Anda di halaman 1dari 24

IDENTIFIKASI PEWARNA SINTETIS

PADA KRUPUK RENGGINANG


SECARA KROMATOGRAFI KERTAS
Pendahuluan
• Mutu suatu makanan ditentukan oleh beberapa faktor
seperti warna, penyedap, dan nilai gizi, tetapi secara visual
warna tampil sebagai salah satu alternatif untuk menambah
selera konsumen. Namun, penggunaan pewarna sintetis
harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
• Pewarna sintetis adalah zat warna yang mengandung bahan
kimia yang biasanya digunakan didalam makanan untuk
mewarnai makanan.Pewarna sintetis ini mempunyai
keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami, yaitu
mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih
seragam, lebih stabil, dan biasanya lebih murah.
• Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pewarna
sintetis yang terdapat dalam krupuk rengginang.
• Jenis-jenis Pewarna Sintetis antara lain adalah Tartrazine (E102 atau
Yellow 5), sunset Yellow (E110, Orange Yellow/Yellow 6), Ponceau 4R
(E124 atau SX purple), Allura Red (E129), dan Quinoline Yellow (E104).
• Metode untuk identifikasi pewarna sintetis secara kualitatif
menggunakan metode kromatografi kertas.
• Metode ini merupakan metode pemisahan dengan kerja 2 fase yaitu
fase diam dan fase gerak, dimana fase diam dalam metode
kromatografi kertas adalah air yang disokong oleh kertas selulosa
sedangkan fase gerak terdiri dari campuran pelarut organik.
• Identifikasi noda-noda pada kromatogram dapat
dilakukan dengan menentukan harga Rf (retardation
factor) dari masing-masing noda tersebut.
• Nilai Rf merupakan rasio jarak tempuh suatu komponen
pada kromatogram dengan jarak tempuh eluen. Nilai Rf
dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
berikut ini:

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛


Rf=
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
Metode
Metode Penelitian
Penelitian

Pemeriksaan dilakukan secara kualitatif


dengan metode kromatografi kertas
menggunakan benang wol
(SNI, 01-2895-1992)
Alat: Bahan:
 Bejana kromatografi Kerupuk rengginang
(Chamber) berwarna merah,
Gelas piala 250 mL kuning, hijau
Batang pengaduk Etanol 70%
Benang wol bebas Asam asetat 6%
lemak Amoniak 10%
Kertas whatman No. 1 Trinatrium sitrat
Pipa kapiler Etil metil keton
Mortir NH3 pekat
Pipet volume Aquades
Stamper NaCl
Penangas air Asam asetat glasial
Etanol 50%
Bahan baku warna
Persiapan Sampel
• Sampel dikelompokkan warna hijau,
merah, dan kuning
• Dihaluskan sampel sebanyak 30 g
• Ditambahkan etanol dan aquades
• Direndam selama semalam
• Disaring
Ekstraksi Zat Warna
• Filtrat dari sampel dimasukkan dalam gelas piala,
lalu dipanaskan.
• Setelah filtrat tersisa setengahnya, filtrat diangkat,
diasamkan dengan asam asetat 6% dan
ditambahkan aquadest sampai 100 ml.
• Dimasukkan benang wol secukupnya, dipanaskan
sambil
• diaduk-aduk sampai cairan jernih atau benang wol
menyerap warna.
• Benang wol dari gelas piala diambil, dicuci dengan
air keran sampai bersih dan ditambah amoniak
10% sebanyak 10 ml, lalu ditangas sampai warna
luntur.
• Kemudian benang wol diambil, dan lunturan zat
Absorpsi Zat Warna Oleh Benang Wol
warna disaring lalu dipekatkan di atas penangas Sumber: Artikel Identifikasi Pewarna
air. Sintesis Pada Krupuk Rengginang
Secara Kromatografi Kertas.
• Hasil pekatan digunakan untuk analisis kualitatif.
Pembuatan Eluen

Dalam penelitian ini, identifikasi zat warna


dengan kromatografi kertas menggunakan 3
macam eluen.
a. Larutan eluen I, terdiri dari etil metil
keton:aseton:aquadest (7:3:3).
b. Larutan eluen II, terdiri dari : Diencerkan 5 ml
NH3 pekat dengan aquadest hingga 100 ml dan
ditambahkan 2 g trinatrium sitrat.
c. Larutan eluen III, terdiri dari : etanol 50% 300 ml
dan NaCl 15 g. Sebanyak 15 g NaCl dalam 300 ml
etanol 50%.
Proses penjenuhan dan identifikasi zat warna sintesis

Eluen 1 2 3
dimasukan
Eluen dalam chamber
dan dimasukan
kertas saring

Totolkan sampel Pentotolan Dielusikan


pada kertas dilakukan 2 cm dengan eluen 1
whatman dari tepi bawah 23
Proses Penjenuhan
Penjenuhan dengan uap pelarut bertujuan untuk
mempercepat terjadinya elusi atau pergerakan komponen-
komponen sampel pada media kertas kromatografi.
Langkah-langkah dalam proses penjenuhan sebagai berikut:

