Anda di halaman 1dari 41

SEMINAR KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN IKTERUS
DI RUANG PAVILIUN ANGGREK
RSUD JOMBANG
Kelompok stase anak
• Utin Desi F • M. Ainul Yakin
• Vivi Dwi A • Norahmad
• Daniel Roberton M • Tia Lisdiati
• Jelly Renaldy • Layla Viara Rizky
• Indah Qolbiati • Ulfa Diana S
• Wahyu Ika W
• Putri Sinyin Tiarana
Definisi Ikterus Neonatus

Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit


dan mukosa karena adanya bilirubin pada jaringan
tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam
darah (Brooker, 2001).

Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva


dan selaput akibat penumpukan bilirubin. Sedangkan
hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi
bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya
kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar
bilirubin yang tidak dikendalikan ( Markum, A.H
2005).
Klasifikasi
1. Ikterus Fisiologis
2. Ikterus Patologis
Penilaian ikterus menurut Kramer
Menurut Kramer ikterus dimulai dari
kepala leher dan seterusnya, untuk penilaian
ikterus kremer di bagi menjadi 5 bagian yaitu
kepala, leher, dada sampai lutut, tumit
pergelangan kaki sert tangan sampai telapak
tangan cara pemeriksaanya dengan menekan
jari kakinya ditempat yang tulangnya
menonjol seperti tulang hidung, tulang dada,
lutut dll
Rata-rata serum bilirubin
Zona Bagian tubuh kuning
indirek

1 Kepala dan leher 100

2 Pusar sampai leher 150

3 Pusat sampai paha 200

4 Lengan sampai tungkai 250

5 Tangan sampai kaki >250


Etiologi
1. Peningkatan Bilirubin dapat menyebabkan :
• Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila
terdapat ketidaksesuaian golongan darah ibu dan anak pada
penggolongan Rhesus dan ABO.
• Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran
• Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan
metabolik yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis
• Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
• Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3
(alfa), 20 (beta), diol (steroid).
• Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar
Bilirubin Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
• Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin
Hiperbilirubinemia
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas
pengangkutan misalnya pada Hipoalbuminemia atau
karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiasine.

3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa


mikroorganisme atau toksion yang dapat langsung
merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi,
Toksoplasmosis, Siphilis.

4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra


Hepatik.

5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada


Ileus Obstruktif
Patofisiologis
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi
Bilirubin (merubah bilirubin yang larut dalam
lemak menjadi bilirubin yang mudah larut
dalam air) di dalam hati. Frekuensi dan jumlah
konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis
dan kematangan hati, serta jumlah tempat
ikatan albumin (Albumin binding site). Pada bayi
yang normal dan sehat serta cukup bulan,
hatinya sudah matang dan menghasilkan Enzim
Glukoronil Transferase yang memadai sehingga
serum bilirubin tidak mencapai tingkat
patologis
Manifestasi Klinik
Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa.
Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala:
1. Dehidrasi: Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum,
muntah-muntah)
2. Pucat : Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis.
Ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD)
atau kehilangan darah ekstravaskular.
3. Trauma lahir: Bruising, sefalhematom (peradarahn kepala),
perdarahan tertutup lainnya.
4. Pletorik (penumpukan darah): Polisitemia, yang dapat disebabkan
oleh keterlambatan memotong tali pusat, bayi KMK
5. Letargik dan gejala sepsis lainnya
6. Petekiae (bintik merah di kulit) . Sering dikaitkan dengan infeksi
congenital, sepsis atau eritroblastosis
7. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal) . Sering
berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit
hati.

8. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)


Omfalitis (peradangan umbilikus)

9. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)

10. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus


koledokus)

11. Feses dempul disertai urin warna coklat Pikirkan ke arah


ikterus obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi.
Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar bilirubin serum (total)
2. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah
tepi
3. Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan
bayi
4. Pemeriksaan kadar enzim G6PD
5. Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji
fungsi tiroid, uji urin terhadap galaktosemia.
6. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan
pemeriksaan kultur darah, urin, IT rasio dan
pemeriksaan C reaktif protein (CRP).
Penatalaksanaan
1. Fototherapi
2. Transfusi pengganti
3. Therapi obat
Komplikasi
1. Letargi/lemas
2. Kejang
3. Tak mau menghisap
4. Tonus otot meninggi, leher kaku dan
akhirnya opistotonus
5. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat
terjadi spasme otot, epistotonus, kejang
6. Dapat tuli, gangguan bicara, retardasi
mental.
Pencegahan
1. Pengawasan antenatal yang baik
2. Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi
pada masa kehamilan dan kelahiran, misalnya sulfafurazole,
novobiosin, oksitosin dan lain-lain
3. Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus
4. Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus
5. Iluminasi yang baik pada bangsal bayi baru lahir
6. Pemberian makanan yang dini
Menyusui yang efektif memasok glukosa ke hati, mendorong
kolonisasi usus dengan flora normal, dan meningkatkan motilitas usus
yang akhirnya akan membantu produksi enzim yang diperlukan untuk
konjugasi dan juga menurunkan reabsorbsi enterohepatik (Fraser,
2009:844).
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BY ‘’A’’ DENGAN MASALAH ICTERUS
NEONATUS

