FITOFARMAKA DAN
TAHAP PENGEMBANGAN SEDIAAN
(FORMULASI) FITOFARMAKA
OLEH:
KELOMPOK VII
NITA TIRMIARA 177014041
ULVA DWI AYU S. 177014042
VALENTINA GIRSANG 177014043
NERLY JULI SIMANJUNTAK 177014044
NIA NOVRANDA PERTIWI 177014045
HINDRI SYAHPUTRI 177014046
NOVI ERVIANA HARAHAP 177014047
Tujuan pokok uji klinik
Uji klinik merupakan suatu Uji klinik Fitofarmaka adalah fitofarmaka adalah:
pengujian khasiat obat baru
pengujian pada manusia,
pada manusia, dimana •Memastikan keamanan dan
untuk mengetahui atau
sebelumnya diawali oleh manfaat klinik fitofarmaka pada
memastikan adanya efek
pengujian pada binatang atau manusia dalam pencegahan
farmakologi tolerabilitas,
uji pra klinik. Pada dasarnya uji atau pengobatan penyakit
keamanan dan manfaat klinik
klinik memastikan efektivitas, maupun gejala penyakit.
untuk pencegahan penyakit,
keamanan dan gambaran efek •Untuk mendapatkan
pengobatan penyakit atau
samping yang sering timbul fitofarmaka yang dapat
pengobatan segala penyakit
pada manusia akibat dipertanggung jawabkan
pemberian suatu obat. (Menkes RI, 1992).
keamanan dan manfaatnya
(Menkes RI, 1992).
TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN
Merencanakan tahap-tahap pelaksanaan uji klinik Fitofarmaka
termasuk formulasi, uji farmakologik eksperimental dan uji kimia.
Pengembangan
Pengujian
Sediaan
Farmakologik
(formulasi)
Pengujian Pengujian
Toksisitas Farmakodinamik
TAHAP PENGEMBANGAN
SEDIAAN FITOFARMAKA
• Tahap Pengembangan Sediaan (Formulasi)
• Perkembangan sediaan dimaksudkan agar bentuk sediaan fitofarmaka yang akan diberikan
pada manusia nantinya memenuhi persyaratan-persyaratan mutu, keamanan, dan estetika.
• Yang perlu mendapat perhatian , sediaan calon fitofarmaka yang diberikan harus :
• Tidak memberikan bau dan rasa yang menyebabkan kegagalan pengujian (contoh pada
bawang putih).
• mempunyai ketersediaan hayati yang baik, hasil uji farmakologi dab uji klinik meragukan,
kadang- kadang disebabkan ketersediaan hayati calon fitofarmaka yang tidak memadai.
• Tata laksana teknologi farmasi dalam rangka uji klinik:
• Teknologi farmasi tahap awal
• Pembakuan (standarisasi): simplisia, ekstrak , sediaan Obat Alam
• Parameter standar mutu: bahan baku Obat alam, ekstrak, sediaan Obat alam
(Menkes RI, 1992).
KESIMPULAN
• Uji klinik Fitofarmaka adalah pengujian pada manusia, untuk mengetahui atau memastikan adanya efek farmakologi
tolerabilitas, keamanan dan manfaat klinik untuk pencegahan penyakit, pengobatan penyakit atau pengobatan segala
penyakit.
• Tujuan pokok uji klinik fitofarmaka adalah:
– Memastikan keamanan dan manfaat klinik fitofarmaka pada manusia dalam pencegahan atau pengobatan penyakit
maupun gejala penyakit.
– Untuk mendapatkan fitofarmaka yang dapat dipertanggung jawabkan keamanan dan manfaatnya.
• Persyaratan Uji klinik Fitofarmaka :
– Terhadap calon fitofarmaka dapat dilakukan pengujian klinik pada manusia apabila sudah melalui penelitian toksisitas
dan kegunaan pada hewan coba yang sesuai dan dinyatakan memenuhi syarat, yang membenarkan dilakukannya
pengujian klinik pada manusia.
– Uji Klinik Fitofarmaka merupakan suatu kegiatan pengujian multidisiplin.
– Uji Klinik Fitofarmaka harus memenuhi prinsip-prinsip etika sejak perencanaan sampai pelaksanaan dan penyelesaian
uji klinik. Setiap pengujian harus mendapatkan ijin kelaikan etik (ethical clearance) dari Panitia Etika Penelitian
Biomedik pada manusia.
– Uji Klinik Fitofarmaka hanya dapat dilakukan oleh tim peneliti yang mempunyai keahlian, pengalaman, kewenangan
dan tanggung jawab dalam pengujian klinik dan evaluasi khasiat klinik obat.
– Tahap pengembangan sediaan ( formulasi) Fitofarmaka harus memenuhi syarat mutu, keamanan dan estetika.