Anda di halaman 1dari 53

Prinsip Dasar Alat Ukur

DWI OKTAVIANTO WAHYU NUGROHO


Tipe Alat Ukur Sekunder (Secondary Instrument)

i. Tipe petunjuk (Indicating instruments);


Menunjukkan besaran dari sejumlah listrik pada saat
melakukan pengukuran. Penunjukkan ditandai dengan jarum
petunjuk (pointer) yang bergerak sepanjang tingkatan cakra
angka.
ii. Tipe rekaman (Recording instruments);
Alat ukur yang tetap mengukur secara kontinyu variasi
besaran dari sejumlah listrik untuk diamati dalam periode
waktu yang ditentukan.
iii. Tipe terpadu (Integrating instruments).
Alat ukur yang mengukur jumlah total baik jumlah listrik
atau energi listrik yang diberikan selama periode waktu.
Sebagai contoh meter energi.
Hal Penting dari Alat Ukur Tipe Petunjuk

Beberapa alat ukur disertai hal yang penting berupa jarum


penunjuk (Pointer) yang bergerak sepanjang skala terkalibrasi
dan yang ditancapkan sistem yang bergerak berputar di
dalam bearing. Sistem penggerak mengalami tiga torsi :
1. Torsi simpangan (Deflecting torque) / torsi kerja;
2. Torsi kontrol (Restoring torque) / torsi pemulihan;
3. Torsi redaman (Damping torque).
Torsi Simpangan

- Torsi Simpangan dihasilkan dengan menggunakan magnet,


pemanasan, reaksi kimia, listrik statis dan induksi
elektromagnetik yang memberikan pengaruh pada arus
atau tegangan dan menyebabkan sistem pergerakan alat
ukur bergerak dari posisi nolnya.

- Metode penghasilan torsi bergantung pada tipe alat ukur.


Torsi Kontrol

- Besar pergerakan dari pergerakan sistem akan menjadi hal


yang tak tentu di bawah pengaruh dari torsi simpangan,
hingga torsi kontrol muncul untuk melawan torsi
simpangan tersebut.
- Kenaikan torsi kontrol sebanding dengan kenaikan
simpangan sistem pergerakan.
- Torsi kontrol akan mengembalikan jarum ukur/petunjuk
kembali ke posisi nol pada saat sumber yang menyebabkan
adanya torsi simpangan dihilangkan.
Torsi Kontrol

- Dibuat dengan :

Kontrol Pegas: Kontrol Grafitasi:


Torsi Redaman
Media • Sistem
pergerakan
yang akan bergerak -> Torsi Membutuhkan
diukur Simpangan waktu untuk
Inersia dari • Sistem berosilasi
sampai kondisi mencapai keadaan
sistem istirahatnya mantab (steady
pergerakan (rest)
Pegas / state)
• Sistem pelawan -
Grafitasi > Torsi Kontrol

• Gesekan Udara
• Gesekan Cairan Sistem
• Redaman
• Arus Eddy Redaman
• Elektromagnetik
Torsi Redaman
• Torsi Redaman berbanding lurus dengan kecepatan rotasi dari sistem
pergerakan.
1. Kondisi Tak Teredam (Under damped) :
Respon berosilasi
2. Kondisi Terlalu Teredam (Over damped) :
Respon berjalan lambat, dan naik sangat
pelan dari Posisi nol hingga Posisi final.
3. Kondisi Teredam Kritis (Critically damped) :
Respon bergerak cepat tanpa adanya osilasi.
KLASIFIKASI ALAT UKUR