• masing-masing eluen yaitu eluen I, II dan III dimasukkan ke


dalam chamber kromatografi yang berbeda.
• Kemudian dimasukkan kertas saring ke dalam chamber
setelah itu chamber kromatografi di tutup.
• Jika semua permukaan kertas telah basah atau pelarut
sudah merambat sepanjang kertas, hal ini menandakan
bejana sudah jenuh oleh uap eluen.
Identifikasi Zat Warna Sintetis
• Hasil ekstrak dan pewarna baku
ditotolkan pada kertas Whatman
No. 1 dengan jarak rambat elusi 15
cm.
• Penotolan dilakukan 2 cm dari tepi
bawah kertas Whatman No. 1.
• Kemudian kertas dielusikan dengan
eluen I, II dan III yang sudah jenuh
sampai batas jarak elusi.
• Sampel dinyatakan positif bila :
a. Warna bercak sampel sama dan
sejajar dengan warna bercak baku
pembanding.
b. Selisih harga Rf sampel dan harga
Rf baku ≤ 0,2.
Penotolan sampel
Sumber: Artikel Identifikasi Pewarna
Sintesis Pada Krupuk Rengginang Secara
Kromatografi Kertas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
pewarna sintetis pada krupuk rengginang yaitu dengan metode
kromatografi kertas.
• Metode ini merupakan metode pemisahan dengan kerja 2 fase yaitu fase
diam dan fase gerak, dimana fase diam dalam metode kromatografi
kertas adalah air yang disokong oleh kertas selulosa sedangkan fase gerak
terdiri dari campuran pelarut organik.
• Hasil kerja 2 fase tersebut berupa rambatan (Rf) zat warna yang dapat
dibandingkan antara sampel dan baku standar. Bila noda mempunyai warna
yang sama, sejajar dan selisih harga Rf ≤ 0,2 berarti sampel mengandung
zat warna yang sesuai dengan standar bakunya.

Tabel 1. Hasil Uji Identifikasi Pewarna Eluen 1

Warna Warna Rata- Selisih RF


Kode Visual Bercak rata Rf sampel &
baku
Sampel merah Merah Merah tua 0,21
Baku eritrosin Merah Merah muda 0,90 0,69
Baku ponceau 4R Merah Merah tua 0,24 0,03
Baku carmoisin Merah Merah ungu 0,62 0,41
Sampel kuning Kuning Kuning 0,24
Baku sunset yellow Orange Orange 0,54 0,30
Baku tartrazin Kuning Kuning 0,29 0,05
Baku quinelin Kuning Kuning muda 0,96 0,72
Sampel hijau Hijau Kuning 0,25
Kuning 0,7
Baku tartrazin Kuning Kuning 0,29 0,04
Baku biru berlian Biru Biru 0,67 0,03
Tabel II. Hasil Uji Identifikasi Pewarna Sintetis Eluen 2

Warna Warna Rata- Selisih RF


Kode Visual Bercak rata Rf sampel &
baku
Sampel merah Merah Merah tua 0,48
Baku eritrosin Merah Merah muda 0,11 0,37
Baku ponceau 4R Merah Merah tua 0,58 0,10
Baku carmoisin Merah Merah ungu 0,18 0,30
Sampel kuning Kuning Kuning 0,72
Baku sunset yellow Orange Orange 0,49 0,23
Baku tartrazin Kuning Kuning 0,77 0,05
Baku quinelin Kuning Kuning muda 0,73 0,01
Sampel hijau Hijau Kuning 0,67
Biru 0,83
Baku tartrazin Kuning Kuning 0,76 0,09
Baku biru berlian Biru Biru 0,88 0,05
Tabel II. Hasil Uji Identifikasi Pewarna Sintetis Eluen 3

Selisih RF
Kode Warna Visual Warna Bercak Rf Sampel
baku
Sampel merah Merah Merah tua 0,60
Baku eritrosin Merah Merah muda 0,68 0,08
Baku ponceau 4R Merah Merah tua 0,61 0,01
Baku carmoisin Merah Merah ungu 0,68 0,08
Sampel kuning Kuning Kuning 0,49
Baku sunset
Orange Orange 0,80 0,31
yellow
Baku tartrazin Kuning Kuning 0,51 0,02
Baku quinelin Kuning Kuning muda 0,96 0,47
Sampel hijau Hijau Kuning 0,49
Biru 0,95
Baku tartrazin Kuning Kuning 0,54 0,05
Baku biru berlian Biru Biru 0,96 0,01
 Sampel yang diuji dalam penelitian ini adalah krupuk rengginang
dengan variasi beberapa warna yaitu krupuk rengginang warna
merah, warna kuning dan warna hijau.
 Uji menggunakan eluen 1 menunjukkan bahwa sampel merah dengan
baku ponceau 4R menunjukkan selisih nilai Rf ≤ 0,2 yaitu sebesar
0,03.
 Uji menggunakan eluen 2 menunjukkan bahwa sampel merah dengan
baku ponceau 4R menunjukkan selisih nilai Rf ≤ 0,2 yaitu sebesar
0,10.
 Uji menggunakan eluen 3 menunjukkan bahwa sampel merah dengan
baku eritrosin, ponceau 4R dan carmosin menunjukkan selisih nilai Rf
≤ 0,2 yaitu sebesar 0,08; 0,01 dan 0,08. Tetapi, jika dibandingkan
dengan hasil warna bercak noda ponceau 4R, warna bercaknya sama.
Sampel merah positif mengandung baku ponceau 4R.
• Pada sampel kuning dengan uji menggunakan eluen 1
menunjukkan bahwa sampel merah dengan baku tartrazin
menunjukkan selisih nilai Rf ≤ 0,2 yaitu sebesar 0,05.
• Uji menggunakan eluen 2 menunjukkan bahwa sampel
kuning dengan baku tartrazin dan quinelin menunjukkan
selisih nilai Rf ≤ 0,2 yaitu sebesar 0,05 dan 0,01.
• Uji menggunakan eluen 3 menunjukkan bahwa sampel
kuning dengan baku tartrazin menunjukkan selisih nilai Rf
≤ 0,2 yaitu sebesar 0,02. Jika dibandingkan dengan hasil
warna bercak noda tartrazin, warna bercaknya sama. Sampel
kuning positif mengandung baku tartrazin.
 Pada sampel hijau dengan uji menggunakan eluen 1 menunjukkan
bahwa sampel hijau dengan baku tartrazin dan biru berlian
menunjukkan selisih nilai Rf ≤ 0,2 yaitu sebesar 0,04 pada bercak
noda kuning dan 0,03 pada bercak noda biru.
 Uji menggunakan eluen 2 menunjukkan bahwa sampel hijau
dengan baku tartrazin dan biru berlian menunjukkan selisih nilai
Rf ≤ 0,2 yaitu sebesar 0,09 pada bercak noda kuning dan 0,05 pada
bercak noda biru.
 Uji menggunakan eluen 3 menunjukkan bahwa sampel hijau dengan
baku tartrazin dan biru berlian menunjukkan selisih nilai Rf ≤ 0,2
yaitu sebesar 0,05 pada bercak noda kuning dan 0,01 pada bercak
noda biru. Sampel biru mengandung baku tartrazin dan biru berlian
karena nilai Rf ≤ 0,2.
 Pewarna sintetis yang terdapat dalam sampel krupuk renngginang
merupakan pewarna sintetis yang diizinkan untuk makanan sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Per/Menkes/IX/88 diantaranya
ponceau 4R, tartrazin, dan biru berlian.
 Meskipun merupakan pewarna yang diizinkan penggunaannya untuk
makanan menurut Permenkes RI No722/Menkes/Per/IX/88, namun
prinsip penggunaannya tetap dalam jumlah yang tidak melebihi
keperluan.
 Untuk tartrazin jumlah pemakaian yang diperbolehkan berkisar antara 18–
300 mg/kg, ponceau 4R berkisar antara 30–300 mg/kg, sedangkan untuk
biru berlian berkisar antara 100-300 mg/kg (SNI01-0222-1995).
KESIMPULAN

Pewarna sintetis yang terdapat dalam krupuk


rengginang merupakan pewarna yang diizinkan
penggunaannya untuk makanan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88
tentang bahan tambahan makanan.
SARAN

 Perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap


produk makanan khususnya krupuk yang beredar di
pasar-pasar tradisional untuk mengetahui
penggunaan zat pewarna sintetis dalam produk.
 Perlu dilakukan identifikasi keberadaan zat aditif lain
pada krupuk rengginang.
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, C.H., dan Mulyono, N.2009. Bahan Tambahan Pangan : Pewarna,


IPB Press, Bogor.

Depkes RI, 1988, Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan


Tambahan Makanan, Jakarta.

Depkes RI, 1985, Permenkes RI No. 239/Menkes/Per/V/85 tentang Bahan


Pewarna yang Dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya, Jakarta.

SNI,01-2895-1992, Cara Uji Pewarna Tambahan Makanan.SNI 01-0222-1995,


Bahan Tambahan Makanan.

Hidayat, N., dan Elfi, A.S., 2006, Membuat Pewarna Alami. Trubus Agrisarana,
Surabaya
Daftar Pustaka
Susilo, Jatmiko., Agitya Resti Erwiyani., dan
Lelie Amaliatusshaleha. Identifikasi Pewarna
Sintesis Pada Krupuk Rengginang Secara
Kromatografi Kertas.

Anda mungkin juga menyukai