Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

EFUSI PLEURA & EMPYEMA

OLEH: TUTIANY
Pengertian Efusi Pleura:
 Efusi pleura: akumulasi cairan dalam rongga pleura
(transudat/ eksudat)
 Umumnya mrpk sekunder dari penyakit lain

 Transudat: filtrat plasma yang menembus dinding


kapiler yang utuh  biasanya terjadi karena ketidak
seimbangan tekanan hidrostatik atau onkotik
 Eksudat: ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau
kavitas/rongga  biasanya terjadi akibat inflamasi
oleh produk bakteri atau tumor yang mengenai
pleura
6. PARU-PARU

Jurusan Keperawatan Poltekkes


02/05/2018 3
Jakarta I
Etiologi Efusi Pleura:

 berhubungan dg 4 kategori umum, yang meliputi:


a. Kondisi meningkatnya tekanan kapiler subpleural
(contoh: pada CHF  akumulasi cairan
transudat)
b. Menurunnya tekanan onkotik kapiler
(contoh: pada klien gangguan hepar, gagal ginjal)
c. Kondisi yg disebabkan inflamasi pada pleura, rongga
pleura, atau stuktur disekitarnya
(contoh: pada infeksi atao tomor paru)
d. Gangguan fungsi limfatik
(misal: karena obstruksi sistem limfatik paru)
Pengertian Empiema:

 Empyema adalah terdapatnya/ akumulasi


cairan purulen (pus) di dalam rongga pleura
 merupakan efusi pleura yang septik
Etiologi Empiema:

 Merupakan penyebaran infeksi dari struktur yang


berdekatan
 Infeksi sistemik
 Infeksi post prosedur (contoh: torasentesis)
 Komplikasi dari pneumonia/ abses paru (penyebaran
melalui limfatik, hematogen, atau karena ruptur
parenkim paru yang nekrotik)

Klasifikasi:
• Akut ~ 7 – 10 hari
• Kronik ~ 4 – 6 minggu/ lebih
Gambaran Klinis Efusi pleura & Empyema:
 Sesak napas
 Nyeri dada
 Demam tinggi (pada Empyema)
 Nadi cepat
 Respirasi rate meningkat
 Hasil inspeksi: paru/thorak yang sakit tampak
m’besar & pergerakannya menurun/ berkurang
 Perkusi: pekak
 Auskultasi: suara napas paru yang sakit melemah/ (-)
 Berat badan menurun (Empyema)
Pemeriksaan Diagnostik:

 Radiologi
 Pungsi aspirasi/ thoracentesis
 Pemeriksaan bakteriologis:
– kultur cairan pleura
– BTA cairan pleura
 Laboratorium lain: Hb, leuko, Ureum, dll.
Penatalaksaan medis:

 Antibiotik yang tepat


 Mengeluarkan cairan pleura  WSD
 Mengembangkan paru
 Untuk empiema kronik/ berulang, biasanya
dilakukan pembedahan:
 Pleurectomy
 Pleurodesis
 Decorticasi
Prognosis:

 tergantung pada:
 Penyakit yang mendasari
 Cepat/ lambatnya drainage
 Jenis bakteri
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
EFUSI PLEURA/ EMPYEMA
Pengkajian Keperawatan:
a. Sirkulasi:
Nadi cepat; disritmia; TD meningkat/ menurun;
Edema

b. Respirasi:
Data Subjektif:
- Riwayat: trauma/ op. Thorax/ PPOM/ infeksi
paru/ malignancy
- Riwayat Terapi ventilasi mekanik (ventilator)
- Sesak napas/ Batuk
Data Objektif:

 Pernapasan (RR) cepat


 Menggunakan otot bantu napas
 Retraksi otot intercosta, leher
 Suara napas << / menurun
 Taktil fremitus menurun
 Perkusi: dullness/ pekak
 Kulit: pucat, sianosis, diaphoresis
Pengkajian kep (lanjutan):

c. Nyeri/ rasa nyaman:


- Nyeri dada
- Nyeri saat napas dalam (mungkin
menyebar ke leher, bahu, &
abdomen)
d. Pengetahuan klien/ klg tentang peny &
pengobatan & perawatan ?
e. Keamanan?
f. Kondisi system tubuh yang lain?
Diagnosa Keperawatan (pada klien Efusi
Pleura/ Empiema)

1. Pola napas tidak efektif b.d. penurunan


ekspansi paru
2. Nyeri (gangguan rasa nyaman)
3. Risiko gangguan pertukaran gas
4. Risiko program terapi tidak efektif bd.
kurang pengetahuan
5. Dan lain-lain (Nutrisi, ADL, mobilitas fisik)
PRIORITAS KEPERAWATAN:

1. Meningkatkan/ mempertahankan
ekspansi paru (ventilasi) yang adekwat
2. Menurunkan/ mencegah komplikasi
3. Menurunkan nyeri
4. Meningkatkaan pengetahuan klien & klg
tentang proses penyakit, pengobatan, &
perawatan
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN PNEUMO/ HIDROTHORAKS
HEMOTHORAKS:
Pengertian:
 merupakan satu kondisi dimana terdapat udara
yang berlebihan pada rongga pleura

Penyebab:
 Trauma toraks/ fraktur iga dengan perdarahan hebat
 Rufturnya emfisema
 Rufturnya empyema
 PPOM  perforasi pleura
Fisiologis:
 Secara normal pleura terbagi atas pleura
visceral dan parietal
 Pleura visceral dan parietal dipisahkan oleh
rongga/ cavum pleura, yang berisi sekitar 15 –
25 cc cairan
 Pada kondisi normal tekanan intrapleura adala
-11 sampai -12 cmHg (saat inspirasi)
Patofisiologi:
Trauma toraks/ fraktur iga  menyebabkan adanya
hubungan antara rongga pleura dengan udara
atmosfir (udara atmosfir masuk rongga pleura
melalui dinding toraks yang mengalami trauma/
fraktur iga.
Trauma/ fraktur iga  udara & atau darah
tertampung dalam rongga pleura

 Tekanan pd bag paru yang cidera m’jadi meningkat 


jantung & mediastinum bergeser ke arah paru yg sehat 
paru-paru menjadi kolaps  Ruang pertukaran gas menurun
 cardiac output menurun (akibat dari venous return
menurun)  Tanda-tanda klinis
Tanda Klinis:

1. Nyeri dada tajam dan tiba-tiba


2. Sesak, cemas, lemah
3. Diaporesis
4. Nadi cepat
5. Pergerakan dada tidak simetris
6. Deviasi trakea
7. Perkusi: Hiperresonan
8. Suara napas melemah/ tidak ada
9. Táctil fremitus tidak ada/ minimal
Penatalaksanaan Medis:
 Terapi noninvasif (pd kasus Pneumotoraks ringan)
 Pemasangan WSD
 Torakotomi  untuk mengatasi penyebab Pneumothoraks
total/ berat, seperti: Ruftur pleura, kista, dll. Pada kondisi
tsb, Torakotomi dilakukan untuk:
- menjahit pleura visceralis yang robek
- pengangkatan kista atau lobektomi
 Pleurisi artificial  Pleuritis buatan
 Torakosentesis
 Torako-Dekortikasi
 Pleurektomi parietal (bila cidera pd paru bagian apikal)
ASUHAN KEP KLIEN PNEUMOTHORAKS
Pengkajian Keperawatan:
1. Riwayat kesehatan/ keperawatan?  adakah:
– Riwayat trauma?
– Riwayat penyakit PPOM/ Emfisema?
– Riwayat penyakit Empyema?

2. Pmeriksaan fisik  adakah tanda-gejala Pneumotoraks?


3. Pemeriksaan diagnostik?
- Rontgen Torak: adakah akumulasi cairan/ udara?
- AGD: apakah PaO2 menurun? PaCO2 meningkat?
SaO2 menurun?
- Hb?  Hb menurun bila ada perdarahan
- Torasentesis
Diagnosa Kep klien Pneumotoraks:
1. Kerusakan pertukaran gas b.d kehilangan
kemampuan ventilasi mekanik akibat akumulasi
cairan/ udara pada rongga pleura
2. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi
paru
3. Nyeri dada b.d fraktur costa, luka insisi,
pneumotoraks
4. Risiko injuri b.d efek tindakan invasif; kurang
pengetahuan tentang pencegahan komplikasi
5. Risiko tidak efektifnya regimen terapeutik/
program terapi b.d kurang pengetahuan ttg…
6. Risiko Komplikasi: Gagal napas, dll
Perencanaan Keperawatan:
Diagnosa Kep:
“Kerusakan pertukaran gas b.d akumulasi cairan/
udara pada rongga pleura, ditandai dg: napas
pendek, nyeri dada, gelisah/ perubahan status
mental, takhipnea, takhikardia, TD meningkat, hasil
AGD abnormal”