Menurut Prinsip Kerja dan Konstruksi


• Alat ukur kumparan putar
• Alat ukur besi putar
• Alat ukur elektrodinamis
• Alat ukur elektrostatis
• Alat ukur induksi
KLASIFIKASI ALAT UKUR
A. ALAT UKUR KUMPARAN PUTAR
Adalah alat ukur yang bekerja dengan prinsip listrik ditempatkan dalam medan listrik
permanen
1.Magnet tetap
Prinsip Kerja : 2.Kutub sepatu
Kumparan bergerak dalam medan 3.Inti besi lunak
magnet permanen, selinder inti 4.Kumparan putar
besi terletak diantara kedua kutub 5.Pegas Spriral
magnet. Jika ada arus searah yang 6.Jarum penunjuk
mengalir melalui kumparan tsb, 7.Rangka kumparan putar
maka gaya elektromagnetis yang 8.Tiang poros
mempunyai arah tertentu akan
dikenakan pada kumparan putar.
Prinsip Kerja Alat Ukur
Jenis Kumparan Putar
10
KLASIFIKASI ALAT UKUR (Kumparan
Putar)
Arah Gaya berdasarkan hukum tangan kiri
dari Fleming
Gaya f = naBI dimana :
Kopel Td = BnabI n = jumlah lilitan
a = panjang kumparan
B = besar medan magnet
dalam celah udara
I = kuat arus
b = lebar kumparan
Pegas dipasang pada gambar didepan untuk mendapatkan simpangan jarus yang sesuai
dengan harga dari besaran arus yang diukur, sehingga :
Momen lawan : Tc = τθ ; τ = konstanta pegas; θ = sudut simpangan
Dalam keadaan seimbang : Td = Tc ->BnabI = τθ ; θ = BnabI / τ
KLASIFIKASI ALAT UKUR (Kumparan
Putar)
Dari gerakan osilasi jarum penunjuk, maka diperlukan
redaman dengan cara :
1. Rem udara dengan penghisap tabung.
2. Rem arus putar dengan keping dan magnet permanen.
3. Memasang rangka pada kumparan putar dengan
kerangka aluminium. Gerakan Jarum Penunjuk

Penggunaan alat ukur ini dalam pengukuran arus searah


sebagai ampere-meter, ohm-meter, volt-meter dan multi-
meter.
Penggunaan pada pengukuran arus bolak-balik diperlukan
suatu penyearah (rectifier) sebelum diukur.

Peredam dalam alat ukur jenis


kumparan putar
KLASIFIKASI ALAT UKUR
B. ALAT UKUR BESI PUTAR
Ada 2 Tipe :
1. Jenis Tolak (repulsion type)
2. Jenis Tarik Menarik (attraction type)
Konstruksi :
Terdiri dari kumparan tetap dan pasang besi lunak yang mudah
dimagnetisasi. Penempatan besi lunak seperti pada gambar yaitu Jenis tolak (repulasion type)
terhubung dengan sumbu dari jarum penunjuk sehingga dapar
bergerak bebas
Prinsip Kerja :
Arus mengalir, timbul medan elektromagnetis yang memagnetisasi
besi lunak. Arah kedua kutub lunak akan sama, yang
mengakibatkan saling tolak menolak sehingga terjadi pergeseran
jarum penunjuk.
Jenis gabungan tarik dan tolak
(combined attraction and repulsion type)
KLASIFIKASI ALAT UKUR
C. ALAT UKUR ELEKTRODINAMIS
Konstruksi :
Terdiri dari kumparan putar dan kumparan tetap.
F : Arah dari gaya
I : Arah dari arus
H : Arah dari
fluksi magnit

Prinsip Kerja :
Bila ada arus yang mengalir melalui kumparan putar dan
kumparan tetap, maka akan terjadi interaksi antara
medan magnet dan arus yang meyebabkan terjadinya
momen putar pada kumparan tersebut sehingga jarum
memberikan simpanan.
Pegas spiral berguna untuk memberikan momen lawan
sehingga penunjukkan jarum sesuai dengan besaran arus
Alat Ukur Elektrodinamis
yang diukur.
KLASIFIKASI ALAT UKUR
C. ALAT UKUR ELEKTROSTATIS

Konstruksi :
Terdiri dari eletroda tetap, elektroda putar, cincin pelindung

Prinsip Kerja :
Berdasarkan prinsip elektrostatis sebagai interaksi
kedua elektroda. Jika Tegangan tinggi V
ditempatkan diantara elektroda tetap dan putar,
maka akan timbul atraksi yang mengakibatkan
bertambahnya kapasitas dari kondensator. Elektroda
putar akan berputar dan dihubungkan dengan suatu
alat sehingga dapat memutar jarum penunjuk.

