PASIEN KRITIS
Kelompok 4
S1 Keperawatan 4b
Bedah thorak (Thoracotomy) adalah pembedahan
dengan pembelahan dinding dada, dapat juga dilakukan
dengan pembelahan antara tulang-tulang rusuk
(intercostal atau lateral thoracotomy) atau dengan
pemisahan dari sternum (median sternotomy).
Thoracotomy merupakan suatu operasi paling sulit,
bedah dengan pembukaan dada tergantung dari
menangani pasca operasi, karena dampaknya sakit
yang dapat mengakibatkan pasien sulit untuk bernapas
secara lancar, operasi ini mengarah ke atelectasis atau
radang paru-paru.
Thoracotomy juga dapat dilakukan menuju pada
organ jantung, kerongkongan, diafragma, dan bagian
aorta yang melewati melalui rongga dada (Anonimus,
2008).
Indikasi Bedah Thorak
1. Tumour
Alasan yang paling umum dilakukan bedah
thorak adalah kanker. Kanker paru
dikelompokan menjadi 2, yaitu : kanker sel keci
20% dan kanker sel besar 80% dari semua
kasus kanker paru.
2. PneumothoraxPresentation
PowerPoint
Pada pasca bedah sesak nafas timbul karena reflex neurogenik paru, masih
terdapatnya timbunan cairan dalam rongga pleura yang akan memberikan
kompresi patologis pada paru sehingga ekspensinya terganggu, makin banyak
cairan makin jelas sesaknya (R.sjamsuhidrajat, 2005) dan berkurangnya
kemampuan meregang otot inspirasi akibat terjadi restriksi oleh cairan/sputum
(Syahrudin dkk., 2009).
Selain itu. penyempitan saluran napas ini berakibat pada penurunan ventilasi
pada area dependen, sehingga mengakibatkan rendahnya ratio ventilasi/perfusi.
Hal tersebut berpengaruh terhadap timbulnya gangguan pertukaran gas yang pada
akhirnya terjadi arterial hypoxaemia.
Saluran napas kecil yang menyempit tadi kadang gagal untuk membuka
kembali, sehingga akan menimbulkan total kolaps dari paru bagian dependent
yang dapat memunculkan terjadinya syndroma atelectasis (Craig, 1981).
Patofisiologi yang terjadi pada pasca pembedahan
Perubahan abnormalitas patofisiologi yang terjadi pada paru ditandai oleh penurunan
volume paru terutama adanya penurunan VC (Vital Capacity) yang sangat besar yang dapat
mencapai 40 – 70% dari nilai pre-operativenya. Disamping itu juga terjadi penurunan FRC
(Functional Residual Capacity) yang mempunyai efek yang signifikan terhadap fungsi paru,
yaitu terjadinya penurunan komplian paru, peningkatan tahanan jalan napas, mempercepat
kolapsnya paru pada bagian dependent dan berkontribusi terhadap abnormalitas dari
pertukaran gas (Nunn, 1990).
Penurunan FRC ini akan menyebabkan tekanan pleura menjadi lebih besar dari tekanan
atmosfer yang berakibat tekanan transpulmonary menjadi negatif. Tekanan negatif ini
menyebabkan saluran napas yang kecil akan menyempit atau bahkan menutup (Craig, 1981;
Nunn, 1990; Wahba, 1991).
Penyempitan saluran napas ini berakibat pada penurunan ventilasi pada area dependen,
sehingga mengakibatkan rendahnya ratio ventilasi/perfusi, sehingga hal ini berpengaruh
terhadap timbulnya gangguan pertukaran gas yang pada akhirnya terjadi arterial
hypoxaemia. Saluran napas kecil yang menyempit tadi kadang gagak untuk membuka
kembali, sehingga akan menimbulkan total kolaps dari paru bagian dependent yang dapat
memunculkan terjadinya syndroma atelectasis (Craig, 1981).
Perawatan di
ICU
Monitoring Hemodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka serah terima antara perawat yang mengantar ke ICU
dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut : Dianjurkan
setiap penderita satu perawat yang bertanggung jawab menanganinya selama 24 jam.
Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :
· CVP, RAP, LAP.
· Denyut jantung.
· Wedge presure dan PAP.
· Tekanan darah.
· Curah jantung.
· Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosisnya, rutenya dan
lain-lain.
EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar
jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok
atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali
dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila
ada perubahan irama dasar jantung yang membahayakan.
Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan bahkan
diberikan sedasi sebelum ditransfer ke ICU. Sampai di ICU segera
respirator dipasang dan dilihat :
· Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.
· Tidalvolume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP.
· Dilihat
Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih
diberikan obat-obatan sedatif pelumpuh otot. Bila penderita mulai
bangun maka disuruh menggerakkan ke 4 ektremitasnya.
Laboratorium
Setelah sampai di ICU perlu diperiksa :
· HB,HT,trombosit.
· ACT.
· Analisa gas darah.
· LFT / Albumin.
· Ureum, kreatinin, gula darah.
· Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.
Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai
di ICU untuk melihat ke CVP, Kateter Swan
Ganz.Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan
dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang
dijumpai.Umumnya bila fungsi jantung normal,
penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan
begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca
bedah.
Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua organ terus
dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca
bedah.Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan
termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :
· Elektrolit thrombosis.
· Ureum
· Gula darah.
· Thoraks foto
· EKG 12 lead.
Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.
Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
Hari ke 6 - 10 : pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.
Diagnosa Pascaopertatif
1. Gangguan pertukaran gas b.d efek sisa anasthesia
2. Kerusakan integritas kulit b.d luka pembedahan, drain, dan
drainage
3. Nyeri b/d incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.
4. Risiko injury berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi,
analgesi.
5. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan intra dan post
operasi.
6. Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan sekresi.
7. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen
dalam jaringan.
8. Nyeri dada berhubungan dengan infark paru-paru .
THANK YOU