I. Tujuan
Mampu melakukan identifikasi senyawa golongan flavonoid, polifenol,
terpenoid, alkaloid, dan antrakinon secara kromatografi lapis tipis dengan
berbagai penampak noda
2. Golongan Polifenol
Warna noda Jarak noda Jarak Eluen Rf
(cm) (cm)
Hitam 6,2 8,0 0,78
Noda Hitam
3. Golongan Terpenoid
a. Uji Buih
Terdapat buih selama 30 menit dengan ketinggian 4 cm
Merah ungu
c. Identifikasi Terpenoid Bebas
Warna noda Jarak noda Jarak Eluen Rf
(cm) (cm)
Merah ungu 2,8 8 0,35
Merah ungu
4. Golongan Antrakinon
Warna noda Jarak noda Jarak Eluen Rf
(cm) (cm)
Kuning coklat 1,4 8 0,18
Merah ungu 3,6 8 0,45
Merah ungu 4,5 8 0,56
Kuning 6,5 8 0,77
Kuning coklat
Merah ungu
Merah ungu
Kuning
5. Gologan Alkaloid
Warna noda Jarak Jarak Eluen Rf Ket.
noda (cm) (cm)
Jingga 4,5 8 0,56 Tidak asam-basa
Jingga 3,5 8 0,44 Asam-basa
Jingga
IV. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji skrining untuk menentukan
senyawa golongan flavonoid, polifenol, alkaloid, terpenoid, dan antrakinon
menggunakan kromatografi lapis tipis dengan berbagai penampak noda
Untuk skrining dengan golongan terpenoid dilakukan uji buih
untuk identifikasi saponin dan identifikasi sapogenin steroid dari ekstrak
klerak (Sapindus rarak DC). Hasil uji buih diperoleh buih yang stabil
selama lebih dari 30 menit dengan ketinggian 4 cm. Oleh karena itu klerak
dapat digunakan sebagai bahan pencuci karena adanya senyawa saponin.
Kandungan utama saponin pada klerak adalah glikosida triterpenoid
alkohok yang bersifat polar. Sedangkan plat KLT yang digunakan juga
polar dengan fase gerak n-heksan – etil asetat yang bersifat non polar.
Maka apabila ditotolkan pada plat KLT senyawa ini akan tertahan dan sulit
naik saat eluasi. Maka dilakukan hidrolisis untuk melepas glikon dari
aglikonnya sehingga terbentuk zat non polar (sapogenin). Penambahan
HCl 2N digunakan untuk menghidrolisis saponin menjadi sapogenin.
Pemanasan dan penutupan corong dengan kapas basah untuk mempercepat
putusnya glikon dari saponin. Penambahan amonia untuk menetralkan
karena sapogenin diperoleh dalam larutan asam. Ekstraksi dilakukan
dengan n-heksana untuk menarik sapogenin dan memisahkan dari senyawa
lain. Selanjutnya diuapkan hingga 0,5 ml untuk menghilangkan n-heksana.
Dari hasil praktikum, ekstrak klerak positif mengandung sapogenin setelah
diberi penampak noda anisaldehid dengan muncul warna merah ungu
dengan Rf 0,74.
Untuk identifikasi terpenoid digunakan ekstrak sambiloto
(Andrographis paniculata). Senyawa terpenoid yang terkandung dalam
sambiloto paling utama adalah andrografolid dan termasuk golongan
diterpen. Telah diketahui bahwa terpenoid/ steroid bebas bersifat non
polar, sehingga digunakan fase diam polar dan fase gerak non polar untuk
proses pemisahannya. Hasil percobaan menunjukkan positif mengandung
terpenoid setelah diberi penampak noda anisaldehid dengan memunculkan
warna merah ungu dengan Rf 0,35.
Untuk skrining golongan alkaloid digunakan ekstrak merica (Piper
nigrum L.).Penambahan NaCl untuk mengendapkan protein yang beresiko
positif palsu. Sedangkan penambahan NH4OH NH4OH bertujuan untuk
memisahkan alkaloid dari garamnya sehingga alkaloid dalam bentuk
basanya akan mudah diekstraksi oleh kloroform. Ekstraksi dilakukan
dengan kloroform agar dapat menarik alkaloid dari tanamannya dan
memisahkannya dengan senyawa lain. Kandungan alkaloid yang utama
adalah piperin yang larut dalam klorofom. Penampak noda menggunakan
Dragendorf. Pereaksi dapat berikatan dengan alkaloid melalui ikatan
koordinasi atom N dengan Hg dari Dragendrof sehingga menghasilkan
senyawa kompleks merkuri yang menghasilkan warna jingga. Hasil
praktikum menunjukkan warna jingga setelah pemberian penampak noda
dragendorf dengan Rf 0,56 untuk yang tidak asam-basa dan Rf 0,44 yang
asam basa.
Untuk skrining golongan antrakinon digunakan ekstrak kelembak
(Rheum officinale L.).Kandungan antrakinon yang utama adalah senidin
(aglikon diantron) dan reidin (heterodiantron). Hasil praktikum
menunjukkan sampel positif mengandung antrakinon dengan
menunjukkan noda merah ungu setelah penambahan penampak noda 10%
KOH dalam metanol. Selain itu juga muncul warna kuning coklat dengan
Rf= 0,18, merah ungu Rf = 0,56; kuning Rf = 0,77.
Untuk skrining flavonoid dan polifenol digunakan ekstrak daun
jambu biji. Dilakukan penambahan dan pengocokan dengan n-heksana
untuk menghilangkan zat warna hijau (klorofil). Setelah tak berwarna,
filtrat dibuang dan residu (ekstrak) dilarutkan dalam etanol dan selanjutnya
uji flavonoid dan polifenol dengan KLT menggunakan plat yang berbeda.
Hasil praktikum menunjukkan warna kuning intensif setelah diberi
penampak noda sitrat borat yang kemudian plat KLT dipanaskan pada hot
plate dengan Rf = 0,75 yang menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji
memiliki kandungan flavonoid utama yaitu quersetin, squalene,
isoquersetin, dan quersetin.
Selain itu ekstrak daun jambu biji positif mengandung senyawa
polifenol karena setelah ditotolkan pada plat KLT kemudian diberi
penampak noda pereaksi FeCl3, nampak noda warna hitam. Hal ini sesuai
dengan literatur kandungan utama polifenol yaitu tanin. Pada uji polifenol
didapat Rf = 0,78.
V. Kesimpulan
1. Ekstrak klerak (Sapindus rarak DC) positif mengandung saponin
dengan buih yang stabil selama lebih dari 30 menit dengan ketinggian
diatas 4cm dan sapogenin dengan muncul warna merah ungu.
2. Ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata) positif mengandung
terpenoid dengan muncul warna merah ungu
3. Ekstrak merica (Piper nigrum L.) positif mengandung alkaloid dengan
muncul warna jingga
4. Ekstrak kelembak (Rheum officinale L.) positif mengandung
antrakinon dengan muncul noda warna kuning coklat, merah ungu,
kuning
5. Ekstrak daun jambu biji positif mengandung flavonoid dengan muncul
noda warna kuning dan positif mengandung polifenol dengan muncul
noda warna hitam