Disusun oleh:
FAKULTAS FARMASI
MEDAN
2018
SISTEM SARAF
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi.
Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf
mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor.
Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali
rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau
organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan
(impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula
spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting
maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga
dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi
radang yang disebut meningitis. Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah
sebagai berikut.
1.1 Otak
a. Otak belakang
Medulla. gembungan di atas sumsum tulang belakang, dimana bertanggung
jawab mengontrol pernafasan dan jenis jenis reflex serta air liur.
Pons. Berada di atas medulla. Berkonsentrasi pada balance, pendengaran, dan
beberapa fungsi parasimpatik.
Serebelum. Dua gumpalan dibelakang medulla. Bertanggung jawab
memelihara otot dan koordinasi otot, gerakan motorik.
b. Otak tengah
Secara umum sebagai pusat reflex yang orientasinya mata dan telinga.
Tektum. Merupakan atap otak tengah.
Colliculum superior dan inferior. Terletak disetiap sisi tektum dan memproses
informasi sensorik.
Tegmentum. Mengandung inti untuk saraf cranial.
Substansia nigra. Meningkatkan kandungan dopamine.
c. Otak depan
Kelenjar pituitary. Kelenjar penghasil hormone dan melekat di hipotalamus.
Thalamus. Stasiun tempat pertukaran pesan dari dan ke otak.
Hipotalamus. Menyampaikan pesan ke kelenjar pituitary untuk mengubah
pelepasan hormone. Didalamnya terkandung emosi, motivasi dan agresi.
Cerebral cortex. Struktur terbesar otak. Mengontrol pengalaman sadar dan
tingkat kecerdasan seseorang.
Basal ganglia. Perencanaan gerakan motorik, aspek memori dan ekspresi
emosional.
Basal otak depan terdiri ari beberapa struktur yang terletak pada permukaan
dorsal otak bagian depan.
Inti basalis. Menerima input dari hipotalamus dan ganglia basal. Serta
mengirim akson yang melepaskan asetilkolin ke korteks serebral. Bagian
kunci dari system otak untuk gairah, lemah dan perhatian.
Hipokampus. Merupakan struktur besar yang terletak diantara thalamus dan
korteks serebral. Menyimpan beberapa jenis memori.
otak dan sumsum tulang belakang di lindungi oleh 3 selaput pelindung :
Meninges. Didalamnya terdapat durameter, arachnoid(selaput laba-laba
yang halus), subarachnoid (berisi pembuluh darah dan cairan
serebrospinal), pia mater (menempel pada permukaan CNS).
Serebrospinal fluid. Menopang dan memberikan bantalan pada otak. CSF
di produksi terus menerus oleh choroid plexuses.
Cerebral ventrikels.
1.2 Sum-Sum Tulang Belakang
Substansi abu-abu. Di pusat sumsum, di penuhi badan sel saraf dan dendrite.
Substansi putih. Terdiri dari myelin dan membawa info dari substansi abu abu ke otak
atau bagian sumsum tulan belakang.
Masing masing mengirim info sensorik ke otak dan menerima.
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf
otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan
saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung,
gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.
Otak dilihat dari bawah menunjukkan saraf cranial. Saraf otak dikhususkan untuk
daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah
toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah
jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus
merupakan saraf otak yang paling penting. Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31
pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8
pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf
pinggul, dan satu pasang saraf ekor. Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat
saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.
Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian
leher, bahu, dan diafragma.
Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
Pleksus jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.
2.1 Simpatik
Sistem saraf simpatik adalah sebuah jaringan saraf yang mempersiapkan organ untuk
kegiatan ketat seperti:
Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi
ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang
menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat praganglion pendek.
2.2. Parasimpatik
Adalah saraf-saraf motorik otonom yang memproyeksi dari otak dan bagian
sacral (punggung bagian bawah) sumsum tulang belakang . Saraf parasimpatik berfungsi
untuk menenangkan tubuh.
Sistem saraf parasimpatik memfasilitasi vegetatis, respon nya tidak bersifat mendesak:
Menurunkan fungsi peningkatan pada sistem saraf simpatik
Terdiri dari akson preganglion panjang yang memanjang dari sumsum tulang
belakang dan serat postganglionik pendek yang menempel pada organ itu sendiri.
Dominan selama keadaan santai
Akson postganglionik kebanyakan melepaskan asetilkolin sebagai neurotransmitter.
Seluruh saraf simpatik dan parasimpatik adalah jalur neural dua tahap: Neuron
simpatik dan parasimpatik memproyeksi (menonjol) dari CNS dan hanya menempuh
sebagian jalan ke organ target sebelum mereka bersinapsis di neuron-neuron lain (neuron-
neuron tingkat dua) membawa sinyal-sinyal dari bagian jalan lainya. Akan tetapi, sistem
simpatik dan parasimpatik berbeda dalam arti bahwa, neuron-neuron simpatik yang
memproyeksi dari CNS bersinapsis di neuron-neuron tingkat kedua pada jarak yang
cukup substansi dari organ targetnya, sementara neuron-neuron parasimpatik yang keluar
dari CNS bersinapsis di dekat organ targetnya di neuron-neuron tingkat kedua yang pendek.
Secara garis besar lokasi bagian sistem saraf otonom adalah sebagai berikut:
1. Jalur simpatik mulai di dalam sumsum tulang belakang dengan tubuh sel di dalam
daerah lumbur dan dada, daerah thoracolumbar. Saraf simpatik timbul dari sumsum
tulang belakang pada tingkat pertama saraf thoracic turun pada tingkat kedua sraaf
tulang belakang lumbar. Dari bagian sumsum ini serat saraf memanjang sampai
pada ganglia sympathetic chain (kerangka badan) , dua untai ganglia yang menyerupai
sumsum yang memanjang di sepanjang sisi tulang belakang dan leherbagian bawah
sampai daerah abdominasi sebelah atas. Ganglia kerangka badan yang merupai
merjan ini dinamakan lateral ganglia berisi tubuh sel dari sekelompok neuron yang
kedua, seratnya memanjang sampai kelenjar dan jaringan otot involutary. Neruron
kedua ini melepaskan sebagian besar neurotransmitter norepinehrine (nonadrenalin)
pada jaringan effector.
2. Jalur parasimpatik mulai di dalam daerah cranio sacral dengan munculnya serat dari
tubuh sel midbrain, dan bagian bawah sumsum tulang belakang (sacral). Dari pusat-
pusat inilah sekelompok serat yang pertama memanjang sampai ganglia otonom yang
biasanya berlokasi didalam atau di dekat dinding organ effector . Kemudian jalurnya
terus sepanjang sekelompok neuron kedua yang menstimulasi jaringan visceral.
Neuron ini merupakan neurotransmitter acetylcholine.
Titik temu antara neuron dengan neuron yang lain atau antara neuron dengan organ
target (misalnya otot, kelenjar, jantung) disebut sinaps. Secara anatomi, sinaps terdiri dari 3
kawasan, yaitu :
Pre-sinaps : mengandung vesikel yang merupakan gudang penyimpanan
neurotransmitter.
Celah sinaps : celah antara pre-sinaps dan post-sinaps.
Post-sinaps : bisa berupa dendrit atau sel target yang siap menerima input. Pada
membrane plasma post-sinaps terdapat reseptor tempat berkatan neurotransmitter
yang dirilis dari pre-sinaps.
Penghantaran pesan dari saraf pusat menuju efektor (jaringan target) dan komunikasi antara
pre-ganglionik dan post-ganglionik, dimediasi oleh neurotransmitter.
Pandangan konvesional tentang fungsi-fungsi reseptif sistem simpatik dan
parasimpatik menekankan tiga prinsip penting yaitu :
1. Bahwa saraf simpatik menstimulasi, mengorganisasikan , dan memobilisasi sumber-
sumber energi dalam situasi-situasi yang mengancam, sementara saraf-saraf para
simpatik bertindak untuk menghemat energi.
2. Bahwa setiap organ target otonom menerima input simpatik dan parasimpatik yang
berlawanan , dan oleh sebab itu aktivitasnya dikontrol oleh tingkat relatif aktivitas
simpatik dan parasimpatik.
3. Bahwa perubahan simpatik merupakan indikasi adannya rangsangan psikologis,
sementara perubahan parasimpatik merupakan indikasi relaksasi psikologis.
2.3 Sel Saraf (Neuron)
Sel saraf (neuron) berfungsi menghantarkan impuls listrik akibat adanya stimulus.
Jutaan neuron membentuk system saraf. Setiap neuron terdiri atas 1 badan sel (sitoplasma dan
inti sel). Dari 1 badan sel keluar 2 jenis serabut saraf, yaitu dendrit dan akson. Komponen
neuron terdiri atas :
Dendrit : menerima pesan dari neuron lain menuju badan sel saraf
Badan sel : daerah sekitar nucleus, berfungsi untuk keberlangsungan hidup sel
Akson : bagian sel berbentuk silinder, memanjang seperti kabel, dimana
informasi dihantarkan. Bagian luar akson dilapisi lapisan lemak mielin yang dibentuk
oleh sel schwann
Ujung sinaptik : ujung saraf yang mengandung vesikel (gudang penyimpanan
neurotransmitter)
Neuron berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Neuron sensorik (aferen) : berfungsi membawakan informasi akibat stimulus,dari
organ/jaringan tubuh ke SSP
Interneuron : lokasinya terletak di SSP, berfungsi menyampaikan sinyal dari satu
neuron ke neuron yang lain
Neuron motoric (eferen) : berfungsi menyampaikan perintah informasi SSP sebagai
respon terhadap stimulus tadi, ke organ efektor.
OBAT-OBAT SIMPATOMIMETIK
Obat simpatomimetik adalah obat yang memacu saraf simpatis atau obat yang
menyerupai stimulasi saraf simpatis. Saraf simpatis yang dimaksud adalah saraf
postganglioner yang umumnya menggunakan noradrenalin sebagai neurotransmitternya. Obat
ini disebut juga obat adrenergik atau obat noradrenergik karena obat ini menstimulasi serabut
saraf noradrenegik atau saraf adrenergic yang terletak di dalam serabut simpatis. Serabut
simpatis merupakan bagian saraf autonom.
Serabut simpatis mempunyai reseptor α dan reseptor β. Dan pada obat
simpatomimetik menstimulasi reseptor α dan reseptor β, atau keduanya(r-α 1, r- α 2, r- β 1
and r- β 2).
Obat sympatomimetik terdapat 2 jenis,
a. Direct sympathomimetics
Secara langsung merangsang reseptor α dan/atau reseptor β
Contoh : Selektif
Phenylephrine, Phenylpropanoamin (pada obat pilek) →memacu r-α 1
[note: tentang r- α 2 yang berfungsi untuk pengaturan release/pelepasan transmitor.
Jika r- α 2 dipacu maka pelepasan menjadi berkurang. Biasanya dipakai pada
hipertensi → menghambat pelepasan transmitor →efeknya penurunan denyut jantung
dan vasodilatasi p. darah]
Sabutamol, Terbutaline (pada obat asma) → memacu r- β2
Dobutamin → memacu r- β1
Tidak selektif
Adrenaline, noradrenalin, ephedrine → memacu r- β dan r-α
b. Indirect sympathomimetic
Secara tidak langsung merangsang reseptor α dan/atau reseptor β oleh
inhibisi/penghambatan penyerapan NA(noradrenalin) atau inhibisi MAO (monoamine
oxydase) → akumulasi NA di celah sinaptik yang menstimulasi reseptor → efek
menyerupai terhadap rangsangan noradrenalin(yang terpacu hanya r-α 1, r- β 2)
Contoh: desipramine, amitryptiline, amphetamine → menghambat MAO(enzim yang
memecah noradrenalin)
Contoh senyawa adrenergic
Simpatolitik atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh
aktivitas susunan saraf simpatis. Misalnya Simpatolitik meniadakan vasokonstriksi yang
ditimbulkan oleh aktivitas reseptor-alfa akibat adrenolitika. Berdasarkan mekanisme dan titik
kerjanya, Simpatolitik dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yakni zat-zat penghambat reseptor
Simpatolitik ( alfa-blockers dan beta-blockers ) dan zat-zat penghambat neuron adrenergis.
Sesuai dengan jenis reseptorna, bloker adrenoreseptor dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1. alfa-blockers (α -simpatolitika)
Zat-zat ini memblokir reseptor-alfa yang banyak terdapat di jaringan otot polos dari
kebanyakan pembuluh , khususnya dalam pembuluh kulit dan mukosa.Efek utamanya
digunakan pada hipertensi dan hipertrofi prostate. Alfa bloker umumnya memiliki efek
samping yaitu, hipotensi postural. Prazosin yang digunakan pada gagal jantung (dekopensasi)
dan pada penyakit raynaud.
2. Beta-blockers (β -simpatolitika)
Semula beta –blockers digunakan untuk gangguan jantung (aritmia,anginapectoris)
guna meringankan kepekaan organ ini bagi rangsangan, seperti kerja berat, emosi ,strees,dan
sebagainya.Sejak tahun1980-an obat ini terutama digunakan sebagai obat hipertensi, anti
hipertensiva.Obat ini dapat dibagi pula dalam 2 kelompok, yakni :
Zat-zat 1 selektifβ , yang melawan efek dari stimulasi jantung oleh adrenalindan NA
(reseptor - 1β ), misalnya atenolol dan metaprolol.
Zat – zat tak selektif, yang juga menghambat efek bronchodilatasi (reseptor-
2),misalnyaβ propranolol ,alprenolol,dan sebagainya. Labetolol dan carvedilol
merupakan zat-zat yang menghambat kedua reseptor (alfa+beta).
OBAT GANGLIONIK
Obat ganglionik yang banyak dipakai adalah obat penghambat ganglion . Efek
farmakologis obat penghambat ganglion adalah menghambat saraf parasimpatis yang
menimbulkan midriasis, motilitas lambung dan usus, dan sulit kencing dan menhambat saraf
simpatis yang menimbulkan antara lain penurunan tekanan darah ,dilatasi vasculer pada kaki
hipotensi orthotik,
Sejauh pemancar yang paling umum adalah glutamat, yang rangsang pada lebih dari
90% dari sinapsis dalam otak manusia . Yang berikutnya yang paling umum adalah GABA,
yang penghambatan di lebih dari 90% dari sinapsis yang tidak
menggunakan glutamat. Meskipun pemancar lain yang digunakan dalam sinapsis jauh lebih
sedikit, mereka mungkin sangat penting fungsional-sebagian besar obat-obatan psikoaktif
mengerahkan efek mereka dengan mengubah tindakan beberapa sistem neurotransmitter,
sering bertindak melalui pemancar selain glutamat atau GABA. GABA (asam gama-
aminobutirat) ditemukan pada seluruh sisitem saraf pusat. Ia diyakini menjadi
neurotransmitter sebanyak spertiga sinaps otak. GABA penting di dalam otak karena menjaga
penembakan banyak neuron (Liu & Lachmp, 2006). Ia membantu ketetapan sinyal yang
dibawa dari satu neuron ke nueron berikutnya. Tingkat GABA yang rendah dikaitkan dengan
kecemasan. Valium atau obat-obatan anti kecemasan lainnya meningkatkan efek
penghambatan dari GABA. Obat adiktif seperti kokain dan amfetamin mengerahkan efek
mereka terutama pada sistem dopamin. Obat-obatan opiat adiktif mengerahkan efek mereka
terutama sebagai analog peptida opioid fungsional, yang, pada gilirannya, mengatur tingkat
dopamin. (Fields : 2007).
Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan
dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal
melalui eksositosis dan juga direabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmiter merupakan cara
komunikasi antar neuron. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron,
sehingga neuron menjadi lebih kurang dapt menyalurkan impuls, tergantung dari neuron dan
transmiter tersebut. Contoh-contoh neurotransmiter adalah norepinefrin, acetilkolin, dopamin,
serotonin, asam gama aminobutirat (GABA), glisin, dan lain-lain.
2.1 Asetilkolin
Setelah semua peristiwa di atas selesai, membrane pre-sinaps kembali mengalami repolarisasi
akibat masuknya kembali ion K+ .
A. Dopamin
B. Norepineprin
Disekresi oleh sebagian besar neuron yang badan sel/somanya terletak pada batang
otak dan hipothalamus. Secara khas neuron-neuron penyekresi norephineprin yang terletak di
lokus seruleus di dalam pons akan mengirimkan serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak
dan akan membantu pengaturan seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan
kewaspadaan. Pada sebagian daerah ini, norephineprin mungkin mengaktivasi reseptor
aksitasi, namun pada yang lebih sempit malahan mengatur reseptor inhibisi. Norephineprin
juga sebagian disekresikan oleh sebagian besar neuron post ganglion sistem saraf
simpatisdimana ephineprin merangsang beberapa organ tetapi menghambat organ yang lain.
(Starwn & Geracioti; 2007). Norephinefrine menghambat penembakan neuron dalam sistem
saraf pusat, tetapi membangkitkan otot jantung, usus, dan alat urogenitalia. Stress
merangsang pelepasan norepinefrin (Starwn & Geracioti; 2007).
Neurotransmitter ini juga membantu mengendalikan kewaspadaan. Terlalu sedikit
norepinefrin dikaitkan dengan depresi, dan terlalu banyak memicu keadaan gelisah dan
mania. Misalnya, amfetamina dan kokain menyebabkan keadaan perilaku hiperaktif dan
mania dengan meningkatkan norepinefrin di otak secara cepat (Nelson & Gehlert; 2006).
C. Epinefrin
Epinefrin merupakan salah satu hormon yang berperan pada reaksi stres jangka
pendek. Epinefrin disekresi oleh kelenjar adrenal saat ada keadaan gawat ataupun berbahaya.
Di dalam aliran darah epinefrin dengan cepat menjaga kebutuhan tubuh saat terjadu
ketegangan, atau kondisi gawat dengan memberi suplai oksigen dan glukosa lebih pada otak
dan otot. Selain itu epinefrin juga meningkatkan denyut jantung, stroke volume, dilatasi dan
kontraksi arteriol pada gastrointestinal dan otot skeleton. Epinefrin akan meningkatkan gula
darah dengan jalan meningkatkan katabolisme dari glikogen menjadi glukosa di hati dan saat
bersamaan menurunkan pembentukan lipid dari sel-sel lemak. Epinefrin memiliki banyak
sekali fungsi di hampir seluruh tubuh, diantaranya dalam mengatur konsentrasi asam lemak,
konsentrasi glukosa darah, kontrol aliran darah ginjal, mengatur laju metabolisme, kontraksi
otot polos, termogenesis kimia, vasodilatasi, vasokonstriksi, dll. (Feriawati : 2006)
2.3 Serotonin
Tingkat serotonin yang rendah dikaitkan dengan depresi (Leykin et al, 2007). Obat
antidepresi Prozac bekerja denhgan meningkatkan tingkat serotonin di otak (Little, zhang, &
Cook, 2006).
3. Neuropeptida