Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KROMATOGRAFI

Nama : Muh Mifta Farid Syahdan

NIM :1940061

Kelas : Akselerasi

Kelompok : 8 (Delapan)

Tanggal : 7 Juli 2020

Judul :
“Pemisahan Zat Warna Campuran (Dye Mixture) Secara Kromatografi Lapis Tipis Ascending
dan Penetapan Kurkumin dari Temulawak Secara Kromatografi Lapis Tipis”

Tujuan :
1. Dapat memahami pemisahan zat warna campuran (dye mixture) secara KLT
2. Dapat memahami teknik pemisahan secara KLT
3. Dapat menghitung nilai RF (Retention Factor) masing-masing warna hasil pemisahan
4. Dapat mengidentifikasi kandungan kurkumin dalam sampel temulawak secara KLT

Prinsip :

 Dye Mixture
Pemisahan zat warna dilakukan berdasarkan perbedaan laju perpindahan dari tiap
komponen yang disebabkan oleh perbedaan koefisien partisi antara fase diam dan fase
geraknya. Pemisahan komponen dengan thin layer chromatography biasanya dilengkapi
dengan scanner untuk menentukan kualitas komponen yang dipisahkan.
 Kurkumin
kurkumin dipisahkan berdasarkan perbedaan kekuatan interaksi antara fase diam
dan fase gerak. Kurkumin akan terbawa oleh fase gerak dengan adanya gaya dorong
kapilaritas. Pada dasarnya tidak terlalu berbeda dengan dye mixture, perbedaanya hanya
pada identifikasi kurkumin.
Dasar Teori :
a) Kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-
komponennya akan dipisahkan antara 2 fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam
akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen
campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal, sedangkan
komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.

Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik kromatografi yang digunakan untuk
memisahkan campuran yang tidak volatile. Kromatografi tersebut dilakukan pada
selembar kaca, plastic, atau aluminium foil yang dilapisi dengan lapisan tipis bahan
adsorben. Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk memonitor pergerakan reaksi,
mengidentifikasi senyawa yang terdapat didalam campuran, dan menentukan kemurniaan
contoh.

Pada dasarnya kromatografi lapis tipis sangat mirip dengan kromatografi kertas,
terutama pada cara pelaksanaannya. Perbedaan nyatanya terlihat pada fase diamnya atau
media pemisahnya, yaitu digunakan lapisan tipis adsorben sebagai pengganti kertas.
Bahan adsorben sebagai fase diam yang biasa digunakan yaitu silika gel, alumina dan
serbuk selulosa.

b) Kurkumin

Kurkumin (diferuloylmethane) adalah senyawa aktif yang ditemukan pada kunir,


berupa polifenol dengan rumus kimia C21H20O6. Kurkumin memiliki dua bentuk tautomer
yaitu keton dan enol. Struktur keton lebih dominan dalam bentuk padat, sedangkan
struktur enol ditemukan dalam bentuk cairan. Kurkumin merupakan senyawa yang
berinteraksi dengan asam borat menghasilkan senyawa berwarna merah yang
disebut rososiania. Senyawa turunan kurkumin disebut kurkuminoid yang hanya terdapat
2 macam, yaitu desmetoksikurkumin dan bis-desmetoksikurkumin.

Kurkumin lebih stabil pada pH asam dan akan berkurang kestabilannya seiring
dengan naiknya pH, kurkumin stabil pada pH 1,2 dengan kondisi tanpa adanya cahaya.
Alat dan Bahan :

a. Pemisahan Zat Warna Campuran ( Dye Mixture ) Secara Kromatografi Lapis Tipis
 IniAlat
1. Tabung Ulir
2. Pipa Kapiler
3. Piala Gelas 100 mL
4. Rak Tabung Ulir
5. Pipet Volumetri
6. Plat Silika Gel F254
7. Spotting Table
8. Chamber Horizontal
 Bahan
1. Dye Mixture
2. Toluena
3. Heksana
4. Kertas Penyeka
5. Etanol
b. Penetapan Kurkumin dari Temulawak Secara Kromatografi Lapis Tipis
 Alat
1. Tabung Ulir
2. Pipa Kapiler
3. Piala Gelas 100mL
4. Rak Tabung Ulir
5. Pipet Volumetri
6. Plat Silika Gel F254
7. Spotting Table
8. Chamber Horizontal
 Bahan
1. Temulawak
2. Kloroform
3. Benzena
4. Etanol
5. Metanol
6. Asam Borat
7. HCl 5%
8. H2SO4 1N
9. Kertas Penyeka

Cara Kerja :

 Pemisahan Zat Warna Campuran ( Dye Mixture ) Secara Kromatografi Lapis Tipis
1. Plat silika gel ukuran 50 mm x 100 mm digaris batas atas, bawah dari tepi dan
garis tengah menggunakan pensil.
2. Diberi tanda 4 titik menggunakan pensil berjarak 10 mm dari tiap titik.
3. 2 macam fasa gerak dibuat, toluene dan campuran toluene : heksana (6:4)
4. Fasa gerak diisikan kedalam chamber , tunggu hingga 2 menit untuk menjenuhkan
chamber.
5. Dye mixture ditotolkan pada tanda di plat silika menggunakan pipa kapiler yang
sudah dicuci dengan etanol.
6. Ditunggu bebrapa saat, plat silika diletakkan kedalam chamber. Dielusikan
sampai eluen dekat dengan garis tengah.
7. Diangkat silika gel, ditunggu kering, dan diberi tanda pada eluen.
8. Diukur setiap noktah dan diukur jarak eluen kemudian dihitung nilai Rf nya.
 Penetapan Kurkumin dari Temulawak Secara Kromatografi Lapis Tipis
1. Pembuatan Larutan Fase Gerak
- Kloroform dan benzene dipipet masing-masing 4.5 mL
- Dimasukkan ketabung ulir berpenutup
- Ditambahkan 1 mL etanol
2. Pembuatan Larutan Standar Kurkumin
- Ditimbang standar kurkumin 0,1 gram
- Dilarutkan dengan 1 mL etanol
- Dikocok menggunakan vortex
3. Preparasi Sampel Larutan
- Sampel kurkumin ditimbang 0.1 gram
- Dilarutkan dengan 1 mL etanol
- Dikocok menggunakan vortex
4. Pembuatan Larutan Pembangkit Warna
- Ditimbang asam borat 2.0 gram
- Dilarutkan dalam 10 mL methanol
- Ditambahkan 1 mL HCl 5%
- Ditambahkan 0.5 mL H2SO4
- Diaduk dalam piala gelas
- Dimasukkan kedalam labu semprot
5. Persiapan Kromatografi Lapis Tipis
- Lempeng KLT dipotong seukuran 50 x 100 mm
- Diberi garis pada daerah kurang lebih 10 mm dari batas bawahnya dengan
menggunakan pensil
6. Penotolan Standar dan Sampel
- Standar dan sampel ditotolkan menggunakan pipa kapiler pada lempeng
KLT yang sudah ditandai dengan pensil dengan jarak masing-masing
penotolan 10 mm.

Pengamatan :
Kurkumin
Spot 1 : Standar
Spot 2 : Sampel temulawak
Dye Mixture
Bagian atas toluene : heksana
Bagian bawah toluena

Tabel Data Pengamatan


A. Dye Mixture

Dye Mixture Toluena : Heksana Rf Toluena (cm) Rf


(cm)
Eluen 3,27 - 3,70 -
Kuning 2,23 0,68 2,25 0,61
Merah 1,67 0,51 1,75 0,47
Biru 0,87 0,27 0,93 0,25
Abu-Abu 0,55 0,17 0,50 0,14

B. Kurkumin

Kurkumin Kloroform : Methanol (cm) Rf


Eluen 3,63 -
Standar 2,57 0,71
Warna kuning 1 2,53 0,70
Warna kuning 2 1,87 0,52
Warna kuning 3 1,25 0,34

Perhitungan :
Jarak yang ditempuh komponen
Rf =
Jarak yang ditempuh eluen

A. Dye Mixture
 Toluena : Heksane
2.23 cm
 Rf Kuning : = 0,68
3.27 cm
1.67 cm
 Rf Merah : = 0,51
3.27 cm
0.87 cm
 Rf Biru : = 0,27
3.27 cm
0.55 cm
 Rf Abu-Abu : = 0,17
3.27 cm
 Toluena
2.25 cm
 Rf Kuning : = 0,61
3.70 cm
1.75 cm
 Rf Merah : = 0,47
3.70 cm
0.93 cm
 Rf Biru : = 0,25
3.70 cm
0.50 cm
 Rf Abu-Abu : = 0,14
3.70 cm
B. Kurkumin
 Kloroform : Methanol
2.57 cm
 Rf Standar : = 0,71
3.63 cm
2.53 cm
 Rf kuning 1 : = 0,70
3.63 cm
1.87 cm
 Rf kuning 2 : = 0,52
3.63 cm
1.25 cm
 Rf kuning 3 : = 0,34
3.63 cm

Pembahasan :

Pada kromatografi komponen dalam suatu senyawa dapat dipisahkan berdasarkan


perbedaan koefisien distribusi dari masing-masing komponen dalam campuran terhadap dua
fasa. Dari perbedaan tersebut dapat dihasilkan nilai Rf (Retention Factor) atau biasa disebut juga
dengan factor retensi, dalam kondisi yang sama nilai Rf akan konstan terhadap komponen atau
senyawa tertentu.

Pada praktikum pemisahan zat warna (dye mixture) dengan menggunakan kromatografi
lapis tipis. Kromatografi lapis tipis yaitu metode pemisahan berdasarkan perbedaan koefisien
distribusi dari analit dan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Koefisien distribusi
dipengaruhi oleh sifat kepolaran, titik didih, berat molekul dan lain-lain.

Pada percobaan ini fase diam yang digunakan adalah silica gel pada plat KLT. Silica gel
digunakan untuk senyawa-senyawa lipida dan hidrokarbon yang ketika berinteraksi dengan analit
maka akan bersifat polar. Fasa gerak yang digunakan adalah toluena dan campuran
toluena:heksana (6:4) yang bertujuan untuk mengetahui fasa gerak yang lebih baik untuk
pemisahan zat warna.

Pada praktikum ini nilai Rf yang didapat menggunakan fasa gerak toluena yaitu 0,14 di
warna abu-abu ; 0,25 di warna biru ; 0,47 di warna merah dan 0,61 pada warna kuning. Semakin
besar nilai Rf maka senyawa semakin bersifat non polar dan memiliki berat molekul yang besar.
Sedangkan nilai Rf yang didapat menggunakan fasa gerak campuran toluena : heksana (6:4)
adalah nilai Rf abu-abu sebesar 0,17 ; nilai Rf biru sebesar 0,27 ; nilai Rf merah sebesar 0,51 dan
nilai Rf kuning sebesar 0,68. Rf kuning bersifat non polar karena pemisahannya jauh dari spot
awal.

Dilihat dari nilai Rf dan jarak pemisahan yang didapatkan, maka eluen toluene : heksana
adalah eluen yang sangat cocok untuk digunakan pada pemisahan dye mixture karena jarak
antara komponen satu dengan komponen yang lainnya sangat besar sehingga komponen dapat
diamati dengan baik dan jelas.

Pada kurkumin fase gerak yang digunakan ialah kloroform : etanol (9,5 : 0,5) dan dapat
dilihat dari data atau hasil pengamatan bahwa spot paling atas atau warna kuning ke 1 ialah
kurkumin karena memiliki jarak pemisahan yang mendekati standar. Karena fase geraknya
adalah kloroform : aseton (9,5 : 0,5), maka makin kebawah warnanya akan bersifat polar. Warna
kuning ke 2 ialah demetoksi kurkumin karena gugus fungsi turunan kurkumin yang satu ini
kehilangan satu gugus eter yang mana salah satu sifat gugus eter ialah non polar apabila telah
kehilangan satu gugus eter maka komponen atau senyawa akan bersifat polar. Dan untuk warna
kuning ke 3 merupakan bis-demetoksi kurkumin karena gugus bis-demetoksi kurkumin
kehilangan dua gugus metoksinya.

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa: komponen berwarna pada dye mixture dengan pelarut toluena : heksana
terdapat 4 warna yaitu kuning, merah, biru dan abu-abu dengan nilai Rf masing masing
komponen :

- Kuning : 0,68
- Merah : 0,51
- Biru : 0,27
- Abu-abu : 0,17

komponen berwarna pada dye mixture dengan pelarut toluene terdapat 4 warna juga yaitu
kuning, merah, biru dan abu-abu dengan nilai Rf masing masing komponen :

- Kuning : 0,61
- Merah : 0,47
- Biru : 0,25
- Abu-abu : 0,14

Pada kurkumin dengan pelarut kloroform : methanol terdapat 3 komponen yaitu kurkumin,
demetoksi kurkumin dan bisdemetoksikurkumin dengan nilai Rf masing masing komponen :

- Kurkumin : 0,70
- Demetoksikurkumin : 0,51
- Bisdemetoksikurkumin : 0,34

Daftar Pustaka :

- Rudi, L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Kendari: Universitas


Haluoleo.
- Khopkar, S. M. 2009. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
- Haqiqi, Sohibul, Himam. 2008. Kromatografi Lapis Tipis.
Test Formatif :

A. Kurkumin
1. Tentukan apa saja yang memiliki kandungan kurkumin cukup besar ?
Tanaman seperti kunyit,temulawak,temu manga,temu putih , dll.
2. Apakah kurkumin hanya terdiri dari satu senyawa ?
Tidak, karena senyawa kurkumin merupakan senyawaan campuran yang terdiri dari
tiga senyawa kurkumin, yaitu kurkumin, demetoksikurkumin, dan bis-
demetoksikurkumin
3. Apakah fasa gerak yang digunakan sesuai ? jika tidak, apa saran Anda ?
Fasa gerak yang digunakan sudah sesuai, karena pada percobaan yang sudah
dilakukan, kurkumin dalam sampel terpisah menjadi beberapa komponen.
B. Dye Mixture
1. Warna apa saja yang bersifat non polar ?
Warna yang memiliki sifat non polar ialah warna kuning dengan jarak eluen terjauh
dari titik penotolan sampel
2. Eluen apa saja yang paling baik memisahkan komponen warna pada dye mixture ?
Eluen yang paling baik ialah campuran toluena : heksana (6:4) karena pada hasil
kromatogram terlihat jelas tanpa adanya tailing.

Anda mungkin juga menyukai