Anda di halaman 1dari 11

MATERI II

SKRINING GOLONGAN SENYAWA

I. Tujuan
Mampu melakukan identifikasi senyawa golongan flavonoid, polifenol,
terpenoid, alkaloid, dan antrakinon secara kromatografi lapis tipis dengan
berbagai penampak noda

II. Prosedur Kerja


a. Skrining Senyawa Golongan Flavonoid
1. Mengocok 50 mg ekstrak dengan 2 ml n-heksana (7-8 kali) hingga
ekstrak n-heksan tidak berwarna  mengambil residu
2. Melarutkan residu dalam 2 ml etanol (membagi larutan menjadi IA
dan IB)
3. Menotolkan larutan IA pada plat KLT dengan pipa kapiler 2 µL (2 x 2
µL)
4. Melakukan eluasi dengan fase gerak kloroform : aseton : asam formiat
(6:6:1) (volume fase gerak 13 ml)
5. Setelah eluasi, plat KLT dipayar dibawah UV 366 nm
6. Menyemprot plat KLT dengan pereaksi asam borat lalu memanaskan
diatas hot plate hingga muncul noda kuning
7. Plat KLT dipayar dibawah UV 366 nm
8. Flavonoid  noda kuning intensif

b. Skrining Senyawa Golongan Polifenol


1. Menotolkan larutan IB dengan pipa kapiler 2 µL (2 x 2 µL)
2. Melakukan eluasi dengan fase gerak kloroform : etil asetat : asam
formiat (0,5:9:0,5) (volume fase gerak sebanyak 10 ml)
3. Setelah eluasi,plat KLT disemprot dengan pereaksi
4. Polifenol  noda warna hitam
c. Skrining Senyawa Golongan Terpenoid
 Uji Buih untuk Saponin

1. Memasukkan ekstrak 0,3 gram ke tabung reaksi lalu menambah air


suling 10 ml

2. Mengocok kuat-kuat selama kira-kira 30 detik

3. Tes buih positif  buih stabil selama 30 menit dengan tinggi 3 cm

 Identifikasi sapogenin steroid/triterpenoid dari saponin


1. Menambah ekstrak 0,5 gram dengan 5 ml HCL 2N

2. Mendidihkan dan menutup dengan corong berisi kapas basah


selama 50 menit untuk menghidrolisis saponin

3. Setelah dingin, menetralkan atau membasakan dengan ammonia

4. Mengekstraksi dengan 5 ml n-heksana sebanyak 2 kali

5. Menguapkan hingga tersisa 0,5 ml lalu menotolkan pada plat KLT


dengan pipa kapiler 2 µL (2 x 2 µL)

6. Melakukan eluasi dengan fase gerak n-heksana : etil asetat (4:1)

(volume fase gerak 10 ml)

7. Setelah eluasi, menyemprot plat KLT dengan pereaksi anisaldehid


asam sulfat lalu memanaskan diatas hot plate hingga muncul noda

8. Sapogenin  warna merah ungu (ungu) atau kuning

 Identifikasi terpenoid/steroid bebas secara KLT

1. Menimbang ekstrak 30-50 mg pada cawan porselen, menambah


beberapa tetes etanol lalu mengaduk sampai rata

2. Menotolkan pada plat KLT dengan pipa kapiler 2 µL (2 x 2 µL)


3. Melakukan eluasi dengan fase gerak n-heksana : etil asetat (4:1)
(volume fase gerak 10 ml)

4. Setelah eluasi, menyemprot plat KLT dengan pereaksi anisaldehid


asam sulfat lalu memanaskan diatas hot plate hingga muncul noda

5. Terpenoid atau steroid  warna merah ungu atau ungu

d. Skrining Senyawa Golongan Alkaloid

1. Menambah ekstrak 0,3 gram dengan etanol 96% 2ml, mengaduk


sampai larut lalu menambah 5 ml HCL 2N

2. Memanaskan diatas penangas air selama 2-5 menit sambil diaduk

3. Setelah dingin, menambah 0,3 gram NaCl lalu mengaduk rata


kemudian disaring  filtrat

4. Filtrat ditambah 5 ml HCL 2N lalu menambah NH4OH 28%


sampai larutan menjadi basa

5. Mengesktraksi dengan 5 ml klorofrm bebas air dalam tabung reaksi

6. Mengambil fase kloroform (bagian bawah) dengan pipet,


mengumpulkan pada cawan porselen

7. Menguapkan diatas penangas air hingga eluen tinggal 0,5 ml

8. Menotolkan fase kloroform pada plat KLT dengan pipa kapiler 2


µL (2 x 2 µL)

