Anda di halaman 1dari 29

TUGAS FARMAKOLOGI

FARMAKOLOGI SISTEM SARAF OTONOM

Disusun oleh:

Novi Erviana Harahap 177014047

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018
SISTEM SARAF

Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi.
Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf
mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor.
Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali
rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau
organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar.

Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan
(impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.

1. Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula
spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting
maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga
dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi
radang yang disebut meningitis. Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah
sebagai berikut.

a. Durameter; merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.


b. Araknoid; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di
dalamnya terdapat cairan serebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela
sela membran araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah sebagai bantalan untuk
melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
c. Piameter. Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat dengan
permukaan otak. Agaknya lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi
serta mengangkut bahan sisa metabolisme.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:

a. Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)


b. Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
c. Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam
sistem saraf pusat
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi
susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks)
dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa
materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.

1.1 Otak

Otak di bagi menjadi tiga bagian besar :

a. Otak belakang
 Medulla. gembungan di atas sumsum tulang belakang, dimana bertanggung
jawab mengontrol pernafasan dan jenis jenis reflex serta air liur.
 Pons. Berada di atas medulla. Berkonsentrasi pada balance, pendengaran, dan
beberapa fungsi parasimpatik.
 Serebelum. Dua gumpalan dibelakang medulla. Bertanggung jawab
memelihara otot dan koordinasi otot, gerakan motorik.
b. Otak tengah
 Secara umum sebagai pusat reflex yang orientasinya mata dan telinga.
 Tektum. Merupakan atap otak tengah.
 Colliculum superior dan inferior. Terletak disetiap sisi tektum dan memproses
informasi sensorik.
 Tegmentum. Mengandung inti untuk saraf cranial.
 Substansia nigra. Meningkatkan kandungan dopamine.
c. Otak depan
 Kelenjar pituitary. Kelenjar penghasil hormone dan melekat di hipotalamus.
 Thalamus. Stasiun tempat pertukaran pesan dari dan ke otak.
 Hipotalamus. Menyampaikan pesan ke kelenjar pituitary untuk mengubah
pelepasan hormone. Didalamnya terkandung emosi, motivasi dan agresi.
 Cerebral cortex. Struktur terbesar otak. Mengontrol pengalaman sadar dan
tingkat kecerdasan seseorang.
 Basal ganglia. Perencanaan gerakan motorik, aspek memori dan ekspresi
emosional.
 Basal otak depan terdiri ari beberapa struktur yang terletak pada permukaan
dorsal otak bagian depan.
 Inti basalis. Menerima input dari hipotalamus dan ganglia basal. Serta
mengirim akson yang melepaskan asetilkolin ke korteks serebral. Bagian
kunci dari system otak untuk gairah, lemah dan perhatian.
 Hipokampus. Merupakan struktur besar yang terletak diantara thalamus dan
korteks serebral. Menyimpan beberapa jenis memori.
otak dan sumsum tulang belakang di lindungi oleh 3 selaput pelindung :
Meninges. Didalamnya terdapat durameter, arachnoid(selaput laba-laba
yang halus), subarachnoid (berisi pembuluh darah dan cairan
serebrospinal), pia mater (menempel pada permukaan CNS).
Serebrospinal fluid. Menopang dan memberikan bantalan pada otak. CSF
di produksi terus menerus oleh choroid plexuses.
Cerebral ventrikels.
1.2 Sum-Sum Tulang Belakang

Sum sum tulang belakang


(spinal cord) merupakan bagian
dari system syaraf pusat yang
terdapat pada rongga tulang
belakang.sum sum tulang
belakang berkoordinasi dengan
panca indera yang letaknya dari
leher ke bawah.dan struktur dari
sum sum tersebut beruas ruas
dan pada setiap sisi ruas
Gambar. diagram penampang melintang sumsum tulang belakang terdapat syaraf sensorik dan
motorikseperti gambar
1.2,berdasarkan hokum Bell Magendie,yang merupakan awal dari penemuan fungsi system
syaraf pusat,akar dorsal(berkas akson) yang melalui sum sum tulang belakang membawa
informasi sensori dan akar ventral yang keluar dari sum sum tulang belaakang membawa
informasi motor. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat dua substansi yaitu :

 Substansi abu-abu. Di pusat sumsum, di penuhi badan sel saraf dan dendrite.
 Substansi putih. Terdiri dari myelin dan membawa info dari substansi abu abu ke otak
atau bagian sumsum tulan belakang.
 Masing masing mengirim info sensorik ke otak dan menerima.

2. Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf
otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan
saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung,
gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.

a. Sistem Saraf Sadar


Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf
yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang
keluar dari sumsum tulang belakang.
Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8
Lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10.

Otak dilihat dari bawah menunjukkan saraf cranial. Saraf otak dikhususkan untuk
daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah
toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah
jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus
merupakan saraf otak yang paling penting. Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31
pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8
pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf
pinggul, dan satu pasang saraf ekor. Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat
saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.

 Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian
leher, bahu, dan diafragma.
 Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
 Pleksus jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.

b. Sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom)


Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari
sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat
beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga
membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra
ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf
otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.

2.1 Simpatik

Sistem saraf simpatik adalah sebuah jaringan saraf yang mempersiapkan organ untuk
kegiatan ketat seperti:

 Meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, dll ("melawan atau


lari" respon),
 Terdiri dari ganglia di sebelah kiri dan kanan sumsum tulang belakang.
 Sebagian besar menggunakan norepinefrin sebagai neurotransmitter di sinapsis
postganglionik.

Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi
ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang
menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat praganglion pendek.

2.2. Parasimpatik

Adalah saraf-saraf motorik otonom yang memproyeksi dari otak dan bagian
sacral (punggung bagian bawah) sumsum tulang belakang . Saraf parasimpatik berfungsi
untuk menenangkan tubuh.

Sistem saraf parasimpatik memfasilitasi vegetatis, respon nya tidak bersifat mendesak:
 Menurunkan fungsi peningkatan pada sistem saraf simpatik
 Terdiri dari akson preganglion panjang yang memanjang dari sumsum tulang
belakang dan serat postganglionik pendek yang menempel pada organ itu sendiri.
 Dominan selama keadaan santai
 Akson postganglionik kebanyakan melepaskan asetilkolin sebagai neurotransmitter.
Seluruh saraf simpatik dan parasimpatik adalah jalur neural dua tahap: Neuron
simpatik dan parasimpatik memproyeksi (menonjol) dari CNS dan hanya menempuh
sebagian jalan ke organ target sebelum mereka bersinapsis di neuron-neuron lain (neuron-
neuron tingkat dua) membawa sinyal-sinyal dari bagian jalan lainya. Akan tetapi, sistem
simpatik dan parasimpatik berbeda dalam arti bahwa, neuron-neuron simpatik yang
memproyeksi dari CNS bersinapsis di neuron-neuron tingkat kedua pada jarak yang
cukup substansi dari organ targetnya, sementara neuron-neuron parasimpatik yang keluar
dari CNS bersinapsis di dekat organ targetnya di neuron-neuron tingkat kedua yang pendek.

Secara garis besar lokasi bagian sistem saraf otonom adalah sebagai berikut:

1. Jalur simpatik mulai di dalam sumsum tulang belakang dengan tubuh sel di dalam
daerah lumbur dan dada, daerah thoracolumbar. Saraf simpatik timbul dari sumsum
tulang belakang pada tingkat pertama saraf thoracic turun pada tingkat kedua sraaf
tulang belakang lumbar. Dari bagian sumsum ini serat saraf memanjang sampai
pada ganglia sympathetic chain (kerangka badan) , dua untai ganglia yang menyerupai
sumsum yang memanjang di sepanjang sisi tulang belakang dan leherbagian bawah
sampai daerah abdominasi sebelah atas. Ganglia kerangka badan yang merupai
merjan ini dinamakan lateral ganglia berisi tubuh sel dari sekelompok neuron yang
kedua, seratnya memanjang sampai kelenjar dan jaringan otot involutary. Neruron
kedua ini melepaskan sebagian besar neurotransmitter norepinehrine (nonadrenalin)
pada jaringan effector.
2. Jalur parasimpatik mulai di dalam daerah cranio sacral dengan munculnya serat dari
tubuh sel midbrain, dan bagian bawah sumsum tulang belakang (sacral). Dari pusat-
pusat inilah sekelompok serat yang pertama memanjang sampai ganglia otonom yang
biasanya berlokasi didalam atau di dekat dinding organ effector . Kemudian jalurnya
terus sepanjang sekelompok neuron kedua yang menstimulasi jaringan visceral.
Neuron ini merupakan neurotransmitter acetylcholine.

Saraf simpatetik dan parasimpatetik, masing-masing memiliki 2 neuron (sel saraf)


yaitu pre-ganglionik dan post-ganglionik yang diperantarai oleh celah sinaps.

Titik temu antara neuron dengan neuron yang lain atau antara neuron dengan organ
target (misalnya otot, kelenjar, jantung) disebut sinaps. Secara anatomi, sinaps terdiri dari 3
kawasan, yaitu :
 Pre-sinaps : mengandung vesikel yang merupakan gudang penyimpanan
neurotransmitter.
 Celah sinaps : celah antara pre-sinaps dan post-sinaps.
 Post-sinaps : bisa berupa dendrit atau sel target yang siap menerima input. Pada
membrane plasma post-sinaps terdapat reseptor tempat berkatan neurotransmitter
yang dirilis dari pre-sinaps.

Penghantaran pesan dari saraf pusat menuju efektor (jaringan target) dan komunikasi antara
pre-ganglionik dan post-ganglionik, dimediasi oleh neurotransmitter.
Pandangan konvesional tentang fungsi-fungsi reseptif sistem simpatik dan
parasimpatik menekankan tiga prinsip penting yaitu :
1. Bahwa saraf simpatik menstimulasi, mengorganisasikan , dan memobilisasi sumber-
sumber energi dalam situasi-situasi yang mengancam, sementara saraf-saraf para
simpatik bertindak untuk menghemat energi.
2. Bahwa setiap organ target otonom menerima input simpatik dan parasimpatik yang
berlawanan , dan oleh sebab itu aktivitasnya dikontrol oleh tingkat relatif aktivitas
simpatik dan parasimpatik.
3. Bahwa perubahan simpatik merupakan indikasi adannya rangsangan psikologis,
sementara perubahan parasimpatik merupakan indikasi relaksasi psikologis.
2.3 Sel Saraf (Neuron)

Sel saraf (neuron) berfungsi menghantarkan impuls listrik akibat adanya stimulus.
Jutaan neuron membentuk system saraf. Setiap neuron terdiri atas 1 badan sel (sitoplasma dan
inti sel). Dari 1 badan sel keluar 2 jenis serabut saraf, yaitu dendrit dan akson. Komponen
neuron terdiri atas :
 Dendrit : menerima pesan dari neuron lain menuju badan sel saraf
 Badan sel : daerah sekitar nucleus, berfungsi untuk keberlangsungan hidup sel
 Akson : bagian sel berbentuk silinder, memanjang seperti kabel, dimana
informasi dihantarkan. Bagian luar akson dilapisi lapisan lemak mielin yang dibentuk
oleh sel schwann
 Ujung sinaptik : ujung saraf yang mengandung vesikel (gudang penyimpanan
neurotransmitter)
Neuron berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
 Neuron sensorik (aferen) : berfungsi membawakan informasi akibat stimulus,dari
organ/jaringan tubuh ke SSP
 Interneuron : lokasinya terletak di SSP, berfungsi menyampaikan sinyal dari satu
neuron ke neuron yang lain
 Neuron motoric (eferen) : berfungsi menyampaikan perintah informasi SSP sebagai
respon terhadap stimulus tadi, ke organ efektor.
OBAT-OBAT SIMPATOMIMETIK

Obat simpatomimetik adalah obat yang memacu saraf simpatis atau obat yang
menyerupai stimulasi saraf simpatis. Saraf simpatis yang dimaksud adalah saraf
postganglioner yang umumnya menggunakan noradrenalin sebagai neurotransmitternya. Obat
ini disebut juga obat adrenergik atau obat noradrenergik karena obat ini menstimulasi serabut
saraf noradrenegik atau saraf adrenergic yang terletak di dalam serabut simpatis. Serabut
simpatis merupakan bagian saraf autonom.
Serabut simpatis mempunyai reseptor α dan reseptor β. Dan pada obat
simpatomimetik menstimulasi reseptor α dan reseptor β, atau keduanya(r-α 1, r- α 2, r- β 1
and r- β 2).
Obat sympatomimetik terdapat 2 jenis,
a. Direct sympathomimetics
Secara langsung merangsang reseptor α dan/atau reseptor β
Contoh : Selektif
Phenylephrine, Phenylpropanoamin (pada obat pilek) →memacu r-α 1
[note: tentang r- α 2 yang berfungsi untuk pengaturan release/pelepasan transmitor.
Jika r- α 2 dipacu maka pelepasan menjadi berkurang. Biasanya dipakai pada
hipertensi → menghambat pelepasan transmitor →efeknya penurunan denyut jantung
dan vasodilatasi p. darah]
Sabutamol, Terbutaline (pada obat asma) → memacu r- β2
Dobutamin → memacu r- β1
Tidak selektif
Adrenaline, noradrenalin, ephedrine → memacu r- β dan r-α

b. Indirect sympathomimetic
Secara tidak langsung merangsang reseptor α dan/atau reseptor β oleh
inhibisi/penghambatan penyerapan NA(noradrenalin) atau inhibisi MAO (monoamine
oxydase) → akumulasi NA di celah sinaptik yang menstimulasi reseptor → efek
menyerupai terhadap rangsangan noradrenalin(yang terpacu hanya r-α 1, r- β 2)
Contoh: desipramine, amitryptiline, amphetamine → menghambat MAO(enzim yang
memecah noradrenalin)
Contoh senyawa adrenergic

Perbandingan Aktifitas Farmakologi Obat Agonis Adrenergik (Simpatomimetik)


OBAT-OBAT SIMPATOLITIK

Simpatolitik atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh
aktivitas susunan saraf simpatis. Misalnya Simpatolitik meniadakan vasokonstriksi yang
ditimbulkan oleh aktivitas reseptor-alfa akibat adrenolitika. Berdasarkan mekanisme dan titik
kerjanya, Simpatolitik dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yakni zat-zat penghambat reseptor
Simpatolitik ( alfa-blockers dan beta-blockers ) dan zat-zat penghambat neuron adrenergis.
Sesuai dengan jenis reseptorna, bloker adrenoreseptor dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1. alfa-blockers (α -simpatolitika)
Zat-zat ini memblokir reseptor-alfa yang banyak terdapat di jaringan otot polos dari
kebanyakan pembuluh , khususnya dalam pembuluh kulit dan mukosa.Efek utamanya
digunakan pada hipertensi dan hipertrofi prostate. Alfa bloker umumnya memiliki efek
samping yaitu, hipotensi postural. Prazosin yang digunakan pada gagal jantung (dekopensasi)
dan pada penyakit raynaud.

Ada 3 jenis alfa-blockers:


 Zat- zat tak selektif : fentolamin (regitine).khususnya digunakan untuk diagnosa dan
terapi hipetensi tertentu (feochromo), juga untuk gangguan ereksi sebagai injeksi
intracaverneus (bersama papaverin : Androskat)
 α -blockers selekif : derivate quinazolin (prazosin,terazosin,tamsulosin dan lain-lain)
serta urapidil.pengunaannya sebagai oat hipertensi dan pada hiperplasia prostate.
 2-blockers selekif: α yohimbin ,yang digunakan sebagai obat pengugah syahwat
(aphrodisiacum). Obat yang termasuk alfa-bloker atau bloker reseptor alfa antara lain
adalah derivat haloalkilamin, derivat imidazolin, prazosin, derivat alkaloid ergot, dan
yohimbin. Obat ini bekerja dengan blokeran kompetitif NE pada alfa reseptor.
Pemakaian yang lama dapat mengenduksi desensitasi reseptor.