Tanggal pengkajian : 27-11-2017


jam : 10. 30 WIB
NO RM : 380826
ruang rawat : Anggrek
PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN
Nama : by ‘’A’’
Tanggal lahir : 22 November 2017
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal MRS : 27 November 2017
Alamat : Sidomulyo , jombang
Diagnosa medis : Ikterus Neonatus

IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ibu : Ny. “K”
pekerjaan: :IRT
pendidikan terakhir :SMP
agama : islam
alamat : Sidomulyo, Jombang
Nama ayah : Tn. “A”
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Agama : islam
alamat : Sidomulyo , jombang
Keluhan Utama
Ikterus krimmer zona 3
Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
By ‘’A’’ lahir tanggal 22-11-2017 pukul 12.05 WIB, kehamilan kedua dengan
SC usia kandungan 40 minggu karena ibu obesitas. Bayi “A” lahir dengan
berat badan 2600 gram, panjang 48cm, Fo 34cm, LA 38cm, LD 35cm,
kemudian bayi dirawat diruang melati pulang tanggal 24-11-2017. pada
tanggal 27-11-2017 By “A” dibawa ke poli anak untuk control karena
anaknya badannya kuning, kemudian pukul 10.30 WIB bayi dipindah ke
paviliun Anggrek untuk dirawat inap.

b.Riwayat penyakit saat kehamilan


Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit selama kehamilan seperti
hipertensi, asma eklamsi ,pre eklamsi hepatitis, dan ibu pasien tidak
meminum obat-obatan selama kehamilan kebutuhan sayur dan buah cukup
saat masa kehamilan.

c.Riwayat keluarga
Ibu pasien mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit menurun
seperti diabetes, jantung hipertensi atau asma , serta tidak memiliki
penyakit menular
d.Riwayat persalinan
Ibu By ‘’A’’ mengatakan ini adalah kehamilan kedua
dan persalinan kedua selama hamil. Ibu bayi A
melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester
pertama sebanyak 3x dan mendapat vitamin dan Fe.
pada trimester kedua periksa sebanyak 3x dan juga
mendapatkan vitamin dan Fe. pada trimester ketiga
periksa sebanyak 4x dan mendapatkan vitamin dan Fe.

e.Riwayat internal
Bayi “A” lahir pada tanggal 22 November 2017 pada
pukul 12.05 WIB umur kehamilan 40 minggu, status
gestasi G2P1 dengan persalinan SC karena ibu
obesitas
Pola Aktivitas
• Pola Nutrisi
By ‘’A’’ minum asi dan susu formula 8 x 30 ml
•Pola istirahat tidur
By ‘’A’’ belum tidur selama masuk paviliun
Anggrek.
•Pola eliminasi
By ‘’A’’ BAK warna kuning , BAB konsistensi
lembek
Pemeriksaan Fisik
a.Keadaan umum : lemah, menangis

b.Tanda-tanda vital
nadi ` =143x/menit
suhu = 37,2°C
RR =42x/ menit

c.Pemeriksaan kepala
kepala terlihat rambut lurus, warna hitam

d.Pemeriksaan mata
pupil isokor, reflek cahaya positif,konjugtiva merah
muda, sclera agak kuning, palpebral tidak ada odema
e.Pemeriksaan hidung
hidung bersih , tidak tampak kotoran, tidak ada pernafasan
cuping hidung

f.Pemeriksaan mulut
mukosa bibir kering, reflek hisap baik.

g.Pemeriksaan telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat serumen

h.Pemeriksaan leher
terlihat kuning, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tonic neck leher positif
i.Pemeriksaan dada
Ispeksi = bentuk dada simetris tampak kuning
Palpasi = tidak ada nyeri tekan , tidak krepitasi
Perkusi = paru-paru sonor, jantung pekak
Auskultasi = paru-paru vesikuler, jantung s1-s2 tunggal

j.Pemeriksaan abdomen
Inspeksi = bersih, tampak kuning
Palpasi = tidak ada nyeri tekan
Perkusi= timpani
Auskultasi = bising usus 15
k.pemeriksaan genetalia
Alat kelamin bersih, ada lubang anus, labia mayor
sudah menutup

l.pemeriksaan integument
Akral hangat, warna kuning pada kepala, leher,
badan dan paha. Kulit terasa kering, CRT <2 detik
m.warna kulit reflek pada bayi
reflek moro = baik
reflek rooting = baik
reflek swallowing = baik
reflek berkedip = baik
reflek pupil = baik
reflek grawling = baik
reflek glabella = cukup
reflek tonik neck = cukup
reflek mata boneka = cukup
reflek sucking = cukup
reflek palmar gasping = baik
reflek plantar = baik
reflek Babinski = baik
n.Antropometri
LK = 34cm
LD =36cm
LA = 38cm
PB = 48 cm
BB lahir =2600 gr
BB masuk =2670 gr
o.Terapi(tgl)
1 X 24 foto terapi
ASI / sufor 8x30cc perhari
Analisa data Etiologi Problem

Ds : - Bilirubin indirek meningkat Ikterus nonatus


Do :
- S = 37,2 0 C
Nadi = 143 x/menit
RR = 42 x/menit
- Sclera kuning
- Membran mukosa kering
- Usia neonatus 6 hari
- Ikterus krimmer zona 3
- reflek hisap baik
Kadar bilirubin 12.60

Ds : Indikasi foto terapi Resiko hipertermi


Do : Sinar dengan intensitas tinggi
- Bayi berwarna kuning pada kepala, badan, leher dan paha Gangguam suhu tubuh
- Kulit kering
- mukosa bibir kering
- S = 37,2 c
Nadi = 143 x/menit
RR = 42 x/menit
Akral hangat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ikterus neonates b.d peningkatan
bilirubin indirek
2. Resiko hipertermi b.d Gangguan
suhu tubuh
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Icterus Neonatus -Brearfeeding inefektif Foto therapy
-Breafeeding interrupted 1) Meninjau sejarah ibu dan bayi untuk factor
Kriteria Hasil resiko hiperalbunemia
1. Menyusui secara mandiri 2) Amati tanda-tanda ikterus
2. Tetap mempertahankan laktasi 3) Tempatkan bayi di isolasi
3. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal 4) Instruksikan keluarga pada prosedur fototerapi
4. Mengetahui tanda penurunan suplay asi dan perawatan
5. Ibu mampu mengumpulkan dan menyimpan asi secara 5) Terapkan tambahan untuk menutup kedua
aman mata
6. Penyapihan pemberian asi diskontikuitasi progren 6) Memonitor tanda-tanda dehidrasi
pemberian asi 7) Ubah posisi bayi sesuai aturan yang
7. Kemampuan penyediaan perawatan untuk mencairkan ditentukan
menghangatkan dan menyimpan asi secara aman 8) Timbang setiap hari
8. Menunjukan teknik dalam memompa asi 9) Mendorong delapan kali menyusui
9. Respirasi status jalan nafas pertukaran gas dan ventilasi 10) Monitor tand-tanda vital
nafas bayi adekuat 11) Tempatkan fototerapi lampu diatas bayi pada
10. Tanda vital dalam batas normal ketinggian yang sesuai
11. Tingkat pemahaman untuk dan pencegahan komplikasi 12) Hapus tambahan mata setiap 4 jam/ lampu
12. Dapat menngkatkan istrahat mati
13. Status nutrisi adekuat 13) Memantau mata untuk oedema, rainase, warna
14. Kontrol resiko proses infeksi 14) Periksa intensitas lampu sehari-hari
Resiko hipertermi Thermoregulation 1) Monitor suhu tubuh sesering mungkin
Criteria hasil : 2) Monitor warna, suhu dan kelembapan
1. Suhu tubuh dalam rentang normal kulit
2. Nadi dan RR dalam rentang normal 3) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak 4) Kompres pasien pada lipat paha dan
ada pusing aksila jika panas.
5) Anjurkan ibu untuk memberikan asi
sesuai kebutuhan
6) Jauhkan lampu bila pasien panas
7) Kolaborasi dengan tim medis
Diagnosa Waktu Implementasi Respon
Keperawatan
Icterus neonatus 27-11-2017 1. .Mengamati tanda-tanda ikterus -Kulit icterus
10.30 WIB 2. Menempatkan bayi di isolasi -Pada bagian kepala,leher,badan,paha
12.00 WIB 3. Memonitor tanda-tanda vital -sklera ikterik
10.30 WIB 4. Memberikan bayi susu -Bayi A dimasukkan ke dalam box dan
10.50 WIB 5. Menempatkan tambahan penutup mata ditempatkan diruang intermediet
12.15 WIB untuk fototerapi -S:3720C
12.30 WIB 6. Menempatkan fototerapi lampu diatas N:143X/menit
bayi pada ketinggian yang sesuai RR :42X/menit
-Bayi menyusui menggunakan dot dan
langsung menyusui ibunya
-Menggunakan pentup mata yang dibuat
dari kassa dan didalamnya diberi ketas
karbon yang sudah dimodifikas
-Lampu fototerapi diletakkan diatas bayi
dengan melihat kondisi bayi untuk
menyesuaikan letak lampu
Resiko hipertermi 27- 11- 2017 1. Memonitor suhu tubuh Suhu : 37,2 0C
10.30 WIB sesering mungkin Warna kulit merah muda
10.45 WIB 2. Memonitor warna, suhu dan kulit kering
10.50 WIB dan kelembapan kulit Bayi minum susu 8 x 30 cc
11.25 WIB 3. Meningkatkan intake Ibu menyusui, asi keluar
cairan dan nutrisi
4. Menganjurkan ibu
untuk memberikan asi
sesuai kebutuhan
Diagnosa Waktu Evaluasi
Keperawatan
Icterus Neonatus 27-11-2017 S:-
14.00 WIB O: icterus Kramer zona 3
mukosa kering
kulit kering
TTV :S :373 0C, N: 144X/menit, RR:40X/menit
A: masalah ikterus belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- amati tanda-tanda ikteruS
- meninjau sejarah ibu bayi untuk factor resiko hiperbilirubin
- memberikanasi/sufor
- melakukan fototerapi
- monitor tanda-tanda vital
I : - mengobservasi tanda-tanda vita (12.00)
- mengamati tanda-tanda ikterus (12.35)
- menyusui byi dengan sufor/asi (12.40)
- melakukan fototerapi (13.00)
E: - kulit kering,mukosa lembab
- mata agak kekuningan
TTV :S:371 0C, RR:40x/menit, N:144x/menit
R: - memonitor tanda-tanda vital
-memonitor tanda-tanda ikterus
-memberikan fototerapi
-memberikan susu formula
Icterus Neonatus 28-11-2017 S:-
14.00 WIB O: -kulit kering
-mata agak kekuningan
- badan tidak kuning
TTV :S:374 0C
N:146x/menit
RR: 42x/menit
A: masalah ikterus teratasi
P:intervensi dilanjutkan
-amati tanda-tanda vital
-amati tanda-tanda ikterus
-berikan asi/sufor 2 jam sekali
-lakukan fototerapi
I:-mengobservasi tanda-tanda vital (12.00)
-mengobservasi tanda-tanda ikterus (12.10)
-memberikan asi (12.30)
-melakukan fototerapi (12.45)
E:kulit kering, mata agak kekuningan
TTV:S:376 0C
N:146x/menit
RR:40x/menit
R:-monitor tanda-tanda vital
-monitor tanda-tanda ikterus
-berikan asi/sufor
Resiko 27-11-2017 S:-
hipertermi 14.00 WIB O:-kulit kering, mukosa kering
-CRT <2 detik
-tidak ada tanda-tanda kemerahan
TTV: S:373 0C, N:144x/menit, RR:40x/menit
A: masalah resiko hipertermi teratasi sebagian
P:intervensi dilanjutkan
- Memonitor suhu tubuh sesering mungkin
- Memonitor warna, suhu dan kelembapan kulit
- Meningkatkan intake cairan dan nutrisi
- Menganjurkan ibu untuk memberikan asi sesuai kebutuhan
I: - Memonitor suhu tubuh sesering mungkin
- Memonitor warna, suhu dan kelembapan kulit
- Meningkatkan intake cairan dan nutrisi
- Menganjurkan ibu untuk memberikan asi sesuai kebutuhan
E: kulit kering, hangat, mukosa bibir lembab,
Tidak ada tanda-tanda kemerahan
TTV:S:371 0C, N:144x/menit, RR:40x/menit
R: Memonitor suhu tubuh sesering mungkin
- Memonitor warna, suhu dan kelembapan kulit
- Meningkatkan intake cairan dan nutrisi
- Menganjurkan ibu untuk memberikan asi sesuai kebutuhan
Resiko 28-11-2017 S:-
hipertermi 14.00 WIB O:-kulit kering, mukosa lembab
-tidak ad tanda-tanda kemerahan
-TTV:S:374 0C
N:146x/menit
RR:42x/menit
A:masalah Resiko hipertermi teratasi sebagian
P:intervensi dilanjutkan
- Memonitor suhu tubuh sesering mungkin
- Memonitor warna, suhu dan kelembapan kulit
- Meningkatkan intake cairan dan nutrisi
- Menganjurkan ibu untuk memberikan asi sesuai kebutuhan
I:- - Memonitor suhu tubuh sesering mungkin
- Memonitor warna, suhu dan kelembapan kulit
- Meningkatkan intake cairan dan nutrisi
- Menganjurkan ibu untuk memberikan asi sesuai kebutuhan
E:kulit kering, hangat, mukosa lembab
tidak ada tanda kemerahan
TTV:S:376 0C
N:144x/menit
RR:40x/menit
R:- Memonitor suhu tubuh sesering mungkin
- Memonitor warna, suhu dan kelembapan kulit
- Meningkatkan intake cairan dan nutrisi
- Menganjurkan ibu untuk memberikan asi sesuai kebutuhan
Pembahasan
Berdasarkan konsep asuhan keperawatan pada
Ikterus neonatorum biasanya keluhan utam yamg sring
ditemui adalah warna kuning pada bagian mukosa sclera
dan bagian tubuh yang lain sesuai dengan keluhan yang
ditemukan pada pasien yaitu warna kuning pada sclera,
mukosa bibir sampai dengan paha dan termasuk kedalam
ikterus Kramer 3 . Pada riwayat penyakit keluarga
biasanya pada pasien ikterus ditemukan ada keluarga
yang mempunyai riwayat penyakit kuning tetapi pada
pasien keluarga mengatakan bahwa tidak mempunyai
riwayat penyakit apapun tetapi ibu mengalami obesitas.
Pada riwayat persalinan biasanya bayi dengan kasus
ikterus lahir dengan preterm dan karena imaturitas fungsi
hati sehingga bayi mengalami hiperbiliribin tetapi pada
pasien ini bayi lahir aterm hanya saja terjadi peningkatan
bilirubin sehingga bayi berwarna kuning.
Pada Kasus ini diambil 2 diagnosa prioritas yang pertama adalah ikterus
neonatorum dan yang kedua adalah resiko hipertermi karena suhu bayi 37,2 dan
akral bayi hangat setelah di temukan masalah kemudian menyusun intervensi
sesuai dengan masalah yang dialami oleh pasien yaitu dengan melakukan
fototerapi dengan memberikan kacamata fototerapi dan amati tanda ikterus selain
itu kita perlu memonitor suhu tubuh dan reaksi pada bayi selama dilakukan
fototerapi apabila suhu pasien mulai meningkat segera jauhkan lampu dari tubuh
pasien.

Berdasarkan Implementasi yang telah kami lakukan pada hari pertama yaitu
pada tanggal 27 november dan kami mengevaluasi pasien didapatkan bayi masih
berwarna kuning dan suhu masih 37,4 sehingga intervensi masih dilanjutkan sesuai
dengan intervensi awal selanjutnya pada hari kedua setelah dilakukan tindakan di
dapatkan ikterus sudah mulai berkurang tetapi sclera masih tampak kuning suhu
menjadi 37,3 masalah dengan resiko hipertermi teratasi sebagian selanjutnya
dilakukan intervensi dengan tetap melakukan fototerapi dan memantau suhu
tubuh pasien serta memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk tetap
memberikan ASI secara eksklusif kepada pasien.
Penutup
Kesimpulan
Dari pembahasan tentang Asuhan Keperawatan diatas
dapat diambl kesimpulan bahwa :
1. Ikterus adalah kondisi di mana tubuh memiliki terlalu
banyak bilirubin sehingga kulit dan sclera mata
menjadi kuning.
2. Klasifikasi Ikterus Dibedakan menjadi 2 yaitu Ikterus
patologi dan Ikterus Fisiologis
3. Dari Hasil Pengkajian didapatkan bahwa pada pasien
ikterus biasanya kulit berwarna kuning biasanya pada
bagian sclera, mukosa dan bagian tubuh yang lain.
4. Dari hasil pengkajian didapatkan 2 diagnosa
keperawatan yaitu Ikterus Neonatorum dan Resiko
Hipertermi .
Saran
Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit
Ikterus pada anak harus difahami dengan benar
oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun
keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang
diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama
yang baik antara pasien, keluarga, dokter,
perawat maupun tenaga medis lainnya dalam
mengantisipasi kemungkinan yang
terjadi.Diharapkan dengan hadirnya propposal
ini, mahasiswa maupun praktisi kesehatan dapat
lebih memahami asuhan keperawatan pada anak
dengan ikterus dan dapat mengimplementasikan
dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai