PERCOBAAN IV
OLEH:
KELOMPOK 6
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. ALAT DAN BAHAN
Alat
a. Penangas air
b. Kaca arloji
c. Beaker glass
d. Batang pengaduk
e. Tabung reaksi
f. Pipet tetes
g. Plat KLT
h. Pensil penggaris
Bahan
a. Ekstrak simplisia Bawang Putih
b. HCl 2 N
c. Etanol
d. H2SO4 pekat
e. Asam asetat anhidrat
f. Ammonia
g. n-heksana
h. etil asetat
2. CARA KERJA
a. Preparasi Sampel
b. Identifikasi Triterpenoid/Steroid
c. Identifikasi Saponin
b. KLT Saponin
Triterpenoid:
-kloroform cincin kecoklatan
Triterpenoid/ Positif
1 -asam asetat
Steroid triterpenoid
-asam sulfat Steroid: cincin biru
kehijauan
Positif
2 Saponin HCl 2N Busa tidak hilang mengandung
saponin
b. Uji KLT
Sesudah Elusi
Visual UV 365 nm
Rf Rf
Jenis uji Ekstrak Pembanding Ekstrak Pembanding (B) Ekstrak Pembanding
(A) (C) (D)
Uji
triterpenoid/ 0,56 - - - 4,5 -
steroid
Sesudah Disemprot Dengan Pereaksi Pereaksi Lieberman Burchard
Visual UV 365 nm
Rf Rf
Jenis uji Pembanding
Ekstrak Pembanding Ekstrak(E) Pembanding (F) Ekstrak(G)
(H)
Uji saponin 0,85 0,85 - - 6,8 6,8
Uji triterpenoid/
0,56 - - - 4,5 -
steroid
Uji triterpenoid/
steroid setelah 0,575 - 1,3 - 4,6 -
pemanasan
Pada uji saponin dengan metode KLT mengunakan Fase Diam Silika Gel
60 F254, Fase Gerak kloroform - metanol – air (5,9 : 3,2 :0,9) larutan pembanding
sapogenin dengan melarutkan 10 mg dalam 1 mL etanol 96%. Untuk penampakan
noda digunakan Liebermand Burchard. Setelah fase gerak mencapai batas plat yang
telah ditandai. Plat yang telah kering diamati secara visual dan dibawah sinar UV 254
nm dan UV 365 nm, dan ditentukan nilai Rf nya. Reaksi positif mengandung saponin
dengan penyemprotan Liebermand Burchard memberikan noda berwarna biru, biru
violet, kadang merah atau kuning coklat pada sinar tampak. Secara visual noda yang
terjadi tidak terlihat namun dibawah sinar 365 nm terdapat noda setinggi 6.7 cm pada
sampel dan pada pembanding 6.8 cm sehingga nilai Rf yang didapat dari sampel 0.84
cm dan dari pembanding 0.85 cm dapat dikatakan bahwa nilai Rf sampel hampir
mendekati atau hampir sama namun setelah disemprotkan dengan Liebermand
Burchard Secara visual noda yang terjadi tidak terlihat namun dibawah sinar 365 nm
terdapat noda setinggi 6.8 cm pada sampel dan pada pembanding 6.8 cm sehingga
nilai Rf yang didapat dari sampel 0.85 cm dan dari pembanding 0.85 cm jadi dapat
dikatakan bahwa nilai Rf dari sampel sudah sesuai.
Pada uji triterpenoid/steroid Langkah awal yang dilakukan yaitu uji skrining
fitokimia dengan penambahan kloroform + asam asetat + asam sulfat Terbentuknya
cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menunjukkan adanya
triterpenoid, Pada praktikum kali ini sampel menunjukkan positif triterpenoid dengan
menjukkan hasil cincin kecoklatan Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka
karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari
hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa terpenoid terdapat bebas dalam
jaringan tanaman, tetapi banyak diantaranya yang terdapat sebagai alkohol, aldehid
(Harbone,1987), glikosida dan ester asam aromatic (Sastrohamidjojo, 1996).
sedangkan bila muncul cincin biru kehijauan menunjukkan adanya steroid pada
praktikum kali ini sampel tidak menjukkan adanya steroid. Steroid adalah senyawa
organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang didapat dari hasil reaksi penurunan dari
terpena atau skualena (Harborne, 1987).
Pada uji triterpenoid menggunakan metode KLT untuk mengetahui nilai Rf
dari sampel Dengan larutan pembanding beta sitosterol (10 mg dalam 1 mL n-hexan)
Silika Gel G 60 F254 sebagai fase diam dan kloroform:methanol (9:1) sebagai fase
gerak. Dari hasil praktikum setelah fase gerak mencapai batas plat dan dilihat noda
yang terjadi secara visual dan dibawah sinar uv kemudian dilakukannya perhitungan
didapat nilai Rf dari sampel sebesar 0.56 cm dengan tinggi noda yang terbentuk 4.5
cm namun pada pembanding tidak terdapat noda yang terlihat kemungkinan pada saat
penotolan dilakukan larutan pembanding tidak menempel dengan benar dan saat
didalam chamber plat tidak dalam posisi vertical. Untuk penampakan noda digunakan
Liebermand Burchard disertai pemanasan pada suhu 1050C selama 5 menit. Reaksi
positif ditandai dengan adanya noda berwarna hijau biru (Yuda et al., 2017). Setelah
disemprotkan pada plat kemudian dilihat noda yang terjadi dibawah sinar uv noda yang
terlihat setinggi 4.6 cm dan secara visual setinggi 1.3 cm sehingga didapat niali Rf
sebesar 0,575 cm.
F. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa identifikasi glikosida saponin,
triterpenoid dan steroid dari sampel ekstak bawang putih setelah dilakukannya
pengujian dapat dikatakan bahwa pada sampel ekstrak bawang putih positif
mengandung glikosida saponin dan triterpenoid dengan metode KLT menggunakan
larutan pembanding beta sitosterol (10 mg dalam 1 mL n-hexan) Silika Gel G 60 F254
sebagai fase diam kloroform:methanol (9:1) sebagai fase gerak untuk uji triterpenoid
kloroform - metanol – air (5,9 : 3,2 :0,9) sebagai fase gerak pada uji saponin setelah
disemprotkan Liebermand Burchard warna yang dihasilkan berwarna biru dari uji
saponin dan triterpenoid, uji saponin mendapat nilai Rf 0.85 cm pada triterpenoid
hanya pada sampel sebesar 0.575 cm. niali Rf yang didapat sudah sesuai dari sampel dan
pembanding. Dan uji Skrining fitokimia dengan melihat busa yang terbentuk sampel
positif saponin dan uji triterpenoid/steroid dengan melihat warna cincin yang terbentuk
sampel positif triterpenoid.
DAFTAR PUSTAKA
Sastrohamidjojo, H.,1996, Sintesis Bahan Alami, 140, Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.