2. Beta-blockers (β -simpatolitika)
Semula beta –blockers digunakan untuk gangguan jantung (aritmia,anginapectoris)
guna meringankan kepekaan organ ini bagi rangsangan, seperti kerja berat, emosi ,strees,dan
sebagainya.Sejak tahun1980-an obat ini terutama digunakan sebagai obat hipertensi, anti
hipertensiva.Obat ini dapat dibagi pula dalam 2 kelompok, yakni :
 Zat-zat 1 selektifβ , yang melawan efek dari stimulasi jantung oleh adrenalindan NA
(reseptor - 1β ), misalnya atenolol dan metaprolol.
 Zat – zat tak selektif, yang juga menghambat efek bronchodilatasi (reseptor-
2),misalnyaβ propranolol ,alprenolol,dan sebagainya. Labetolol dan carvedilol
merupakan zat-zat yang menghambat kedua reseptor (alfa+beta).

3. Penghambat neuron adrenergis


Derivate guanidine (guanetidin ). Zat-zat ini tidak memblok reseptor , melainkan
berkerja terhadap bagian postganglioner dari saraf simpatis dengan jalan mencegah pelepasan
katecholamin. Guanetidin khusus digunakan pada jenis glaukom tertentu.

OBAT GANGLIONIK

Obat ganglionik yang banyak dipakai adalah obat penghambat ganglion . Efek
farmakologis obat penghambat ganglion adalah menghambat saraf parasimpatis yang
menimbulkan midriasis, motilitas lambung dan usus, dan sulit kencing dan menhambat saraf
simpatis yang menimbulkan antara lain penurunan tekanan darah ,dilatasi vasculer pada kaki
hipotensi orthotik,

Obat penghambat ganglionik ( Ganglionic Blocking Agents ) banyak digunakan


sebagai obat antihipertensi a.l. yang ada di pasaran :

Hexamethonium Chloride .p.os

Pentolium Tartrat p.os

Trimethapan Camphorsulphonate ( Arfonad ) per infus


NEUROTRANSMITTER

Neurotransmitter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara


neuron. terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan dengan datangnya
potensial aksi. Neurotransmitter adalah bahan kimia yang bersifat endogen yang
mengirimkan sinyal dari neuro ke sel target di sinap, Neurotransmitter yang dikemas kedalam
vesikel sinaptik berkerumun dibawah membran disisi presynaptic sinaps, dan dilepaskan
kedalam celah sinaptik, di mana mereka mengikat pada reseptor di membran pada sisi
postsynaptic dari sinaps. (Feriawati : 2006).

Pelepasan neurotransmiter biasanya mengikuti kedatangan sebuah potensial aksi pada


sinapsis, tetapi juga dapat mengikuti potensi listrik dinilai. Rendahnya tingkat dasar rilis
sederhana, juga terjadi tanpa stimulasi listrik. Neurotransmitter disintesis dari precusor
berlimpah dan sederhana, seperti asam amino, yang tersedia dari julah kecil langkah
biosintesis untuk mengkonversi. Ketika gelombang tersebut mencapai sinapsis, sejumlah
molekul neurotransmitter dilepaskan dan bergerak menuju penyerap yang terletak pada
membrane neuron lain yang berada di dekat sinapsis. Seluruh aktivitas manusia yang
berkenaan dengan otak di atur melalui tiga cara, yaitu sinyal listrik pada neuron, zat kimiawi
yang di sebut neurotransmitter dan hormon yang dilepaskan ke dalam darah. Hampir seluruh
aktivitas di otak memanfaatkan neurotransmitter. (King : 102).

1. Zat zat Neurotransmitter

Neurotransmitter mempunyai tiga golongan, neurotransmitter molekul-kecil


konvesional asam amino, monoamines (monoamin), dan acetycholine (asetilkolin).
Disamping itu, ada empat kelompok neurotranmitter molekul-kecil, yang sering di sebut
neurotransmitter tak konvensional karena mekanisme-mekanisme aksinya yang tidak biasa.
Berlawanan dengan neurotransmitter molekul-kecil, hanya ada satu golongan
neurotransmitter molekul-besar : neuropeptides (neuropeptida). Kebanyakan neurotransmitter
menghasilkan eksitasi atau inhibisi, atau bukan kedua-duanya. Akan tetapi, beberapa
menghasilkan eksitasi ketika mengikatkan diri pada sebagian subtipe reseptor mereka dan
menghasilkan inhibisi ketika mengikat diri pada subtipe reseptor yang lain. Ada banyak
neurotransmitter yang berbeda. Tiap-tiap nya memainkan peran dan fungsi khusus dalam
jalur yang spesifik. Sementara bebrapa neurotransmitter merangsang atau membangkitkan
neuron untuk menembak, lainnya dapat menghambat neuron untuk menembak. (King : 103).
Puluhan jenis neurotransmiter yang telah teridentifikasi di bentuk melalui asupan
yang berbeda. Bahan dasar pembentuk neurotransmiter adalah asam amino. Asam amino
merupakan salah satu nutrisi otak terpenting, yang berfungsi meningkatkan kewaspadaan,
mengurangi kesalahan, dan memacu kegesitan pikiran. Asam amino di dapatkan dari sumber-
sumber protein. Kadar protein tinggi dapat ditemukan pada makanan/minuman seperti susu,
daging, telur dan keju. Sedangkan protein yang terdapat dalam sayur-sayuran memiliki kadar
terbatas. (Damasio : 2009)

Neurotransmitter adalah penghantar bahan kimia dari system saraf. Neurotransmitter


adalah molekul yang dimana harus memenuhi sejumlah kriteria harus diklasifikasikan
sebagai neurotransmiter. Kriteria ini biasanya harus dipenuhi melalui berbagai ilmu
pengetahuan dasar dan studi penelitian klinis. Zat yang hanya memiliki telah ditunjukkan
untuk memenuhi beberapa kriteria yang disebut sebagai neurotransmitter putatif, berarti
mereka belum terbukti secara eksperimental untuk memenuhi semua kriteria. (Cook, 2006).

Asam amino: glutamat, aspartat, D-serin, γ-aminobutyric acid (GABA), glisin


Monoamina dan amina biogenik lain: dopamin (DA), norepinefrin (noradrenalin, NE, NA),
epinefrin (adrenalin), histamin, serotonin (SE, 5-HT). Lain-lain: asetilkolin (Ach), adenosin,
anandamide oksida, nitrat, dll. Selain itu, lebih dari 50 neuroactive peptida telah ditemukan,
dan yang baru ditemukan secara teratur. Banyak dari ini adalah “co-dirilis” bersama dengan
pemancar kecil-molekul, tetapi dalam beberapa kasus peptida adalah pemancar primer di
sinaps. β-endorphin adalah contoh yang relatif terkenal neurotransmitter peptida; ini aktif
terlibat dalam interaksi yang sangat spesifik dengan reseptor opioid pada sistem saraf pusat.
Ion tunggal, seperti seng synaptically dirilis, juga dianggap oleh beberapa neurotransmitter ,
seperti juga beberapa molekul gas seperti oksida nitrat (NO) dan karbon monoksida (CO). Ini
bukan neurotransmitter klasik oleh definisi ketat, bagaimanapun, karena meskipun mereka
semua telah menunjukkan eksperimental yang akan dirilis oleh terminal presynaptic dengan
cara kegiatan-tergantung, mereka tidak dikemas ke dalam vesikel. (feriawati : 2006)

Sejauh pemancar yang paling umum adalah glutamat, yang rangsang pada lebih dari
90% dari sinapsis dalam otak manusia . Yang berikutnya yang paling umum adalah GABA,
yang penghambatan di lebih dari 90% dari sinapsis yang tidak
menggunakan glutamat. Meskipun pemancar lain yang digunakan dalam sinapsis jauh lebih
sedikit, mereka mungkin sangat penting fungsional-sebagian besar obat-obatan psikoaktif
mengerahkan efek mereka dengan mengubah tindakan beberapa sistem neurotransmitter,
sering bertindak melalui pemancar selain glutamat atau GABA. GABA (asam gama-
aminobutirat) ditemukan pada seluruh sisitem saraf pusat. Ia diyakini menjadi
neurotransmitter sebanyak spertiga sinaps otak. GABA penting di dalam otak karena menjaga
penembakan banyak neuron (Liu & Lachmp, 2006). Ia membantu ketetapan sinyal yang
dibawa dari satu neuron ke nueron berikutnya. Tingkat GABA yang rendah dikaitkan dengan
kecemasan. Valium atau obat-obatan anti kecemasan lainnya meningkatkan efek
penghambatan dari GABA. Obat adiktif seperti kokain dan amfetamin mengerahkan efek
mereka terutama pada sistem dopamin. Obat-obatan opiat adiktif mengerahkan efek mereka
terutama sebagai analog peptida opioid fungsional, yang, pada gilirannya, mengatur tingkat
dopamin. (Fields : 2007).

2. Macam-macam Neurotransmitter beserta fungsi :

Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan
dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal
melalui eksositosis dan juga direabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmiter merupakan cara
komunikasi antar neuron. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron,
sehingga neuron menjadi lebih kurang dapt menyalurkan impuls, tergantung dari neuron dan
transmiter tersebut. Contoh-contoh neurotransmiter adalah norepinefrin, acetilkolin, dopamin,
serotonin, asam gama aminobutirat (GABA), glisin, dan lain-lain.

2.1 Asetilkolin

Asetilkolin merupakan substansi transmitter yang disintesis diujung presinap dari


koenzim asetil A dan kolin dengan menggunakan enzim kolin asetiltransferase. Kemudian
substansi ini dibawa ke dalam gelembung spesifiknya atau di dalam vesikel. Ketika kemudian
gelembung melepaskan asetilkolin ke dalam celah sinap, asetilkolin dengan cepat memecah
kembali asetat dan kolin dengan bantuan enzim kolinesterase, yang berikatan dengan
retikulum proteoglikan dan mengisi ruang celah sinap. Kemudian gelembung mengalami
daur ulang dan kolin juga secara aktif dibawa kembali ke dalam ujung sinap untuk digunakan
kembali bagi keperluan sintesis asetilkolin baru. (Feriawati : 2006).
Depolarisasi membrane pre-sinaps menyebabkan kanal kalsium (voltage sensitive
calcium channels) terbuka → ion Ca2+ masuk → peningkatan kadar Ca2+ menyebabkan
vesikel berfungsi (bergabung) dengan permukaan membrane presinaps → terjadi pelepasan
asetilkolin dari vesikel ke celah sinaps menuju post sinaps → neurotransmitter asetilkolin
berikatan dengan reseptornya → efek biologis.
Aksi asetilkolin dibatasi oleh enzim asetilkolinesterase dengan cara menghindrolisis
(menguraikan) asetilkolin menjadi kolin dan asetat. Proses ini terjadi di celah sinaps. Kolin
yang terbentuk akan berdifusi kembali ke presinaps. Sebagian asetilkolin akan berikatan
dengan reseptor kolinergik di sel target post-sinaps dan menghasilkan efek biologis.
Aseltilkolin (Ach) biasanya merangsang penembakan neuron dan terlibat dalam aksi
otot-otot, belajar dan ingatan (Brooks, 2006). ACh ditemukan di seluruh sistem saraf pusat
dan parifer. Bisa laba-laba bisa hitam menyebabkan ACh memancar keluar dari sinaps antara
sumsum tulang belakang dan otot-otot rangka, menyebabkan kejang yang hebat. Obat kurare
yang digunakan oleh beberapa sukus asli di amerika selatan untuk menpersenjatai anak panah
mereka menghalangi reseptor untuk ACh, melumpuhkan otot-otot. Sebaliknya, nikotin
merangsang reseptor aseltilkolin. Penderita Alzheimer, gangguan otak degeneratif yang
melibatkan penururnan ingatan, memiliki kekurangan aseltilkolin. (Psikologi umum, Laura
A. King ;103). Beberapa obat meredakan gejala-gejala penyakit Alzheimer dengan
mengompensasikan kehilangan pasokan aseltilkolin dari otak. (Brooks : 2006)

2.2 Noepinefrin, epinephrine, dan dopamine

Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine dikelompokkan dalam cathecolamines.


Hidroksilasi tirosin merupakan tahap penentu (rate-limiting step) dalam biosintesis
cathecolamin. Disamping itu, enzim tirosin hidroksilase ini dihambat oleh oleh katekol
(umpan balik negatif oleh hasil akhirnya). (Damasio : 2009).
Bahan dasar dalam biosintesis norepinefrin adalah tirosin. Tahapannya adalah sebagai
berikut :
Setelah terbentuk Norepinefrin, langsung disimpan di vesikel. Proses rilis
norepinefrin antara lain : terjadi depolarisasi membrane pre-sinaps→ kanal kalsium (voltage-
sensitif calcium channel) pada membrane pre-sinaps terbuka → ion Ca2+ masuk →kadar Ca2+
tinggi menyebabkan fusi (penggabungan) vesikel dengan permukaan membrane pre-sinaps
→ terjadi pelepasan norepinefrin dari vesikel ke celah sinaps menuju post-sinaps.
Norepinefrin yang dirilis sebagian akan dimetabolisme oleh catechol-O-
Methyltransferase (COMT) dan Monoamine oxidase (MAO) menjadi metabolit inaktif
kemudian diekskresikan. Sebagian lagi dari norepinefrin akan berikatan dengan reseptor
adrenergic yang akan menimbulkan efek biologis. Dan sebagian lagi, norepinefrin akan
berikatan dengan autoreseptor yang terletak di ujung membrane sel saraf pre-sinaps yang
menimbulkan efek feedback negative bagi rilis norepinefrin.
Reseptor adrenergic terdiri atas 2 jenis, yaitu :

 Reseptor alfa (terbagi menjadi subtype alfa-1 dan alfa-2)


 Reseptor beta (terbagi menjadi subtype beta-1, beta-2, dan beta-3).

Setelah semua peristiwa di atas selesai, membrane pre-sinaps kembali mengalami repolarisasi
akibat masuknya kembali ion K+ .

A. Dopamin

Merupakan neurotransmiter yang mirip dengan adrenalin dimana mempengaruhi


proses otak yang mengontrol gerakan, respon emosional dan kemampuan untuk merasakan
kesenangan dan rasa sakit. Dopamin sangat penting untuk mengontrol gerakan
keseimbangan. Jika kekurangan dopamin akan menyebabkan berkurangnya kontrol gerakan
seperti kasus pada penyakit Parkinson. Jika kekurangan atau masalah dengan aliran dopamine
dapat menyebabkan orang kehilangan kemampuan untuk berpikir rasionil, ditunjukkan dalam
skizofrenia. dari perut tegmental area yang banyak bagian limbic sistem akan menyebabkan
seseorang selalu curiga dan memungkinkan untuk mempunyai kepribadian paranoia. Jika
kekurangan Dopamin di bidang mesocortical dari daerah perut tegmental ke neocortex
terutama di daerah prefrontal dapat mengurangi salah satu dari memori. (Feriawati : 2006)
Dopamin (dopamine) membantu mengendalikan pergerakan volunter dan
mempengaruhi tidur, suasana hati, perhatian, dan belajar, (Monti & Monti, 2007). Obat-obat
perangsang, seperti kokain dan ampetania menghasilkan gairah, kewaspadaan, meningkatkan
sesuana hati, menurunkan kelelahan, dan terkadang meningkatkan aktivitas motorik terutama
dengan mengaktifkan reseptor dopamin (ikegami et al, 2007).
Tingkat dopamin yang rendah dikaitkan dengan penyakit parkinson, penurunan
pergerakan fisik (Marvanova & Nichols, 2007). Meskipun aktor Michael J.Fox terkena
parkinson pada usia 20-an akhir, penyakit ini tidak biasa menjangkitu mereka yang berusia di
bawah usia 30 tahun dan menjadi semakin umum seiring orang-oramng mengalami penuaan
(cantuti-castelvetri, shukitt-Hale, & Joseph, 2003). Tingkat dopamin yang tinggi dikaitkan
dengan skezofrenia, gangguan jiwa berat. (King : 104).

B. Norepineprin

Disekresi oleh sebagian besar neuron yang badan sel/somanya terletak pada batang
otak dan hipothalamus. Secara khas neuron-neuron penyekresi norephineprin yang terletak di
lokus seruleus di dalam pons akan mengirimkan serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak
dan akan membantu pengaturan seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan
kewaspadaan. Pada sebagian daerah ini, norephineprin mungkin mengaktivasi reseptor
aksitasi, namun pada yang lebih sempit malahan mengatur reseptor inhibisi. Norephineprin
juga sebagian disekresikan oleh sebagian besar neuron post ganglion sistem saraf
simpatisdimana ephineprin merangsang beberapa organ tetapi menghambat organ yang lain.
(Starwn & Geracioti; 2007). Norephinefrine menghambat penembakan neuron dalam sistem
saraf pusat, tetapi membangkitkan otot jantung, usus, dan alat urogenitalia. Stress
merangsang pelepasan norepinefrin (Starwn & Geracioti; 2007).
Neurotransmitter ini juga membantu mengendalikan kewaspadaan. Terlalu sedikit
norepinefrin dikaitkan dengan depresi, dan terlalu banyak memicu keadaan gelisah dan
mania. Misalnya, amfetamina dan kokain menyebabkan keadaan perilaku hiperaktif dan
mania dengan meningkatkan norepinefrin di otak secara cepat (Nelson & Gehlert; 2006).

C. Epinefrin

Epinefrin merupakan salah satu hormon yang berperan pada reaksi stres jangka
pendek. Epinefrin disekresi oleh kelenjar adrenal saat ada keadaan gawat ataupun berbahaya.
Di dalam aliran darah epinefrin dengan cepat menjaga kebutuhan tubuh saat terjadu
ketegangan, atau kondisi gawat dengan memberi suplai oksigen dan glukosa lebih pada otak
dan otot. Selain itu epinefrin juga meningkatkan denyut jantung, stroke volume, dilatasi dan
kontraksi arteriol pada gastrointestinal dan otot skeleton. Epinefrin akan meningkatkan gula
darah dengan jalan meningkatkan katabolisme dari glikogen menjadi glukosa di hati dan saat
bersamaan menurunkan pembentukan lipid dari sel-sel lemak. Epinefrin memiliki banyak
sekali fungsi di hampir seluruh tubuh, diantaranya dalam mengatur konsentrasi asam lemak,
konsentrasi glukosa darah, kontrol aliran darah ginjal, mengatur laju metabolisme, kontraksi
otot polos, termogenesis kimia, vasodilatasi, vasokonstriksi, dll. (Feriawati : 2006)

2.3 Serotonin

Serotonin (5-hydroxytryptamine, atau 5-HT) adalah suatu neurotransmitte


rmonoamino yang disintesiskan dalam neuron-neuron serotonergis dalam sistem saraf pusat
(CNS) dan sel-sel enterochromaffin dalam saluran pencernaan. Pada system saraf pusat
serotonin memiliki peranan penting sebagai neurotransmitter yang berperan pada proses
marah, agresif, temperature tubuh, mood, tidur, human sexuality, selera makan, dan
metabolisme, serta rangsang muntah. Serotonin memiliki aktivitas yang luas pada otak dan
variasi genetic pada reseptor serotonin dan transporter serotonin, yang juga memiliki
kemampuan untuk reuptake yang jika terganggu akan memiliki dampak pada kelainan
neurologist. (Cook, 2006)

Obat-obatan yang mempengaruhi jalur dari pembentukan serotonin biasanya


digunakan sebagai terapi pada banyak gangguan psikiatri, selain itu serotonin juga
merupakan salah satu dari pusat penelitian pengaruh genetic pada perubahan genetic psikiatri.
(Damasio : 2009)
Pada beberapa studi yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa pada beberapa
orang dengan gangguan cemas memiliki serotonin transporter yang tidak normal dan efek
dari perubahan ini adalah adanya peluang terjadinya depresi jauh lebih besar dibanding orang
normal. Dari peneltian terbaru juga didapatkan bahwa serotonin bersama-sama dengan
asetilkolin dan norepinefrin akan bertindak sebagai neurotransmitter yang dilepaskan pada
ujung-ujung saraf enteric. Kebanyakan nuclei rafe akan mensekresi serotonin yang membantu
dalam pengaturan tidur normal. Serotonin juga merupakan salah satu dari beberapa bahan
aktif yang akan mengaktifkan proses peradangan, yang akan dimulai dengan vasodilatasi
pembuluh darah lokal sampai pada tahap pembengkakan sel jaringan, selain itu serotonin
juga memiliki kendali pada aliran darah, kontraksi otot polos, rangsang nyeri, system
analgesic, dan peristaltic usus halus. Serotonin terlibat dalam pengaturan tidur, suasana hati,
perhatian, dan belajar. Dalam mengatur tidur dan bangun, serotonin bekerja sama dengan
aseltilkolin dan norepinefrin (Miller & O’Callaghan, 2006).

Tingkat serotonin yang rendah dikaitkan dengan depresi (Leykin et al, 2007). Obat
antidepresi Prozac bekerja denhgan meningkatkan tingkat serotonin di otak (Little, zhang, &
Cook, 2006).

3. Neuropeptida

Neuropeptida merupakan kelompok transmitter yang sangat berbeda dan biasanya


bekerja lambat dan dalam hal lain sedikit berbeda dengan yang terdapat pada transmitter
molekul kecil. (Feriawati : 2006)

Sekitar 40 jenis peptida diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter. Daftar


peptida ini semakin panjang dengan ditemukannya putative neurotransmitter (diperkirakan
memiliki fungsi sebagai neurotransmitter berdasarkan bukti-bukti yang ada tetapi belum
dapat dibuktikan secara langsung). Neuropeptida sudah dipelajari sejak lama, namun bukan
dalam fungsinya sebagai neurotransmitter, namun fungsinya sebagai substansi hormonal.
Peptida ini mula-mula dilepaskan ke dalam aliran darah oleh kelenjar endokrin, kemudian
hormon-hormon peptida itu akan menuju ke jaringan-jaringan otak. Dahulu para ahli
meyangka bahwa peptida dihasikan dalam kelenjar hormon danmasuk ke dalamjaringan otak,
namun saat ini sudah dapat dibuktikan bahwa peptida yang berfungsi sebagai
neurotransmitter, dapat disintesa dan dilepaskan oleh neuron di susunan saraf. Neuropeptida
tidak disintesis dalam sitosol pada ujung presinap. Namun demikian, zat ini disintesis sebagai
bagian integral dari molekul protein besar oleh ribosom-ribosom dalam badan sel neuron.
Molekul protein selanjutnya mula-mula memasuki retikulum endoplasma badan sel dan
kemudian ke aparatus golgi. (Cook : 2007)

Neurotransmitter Endorfins, salah satunya neurotransmitter yang merupakan candu


alami yang terutama merangsang penembakan neuron. Endorfins melindungi tubuh dari rasa
sakit dan meninggalkan perasaan senang, pelajari jaraj jauh, wanita melahirkan, dan
seseorang yang syok setelah tabrakan mobil, mereka semua telah meningkatkan tingkat
endorfrinsnya (Armstrong & Hatfield, 2006). Pada awal abad keempat sebelum masehi,
orang-orang Yunani menggunakan opium untuk membangkitkan rasa senang. Lebih dari
2.000 tahun kemudian, formula ajaib dibalik kecanduan opium akhirnya ditemukan. Pada
awal tahun 70-an, para ilmuwan menemukan opium menyambung ke sistem candu alami
yang berada di dalam jalur otak (Pert, 1999; Pert & Snyder, 1973). Morfin (narkotika
terpenting dari opium) meniru tindakan endorfins dengan merangsang reseptor dalam otak
yang terlibat dengan kesenangan dan rasa sakit (Vetter et al, 2006).

Neurotransmitter Lokasi Fungsi Implikasi psikis


Koinergenik : System saraf otonom Bangun, tidur, Meningkatkan
Asetilkolin simpatis dan parasimpatis, persepsi, nyeri, dan derajat depresi dan
terminal saraf presinapsis pergerakan menurunkan derajat
parasimpatis, terminal memori. penyakit.
postsinapsis.
System saraf pusat :
serebral korteks,
hipokampus, system
limbic, basal ganglia.
Monoamine System saraf otonom, Pernapasan, Menurunkan derajat
Norephineprin terminal saraf postsinapsis persepsi, daya depresi,
simpatis. penggerak, pikiran, meningkatkan
System saraf pusat : kardiovaskular, derajat mania
thalamus, system limbic, bangun dan tidur. keadaan cemas dan
hipokampus, serebelum, skizofrenia.
korteks serebri.
Dopamine Frontal korteks, system Pergerakan dan Menurunkan derajat
limbic, basal ganglia, koordinasi, penyakit Parkinson
thalamus, hipofisis emosional, dan depresi,
posterior dan medulla penilaian, meningkatkan
spinalis. pelepasan derajat mania dan
prolaktin. skizofrenia.
Serotonin Hipotalamus, thalamus, Bangun, tidur, Menurunkan derajat
system limbic,korteks libido, nafsu depresi,
serebral, serebelum, makan, perasaan, meningkatkan
medulla spinalis. agresi, persepsi, derajat kecemasan.
nyeri, koordinasi
dan penilaian.
Histamine Hipotalamus - Menurukan derajat
depresi.
Asam amino : Hipotalamus, hipokampus, Kemunduran Menurunkan derajat
GABA : ( gama korteks, serebelum, basal aktivitas tubuh korea Huntington,
amino buthyric ganglia, medulla spinalis, gangguan ansietas,
acid ) retina. skizofrenia, dan
berbagai jenis
epilepsy.
Glisin Medulla spinalis, batang Menghambat motor derajat tok
otak. neuron berulang. sik/keracunan
“glicin
enchephalopy”
Glutamate dan Sel-sel pyramid/kerucut Menilai informasi Menurunkan tingkat
aspartat dari korteks, serebelum sensori, mengatur derajat dan gerakan
dan sistem sensori aferen berbagai motor dan yang berhubungan
primer, hipokampus, reflex spinal. dengan gerakan
thalamus, hipotalamus, motor spastic.
medulla spinalis.
Neuropeptida : Thalamus, hipotalamus, Mengatur nyeri dan Modulasi aktivitas
endorphin dan struktur limbic dan batang mengatur dopamine oleh
enkefalin otak. Enkefalin juga di peristaltic opiod peptida dapat
temukan di traktus (enkefalin). menumpukkan
gastrointestinal. berbagai ikatan
terhadap gejala
skizofrenia.
Substansi p Hipotalamus, struktur Pengaturan nyeri. Menurunkan derajat
limbic, otak tengah, batang korea Huntington.
otak, thalamus, basal
ganglia dan medulla
spinalis. Ditemukan juga
pada traktus
gastrointestinal dan
kelenjar saliva.
Somatostatin Korteks serebral, Menghambat Menurunkan derajat
thalamus, hipokampus, norephineprin, penyakit alzeimer ,
basal ganglia, batang otak, merangsang meningkatkan
medulla spinalis. pelepasan derajat korea
serotonin, Huntington.
dopamine
asetilkolin.

Anda mungkin juga menyukai