Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN KRITIS
Kelompok 4

Endang Saefudin (108117047)


Gyyana Windya Andiani (108117048)
Mury Hartanto (108117052)
Nurfa Ratna Sari (108117058)
Diaz Febrianty (108117061)
Linda Nur Herlina (108117064)
Sinta Tisnasari (108117066)
Winda Yunita Sari (108117084)

S1 Keperawatan 4b
Bedah thorak (Thoracotomy) adalah pembedahan
dengan pembelahan dinding dada, dapat juga dilakukan
dengan pembelahan antara tulang-tulang rusuk
(intercostal  atau lateral thoracotomy) atau dengan
pemisahan dari sternum (median sternotomy).
Thoracotomy merupakan suatu operasi paling sulit,
bedah dengan pembukaan dada tergantung dari
menangani pasca operasi, karena dampaknya sakit
yang dapat mengakibatkan pasien sulit untuk bernapas
secara lancar, operasi ini mengarah ke atelectasis atau
radang paru-paru.
Thoracotomy juga dapat dilakukan menuju pada
organ jantung, kerongkongan, diafragma, dan bagian
aorta yang melewati melalui rongga dada (Anonimus,
2008).
Indikasi Bedah Thorak
1. Tumour
Alasan yang paling umum dilakukan bedah
thorak adalah kanker. Kanker paru
dikelompokan menjadi 2, yaitu : kanker sel keci
20% dan kanker sel besar 80% dari semua
kasus kanker paru.
2. PneumothoraxPresentation
PowerPoint

Pneumothorax adalah terdapatnya udara pada


rongga pleura. Pneumothorax terjadi secara
tiba-tiba pada rongga pleura bisa disebabkan
oleh : PPOK, tumor, abses, TB, dan trauma
pada dada.
3. Empyema
Empyema  adalah terdapatnya cairan nanah
pada rongga pleura. Penyebabnya biasanya
pneumonia, karsinoma/abses, bronkiektasis,
atau lebih jarang pada TB.
4. Bronchiectasis
Bronchiectasis adalah kondisi penyakit paru kronis dimana terdapat
kelainan akibat dilatasi bronkus. Bronchiectasis menghasilkan banyak
sputum yang menyebabkan penyumbatan dan infeksi. Infeksi yang
parah akan dilakukan lobectomy pada lobus yang terinfeksi.
5. Oesophageal Perforation
Oesophageal perforation adalah trauma dan perforasi pada
kerongkongan akibat dari menelan menda asing yang mengakibatkan
robeknya kerongkongan.
6. Obstruksi jalan nafas
( sumbatan jalan nafas dari dalam / luar dari pasien contohnya :
muntahan , gigi palsu, lidah terlekuk kedalam.
7. Hemotoraks
( penggumpalan darah dalam ruang potensial yaitu antara plura
viseral dan parietal ) yang berat ( > 800 cc )
8. Temponade pericardium
( terkumpulnya darah dalam cavum perikardium (> 50 cc)
Jenis Pembedahan
1. Median sternotomy.
Median lebar sternotomy menyediakan akses ke mediastinum dan
merupakan pilihan pengirisan untuk kebanyakan operasi jantung
terbuka dan akses ke mediastinum anterior.
2. Posterolateral thoracotomy.
sangat umum pendekatan untuk operasi pada paru-paru atau
posterior mediastinum, termasuk kerongkongan. Ketika dilakukan
melalui antara intercosta 5. Ruang, memungkinkan akses ke optimal
pulmonary hilum (pulmonary artery dan pulmonary vein) dan karena
itu dianggap sebagai pilihan untuk pneumonectomy dan lobectomy.
3. Anterolateral thoracotomy.
dilakukan pada dinding dada anterior; kiri anterolateral thoracotomy
adalah torehan pilihan untuk buka dada pijat, manuver yang
penting dalam pengelolaan melukai perhentian jantung.
4. Anterolateral thoracotomy,
seperti kebanyakan potongan bedah, memerlukan penggunaan
jaringan retractors-dalam hal ini, suatu "tulang rusuk penyebar" seperti
Tuffier retractor.
5. Bilateral anterolateral thoracotomy.
dikombinasikan dengan garis sternotomy hasil dalam pengirisan,
pengirisan terbesar umum digunakan dalam operasi yang berkenaan
dengan dada.
 
 
 

 
 

Gambar 1. A. Anterolateral thoracotomy B. Posterolateral thoracotomy


C. Median sternotomy
1. Ventilasi Mekanik
Penatalaksanaan Tergantung pada sifat dari operasi, kondisi yang mendasari
pasien, perjalanan intraoperatif dan kedalaman anestesia,
Pascaoperasi
pasien dapat membutuhkan ventilasi mekanis
pascaoperatif.
2. Drainase Dada
Untuk memeprbaiki pertukaran gas dan pernafasan pada
periode pascaoperatif. Yaitu dengan cara mengeluarkan
apa saja yang terkumpul dalam spasium pleura sehingga
spasium pleural normal dan fungsi kardiopulmonal dapat
dipulihkan dan dipertahankan. Karena penumpukan udara,
cairan, atau substansi lain dalam dada dapat mengganggu
fungsi kardiopulmonal dan bahkan menyebabkan paru
kolaps. Substansi patologis yang tekompul dalam spasium
pleural termasuk fibrin, atau bekuan darah; cairan (cairan
serosa, darah, pus killus) dan gas-gas (udara dari paru,
pohon trakeobronkial, atau esofagus).
Problematik Pasca Bedah
Thorak

Pada pasca bedah sesak nafas timbul karena reflex neurogenik paru, masih
terdapatnya timbunan cairan dalam rongga pleura yang akan memberikan
kompresi patologis pada paru sehingga ekspensinya terganggu, makin banyak
cairan makin jelas sesaknya (R.sjamsuhidrajat, 2005) dan berkurangnya
kemampuan meregang otot inspirasi akibat terjadi restriksi oleh cairan/sputum
(Syahrudin dkk., 2009).
Selain itu. penyempitan saluran napas ini berakibat pada penurunan ventilasi
pada area dependen, sehingga mengakibatkan rendahnya ratio ventilasi/perfusi.
Hal tersebut berpengaruh terhadap timbulnya gangguan pertukaran gas yang pada
akhirnya terjadi arterial hypoxaemia.
Saluran napas kecil yang menyempit tadi kadang gagal untuk membuka
kembali, sehingga akan menimbulkan total kolaps dari paru bagian dependent
yang dapat memunculkan terjadinya syndroma atelectasis (Craig, 1981).
Patofisiologi yang terjadi pada pasca pembedahan
Perubahan abnormalitas patofisiologi yang terjadi pada paru ditandai oleh penurunan
volume paru terutama adanya penurunan VC (Vital Capacity) yang sangat besar yang dapat
mencapai 40 – 70% dari nilai pre-operativenya. Disamping itu juga terjadi penurunan FRC
(Functional Residual Capacity) yang mempunyai efek yang signifikan terhadap fungsi paru,
yaitu terjadinya penurunan komplian paru, peningkatan tahanan jalan napas, mempercepat
kolapsnya paru pada bagian dependent dan berkontribusi terhadap abnormalitas dari
pertukaran gas (Nunn, 1990).
Penurunan FRC ini akan menyebabkan tekanan pleura menjadi lebih besar dari tekanan
atmosfer yang berakibat tekanan transpulmonary menjadi negatif. Tekanan negatif ini
menyebabkan saluran napas yang kecil akan menyempit atau bahkan menutup (Craig, 1981;
Nunn, 1990; Wahba, 1991).
Penyempitan saluran napas ini berakibat pada penurunan ventilasi pada area dependen,
sehingga mengakibatkan rendahnya ratio ventilasi/perfusi, sehingga hal ini berpengaruh
terhadap timbulnya gangguan pertukaran gas yang pada akhirnya terjadi arterial
hypoxaemia. Saluran napas kecil yang menyempit tadi kadang gagak untuk membuka
kembali, sehingga akan menimbulkan total kolaps dari paru bagian dependent yang dapat
memunculkan terjadinya syndroma atelectasis (Craig, 1981).
Perawatan di
ICU
Monitoring Hemodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka serah terima antara perawat yang mengantar ke ICU
dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut : Dianjurkan
setiap penderita satu perawat yang bertanggung jawab menanganinya selama 24 jam.
Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :
·         CVP,  RAP,  LAP.
·         Denyut jantung.
·         Wedge presure dan PAP.
·         Tekanan darah.
·         Curah jantung.
·         Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosisnya, rutenya dan
lain-lain.
EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar
jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok
atrioventrikel dll.  Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali
dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila
ada perubahan  irama dasar jantung yang membahayakan.

 Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan bahkan
diberikan sedasi sebelum ditransfer ke ICU. Sampai di ICU segera
respirator dipasang dan dilihat :
·         Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.
·         Tidalvolume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP.
·         Dilihat
Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih
diberikan obat-obatan sedatif pelumpuh otot.  Bila penderita mulai
bangun maka disuruh menggerakkan ke 4 ektremitasnya.

Laboratorium
Setelah sampai di ICU perlu diperiksa   :
·         HB,HT,trombosit.
·         ACT.
·         Analisa gas darah.
·         LFT / Albumin.
·         Ureum, kreatinin, gula darah.
·         Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.
   Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai
di ICU untuk melihat ke CVP, Kateter Swan
Ganz.Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan
dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang
dijumpai.Umumnya bila fungsi jantung normal,
penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan
begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca
bedah.
Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.

Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua organ  terus
dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca
bedah.Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan
termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :
·         Elektrolit thrombosis.
·         Ureum
·         Gula darah.
·         Thoraks foto
·         EKG  12 lead.
Hari ke 4         : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.
Hari ke 5          : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
Hari ke 6  -  10 : pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.
Diagnosa Pascaopertatif
1. Gangguan pertukaran gas b.d efek sisa anasthesia
2. Kerusakan integritas kulit b.d luka pembedahan, drain, dan
drainage
3. Nyeri b/d incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.
4. Risiko injury berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi,
analgesi.
5. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan intra dan post
operasi.
6. Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan sekresi.
7. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen
dalam jaringan.
8. Nyeri dada berhubungan dengan infark paru-paru .
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai