TUMBUHAN OBAT
"ISOLASI DAN ANALISIS MINYAK ATSIRI & FLAVONOID"
DOSEN PENGAMPU :
Dr. apt. Titik Sunarni, S.Si., M.Si
Kelompok : 1
Penyusun :
Alat : Bahan :
- Labu destilasi - Cengkeh
- Kondensor - Aquadest
- Pipa clevenger - Alkohol
- Perangkat KLT - benzene
- Refraktometer - N-heksan
- Timbangan - Etil asetat
- Alat-alat gelas
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
Isolasi dan Analisis Flavonoid
A. Analisis Golongan Flavonoid
Pustaka
Azizah. 2020. Penetapan Kadar Flavonoid Rutin pada Daun Ubi
Kayu (Manihot Esculenta Crantz) Secara Spektrofotometri Sinar
Tampak. Jurnal Farmasi Higea. Vol 12, No 1
2. Rendemen
Bobot serbuk simplisia = 2 g
Bobot kristal = 0,584 g
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙
Rendemen = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
x 100%
0,584 𝑔
= 2𝑔
x 100% = 29,2 %
Hasil Hidrolisis Glikosida Flavonoid
1. Identifikasi KLT
Fase diam : Selulosa
Fase gerak : CH3COOH
Pereaksi pendeteksi : Sitroborat, KMNO4
Visual
UV 254 nm
UV 366 nm pereaksi
Kode bercak
A: Rutin standar B: isolat C: fase eter D: fase air E: glukosa
Visual UV 254 nm
UV 366 nm pereaksi
Kode bercak
F: Rutin standar G: isolat H: fase eter I: fase air J: glukosa
Kode Rf Warna Noda
Bercak
Visual UV 254 UV 366 Pereaksi
nm nm
5. Identifikasi KLT
Fase diam : Silika gel
Fase gerak : Benzena
Pereaksi pendeteksi : anisaldehid, asam sulfat
Kode bercak
B: Baku (eugenol) S: Sampel (minyak atsiri)
Kode bercak
B: Baku (eugenol) S: Sampel (minyak atsiri)
Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi flavonoid dari daun ketela pohon dan
minyak atsiri dari bunga cengkeh, serta diidentifikasi dengan menggunakan KLT.
Flavonoid merupakan golongan fenol yang mengandung atom karbon dalam
konfigurasi C6-C3-C6, umumnya terikat sebagai glikosida. Rutin (O-glikosida) dan
kuersetin (aglikon dari rutin) merupakan glikosida flavonoid yang dapat ditemukan
dalam daun ketela pohon.
Isolasi minyak atsiri dari daun ketela pohon menggunakan uji shinoda karena
flavonoid di alam melimpah dengan glikosida sehingga bisa dilarutkan dalam air
panas. Reaksi shinoda/sianidin akan membentuk inti pirilium yang merupakan
kerangka antosianin sehingga jika direaksikan dengan HCl pekat dan serbuk Mg akan
membentuk kation inti pirilium yang merupakan antosianin dimana antosianin
memberikan perubahan warna. Reaksi terjadi jika terlihat perubahan warna. Sebanyak
1 gram serbuk ditambahkan dengan 50 ml air, kemudian didihkan diatas bunsen
selama 15 menit kemudian disaring, masukkan 5 ml filtrat ke 4 tabung reaksi. Tabung
reaksi pertama berisi filtrat uji+serbuk mg+HCl pekat+amil alkohol dikocok
menghasilkan warna pink, yang artinya positif mengandung alkaloid. Tabung reaksi
kedua berisi ekstrak + amil alkohol, dikocok menghasilkan warna kuning, positif
mengandung flavonoid. Tabung reaksi ketiga berisi air + serbuk mg + HCl + amil
alkohol, dikocok menghasilkan warna putih, negatif mengandung flavonoid. Tabung
reaksi keempat berisi bahan pembanding yaitu rutin/ quercetin, menghasilkan warna
kuning, positif mengandung flavonoid. Secara teoritis keberadaan flavonoid dalam
bahan uji dapat diketahui dengan menambahkan serbuk Mg dan HCl pekat ke dalam
ekstrak alkohol, akan berwarna jingga sampai merah apabila mengandung flavon,
merah sampai merah tua (Flavanol), merah tua sampai magenta (Flavanon). Flavonoid
dapat dideteksi dengan berbagai pereaksi dan fluorosensinya dibawah sinar
ultraviolet. Pereaksi yang digunakan adalah amonia dan basa lainnya yang akan
mempengaruhi gugus fenol yang bersifat asam dan memberikan warna kuning. Selain
itu pereaksi yang membentuk kompleks seperti AlCl3 dan pereaksi sitroborat yang
juga memberi warna kuning. Hasil organoleptik menunjukkan bentuk butir, berwarna
hijau, rasanya pahit dan baunya menyengat. Secara teoritis organoleptik ekstrak daun
ketela pohon yaitu berwarna hijau kehitaman, rasanya pahit, bau khas aromatik dan
bentuknya kental.
Isolasi flavonoid dalam daun ketela pohon dilakukan dengan menggunakan
panci infus/infundasi. Metode yang digunakan yaitu dekokta (dipanasi 30 menit yang
dihitung sejak air mendidih). Flavonoid ketela pohon melimpah dalam bentuk rutin,
rutin merupakan glikosida flavonoid yang mengandung gula sehingga larut dalam air
panas. Setelah proses infundasi yang disimpan di lemari es, glikosida rutin bisa
terhidrolisis dan memotong ikatan flavonoid dengan gula sehingga setelah
terhidrolisis rutin bisa menjadi rutinosa, ramnosa, atau gula. Setelah dipanaskan
dengan HCl diharapkan bisa melepaskan ramnosa glukosa lalu diekstraksi dengan
eter. Ekstraksi dengan corong pisah memisahkan eter dan bukan eter. Harapannya
setelah rutin, quercetin, dan gula lepas, quercetin ada di lapisan eter dan gulanya di
lapisan air. Hasilnya diuapkan mendapatkan residu lalu di KLT dengan lempeng
pertama menggunakan fase diam selulosa, fase gerak CH3COOH dengan pereaksi
Sitroborat dan KMNO4 dan yang kedua menggunakan fase diam selulosa, fase gerak
n-butanol : CH3COOH : air (4:1:5) dengan pereaksi Sitroborat dan KMNO4. Ada 5
titik penotolan, yang rutin standard, kristal flavonoid + metanol, fraksi eter + eter,
fraksi air + alkohol, serta glukosa.
Hasil yang diperoleh pada kondisi fase diam selulosa, fase gerak CH3COOH
bercak kode A(standar rutin) nilai Rf 0,636 warna bercak pada UV 245 nm hijau pada
UV 366 nm warna hitam, bercak B (kristal flavonoid+metanol) nilai Rf 0,727 warna
bercak pada UV 254 nm hijau pada UV 366 nm berwarna hitam, bercak C (fraksi
eter+eter) nilai Rf 0,509 warna bercak pada UV 254 nm kuning hijau pada UV 366
nm berfluoresensi dan pada penambahan pereaksi sitroborat dan KMNO4 berwarna
kuning, bercak D (fraksi air+alkohol) nilai Rf 0, bercak D dan E tidak dapat terlihat
setelah penambahan pereaksi sitroborat dan KMNO4. Hasil yang diperoleh pada
kondisi fase diam selulosa, fase gerak n-butanol : CH3COOH : air (4:1:5), bercak
kode A(standar rutin) nilai Rf 0,95 warna bercak pada UV 245 nm hijau pada UV 366
nm warna hitam, bercak B (kristal flavonoid+metanol) nilai Rf 1 warna bercak pada
UV 254 nm hijau pada UV 366 nm berwarna hitam, bercak C (fraksi eter+eter) nilai
Rf 1 warna bercak pada UV 254 nm kuning hitam pada UV 366 nm berwarna kuning
dan pada penambahan pereaksi sitroborat dan KMNO4 berwarna kuning, bercak
D(fraksi air+alkohol) dan E (glukosa) tidak dapat terlihat, ini dimungkinkan karena
sampel yang digunakan terlalu cair dan terlalu banyak pada saat proses penotolan
sehingga terjadi perembesan selama proses elusi dan adanya kontaminan dengan zat
lain atau pengotor.
Pada KLT hasil hidrolisis menggunakan mekanisme partisi (terjadi persaingan
fase diam dan gerak) fase gerak n-butanol:asam asetat:air didapatkan Rf quercetin
yang paling tinggi artinya quercetin dapat larut. Sedangkan pada fase gerak asam
asetat 15% yang cocok dengan air (glikosida) rutin standar dan isolatnya memiliki Rf
yang hampir sama dan quercetin terlihat kurang larut. Terjadi kegagalan pada isolasi
glukosa karena penotolan terlalu kecil sehingga tidak dapat termonitor.
Pada percobaan selanjutnya dilakukan isolasi minyak atsiri dari cengkeh.
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap yang terkandung dalam
tanaman salah satunya adalah tanaman bunga cengkeh. Proses isolasi menggunakan
metode destilasi yang digunakan untuk mengisolasi senyawa-senyawa volatil/
senyawa yang mudah menguap seperti minyak atsiri. Cengkeh mengandung eugenol
(4-etil-2-methoxyphenol) yang merupakan konstituen utama dari minyak esensial
yang digunakan untuk antimikroba dan anestesi. Eugenol dianggap sebagai senyawa
fenolik yang mirip dengan benzena yang memiliki 3 substituen yang mengalami
reaksi substitusi elektrofilik aromatis melalui nitrasi.
Pada praktikum ini digunakan sampel minyak cengkeh 50 gram, dimasukkan
ke labu destilasi dan ditambah air kira-kira 5x berat bahan yang dianalisa, didestilasi
dengan kondisi suhu pada labu destilasi 130 derajat celcius, kecepatan penyulingan
hingga 1 tetes per detik, setelah selesai penyulingan pisahkan minyak cengkeh lalu
tambahkan natrium sulfat anhidrat. Didapatkan rendemen sebanyak 1%.
Dari pengamatan organoleptis didapatkan hasil bentuk cair, berwarna kuning,
rasa getir/ pahit, dan baunya khas cengkeh. Secara teoritis minyak atsiri dari cengkeh
berwarna kuning, bau khas. Selanjutnya dilakukan identifikasi indeks bias untuk
mencari kemurnian, teteskan ke prisma jangan sampai pipet menyentuh prisma, dicari
bagian bawah gelap dan atas terang, serta garis tipis silang dan vertikal, pastikan
gelap terang tidak ada pembiasan, kemudian dibaca skalanya. Hasil indeks biar
99,69% artinya kemurnian bagus hampir mendekati 100% murni. Berat jenis
didapatkan hasil 1,06 gram.
Setelah dilakukan analisis minyak atsiri, didapatkan hasil yang sesuai dengan ciri-ciri
minyak atsiri yaitu:
1. Meneteskan 1 tetes minyak atsiri pada permukaan air, minyak atsiri akan
menyebar dan permukaan tidak keruh.
2. Meneteskan 1 tetes minyak atsiri pada kertas saring, minyak akan menguap
sempurna tanpa meninggalkan noda lemak, hasilnya tidak meninggalkan noda
lemak.
3. Mengocok 1 ml minyak atsiri dengan 1 ml natrium klorida jenuh dalam gelas
ukur biarkan memisah, volume lapisan air tidak boleh bertambah. Hasilnya
volume tidak bertambah.
4. Mengukur daya larut minyak atsiri dalam etanol, eter, kloroform, petrolatum
eter. Hasilnya minyak atsiri larut didalamnya.
5. Indeks bias, didapatkan hasil 99,69%, artinya hasilnya sangat bagus,
mendekati kemurnian 100%.
6. Mendeteksi adanya senyawa fenol, tambahkan setetes besi klorida ke dalam 2
ml larutan minyak atsiri 25% dalam etanol yang netral terhadap lakmus,
hasilnya berwarna merah yang artinya mengandung fenol.
7. Reduksi minyak atsiri, tambahkan NaOH ke 2 ml minyak atsiri dikocok,
terlihat komponen dalam minyak atsiri berkurang dan berubah masuk kedalam
fase air. Sehingga dengan penambahan NaOH terjadi reduksi volume yang
menandakan senyawa fenol dalam minyak atsiri bereaksi.
VIII. PUSTAKA
Azizah zikra,dkk.(2020). Penetapan Kadar Flavonoid Rutin pada Daun Ubi Kayu
(Manihot Esculenta Crantz) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak. Jurnal
Farmasi Higea, Vol.12 No.1, Hal 90-98.
Cuppet, S.M., M. Schrepf and C. Hall III. 1954. Natural Antioxidants, Chemistry
Health Effect and Application. Champaign : AOCS Press.
Fauziah, L. 2010. Isolasi Glikosida Flavonoid dari Daun Ketela Pohon. Pharmacy
Community.
Rajalakhsmi, D dan S. Narasimhan. 1985. Food Antioxidants : Sources and Methods
of Evaluation dalam D.L. Madhavi: Food Antioxidants,
Technological Toxicological and Health Perspectives. Marcel Dekker Inc., Hongkong
: 76-77.
The University of Nusa Cendana is a public university in Kupang, East Nusa
Tenggara, Indonesia. It was established on September 1, 1962. Its rector is
Prof. Ir. Fredrik L. Benu, M.Si., Ph.D.Wikipedia.
LAMPIRAN
● Flavonoid
Analisis Golongan Flavonoid
Tara kertas saring Menyaring kristal Kristal dibilas dengan Hasil kristal yang
air suling dingin sudah ditaruh di
dalam kertas saring
Pengeringan kertas
saring bersama
endapan
Melakukan refluks
pada penangas air
mendidih selama 1 Penuangan cairan Penambahan 20 ml dietil
jam hidrolisis yang sudah eter
dingin ke dalam corong
pisah
Taruh ke dalam botol
Pengocokan kembali selai
Hasil setelah diuapkan
dietil eter nya dengan
diatas penangas air
yang pertama
KLT asam
KLT N-butanol KLT N-butanol asetil pada Hasil Indeks
pada sinar uv pada sinar uv sinar uv 366 bias
254 nm sebelum 254 nm setelah setelah
disemprot disemprot disemprot
amoniak KMnO4
● Minyak Atsiri