Alat Ukur Elektro Statis


KLASIFIKASI ALAT UKUR

C. ALAT UKUR INDUKSI

Konstruksi :
Terdiri dari piringan logam yang dapat berputar pada porosnya dan dua buah kumparan tetap.

Prinsip Kerja :
Bila kumparan dilalui arus, timbul
medan magnet yang akan menginduksi
piringan logam sehingga menimbulkan
momen putar.

Penggunaan alat ini sebagai pengukur tegangan, arus dan daya


Alat Ukur Induksi
TIPE AMMETERS & VOLTMETERS
1) Moving Iron Type Meters (AC & DC);
a) Attraction type,
b) Repulsion type.
2) Moving Coil Type Meters (AC & DC);
a) Permanent Magnet type,
b) Electrodynamic or Dynamometer.
3) Hot Wire Type (AC & DC);
4) Induction Type (AC & DC);
a) Split phase,
b) Shaded Pole type.
5) Electrostatic Type for Voltmeters Only;
Moving-iron instrument
• Tipe Tarik – menarik (attraction type)
Saat arus melalui solenoid, lempengan
besi lunak (soft iron) tertarik menuju
solenoid dan pergerakan tersebut
menyebabkan jarum ukur bergerak
sepanjang sekala ukur.
• Tipe Tolak – menolak (repulsion type)
Dua buah besi yang diletakkan di
dalam solenoid, satu dipasang tetap,
dan satunya terhubung dengan lengan
yang membaa jarum ukur.
Moving-coil instrument

• Tipe magnet permanen belitan bergerak


(permanent magnet moving coil) yang hanya dapat
digunakan untuk arus searah (DC)

• Tipe Dinamometer yang dapat digunakan baik DC


maupun AC.
Moving-coil instrument

PERMANENT MAGNET MOVING COIL

“Prinsip operasi PMMC didasarkan


pada prinsip konduktor arus yang
ditempatkan di medan magnet,
ditindaklanjuti dengan gaya yang
cenderung menggerakkannya.”
Moving-coil instrument
DYNAMOMETER
• Alat ukur ini cocok untuk pengukuran arus DC dan AC, tegangan dan daya.
• Torsi simpangan dalam dynamometer bergantung pada interaksi medan magnet
yang dihasilkan oleh sepasang belitan inti udara yang dipasang tetap dan belitan
inti udara yang mampu bergerak berdasarkan sudut (angular) yang menggantung
(suspended) di dalam belitan tetap.
Moving-coil instrument

DYNAMOMETER
Tipe HOT WIRE
• sIstem Kerja berdasarkan panas yang ditimbulkan oleh
arus listrik.

• Kabel berbahan platinum-iridium (pada suhu tinggi


mampu menahan proses oksidasi).

• Saat arus melalui kabel, akan bertambah berdasarkan


formula I2R.

• Menyebabkan kabel menjadi kendur, sehingga jarum


ukur akan menyimpang.
Tipe Alat Ukur Induksi
• Alat ukur ini sangat cocok untuk pengukuran AC, karena torsi simpangan yang
dihasilkan oleh arus eddy yang diinduksi dalam cakram atau drum berbahan
aluminium atau tembaga dengan fluks yang dibuat oleh elektro magnet.
• Kelebihan alat ukur ini
(i) Defleksi skala penuh dapat diperoleh dengan memberi skala panjang dan terbuka
(ii) pengaruh medan magnet liar kecil;
(iii) redaman lebih mudah dan efektif.
Tipe Alat Ukur Induksi
• Kelemahan alat ukkur ini :
(i) Defleksi yang lebih besar menyebabkan lebih banyak tekanan
pada mata air kontrol.
(ii) Variasi frekuensi dan suhu suplai dapat menyebabkan
kesalahan serius kecuali perangkat kompensasi digunakan.
(iii) Instrumen ini lebih mahal dan mengkonsumsi lebih banyak
tenaga
• Biasa digunakan dalam watt-meters atau energy meters.
Tipe Alat Ukur Induksi
Tipe Alat Ukur Induksi
• Jenis induksi wattmeter terdiri dari dua elektromagnet laminasi yang dikenal
sebagai shunt elektromagnet dan elektromagnet seri.
• Magnet shunt sangat diminati oleh arus yang proporsional terhadap tegangan
pada beban yang mengalir melalui koil tekanan dan magnet seri yang sangat
diminati oleh arus beban yang mengalir melalui koil arus.
• Sebuah cakram tipis yang terbuat dari Cu atau Al, diputar di tengahnya,
diletakkan di antara magnet shunt dan series sehingga memotong fluks dari
kedua magnet.
Tipe Alat Ukur Induksi
• Torsi defleksi dihasilkan oleh interaksi arus eddy yang diinduksi
pada disk dan fluks induksi untuk menyebabkan fluks yang
dihasilkan pada magnet shunt tertinggal dalam fase dengan
tepat 90 ° di belakang tegangan yang diberikan.
• Satu atau lebih cincin tembaga, yang dikenal sebagai ikatan
shading tembaga disediakan pada satu anggota badan di magnet
shunt.
• Kelemahan fluks magnet shunt dan seri bisa dicapai dengan
menyesuaikan posisi ikatan shading tembaga. "Sirkuit koil
tekanan dari instrumen tipe induksi dibuat se induktif mungkin
sehingga fluks magnet shunt bisa tertinggal 90 ° di belakang
tegangan yang diberikan.
D’Arsonval Meter

 Merupakan modifikasi dari alat ukur dasar,


dimana ada penempatan resistor bernilai rendah
(resistor shunt / Rsh ) yang terpasang parallel
dengan resistansi internal dari alat ukur (Rm),
sehingga rentang pengukuran menjadi
bertambah.
 Ish lebih besar dari Im.

D’Ársonval Meter digunakan


dalam Ammeter
D’Arsonval Meter
 Vm = ImRm
 Vsh = Vm
 Ish = I – Im
 Rsh = Vsh/Ish
= ImRm/Ish = (Im/Ish)(Rm)
= Im/(I – Im)*Rm Ohm
D’Arsonval Meter

Contoh :

A D'Arsonval meter mempunyai simpangan skala penuh sebesar 1


mA dan resistansi tembaga 500 Ω, berapa tegangan skala penuh?

Jawaban:

Ohm's Law E  I *R
E  (1mA) * (500)
E  0.5V
D’Arsonval Meter

Contoh :
Hitung nilai resistor shunt yang dibutuhkan untuk mengubah skala penuh 1 mA
dengan hambatan dalam 100 ohm, menjadi 10 mA.

Vsh  Vm  0.1V
Jawaban : V  I R I sh  I  I m
m m m
 10mA  1mA  9mA
 1mA * 100   0.1V
Vsh 0.1V
Rsh   11.11
I sh 9mA
Ayrton Shunt

 Tujuan resistor shunt adalah untuk dapat


melakukan pengukuran arus I yang mana lebih
besar n kali dari Im,

 n disebut sebagai faktor kali (multiplying factor)


serta hubungan total arus dan arus dari alat
ukur disebut Ayrton Shunt.
I = nIm
subtitusi I dalam perhitungan seblumnya
Rsh = RmIm/(nIm-Im) = Rm/(n-1) Ohm
Aryton Shunt.
Ayrton Shunt

 Untuk nilai masing masing resistansi dari shunt, dihitung mulai dengan rentang
yang paling sensitif hingga kurang sensitif.
 Shunt resistance, Rsh = Ra + Rb + Rc

 Dengan mengandaikan nilai resistansi shunt sama dengan Rsh, maka


perhitungan menjadi, Rsh = Rm/(n-1)
Ayrton Shunt

 VRb + Rc = VRa + Rm

 (Rb + Rc) (I2-Im)=Im (Ra +Rm) ; Ra = Rsh – (Rb + Rc)


I2(Rb + Rc) - Im(Rb + Rc)= Im[Rsh-(Rb + Rc)+Rm]
I2(Rb + Rc) - Im(Rb + Rc) = ImRsh- Im(Rb + Rc)+ImRm
Rb+ Rc = Im (Rsh+ Rm)/I2
 Rc = Im(Rsh+ Rm)/I3
 Rb = (Rb + Rc) – Rc
Ayrton Shunt
Contoh :
Hitung nilai dari resistor shunt untuk rangkaian seperti dalam gambar I3 = 1A,
I2 = 100 A, I1 = 10 mA, Im = 100 uA dan Rm = 1K Ohm.

Jawaban:
Rm 1K
Rsh    10.1
n  1 100  1

I m ( Rb  Rc )
Rb  Rc 
I2
(100uA) * (10.1  1K)
  1.01
100mA
Ayrton Shunt
I m ( Rb  Rc )
Rb  Rc 
I2
(100uA) * (10.1  1K)
  0.101
1A

Rb  ( Rb  Rc )  Rc
 1.01  0.101  0.909

Ra  Rsh  ( Rb  Rc )
 10.1  (0.909  0.101)  0.909

Rsh  Ra  Rb  Rc
 9.09  0.909  0.101  10.1
Efek penambahan ammeter
E
 Gambaran dari Ie 
R1

E
Yang diharapkan  Penempatan resistor series Im 
R1  Rm

 Perbandingan Im R1

I e R1  Rm
Efek yang terjadi

 Error penambahan  Im 
1   *100%
 Ie 
Efek penambahan ammeter
Contoh :
Alat ukur mempunyai hambatan dalam 78 Ohm digunakan untuk mengukur
arus yang melewati Rc seperti dalam Gambar, Tentukan persentase error
akibat penambahan ammeter.
Jawaban
Im R1 1.5K
   0.95
I e R1  rm 1.5K  78

I m  0.95I e
Voltmeter
 Dengan Mempertimbangkan FSD arus alat ukur 1 mA dan resistansi tembaga,
Rc, of 500 Ω, tegangan Maksimum untuk mencapai VSD adalah 0.5 V.
 Tegangan dapat dinaikkan dengan menambahkan resistor series.

Voltmeter.
 VFSD= IFSD(Rc+ Rm)
 Rm disebut sebagai resistor pengali (multiplier resistor) karena mengalikann
rentang kerja dari alat ukur. Dengan kata lain membagi tegangan yang terukur
oleh alat ukur.
Voltmeter

 Rm= (VFSD/ IFSD) –Rc

Sebagai contoh pembacaan FSD dari voltmeter 10 V dengan


karakteristik alat ukur (IFSD = 1 mA, Ri= 500 Ω):
Rm = (10 / 1 x 10-3) –500 = 9.5kΩ.
Ohmmeter
E
I fs 
R z  Rm

I E /( R z  Rm  Rx ) ( R z  Rm )
 
Rangkaian dasar Ohmmeter I fs E /( Rz  Rm ) ( R z  Rm  R x )

E
I
Rz  Rm  Rx

I ( R z  Rm )
P 
Rangkaian Penambahan Rx I fs ( Rz  Rm  Rx )
pada Ohmmeter
Ohmmeter
Contoh:
Arus FSD dari alat ukur sebesar 1mA digunakan untuk mengukur rangkaian
ohmmeter. Resistansi dalam alat ukur sebesar Rm, 100 Ohm, dan 3 V baterai
digunakan di dalam rangkaian. Hitung nilai resistansi yang dibutuhkan untuk
rasio FSD, 20%, 40, 50 dan 75%.
Jawaban.
E R z  Rm R z  Rm
Rz   Rm Rx   ( R z  Rm ) Rx   ( R z  Rm )
P P
I fs
3 K 3 K
  (3K)   (3K)
3V 0 .4 0.75
Rz   100Ohm  2.9 KOhm
1mA  4. 5 K   1K

R z  Rm R z  Rm
Rx   ( R z  Rm ) Rx   ( R z  Rm )
P P
2.9 K  1.0 K 3 K
  (2.9 K  1.0 K)   (3K)
0.2 0 .5
 12 K  3 K
Tugas
1 2

3
Selamat Belajar
Cont’d…
 The peak value of 10 V rms sine wave is,
E p  10Vrms *1.414  14.14V peak
E ave  E dc  0.318 * E p

or
Ep
E ave   0.45 * E rms

 If the output voltage fromRthe Ehalf-wave 0.rectifier


45Erms is 10V only, a
s  dc
 R s   Rm
I dc
dc voltmeter will provide an indication I dc
of approximately 4.5 V.

S ac  0.45S dc
Example 4.1: D’Arsonval Meter Half-Wave Rectifier.
Compute the value of the multiplier resistor for a 10 Vrms ac range
on the voltmeter shown in Figure 5.7.

Figure 5.7: AC Voltmeter Using Half-


Wave Rectification.

1 450
S ac  0.45S dc  0.45 * 
Solution: I fs V
Rs  S ac * Range ac  Rm
Find the sensitivity for a half wave rectifier.
450 10V
 *  300  4.2 K
V 1
Cont’d…
 Commercially produced ac voltmeters that use half-wave rectification have an additional diode and shunt as shown in Figure 5.8, which is called instrument rectifier.

Figure 5.8: Half-Wave Rectification


Using an Instrument Rectifier and a
 . Shunt Resistor.
5.3 D’Arsonval Meter Movement with Full-Wave Rectification.

 The full-wave rectifier provide higher sensitivity rating


compare to the half-wave rectifier.
 Bridge type rectifier is the most commonly used, Figure 5.9.

Figure 5.9: Full Wave


Bridge Rectifier Used in AC
Voltmeter Circuit.
Cont’d…

 Operation;
(a) During the positive half cycle (red arrow), currents flows through diode D2, through the meter
movement from positive to negative, and through diode D3.
- The polarities in circles on the transformer secondary are for the positive half cycle.
- Since current flows through the meter movement on both half cycles, we can expect the deflection
of the pointer to be greater than with the half wave cycle.
- If the deflection remains the same, the instrument using full wave rectification will have a greater
sensitivity.
(b) Vise versa for the negative half cycle (blue arrow).
Cont’d…
 From the circuit in Figure 5.9, the peak value of the 10 Vrms signal with the half-wave rectifier is,

E p  1.414 * E rms  14.14V peak


 The average dc value of the pulsating sine wave is,

E ave  0.636 E p  9V
 Or can be compute as,

Eave  0.9 * Erms  0.9 *10V  9V


 The AC voltmeter using full-wave rectification has a sensitivity equal to 90% of the dc sensitivity or
twice the sensitivity using half-wave rectification.

S ac  0.9 * S dc
Example 4.2: D’Arsonval Meter Full-Wave Rectifier.
Each diode in the full-wave rectifier circuit in Figure 5.10 has an
average forward bias resistance of 50 Ohm and is assumed to have
an infinite resistance in the reverse direction. Calculate,
(a) The multiplier Rs.
(b) The AC sensitivity.
© The equivalent DC sensitivity. Figure 5.10: AC Voltmeter Using
Full-Wave Rectification and Shunt.

E m 1mA * 500
I sh    1mA
Rsh 500
and
Solution:
I T  I sh  I m  1mA  1mA  2mA
(a) Calculate the current shunt and total current,
Cont’d…Example
 The equivalent DC voltage is,

E dc  0.9 *10Vrms  0.9 * 10V  9.0V


E dc 9.0V
RT    4.5 K
IT 2mA
Rm Rsh
Rs  RT  2 Rd 
Rm  Rsh
500 * 500
(b) The ac sensitivity,

 4500  2 * 50   4.15K


500  500

(c.) The dc sensitivity,


RT 4500
S ac    450 / V
Range 10V

S ac 1
S dc    500 / V
IT 2mA
or
S ac 450 / V
S dc    500 / V
0. 9 0.9

Anda mungkin juga menyukai