Tujuan Kep:
Klien akan menunjukkan perbaikan ventilasi & oksigenasi
jaringan yang adekwat/ pertukaran gas kembali normal
Kriteria Hasil: ?
Rencana Tindakan:
1. Observasi RR, kedalaman, penggunaan otot bantu napas,
adanya pucat/ sianosis, ekspansi dada, posisi trakea
(Rasional ?)
2. Auskultasi paru/ bunyi napas
3. Observasi status mental/ tingkat kesadaran
4. Pertahankan posisi fowler dan ubah posisi dengan sering/
minimal tiap 2 jam
5. Berikan posisi pasien pada sisi yang dioperasi/ yang sakit
6. Ajarkan dan anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi
napas dalam
7. Lakukan perawatan WSD  lihat & pelajari materi
perawatan WSD
8. Monitor hasil foto toraks dan AGD
9. Berikan terapi Oksigen sesuai program/ indikasi
Perencanaan Keperawatan:
Diagnosa Kep:
Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru

Tujuan Kep: Klien akan menunjukkan pola napas efektif


Kriteria Hasil: ….?
Rencana Tindakan:
1. Identifikasi penyebab/ pencetus terjadinya penurunan
ekspansi paru
2. Observasi fungsi pernapasan (RR, dispnea, sesak, sianosis,
perubahan TTV)
3. Observasi bunyi napas, pengembangan dada, posisi trakea,
dan táctil fremitus
4. Observasi nyeri dada: area, derajat, saat batuk/ napas
5. Pertahankan posisi fowler
6. Anjurkan untuk tenang. Ajarkan teknik relaksasi
Rencana tindakan (lanjutan):
Bila terpasang WSD:
1) Pertahankan sistem drainage, dengan cara:
– Observasi balutan luka WSD secara teratur & ganti
setiap hari dengan teknik aseptik
– Letakkan sistem drainage dengan baik/ aman
– Letakkan botol WSD lebih rendah dari dada
– Pertahankan selang agar tidak ada bekuan
Rencana tindakan (lanjutan):
2) Observasi sistem drainage:
• Inspeksi sistem drainage dengan hati-hati & teratur,
minimal setiap shift dinas
• Perhatian air dalam botol WSD  bila perlu ditambah
• Observasi fluktuasi (Pertahankan fluktuasi sekitar +2 – 6
cm, jika > : kerja napas meningkat  kaji penyebab
• Observasi gelembung udara pada botol WSD, jika (-) kaji
penyebab
• Observasi botol drainase: kaji warna, karakteristik, jumlah
drainase  beri tanda tiap 8 jam
• Periksa air pada botol suction
3) Klem selang/ sistem drainage:
 dilakukan pada:
1. Saat penggantian sistem drainase
2. Latihan kemampuan paru sebelum dicabut/ di af
3. Keadaan emergensi  kegagalan sistem

4) Lakukan stripping (pemijatan selang WSD):


 Untuk cek kepatenan selang, dan keluarkan bekuan dari
sistem drainase

5) Lakukan intervensi utk meningkatkan kenyamanan &


keamanan klien:
 Atasi ketidaknyamanan
 Cegah komplikasi karena bed-rest
 Hilangkan nyeri & pertahankan mobilisasi
Perencanaan Keperawatan:
Dx Kep: Gangguan rasa nyaman: Nyeri dada b.d fraktur costa, luka
insisi, pneumotoraks

Tujuan Kep:
Klien akan menunjukkan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi
Kriteria Hasil: ?
Rencana Tindakan:
– Kaji ulang skala nyeri
– Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
– Lakukan penekanan daerah insisi saat batuk/ napas
– Ajarkan batuk efektif
– Kolaborasi: berikan obat anti nyeri/ analgesik sesuai
program/ indikasi
Dx: Risiko injuri b.d efek tindakan invasif; kurang
pengetahuan ttg pencegahan komplikasi WSD,

Tujuan Kep: Klien akan mengenal tanda-tanda untuk


mencari bantuan/ terhindar dari komplikasi

Kriteria Hasil: ?
Rencana Tindakan:
1) Kaji ulang pengetahuan klien tentang tujuan &
fungsi unit drainase
2) Observasi kateter torak/ selang WSD, sambungan,
posisi & kondisi selang, luka pemasangan selang
WSD, karakteristik drinase, fluktuasi cairan, letak
botol
Rencana Tindakan:

3) Jelaskan tanda-gejala yang perlu dilaporkan


4) Observasi tanda distress pernapasan (bila selang
tercabut)
5) Jelaskan kepada klien & keluarga tentang cara
pencegahan:
- Perhatikan kateter torak & selang WSD saat
klien bergerak/ ubah posisi
- Tidak menarik selang
- Meletakkan borol WSD pd tempat yg aman

Anda mungkin juga menyukai