9. Melakukan eluasi dengan fase gerak kloroform : etil asetat (1:1)


(volume fase gerak 10 ml)

10. Menyemprot plat KLT dengan pereaksi Dragendorf

11. Alkaloid  warna jingga


e. Skrining Senyawa Golongan Antrakinon

1. Menimbang sampel 30-50 mg

2. Melarutkan dalam etanol

3. Menotolkan pada plat KLT dengan pipa kapiler 2 µL (2 x 2 µL)

4. Melakukan eluasi dengan fase gerak toluena :etil asetat: asam


asetat glasial (75:24:1) 7,5 ml: 2,4 ml: 2 tetes

5. Setelah eluasi, menyemprot plat KLT dengan larutan 10% KOH


dalam metanol

6. Antrakinon  noda kuning, kuning coklat, merah ungu atau hijau


ungu

III. Hasil Praktikum


1. Golongan Flavonoid
Warna noda Jarak noda Jarak Eluen Rf
(cm) (cm)
Kuning Intensif 6,0 8,0 0,75
Kuning Intensif

2. Golongan Polifenol
Warna noda Jarak noda Jarak Eluen Rf
(cm) (cm)
Hitam 6,2 8,0 0,78

Noda Hitam
3. Golongan Terpenoid
a. Uji Buih
Terdapat buih selama 30 menit dengan ketinggian 4 cm

b. Identifikasi Sapogenin steroid / Triterpenoid Steroid


Warna noda Jarak noda Jarak Eluen Rf
(cm) (cm)
Merah ungu 5,9 8,0 0,74

Merah ungu
c. Identifikasi Terpenoid Bebas
Warna noda Jarak noda Jarak Eluen Rf
(cm) (cm)
Merah ungu 2,8 8 0,35

Merah ungu

4. Golongan Antrakinon
Warna noda Jarak noda Jarak Eluen Rf
(cm) (cm)
Kuning coklat 1,4 8 0,18
Merah ungu 3,6 8 0,45
Merah ungu 4,5 8 0,56
Kuning 6,5 8 0,77

Kuning coklat

Merah ungu

Merah ungu

Kuning
5. Gologan Alkaloid
Warna noda Jarak Jarak Eluen Rf Ket.
noda (cm) (cm)
Jingga 4,5 8 0,56 Tidak asam-basa
Jingga 3,5 8 0,44 Asam-basa

