Anda di halaman 1dari 8

D.

Akomodasi Kearifan Lokal


Dalam Hukum Islam
1. Urf Dalam Bingkai Islam
Islam merupakan agama terakhir yang Allah
SWT. turunkan di jazirah Arab melalui Nabi
Muhammad SAW. Sebagai agama terakhir,
Islam sengaja diperuntukkan bagi semua umat
manusia dan menjadi penyempurna bagi
agama-agama sebelumnya.
Kedatangan Islam di jazirah Arab
sesungguhnya bukan datang dalam ruang
hampa. Artinya, ketika Islam diturunkan,
masyarakat Arab sebagai masyarakat awal
penerima ajaran agama kala itu, telah
memiliki budaya dan adat istiadat (urf)
sendiri. Karena itu, Rasul SAW bersabda:
Keberadaan Nabi SAW sebagai pembawa
risalah Islam dan bagian dari masyarakat Arab
telah digambarkan oleh Allah dalam Q.S. Al-
Kahfi:110:
• Sebagai pembawa wahyu, Nabi Muhammad
SAW tentu berusaha mempengaruhi atau bila
perlu merubah budaya yang tidak sejalan
dengan ajaran islam.
• Al-Adatu Muhakkamah (tradisi/budaya bisa
menjadi dasar penetapan hukum). Namun,
harus diperhatikan bahwa kebiasaan yang
berlaku tidak boleh bertentangan dengan
spirit Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an
dan Hadits. Jika bertentangan, maka dengan
sendirinya kaidah ini tidak berlaku.
2. Menyandingkan Hukum Islam
Dengan Tradisi Lokal

• Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa misi


Islam pun diutus untuk memperbaiki apa yang
sudah ada menjadi lebih baik dan bukan
menghapus yang sudah ada kemudian
menciptakan semuanya menjadi baru.
Terkait dengan hal ini, Rasulullah SAW.
bersabda:

“Barangsiapa yang menjalankan kebiasaana baik,


maka baginya pahala dan pahala orang yang
mengamalkansesudahnya serta tidak akan
berkurang sedikitpun pahala tersebut darinya”.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh
Ahmad dari Abdullah ibn’ Mas’ud disebutkan:
“Apa yang dipandang baik oleh umat Islam,
maka di sisi Allah pun juga baik”.

Dengan demikian, satu hal yang penting yang


patut dicatat adalah bahwa Islam tidak selalu
identik dengan bangsa dan kebudayaan Arab.
Dalam redaksi lain, Islam adalah suatu hal,
dan masyarakat Arab adalah hal yang lain

Anda mungkin juga menyukai