secara
anatomi, pada laki-laki uretra bergabung dengan
tempat penyaluran keluar sperma, pada wanita
uretra berdekatan dengan vagina dan terletak pada
vestibulum di vulva, selain itu vesica urinaria berada
di depan uterus.
Laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate,
GFR) maternal dan aliran plasma ginjal (renal
plasma flow,RPF) mulai meningkat pada awal
kehamilan.
Kapasitas reabsorbsi tubulus ginjal yang relatif
tetap, disertai peningkatan GFR menyebabkan
penurunan reabsorbsi glukosa dari tubulus
proksimal pada ginjal wanita hamil.
Volume urin yang terdapat di dalam pelvis ginjal
dan ureter dapat meningkat 2 kali lipat pada
separuh akhir kehamilan.
Hubungan Sistem Reproduksi
dengan Sistem Integumen
Saat seseorang berhubungan seksual maka akan
terjadi peningkatan ekskresi keringat oleh kelenjar
keringat.
MSH menyebabkan warna kulit menjadi lebih gelap
di daerah pipi (kloasma atau topeng kehamilan) dan
warna yang lebih gelap pada daerah linea alba,
yaitu suatu garis yang sedikit berpigmen pada kulit
dari umbilikus sampai pubis.
Hubungan sistem reproduksi dengan sistem
integumen juga dipengaruhi oleh hormon estrogen
dan progesteron.
Pada reproduksi pria, terdapat perbedaan kulit pada
penis yang di sirkumsisi dan yang tidak di sirkumsisi.
Testosteron meningkatkan ketebalan kulit di seluruh
tubuh dan meningkatkan kekasaran jaringan
subkutan.
Hubungan Sistem Reproduksi
dengan Sistem Hematologis
Wanita hamil mengalami anemia ringan.
Produksi hemoglobin massa total sel darah
merah pada ibu meningkat selama kehamilan
akibat meningkatnya produksi eritropoietin.
Wanita hamil mengalami leukositosis ringan
yang dapat menjadi jelas selama persalinan
dan pascapersalinan.
Wanita hamil mengalami hiperkoagulabilitas.
Daftar Pustaka
Buku :
Pearce, Evelyn C. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk
Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Sutriyanto, Zamzani. 2013. Diskusi Seksologi Modern.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Guyton, Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Heffner, Linda J, dkk. 2006. At A Glance Sistem
Reproduksi. Jakarta: Erlangga

Internet :
http://female.kompas.com (5 Cara Atasi Sembelit untuk
Ibu Hamil, 2011, Kompas)
http://www.kalbemed.com (Ejakulasi Dini, 2012, Oleh
Dito Anugoro)
http://repository.usu.ac.id (Konsep Kehamilan, 2010,
Universitas Sumatera Utara)
http://keperawatan.unsoed.ac.id (Menstruasi, 2012,
Universitas Soedirman)

Anda mungkin juga menyukai