Jingga
IV. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji skrining untuk menentukan
senyawa golongan flavonoid, polifenol, alkaloid, terpenoid, dan antrakinon
menggunakan kromatografi lapis tipis dengan berbagai penampak noda
Untuk skrining dengan golongan terpenoid dilakukan uji buih
untuk identifikasi saponin dan identifikasi sapogenin steroid dari ekstrak
klerak (Sapindus rarak DC). Hasil uji buih diperoleh buih yang stabil
selama lebih dari 30 menit dengan ketinggian 4 cm. Oleh karena itu klerak
dapat digunakan sebagai bahan pencuci karena adanya senyawa saponin.
Kandungan utama saponin pada klerak adalah glikosida triterpenoid
alkohok yang bersifat polar. Sedangkan plat KLT yang digunakan juga
polar dengan fase gerak n-heksan – etil asetat yang bersifat non polar.
Maka apabila ditotolkan pada plat KLT senyawa ini akan tertahan dan sulit
naik saat eluasi. Maka dilakukan hidrolisis untuk melepas glikon dari
aglikonnya sehingga terbentuk zat non polar (sapogenin). Penambahan
HCl 2N digunakan untuk menghidrolisis saponin menjadi sapogenin.
Pemanasan dan penutupan corong dengan kapas basah untuk mempercepat
putusnya glikon dari saponin. Penambahan amonia untuk menetralkan
karena sapogenin diperoleh dalam larutan asam. Ekstraksi dilakukan
dengan n-heksana untuk menarik sapogenin dan memisahkan dari senyawa
lain. Selanjutnya diuapkan hingga 0,5 ml untuk menghilangkan n-heksana.
Dari hasil praktikum, ekstrak klerak positif mengandung sapogenin setelah
diberi penampak noda anisaldehid dengan muncul warna merah ungu
dengan Rf 0,74.
Untuk identifikasi terpenoid digunakan ekstrak sambiloto
(Andrographis paniculata). Senyawa terpenoid yang terkandung dalam
sambiloto paling utama adalah andrografolid dan termasuk golongan
diterpen. Telah diketahui bahwa terpenoid/ steroid bebas bersifat non
polar, sehingga digunakan fase diam polar dan fase gerak non polar untuk
proses pemisahannya. Hasil percobaan menunjukkan positif mengandung
terpenoid setelah diberi penampak noda anisaldehid dengan memunculkan
warna merah ungu dengan Rf 0,35.
Untuk skrining golongan alkaloid digunakan ekstrak merica (Piper
nigrum L.).Penambahan NaCl untuk mengendapkan protein yang beresiko
positif palsu. Sedangkan penambahan NH4OH NH4OH bertujuan untuk
memisahkan alkaloid dari garamnya sehingga alkaloid dalam bentuk
basanya akan mudah diekstraksi oleh kloroform. Ekstraksi dilakukan
dengan kloroform agar dapat menarik alkaloid dari tanamannya dan
memisahkannya dengan senyawa lain. Kandungan alkaloid yang utama
adalah piperin yang larut dalam klorofom. Penampak noda menggunakan
Dragendorf. Pereaksi dapat berikatan dengan alkaloid melalui ikatan
koordinasi atom N dengan Hg dari Dragendrof sehingga menghasilkan
senyawa kompleks merkuri yang menghasilkan warna jingga. Hasil
praktikum menunjukkan warna jingga setelah pemberian penampak noda
dragendorf dengan Rf 0,56 untuk yang tidak asam-basa dan Rf 0,44 yang
asam basa.
Untuk skrining golongan antrakinon digunakan ekstrak kelembak
(Rheum officinale L.).Kandungan antrakinon yang utama adalah senidin
(aglikon diantron) dan reidin (heterodiantron). Hasil praktikum
menunjukkan sampel positif mengandung antrakinon dengan
menunjukkan noda merah ungu setelah penambahan penampak noda 10%
KOH dalam metanol. Selain itu juga muncul warna kuning coklat dengan
Rf= 0,18, merah ungu Rf = 0,56; kuning Rf = 0,77.
Untuk skrining flavonoid dan polifenol digunakan ekstrak daun
jambu biji. Dilakukan penambahan dan pengocokan dengan n-heksana
untuk menghilangkan zat warna hijau (klorofil). Setelah tak berwarna,
filtrat dibuang dan residu (ekstrak) dilarutkan dalam etanol dan selanjutnya
uji flavonoid dan polifenol dengan KLT menggunakan plat yang berbeda.
Hasil praktikum menunjukkan warna kuning intensif setelah diberi
penampak noda sitrat borat yang kemudian plat KLT dipanaskan pada hot
plate dengan Rf = 0,75 yang menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji
memiliki kandungan flavonoid utama yaitu quersetin, squalene,
isoquersetin, dan quersetin.
Selain itu ekstrak daun jambu biji positif mengandung senyawa
polifenol karena setelah ditotolkan pada plat KLT kemudian diberi
penampak noda pereaksi FeCl3, nampak noda warna hitam. Hal ini sesuai
dengan literatur kandungan utama polifenol yaitu tanin. Pada uji polifenol
didapat Rf = 0,78.

V. Kesimpulan
1. Ekstrak klerak (Sapindus rarak DC) positif mengandung saponin
dengan buih yang stabil selama lebih dari 30 menit dengan ketinggian
diatas 4cm dan sapogenin dengan muncul warna merah ungu.
2. Ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata) positif mengandung
terpenoid dengan muncul warna merah ungu
3. Ekstrak merica (Piper nigrum L.) positif mengandung alkaloid dengan
muncul warna jingga
4. Ekstrak kelembak (Rheum officinale L.) positif mengandung
antrakinon dengan muncul noda warna kuning coklat, merah ungu,
kuning
5. Ekstrak daun jambu biji positif mengandung flavonoid dengan muncul
noda warna kuning dan positif mengandung polifenol dengan muncul
noda warna hitam

VI. Daftar Pustaka


Suciati, Studiawan Herra, Petunjuk Praktikum Fitokimia Semester Genap
2018/2019, Departemen Farmakognosi dan Fitokimia. Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai