Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ISOLASI ANALISIS

TUMBUHAN OBAT
"ISOLASI DAN ANALISIS MINYAK ATSIRI & FLAVONOID"

DOSEN PENGAMPU :
Dr. apt. Titik Sunarni, S.Si., M.Si
Kelompok : 1
Penyusun :

1. NIKEN PRADELA 26206015A


2. EVA SILVIANI 26206017A
3. NAUFALIA AZKA ROZANA 26206018A
4. SANDRA EKA PURNA SARI 26206019A
5. ENDAH SETYOWATI 26206027A
6. TIODORA CLARITA SILITONGA 26206030A
7. NADILA EKA YUNIAR 26206041A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2022
I. TUJUAN
- Mahasiswa mampu melakukan isolasi dan analisis senyawa flavonoid
- Mahasiswa diharapkan mampu melakukan isolasi dan analisis minyak atsiri

II. TINJAUAN PUSTAKA


Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang
paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman (Rajalakshmi, 1985). Flavonoid
berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau
melalui kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida
(mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon
(Cuppett, 1954). Aglikon Flavonoid dibagi dalam beberapa golongan dengan struktur
dasar seperti flavon, flavonol, isoflavon, katekin, flavanon, leukoantosianin, auron,
kalkon. Flavonoid glikosida adalah flavonoid dimana aglikonnya berikatan dengan
satu atau lebih gugus gula. Flavonoid glikosida dikelompokkan menjadi 2 yaitu
flavonoid-O-glikosida dan flavonoid-C-glikosida. Flavonoid-O-glikosida adalah
flavonoid dimana salah satu gugus hidroksil yang terikat pada flavonoid berikatan
dengan gula. Flavonoid-C-glikosida adalah flavonoid dimana gula yang terikat
langsung pada atom C daripada flavonoid atau inti benzena dari flavonoid. Dalam
kenyataannya keberadaan di alam flavonoid-O-glikosida jauh lebih banyak
dibandingkan dengan flavonoid-C-glikosidan dihidroflavonol.
Flavonoid yang berupa glikosida merupakan senyawa polar sehingga dapat
diekstrak dengan etanol, metanol ataupun air. Septyaningsih (2010) menjelaskan
bahwa jika ekstrak sampel terdapat senyawa flavonoid, maka setelah penambahan
logam Mg dan HCl akan terbentuk garam flavilium berwarna merah atau jingga.
Tanaman yang mengandung senyawa flavonoid dapat digunakan sebagai
antikanker, antioksidan, antiinflamasi, anti alergi dan antihipertensi (Fauziah,2010).
Flavonoid memiliki kemampuan sebagai antioksidan yang mampu mentransfer
sebuah elektron atau sebuah atom hidrogen ke senyawa radikal bebas dengan
menghentikan tahap awal reaksi. Oleh karena itu, flavonoid dapat menghambat
peroksidasi lipid, menekan kerusakan jaringan oleh radikal bebas dan menghambat
beberapa enzim.
Minyak atsiri merupakan salah satu metabolit sekunder yang dihasilkan oleh
tanaman tingkat tinggi dan mempunyai peranan penting bagi tanaman itu sendiri
maupun bagi kehidupan manusia. Minyak atsiri dikenal dengan minyak terbang,
minyak eteris (essential oil atau volatil) atau minyak mudah menguap. Minyak atsiri
dapat dihasilkan dari berbagai bagian tanaman, seperti akar, batang, ranting, daun,
bunga, atau buah dan merupakan campuran dari senyawa–senyawa volatil yang dapat
diperoleh dengan distilasi, pengepresan atau pun ekstraksi. Penghasil minyak atsiri
berasal dari berbagai spesies tanaman yang sangat luas dan digunakan karena bernilai
sebagai cita rasa dalam makanan dan minuman serta parfum dalam produk industri,
obat-obatan dan kosmetik. Minyak atsiri tanaman diperoleh dari tanaman beraroma
yang tersebar di seluruh dunia (Kardinan, 2005).
Minyak atsiri bukan senyawa murni, akan tetapi merupakan campuran
senyawa organik yang terdiri dari berbagai macam komponen yang berlainan. Minyak
atsiri inimengadung atom C dan atom H atau atom C, H, dan O yang tidak bersifat
aromatik, secara umum disebut terpenoid (Anonim, 1990), mengandung campuran
kompleks terpene atau seskuiterpen, alcohol, aldehida, keton, asam dan ester.

III. ALAT DAN BAHAN

Isolasi dan Analisis Flavonoid


Alat : Bahan :
- Seperangkat alat infus ( panci - Serbuk daun singkok
infus) - Air suling
- Erlenmeyer - Ammonia
- Gelas ukur - Metanol
- Beaker glass - HCL 2N
- Corong gelas - Natrium sulfat anhidrat
- Corong pisah - Asam asetat 15%
- Cawan porselin - n- butanol
- Tabung reaksi - Pereaksi sitroborat
- Vial - KMNO4
- Seperangkat alat KLT - Lempengan selulosa

Isolasi dan Analisis Minyak Atsiri

Alat : Bahan :
- Labu destilasi - Cengkeh
- Kondensor - Aquadest
- Pipa clevenger - Alkohol
- Perangkat KLT - benzene
- Refraktometer - N-heksan
- Timbangan - Etil asetat
- Alat-alat gelas
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
Isolasi dan Analisis Flavonoid
A. Analisis Golongan Flavonoid

B. Isolasi Rutin dari daun ketela pohon

C. Hidrolisis rutin menjadi glikon dan aglikonnya


D. Analisis Hasil isolasi

Isolasi dan Analisis Minyak Atsiri


A. Isolasi Minyak atsiri
B. Analisis hasil isolasi

C. Analisis minyak atsiri


ing kdit
V. DATA DAN PERHITUNGAN
Isolasi dan analisis flavonoid
a. Analisis Golongan Flavonoid

Sampel Uji Shinoda +/- (pada lapisan amil


akohol)

Tabung 1 : filtrat + Mg Pink (+)


serbuk + HCl pekat +
amil alkohol

Tabung 2 (kontrol) : Kuning (+)


Daun ketela singkong ekstrak + amil alkohol

Tabung 3 : air + Mg Putih (-)


serbuk + HCl pekat +
amil alkohol

Tabung 4 (pembanding) Kuning Pink (+)


: quercetin
b. Hasil Isolasi Glikosida Flavonoid
1. Organoleptik

Organoleptik Hasil isolasi Teoritis dan Pustaka

Bentuk Butir Kental (masih dalam


ekstrak)

Warna Hijau Hijau kehitaman

Rasa Pahit Pahit

Bau Menyengat/khas Khas aromatis

Pustaka
Azizah. 2020. Penetapan Kadar Flavonoid Rutin pada Daun Ubi
Kayu (Manihot Esculenta Crantz) Secara Spektrofotometri Sinar
Tampak. Jurnal Farmasi Higea. Vol 12, No 1
2. Rendemen
Bobot serbuk simplisia = 2 g
Bobot kristal = 0,584 g
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙
Rendemen = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
x 100%
0,584 𝑔
= 2𝑔
x 100% = 29,2 %
Hasil Hidrolisis Glikosida Flavonoid
1. Identifikasi KLT
Fase diam : Selulosa
Fase gerak : CH3COOH
Pereaksi pendeteksi : Sitroborat, KMNO4

Visual
UV 254 nm

UV 366 nm pereaksi
Kode bercak
A: Rutin standar B: isolat C: fase eter D: fase air E: glukosa

Kode Rf Warna Noda


Bercak
Visual UV 254 UV 366 Pereaks
nm nm Sitroborat
dan
KMNO4

A 0,636 - Hijau Hitam -


B 0,727 - Hijau Hitam -
C 0,509 Kuning Kuning Berfluoros Kuning
D 0 - Hijau ensi -
E - - - - -
Cara mendapatkan Rf = jarak yang ditempuh analit/jarak yang ditempuh eluen
A: 3,5 cm/5,5 cm = 0,636 cm
B: 4 cm/5,5 cm = 0,727
C: 2,8 cm/5,5 cm = 0,509
D: 0/5,5 cm = 0
E: -

Fase diam : Selulosa


Fase gerak : n-butanol : CH3COOH : air (4:1:5)
Pereaksi pendeteksi : Sitroborat, KMNO4

Visual UV 254 nm

UV 366 nm pereaksi
Kode bercak
F: Rutin standar G: isolat H: fase eter I: fase air J: glukosa
Kode Rf Warna Noda
Bercak
Visual UV 254 UV 366 Pereaksi
nm nm

F 0,95 - Hijau Hitam Hitam


G 1 - Hijau Hitam Hitam
H 1 Kuning Kuning Kuning Kuning
I - - Hitam - -
J - - - - -
Cara mendapatkan Rf = jarak yang ditempuh analit/jarak yang ditempuh eluen
A: 4,5 cm/4,7 cm = 0,95
B: 4,7 cm/4,7 cm = 1
C: 4,7 cm/4,7 cm = 1
D: -
E: -
Isolasi dan Analisis Minyak Atsiri
a. Hasil Isolasi Minyak Atsiri
1. Organoleptik

Organoleptik Hasil Isolasi Teoritis

Bentuk Cair Cair

Warna Kuning Kuning

Rasa Pahit (getir) Pahit

Bau Khas/menyengat Khas/menyengat


Pustaka : The University of Nusa Cendana is a public university in
Kupang, East Nusa Tenggara, Indonesia.
https://conference.undana.ac.id/SNKPK/article/download/303/253/
2. Rendemen
Kandungan teoritis minyak atsiri dalam simplisia =
Bobot serbuk simplisia = 100 g
Volume minyak atsiri = 1 ml
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
Rendemen = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
x 100%
1 𝑚𝑙
= 100 𝑔
x 100% = 1%
3. Indeks Bias
𝑛
𝐷20= 1,527 - 1,535
𝑡 𝑡1
Indeks bias 𝑛𝐷 = 𝑛𝐷 + 0,0004 (t1-t)
= 1,5250 + 0,0004 (320 C - 200 C)
= 1,5250 + 0,0048
= 1,5298
| 𝑛𝑡1𝐷 − 𝑛𝑡𝐷 |
Kemurnian = 1-|| 𝑡
| x 100 %
|
| 𝑛𝐷 |
1,5250 − 1,5298 |
= 1-|| 1,5298 | x 100 %
= 1-|− 0, 0031| x 100 % = 99,69 % (kemurnian bagus)
diket.
𝑡
𝑛𝐷 = Indeks bias suhu 200 C
𝑡1
𝑛𝐷 = Indeks bias suhu pengerjaan 320 C
t 1 = suhu pengerjaan 320 C
t = suhu teoritis 200 C
0,0004 = faktor koreksi indeks bias untuk perbedaan setiap derajat
4. Berat Jenis
Bobot air = 0,98 g Volume = 1 ml
Bobot minyak atsiri = 1,04 g Volume = 1 ml
BJ ma = 1,049 g/ml
BJ air = 0,98 g/ml

5. Identifikasi KLT
Fase diam : Silika gel
Fase gerak : Benzena
Pereaksi pendeteksi : anisaldehid, asam sulfat

UV 254 nm UV 366 nm pereaksi

Kode bercak
B: Baku (eugenol) S: Sampel (minyak atsiri)

Gambar Kode Rf Warna Noda


Kromato Bercak
gram Visual UV 254 UV 366 Pereaksi
nm nm

B 1,667 Hijau Biru - Merah


S 1,667 Hijau Biru - Merah

Cara mendapatkan Rf = jarak yang ditempuh analit/jarak yang ditempuh eluen


B : 4 cm/5 cm= 1,667
S : 4 cm/5 cm = 1,667
Fase diam : Silika gel
Fase gerak : Etil asetat-heksan,
Pereaksi pendeteksi : anisaldehid, asam sulfat

UV 254 nm UV 366 nm pereaksi

Kode bercak
B: Baku (eugenol) S: Sampel (minyak atsiri)

Gambar Kode Rf Warna Noda


Kromato Bercak
gram Visual UV 254 UV 366 Pereaksi
nm nm

B 1,667 Hijau Hitam Ungu -


S 1,33 Hijau Hitam - Coklat

Cara mendapatkan Rf = jarak yang ditempuh analit/jarak yang ditempuh eluen


B : 4 cm/5 cm = 1,667
S : 3 cm/5 cm= 1,33
b. Hasil Analisis Minyak Atsiri

1. Analisis kandungan minyak atsiri pada serbuk simplisia = Minyak atsiri


cengkeh mengandung eugenol
2. Hasil analisis minyak atsiri
a. Sifat di air = Menyebar dan permukaan tidak keruh
b. Noda lemak = Tidak meninggalkan noda lemak (transparan)
c. + NaCl jenuh = Volume lapisan air tidak bertambah
d. Uji kelarutan

PE Eter Kloroform Etanol

1 : 10 tetes 1 : 10 tetes 1 : 10 tetes 1 : 10 tetes


larut larut larut larut

e. Deteksi adanya fenol dalam minyak atsiri dengan FeCl3 = setelah


ditambah fenol menimbulkan warna merah
f. Reduksi minyak atsiri yang mengandung fenol dan turunannya dengan
NaOH
Komponen dalam minyak atsiri berkurang, komponen berubah masuk
ke dalam fase air. Sehingga dengan penambahan NaOH terjadi reduksi
volume yang menandakan ada senyawa fenol dalam minyak atsiri yang
bereaksi
VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi flavonoid dari daun ketela pohon dan
minyak atsiri dari bunga cengkeh, serta diidentifikasi dengan menggunakan KLT.
Flavonoid merupakan golongan fenol yang mengandung atom karbon dalam
konfigurasi C6-C3-C6, umumnya terikat sebagai glikosida. Rutin (O-glikosida) dan
kuersetin (aglikon dari rutin) merupakan glikosida flavonoid yang dapat ditemukan
dalam daun ketela pohon.
Isolasi minyak atsiri dari daun ketela pohon menggunakan uji shinoda karena
flavonoid di alam melimpah dengan glikosida sehingga bisa dilarutkan dalam air
panas. Reaksi shinoda/sianidin akan membentuk inti pirilium yang merupakan
kerangka antosianin sehingga jika direaksikan dengan HCl pekat dan serbuk Mg akan
membentuk kation inti pirilium yang merupakan antosianin dimana antosianin
memberikan perubahan warna. Reaksi terjadi jika terlihat perubahan warna. Sebanyak
1 gram serbuk ditambahkan dengan 50 ml air, kemudian didihkan diatas bunsen
selama 15 menit kemudian disaring, masukkan 5 ml filtrat ke 4 tabung reaksi. Tabung
reaksi pertama berisi filtrat uji+serbuk mg+HCl pekat+amil alkohol dikocok
menghasilkan warna pink, yang artinya positif mengandung alkaloid. Tabung reaksi
kedua berisi ekstrak + amil alkohol, dikocok menghasilkan warna kuning, positif
mengandung flavonoid. Tabung reaksi ketiga berisi air + serbuk mg + HCl + amil
alkohol, dikocok menghasilkan warna putih, negatif mengandung flavonoid. Tabung
reaksi keempat berisi bahan pembanding yaitu rutin/ quercetin, menghasilkan warna
kuning, positif mengandung flavonoid. Secara teoritis keberadaan flavonoid dalam
bahan uji dapat diketahui dengan menambahkan serbuk Mg dan HCl pekat ke dalam
ekstrak alkohol, akan berwarna jingga sampai merah apabila mengandung flavon,
merah sampai merah tua (Flavanol), merah tua sampai magenta (Flavanon). Flavonoid
dapat dideteksi dengan berbagai pereaksi dan fluorosensinya dibawah sinar
ultraviolet. Pereaksi yang digunakan adalah amonia dan basa lainnya yang akan
mempengaruhi gugus fenol yang bersifat asam dan memberikan warna kuning. Selain
itu pereaksi yang membentuk kompleks seperti AlCl3 dan pereaksi sitroborat yang
juga memberi warna kuning. Hasil organoleptik menunjukkan bentuk butir, berwarna
hijau, rasanya pahit dan baunya menyengat. Secara teoritis organoleptik ekstrak daun
ketela pohon yaitu berwarna hijau kehitaman, rasanya pahit, bau khas aromatik dan
bentuknya kental.
Isolasi flavonoid dalam daun ketela pohon dilakukan dengan menggunakan
panci infus/infundasi. Metode yang digunakan yaitu dekokta (dipanasi 30 menit yang
dihitung sejak air mendidih). Flavonoid ketela pohon melimpah dalam bentuk rutin,
rutin merupakan glikosida flavonoid yang mengandung gula sehingga larut dalam air
panas. Setelah proses infundasi yang disimpan di lemari es, glikosida rutin bisa
terhidrolisis dan memotong ikatan flavonoid dengan gula sehingga setelah
terhidrolisis rutin bisa menjadi rutinosa, ramnosa, atau gula. Setelah dipanaskan
dengan HCl diharapkan bisa melepaskan ramnosa glukosa lalu diekstraksi dengan
eter. Ekstraksi dengan corong pisah memisahkan eter dan bukan eter. Harapannya
setelah rutin, quercetin, dan gula lepas, quercetin ada di lapisan eter dan gulanya di
lapisan air. Hasilnya diuapkan mendapatkan residu lalu di KLT dengan lempeng
pertama menggunakan fase diam selulosa, fase gerak CH3COOH dengan pereaksi
Sitroborat dan KMNO4 dan yang kedua menggunakan fase diam selulosa, fase gerak
n-butanol : CH3COOH : air (4:1:5) dengan pereaksi Sitroborat dan KMNO4. Ada 5
titik penotolan, yang rutin standard, kristal flavonoid + metanol, fraksi eter + eter,
fraksi air + alkohol, serta glukosa.
Hasil yang diperoleh pada kondisi fase diam selulosa, fase gerak CH3COOH
bercak kode A(standar rutin) nilai Rf 0,636 warna bercak pada UV 245 nm hijau pada
UV 366 nm warna hitam, bercak B (kristal flavonoid+metanol) nilai Rf 0,727 warna
bercak pada UV 254 nm hijau pada UV 366 nm berwarna hitam, bercak C (fraksi
eter+eter) nilai Rf 0,509 warna bercak pada UV 254 nm kuning hijau pada UV 366
nm berfluoresensi dan pada penambahan pereaksi sitroborat dan KMNO4 berwarna
kuning, bercak D (fraksi air+alkohol) nilai Rf 0, bercak D dan E tidak dapat terlihat
setelah penambahan pereaksi sitroborat dan KMNO4. Hasil yang diperoleh pada
kondisi fase diam selulosa, fase gerak n-butanol : CH3COOH : air (4:1:5), bercak
kode A(standar rutin) nilai Rf 0,95 warna bercak pada UV 245 nm hijau pada UV 366
nm warna hitam, bercak B (kristal flavonoid+metanol) nilai Rf 1 warna bercak pada
UV 254 nm hijau pada UV 366 nm berwarna hitam, bercak C (fraksi eter+eter) nilai
Rf 1 warna bercak pada UV 254 nm kuning hitam pada UV 366 nm berwarna kuning
dan pada penambahan pereaksi sitroborat dan KMNO4 berwarna kuning, bercak
D(fraksi air+alkohol) dan E (glukosa) tidak dapat terlihat, ini dimungkinkan karena
sampel yang digunakan terlalu cair dan terlalu banyak pada saat proses penotolan
sehingga terjadi perembesan selama proses elusi dan adanya kontaminan dengan zat
lain atau pengotor.
Pada KLT hasil hidrolisis menggunakan mekanisme partisi (terjadi persaingan
fase diam dan gerak) fase gerak n-butanol:asam asetat:air didapatkan Rf quercetin
yang paling tinggi artinya quercetin dapat larut. Sedangkan pada fase gerak asam
asetat 15% yang cocok dengan air (glikosida) rutin standar dan isolatnya memiliki Rf
yang hampir sama dan quercetin terlihat kurang larut. Terjadi kegagalan pada isolasi
glukosa karena penotolan terlalu kecil sehingga tidak dapat termonitor.
Pada percobaan selanjutnya dilakukan isolasi minyak atsiri dari cengkeh.
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap yang terkandung dalam
tanaman salah satunya adalah tanaman bunga cengkeh. Proses isolasi menggunakan
metode destilasi yang digunakan untuk mengisolasi senyawa-senyawa volatil/
senyawa yang mudah menguap seperti minyak atsiri. Cengkeh mengandung eugenol
(4-etil-2-methoxyphenol) yang merupakan konstituen utama dari minyak esensial
yang digunakan untuk antimikroba dan anestesi. Eugenol dianggap sebagai senyawa
fenolik yang mirip dengan benzena yang memiliki 3 substituen yang mengalami
reaksi substitusi elektrofilik aromatis melalui nitrasi.
Pada praktikum ini digunakan sampel minyak cengkeh 50 gram, dimasukkan
ke labu destilasi dan ditambah air kira-kira 5x berat bahan yang dianalisa, didestilasi
dengan kondisi suhu pada labu destilasi 130 derajat celcius, kecepatan penyulingan
hingga 1 tetes per detik, setelah selesai penyulingan pisahkan minyak cengkeh lalu
tambahkan natrium sulfat anhidrat. Didapatkan rendemen sebanyak 1%.
Dari pengamatan organoleptis didapatkan hasil bentuk cair, berwarna kuning,
rasa getir/ pahit, dan baunya khas cengkeh. Secara teoritis minyak atsiri dari cengkeh
berwarna kuning, bau khas. Selanjutnya dilakukan identifikasi indeks bias untuk
mencari kemurnian, teteskan ke prisma jangan sampai pipet menyentuh prisma, dicari
bagian bawah gelap dan atas terang, serta garis tipis silang dan vertikal, pastikan
gelap terang tidak ada pembiasan, kemudian dibaca skalanya. Hasil indeks biar
99,69% artinya kemurnian bagus hampir mendekati 100% murni. Berat jenis
didapatkan hasil 1,06 gram.
Setelah dilakukan analisis minyak atsiri, didapatkan hasil yang sesuai dengan ciri-ciri
minyak atsiri yaitu:
1. Meneteskan 1 tetes minyak atsiri pada permukaan air, minyak atsiri akan
menyebar dan permukaan tidak keruh.
2. Meneteskan 1 tetes minyak atsiri pada kertas saring, minyak akan menguap
sempurna tanpa meninggalkan noda lemak, hasilnya tidak meninggalkan noda
lemak.
3. Mengocok 1 ml minyak atsiri dengan 1 ml natrium klorida jenuh dalam gelas
ukur biarkan memisah, volume lapisan air tidak boleh bertambah. Hasilnya
volume tidak bertambah.
4. Mengukur daya larut minyak atsiri dalam etanol, eter, kloroform, petrolatum
eter. Hasilnya minyak atsiri larut didalamnya.
5. Indeks bias, didapatkan hasil 99,69%, artinya hasilnya sangat bagus,
mendekati kemurnian 100%.
6. Mendeteksi adanya senyawa fenol, tambahkan setetes besi klorida ke dalam 2
ml larutan minyak atsiri 25% dalam etanol yang netral terhadap lakmus,
hasilnya berwarna merah yang artinya mengandung fenol.
7. Reduksi minyak atsiri, tambahkan NaOH ke 2 ml minyak atsiri dikocok,
terlihat komponen dalam minyak atsiri berkurang dan berubah masuk kedalam
fase air. Sehingga dengan penambahan NaOH terjadi reduksi volume yang
menandakan senyawa fenol dalam minyak atsiri bereaksi.

Kemudian diidentifikasi dengan KLT dengan 2 kondisi. Pertama dengan fase


gerak benzena, fase diam silika gel, dan pereaksi anisaldehid asam sulfat. Kedua
dengan fase gerak etil asetat-heksan, fase diam silika gel, dan pereaksi anisaldehid
asam sulfat. Minyak atsiri diencerkan dengan toluen perbandingan 1:10, kemudian
dideteksi pada UV 254 dan 366.
Berdasarkan hasil elusi dengan KLT fase gerak benzena, fase diam silika gel,
dan pereaksi anisaldehid asam sulfat, terlihat baku eugenol dan sampel minyak atsiri
memiliki kesamaan nilai Rf yaitu 1,667. Pada hasil KLT fase gerak etil asetat-heksan,
fase diam silika gel, dan pereaksi anisaldehid asam sulfat, baku memiliki nilai Rf
1,667 dengan warna bercak hitam pada UV 254 nm dan sampel memiliki nilai Rf 1,33
dengan bercak warna hitam pada UV 254 nm .Hal ini menunjukkan pada Rf spot
pertama telah sesuai dengan standar dimana senyawa yang didapatkan merupakan
minyak cengkeh yang mengandung eugenol. Pada hasil menunjukkan pelebaran dari
proses elusi hal ini dimungkinkan karena sampel yang digunakan terlalu cair dan
terlalu banyak pada saat proses penotolan sehingga terjadi perembesan selama proses
elusi. Sampel eugenol memiliki struktur dengan ikatan terkonjugasi yang kurang
banyak sehingga sangat sulit untuk melihat hasil elusi menggunakan sinar tampak.
Oleh karena itu perlu dibantu dengan alat berupa detektor UV 254 untuk melihat hasil
elusi. Pada UV 254 akan menyebabkan silika gel berpendar dan sampel akan
menutupi pendaran dari silika gel sehingga terlihat sebagai noda hitam yang menutupi
pendaran. Hal ini dapat terjadi karena silika gel yang digunakan telah dimodifikasi
sehingga dapat berfluoresensi apabila diberikan sinar UV pada panjang gelombang
254.
VII. KESIMPULAN
Praktikum kali ini melakukan isolasi dan analisis senyawa flavonoid daun
ketela pohon dan melakukan isolasi dan analisis minyak atsiri dari cengkeh.
Didapatkan hasil yaitu daun ketela pohon mengandung senyawa flavonoid flavon
karena pada uji shinoda pada lapisan amil alkohol terlihat warna jingga-merah. Pada
isolasi rutin ketela pohon, setelah dilakukan hidrolisis dan KLT terlihat bahwa
quercetin terdapat dalam fase eter yang larut dalam fase gerak bermekanisme partisi
n-butanol:asam asetat:air dengan warna yang berpendar adalah kuning. Namun terjadi
kegagalan saat proses KLT hal ini karena penotolan glukosa yang kurang sehingga
tidak dapat termonitor.
Pada isolasi analisis minyak atsiri, terlihat hasil di dalam minyak cengkeh
dominan mengandung eugenol yang tergolong senyawa fenol dengan sifat minyak
atsiri di permukaan air menyebar dan tidak keruh, tidak meninggalkan noda pada
kertas saring, pada pengocokan 1 minyak Atsiri dengan 1 ml natrium klorida jenuh
lapisan air tidak bertambah, tidak meninggalkan noda lemak dan larut pada eter,
kloroform, etanol dan PE dengan perbandingan 1:10. Minyak Atsiri positif
mengandung fenol yang ditandai dengan perubahan atau timbulnya warna merah serta
tereduksi dengan penambahan NaOH yang dimana komponen minyak Atsiri
berkurang dan komponen berubah masuk dalam fase air.

VIII. PUSTAKA

Azizah zikra,dkk.(2020). Penetapan Kadar Flavonoid Rutin pada Daun Ubi Kayu
(Manihot Esculenta Crantz) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak. Jurnal
Farmasi Higea, Vol.12 No.1, Hal 90-98.
Cuppet, S.M., M. Schrepf and C. Hall III. 1954. Natural Antioxidants, Chemistry
Health Effect and Application. Champaign : AOCS Press.
Fauziah, L. 2010. Isolasi Glikosida Flavonoid dari Daun Ketela Pohon. Pharmacy
Community.
Rajalakhsmi, D dan S. Narasimhan. 1985. Food Antioxidants : Sources and Methods
of Evaluation dalam D.L. Madhavi: Food Antioxidants,
Technological Toxicological and Health Perspectives. Marcel Dekker Inc., Hongkong
: 76-77.
The University of Nusa Cendana is a public university in Kupang, East Nusa
Tenggara, Indonesia. It was established on September 1, 1962. Its rector is
Prof. Ir. Fredrik L. Benu, M.Si., Ph.D.Wikipedia.
LAMPIRAN

● Flavonoid
Analisis Golongan Flavonoid

Pemanasan serbuk Pemindahan filtrat A


dalam 50 ml air Saring dan ke dalam tabung
suling didapatkan filtrat A reaksi Hasil Filtrat A

Penambahan serbuk Penambahan Asam Penambahan Amil Hasil campuran


magnesium klorida pekat alkohol setelah dikocok kuat

Isolasi Rutin dari Daun Ketela Pohon

Pemanasan serbuk Penyaringan Penuangan larutan Hasil kristal yang


ketela campuran melalui jernih agar kristal sudah tidak ada larutan
corong buchner tidak ikut tertuang jernih

Tara kertas saring Menyaring kristal Kristal dibilas dengan Hasil kristal yang
air suling dingin sudah ditaruh di
dalam kertas saring

Pengeringan kertas
saring bersama
endapan

Hidrolisis rutin menjadi glikon dan aglikonnya

Melakukan refluks
pada penangas air
mendidih selama 1 Penuangan cairan Penambahan 20 ml dietil
jam hidrolisis yang sudah eter
dingin ke dalam corong
pisah
Taruh ke dalam botol
Pengocokan kembali selai
Hasil setelah diuapkan
dietil eter nya dengan
diatas penangas air
yang pertama

Analisis Hasil Isolasi

KLT N-butanol KLT N-butanol


pada sinar uv pada sinar uv
366 nm sebelum 366 nm setelah
KLT asam asetil KLT asam asetil KLT asam asetil
disemprot disemprot
pada sinar uv yang sudah pada sinar uv
amoniak amoniak
366 nm disemprot 354 nm yang
dengan NH4oh sudah disemprot
amoniak amoniak

KLT asam
KLT N-butanol KLT N-butanol asetil pada Hasil Indeks
pada sinar uv pada sinar uv sinar uv 366 bias
254 nm sebelum 254 nm setelah setelah
disemprot disemprot disemprot
amoniak KMnO4
● Minyak Atsiri

Isolasi Minyak atsiri

Penambahan air Proses destilasi Pemisahan Penambahan


ke dalam labu pada suhu 130oC minyak cengkeh Pemisahan antara air
natrium sulfat dan minyak setelah
destilasi dari air anhidrat penambahan natrium
sulfat anhidrat

Hasil setelah ditambahkan


natrium sulfat anhidrat

Analisis Hasil Isolasi

Hasil Visual KLT


Hasil KLT Minyak
atsiri pada sinar uv

Anda mungkin juga menyukai