Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AUDITING

Nama Kelompok :
Silkana Apriani (150810218)
Silvia Monalisa (150810219)
Nila Ralisa (150810167)

Mata Kuliah : Audit Sektor Publik


Dosen : Puspita Rama Nopiana, S.E., M.M., Akt., CA.
Deskripsi Tugas
Silkana Apriani berperan sebagai Ketua yang memiliki
tugas sebagai berikut:
1. Membagikan tugas mengenai apa yang harus
dikerjakan oleh anggota yaitu Silvia dan Nila,
2. Menyalin atau mengetik ke word isi buku Audit
Sektor Publik Bab 2 dari halaman 20-23 dan
kemudian membuat powerpointnya,
3. Menjawab latihan soal nomor 1,
4. Mengedit file word secara keseluruhan,
5. Mengeprint slide powerpoint dan memfotocopy slide
yang telah diprint sesuai dengan audience.
Deskripsi Tugas
Silvia Monalisa berperan sebagai Anggota
yang memiliki tugas sebagai berikut:
1. Menyalin atau mengetik ke word isi buku
Audit Sektor Publik Bab 2 dari halaman 24-
27 dan kemudian membuat PowerPointnya,
2. Menjawab latihan soal nomor 4,
3. Memburning file word dan powerpoint ke
dalam CD.
Deskripsi Tugas
Nila Ralisa berperan sebagai Anggota yang
memiliki tugas sebagai berikut:
1. Menyalin atau mengetik ke word isi buku
Audit Sektor Publik Bab 2 dari halaman 28-
30 dan kemudian membuat PowerPointnya,
2. Menjawab latihan soal nomor 2 dan 3,
3. Mengedit powerpoint secara keseluruhan.
Peran Kelompok
Silkana Apriani (Ketua) berperan sebagai
Moderator

Silvia Monalisa (Anggota) berperan sebagai


Anggota yang bertugas untuk mempresentasikan
slide.

Nila Ralisa (Anggota) berperan sebagai Anggota


yang bertugas untuk mempresentasikan slide.
A. Laporan Auditing Standar Dengan
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
Bentuk laporan auditing yang paling umum
adalah laporan auditing dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian. Laporan Auditing dengan
standard wajar tanpa pengecualian digunakan bila
kondisi berikut terpenuhi:
1. Semua laporan keuangan: neraca, laporan rugi
laba perhitungan laba ditahan, dan laporan arus
kas, sudah tercakup di dalam laporan keuangan.
2. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya
dalam penugasan.
3. Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan
auditor tersebut telah melaksanakan penugasan
dengan cara yang memungkinkan baginya untuk
menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan
lapangan telah dipenuhi.
4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum. lni berarti
bahwa pengungkapan yang memadai telah
disertakan dalam catatan kaki, dan bagian-bagian
lain laporan keuangan.
5. Tidak terdapat situasi yang memerlukan
penambahan paragraf penjelasan atau modifikasi
kata-kata dalam laporan.
Bagian dari laporan audit standar, yaitu:
1. Judul laporan. Standar auditing mengharuskan
pemberian judul pada laporan dan judul itu harus
memuat kata independen.
2. Alamat yang dituju laporan auditing. Laporan ini
biasanya ditujukan kepada perusahaan bersangkutan,
pemegang saham, atau dewan direksinya.
3. Paragraf pendahuluan. Paragraf pertama dari
laporan ini ditujukan untuk tiga hal:
 Pertama, paragraf ini merupakan pernyataan
sederhana bahwa kantor akuntan publik
bersangkutan telah melaksanakan suatu audit.
Kedua, paragraf itu mencantumkan laporan keuangan
yang diperiksa, termasuk tanggal neraca dan periode-
periode akuntansi untuk laporan rugi-laba dan laporan
arus kas.

Ketiga, paragraf pendahuluan yang menyatakan bahwa


laporan keuangan tersebut merupakan tanggung jawab
manajemen dan bahwa tanggung jawab auditor adalah
sebatas pada pendapat atas laporan yang diperiksa.
4. Paragraf ruang lingkup. Paragraf ruang lingkup adalah
pernyataan faktual mengenai apa yang dilakukan auditor di
dalam auditing.
5. Paragraf pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan standar
memuat kesimpulan auditor berdasarkan hasil auditing.
6. Tandatangan nama nomor register akuntan publik. Nama
ini menunjukkan partner akuntan publik atau auditor yang
bertanggung jawab atas auditing yang dilakukan.
7. Tanggal laporan audit. Tanggal yang dipakai di dalam
laporan ini adalah tanggal saat auditor telah menyelesaikan
bagian terpenting dari prosedur auditing di lapangan.
B. Laporan Auditing Wajar Tanpa
Pengecualiaan dengan Paragraf Penjelas atau
Modifikasi Kata atau Kalimat

Dalam situasi tertentu, laporan audit wajar tanpa


pengecualiaan diterbitkan, kata-kata yang digunakan
menyimpang dari laporan wajar tanpa pengecualiaan
bentuk standar. Laporan ini harus dibedakan dari
laporan wajar dengan pengecualiaan, laporan tidak
wajar, dan laporan tidak memberikan pendapat.
Penyebab Paling Penting dari Penambahan Paragraf
Penjelasan atau Modifikasi Kata Di Laporan Wajar Tanpa
Pengecualian:

1. Tidak ada konsistensi


2. Ketidakpastiaan yang material
3. Keraguan Atas Kelangsungan Hidup
4. Setuju dengan penyimpangan standar akuntansi yang
berlaku
5. Penekanan Atas Suatu Hal
6. Laporan yang Melibatkan Auditor Lain
1.Tidak Ada Konsistensi

Standar pelaporan kedua mewajibkan auditor


untuk memperhatikan situasi di mana standar
akuntansi tidak dilaksanakan secara konsisten
dalam periode berjalan dihubungkan dengan
periode sebelumnya.
2.Ketidakpastiaan yang Material

Umumnya manajemen membuat sejumlah estimasi dalam menyusun laporan


keuangan, termasuk masa manfaat aktiva yang dapat disusutkan, kemungkinan
tertagihnya piutang, dan nilai realisasi persediaan serta aktiva-aktiva lainnya.
Biasanya terdapat cukup banyak bahan baku untuk mendukung kelayakan
estimasi atas pos-pos ini. Tetapi, adakalanya auditor menghadapi situasi di mana
kelanjutan suatu masalah tidak dapat diestimasi secara wajar pada saat laporan
itu diterbitkan.
GAAP mewajibkan pengungkapan catatan kaki yang memadai dalam kondisi-
kondisi berikut ini:
a. Ketidakpastian adalah mungkin sekali menjadi kenyataan (probable) dan
material; atau
b. Ketidakpastiaan itu cukup mungkin (reasonably possible) dan
* material dan kemungkinanannya cukup besar, atau
* sangat material
3. Keraguan Atas Kelangsungan Hidup

Faktor- faktor di bawah ini menimbulkan ketidakpastiaan


mengenai kelangsungan hidup:

a. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja.
b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibanya pada saat
jatuh tempo
c. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan
seperti gempa bumi atau banjir, atau masalah perburuhan yang tidak biasa.
d. Perkara pengadilan, gugatan hukum, atau masalah-masalah serupa yang
sudah terjadi dan dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk
beroperasi
4. Setuju dengan Penyimpangan Standar
Akuntansi yang Berlaku

Peraturan 203 dari kode etik profesi AICPA menyatakan


bahwa dalam keadaan tidak biasa, penyimpangan dari standar
akuntansi yang ditetapkan oleh badan yang dibentuk oleh
AICPA untuk menetapkan standar akuntansi tidak harus
menghasilkan pendapat wajar dengan pengecualian, atau
pernyataan tidak memberikan pendapat.
5. Penekanan Atas Suatu Hal

Ada beberapa penjelasan yang biasanya dianggap perlu oleh


para auditor untuk dinyatakan di dalam laporannya adanya
transaksi yang signifikan diantara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, peristiwa penting yang terjadi
setelah tanggal neraca, dan penjelasan mengenai masalah
akuntansi yang mempengaruhi daya banding laporan keuangan
tahun ini dengan laporan keuangan tahun sebelumnya.
6. Laporan yang Melibatkan Auditor Lain

 Akuntan Publik menyerahkan sebagian tanggung jawab


auditingnya kepada kantor akuntan publik lain, yang
merupakan hal yang lazim jika klienya memiliki beberapa
perusahaan anak dan divisi yang tersebar luas.
 Auditor lain tersebut tetap bertanggung jawab atas hasil kerja
dan laporannya dalam menghadapi gugatan hukum atau sanksi
BAPEPAM.
C. Keadaan yang Menyebabkan Penyimpangan dari
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian

Ada dua kategori laporan auditing yang bukan laporan standar:


1. Laporan yang menyimpang dari laporan wajar tanpa
pengecualiaan
2. Laporan wajar tanpa pengecualiaan dengan paragraf
penjelasan atau modifikasi kata/kalimat.
Tiga Hal yang Menyebabkan Penyimpangan dari Pendapat
Wajar Tanpa Pengecualian yaitu:

 Keadaan 1. Pembatasan ruang lingkup auditing. Jika auditor


tidak berhasil mengumpulkan bahan bukti yang mencukupi
untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan yang
diperiksanya disajikan sesuai dengan GAAP, itu berarti bahwa
ruang lingkup auditingnya dibatasi.
 Kondisi 2. Laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan
GAAP(Generally Accepted Accounting Principles)
 Kondisi 3. Auditor tidak independen
D. Laporan Auditing Lain Selain Laporan
Wajar Tanpa Pengecualian

Tiga jenis laporan auditing yang paling penting untuk kondisi ini
adalah sebagai berikut:
1. Pendapat Tidak Wajar ( Adverse Opinion)
2. Pendapatan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
3. Pendapatan Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
1. Pendapat Tidak Wajar ( Adverse Opinion)

Pendapat tidak wajar hanya di berikan bila auditor


merasa yakin bahwa keseluruhan laporan keuangan
yang di sajikan memuat salah saji yang materian
atau menyesatkan sehingga tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan atau hasil laporan perusahaan
sesuai dengan prinsip akutansi yang berlaku umum.
2.Pendapat Tidak Memberikan Pendapat
(Disclaimer of Opinion)

Suatu persyaratan tidak memberikan pendapat dilakukan


jika auditor tidakberhasil meyakinkan dirinya sendiri
bahwa keseluruhan laporan keuangan yang disajikan secara
wajar penilakan pemberian pendapat timbul karena banyak
pembatasan ruang lingkup audit atau hubungan yang tidak
independen antara auditor dan klien.
3. Pendapatan Wajar dengan Pengecualian
(Qualified Opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian dapat di


berikan baik adanya Batasan ruang lingkup audit
atau tidak ditaatinya standar akutansi yang berlaku
umum.
Pendapat wajar dengan pengecualian Hanya dapat
digunakan jika auditor yakin bahwa laporan
keuangan keseluruhan telah disjikan secara wajar
E. Materialitas

Definisi dari materialitas dalam kaitannya dengan


akutansi dan pelaporan auditing adalah suatu salah
saji dalam laporan keuanagan dapat dianggap
material jika pengetahuan ats aslah saji tersebut
dapatmempengaruhi keputusan pemakai laporan
keuangan yang rasional.
Daya ukur

Nilai uang yang terkandung pada beberapa salah saji tidak


di ukur secara akurat. Contoh, keengganan klien untuk
mengungkapkan adanya gugatan hukum atau akuisisi
perusahaan anak yang baru setelah tanggap penutupan
neraca merupakan kekeliruan yang sulit atau bahkan tidak
mungki untuk di ukur alam nilai uang. Tingkatan
materialitas yang harus di evaluasi auditor dalam situasi
semacam ini bergantung pada pengaruh dari tidak
diungkapkannya penjelasan tersebut untuk membantu
keputusan yang dibuat oleh pemakai laporan keuangan.
Hakekat Kesalahan
Kekeliruan dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan
keuangan, dan juga akan mempengaruhi pendapat auditor, dengan
cara yang berbeda dari kekeliruan yang berbeda dari kekeliruan yang
lazim terjadi.
a. Transaksi yang melanggar melanggar hukum atau menyelewengi
b. Sesuatu pos atau unsur yang dapat mempengaruhiperiode
mendatang.meskipun jumlah nya tidak berarti jia hanya periode
sekarang yang di perhitungkan.
c. Sesuatu yang menimbulkan akibat “psikis”
d. Sesuatu yang dapat menimbulkan konsekuensi penting bila di
pandang dari segi kewajiban kontrak.

Anda mungkin juga menyukai